Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MATA KULIAH

HUKUM PAJAK

TENTANG UTANG PAJAK

Oleh :

Bahrul ulum (20191221144)

S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Penetapan Wajib Pajak . Syukur Alhamdulillah saya
dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu
memberikan syafa’at kelak di hari kiamat. Selanjutnya saya mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bapak Dedy Surahman. SE,. MM selaku dosen
pengajar Mata Kuliah Hukum pajak yang telah membimbing saya.
Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan
makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi
pembaca.

04 November 2021

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... II


DAFTAR ISI .................................................................................................................... III
BAB 1 ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB 2 ............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
A. Pengertian Utang Pajak ............................................................................................. 6
B. Timbulnya Utang Pajak .............................................................................................. 7
C. Sifat Utang Pajak ....................................................................................................... 7
D. Berakhirnya Utang Pajak ........................................................................................... 8
E. Sistem Pemungutan Pajak ......................................................................................... 9
BAB 3 ........................................................................................................................... 11
PENUTUP ..................................................................................................................... 11
Simpulan ......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

III
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Utang Pajak adalah Pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupabunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau suratsejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Utang Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
jenis Pajak:
a) Pajak Penghasilan
b) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
c) Pajak Penjualan atas Barang Mewah
d) Pajak Penjualan
e) Bea Meterai
f) Pajak Bumi dan Bangunan yang meliputi sektor perkebunan,
perhutanan, pertambangan, dan sektor lainnya.
Atas Utang Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib Pajak dapat
mengangsur atau menunda pembayaran Utang Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur tata cara pengangsuran dan
penundaan pembayaran Pajak.

B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian utang pajak?
b) Sebab Timbulnya Utang Pajak?
c) Apa Sifat Utang Pajak?
d) BAgaimana Berakhirnya Utang Pajak?
e) Sistem Pemungutan Pajak?

4
C. Tujuan
a) Mengetahui Apa pengertian utang pajak?
b) Mengetahui Sebab Timbulnya Utang Pajak?
c) Mengetahui Apa Sifat Utang Pajak?
d) Mengetahui Bagaimana Berakhirnya Utang Pajak?
e) Mengetahui Sistem Pemungutan Pajak?

5
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Utang Pajak


Sebelum membahas tentang pengertian utang pajak, maka harus lebih dulu
mengerti apa yang dimaksud dengan pajak dan apa yang dimaksud dengan utang.
Menurut hukum perdata, utang adalah perikatan yang mengandung kewajiban
bagi salah satu pihak (baik perorangan maupun badan sebagai subjek hukum)
untuk melakukan sesuatu (prestasi) atau untuk tidak melakukan sesuatu yang
menjadi hak pihak lainnya. Artinya adalah, bila pihak yang wajib melakukan
suatu prestasi tidak melakukan hal itu atau jika pihak yang wajib tidak melakukan
sesuatu, maka akan terjadi suatu “contact breuk” sehingga pihak yang dirugikan
dapat melakukan penuntutan kepada pihak lain di pengadilan.

Secara yuridis, utang harus ada 2 pihak, yakni pihak kreditor (yang
mempunyai hak) dan debitor (yang mempunyai kewajiban). Kedudukan debitor
dan kreditor menurut hukum pajak dan hukum perdata berbeda. Perbedaan antara
utang pajak dan utang perdata dapat dilihat dari penyebab timbulnya utang dan
sifat utangnya.

Sebab timbulnya utang perdata pada umumnya karena adanya perikatan


yang dikuasai oleh hukum perdata. Dalam perikatan maka pihak yang satu
berkewajiban memenuhi apa yang menjadi hak dari pihak lain. Perikatan menurut
pasal 1233 KUHPerdata bisa dilahirkan baik karena persetujuan maupun karena
undang-undang. Perikatan yang timbul dari undang-undang dibedakan dalam dua
golongan yaitu :

1) Perikatan yang timbul karena undang-undang saja,


2) Perikatan yang timbul karena undang-undang dan perbuatan
manusia.

Sedangkan, pada umumnya utang pajak timbul karena undang-undang,


pemerintah dapat memaksakan pembayaran utang kepada wajib pajak. Negara dan
rakyat sama sekali tidak ada perikatan yang mendasari utang tersebut. Hak dan
kewajiban antara Negara dan rakyat nya adalah tidak sama. Menurut pasal 1
angka 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa , pengertian utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar
termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum
dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

6
B. Timbulnya Utang Pajak
Utang pajak timbul karena adanya undang-undang. Menurut ajaran
materiil utang pajak timbul jika ada sesuatu hal yang menyebabkan (tatbestand),
yaitu rangkaian dari perbuatan, keadaan, dan peristiwa yang dapat menimbulkan
utang pajak adalah sebagai berikut ;

a. Perbuatan-perbuatan, misalnya pengusaha melakukan impor


barang.
b. Keadaan-keadaan, misalnya memiliki harta bergerak dan harta tak
bergerak.
c. Peristiwa, misalnya mendapat hadiah.

Sedangkan menurut ajaran formal, utang pajak timbul katena adannya


surat ketetapan pajak oleh fiskus. Meskipun syarat adanya tatbestand sudah
terpenuhi tetapi sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak.

Dalam sistem perpajakan Indonesia yang berlaku, khususnya untuk pajak


pengahasilan (PPh) serta pajak penambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas
barang mewah (PPnBM) dapat dilihat bahwa yang berlaku adalah ajaran materiil
katena utang pajak timbul tanpa harus menunggu adanya ketetapan atau
penagihan dari fiskus. Sedangkan, pajak bumi dan bangunan (PBB) masih
menganut ajaran formal, karena utang pajak timbul jika ada penetapan dari fiskus
berupa surat pemberitahuan pajak terutang.

C. Sifat Utang Pajak


1. Sifatnya memaksa yang bisa dilakukan melalui surat paksa hingga
pemberitahuan melaksanakan penyitaan.
2. Dapat pula wajib pajak yang terutang menunjuk orang lain untuk melunasi
utang pajak yang dimilikinya.
3. Utang pajak dapat ditagih sekaligus tanpa harus menunggu waktu jatuh
tempo.
4. Dapat dilakukan penyanderaan dan pencegahan untuk keluar dari wilayah
Indonesia selama 6 bulan dan dapat diperpanjang lagi.
5. Mempunyai hak mendahulu terhadap utang yang lain.

7
D. Berakhirnya Utang Pajak
1. Pembayaran / Pelunasan

Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak dengan


menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen lain yang dipersamakan.
Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan di Kantor Kas Negara, Kantor
Pos dan Giro, dan Bank Persepsi. Pembayaran pajak hanya dapat dilakukan
dengan uang dan bukan dengan bentuk lainnya.

2. Kompensasi

Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun
pajak yang sama, misalnya antara kelebihan pembayaran PPh dengan kekurangan
pembayaran PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam tahun yang
berbeda misalnya kelebihan pembayaran PPh tahun lalu dengan kekurangan
pembayaran PPh tahun berjalan.

3. Penghapusan Utang

Penghapusan Utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib Pajak yang
bersangkutan, misalnya Wajib Pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak-pihak yang
berwenang.

Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak dapat atau
tidak mungkin ditagih lagi dengan beberapa alasan seperti yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 565/PMK.04/2000
Tanggal 26 Desember 2000, yaitu :

a) Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak


meninggalkan warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli
waris tidak dapat ditemukan.
b) Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi.
c) Hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluarsa.
d) Sebab lain sesuai hasil penelitian.

4. kedaluwarsa

Kedaluwarsa Utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu penetapan


pajak (penertiban surat ketetapan pajak) maupun karena lampaunya waktu proses
penagihan pajak. Kedaluwarsa dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
baik bagi Wajib Pajak maupun fiskus maka diberikan kebebasan batas waktu
tertentu untuk penagihan pajak.

8
Batas kedaluwarsa yang berlaku saat ini adalah :

a) Untuk pajak pusat adalah 5 tahun.


b) Untuk pajak daerah adalah 5 tahun.
c) Untuk retribusi daerah adalah 3 tahun.
d) Untuk Wajib Pajak yang terlibat tindak pidana pajak tidak
diberikan batas waktu.

5. Pembebasan

Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan


pemerintah.Misal dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka
pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau
pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.

E. Sistem Pemungutan Pajak


Terdapat tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku, yaitu :

1. Sistem Official Assessement (Official Assessement System)


Adalah sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang harus
dilunasi atau terutang oleh wajib dihitung dan ditetapkan oleh
fiskus. dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif dan fiskus
bersifat aktif.

2. Sistem Self Assessement (Self Assessement System)


Adalah sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak harus
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan jumlah
pajak yang terutang. fiskus haya bertugas untuk melakukan
penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib
pajak.
Untuk menyukseskan sistem ini dibutuhkan beberapa prasyarat
dari wajib pajak sebagai berikut :
1) Kesadaran wajib pajak (tax consciousness).
2) Kejujuran wajib pajak.
3) Kemauan Membayar pajak dari wajib pajak (tax
mindedness).
4) Kedisiplinan wajib pajak (tax dicipllin).

9
3. Sistem Withholding (Withholding System)
Adalah sistem pemungutan pajak yang mana besarannya pajak
terutang dihitumg dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga
yang dimaksud antara lain pemberi kerja, dan bendaharawan
pemerintah.

10
BAB 3

PENUTUP

Simpulan
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Sebab timbulnya utang pajak dibagi menjadi dua yaitu materiil dan formal.
Materiil adalah utang pajak timbul jika ada sesuatu hal yang menyebabkan
(tatbestand). Sedangkan, formal adalah utang pajak timbul katena adannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus. Meskipun syarat adanya tatbestand sudah terpenuhi
tetapi sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang pajak.

Berakhirnya Utang Pajak terjadi apabila terjadi Pembayaran / Pelunasan,


Kompensasi, Penghapusan Utang, kedaluwarsa dan Pembebasan.
Adapun, sistem Pemungutan Pajak dibagi menjadi 3 yaitu Sistem Official
Assessement (Official Assessement System), Sistem Self Assessement (Self
Assessement System) dan Sistem Withholding (Withholding System).

11
DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy, (2016), Hukum Pajak, Edisi 7, Jakarta: Salemba Empat

12

Anda mungkin juga menyukai