Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

HUKUM PAJAK

Disusun Oleh:

Kelompok VII

Nama-nama anggota kelompok:

1. Akti Waldacob Riwu (20310024)

2. Darwin Mandala Sabu Bayang (20310063)

3. Raymond J.Q Saba (20310077)

4. Leon Samudra McB Subu Taopan (20310076)

5. Liliana Dos Reis (20310040)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Adapun tujuan dari pembuatan tugas ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah Hukum Pajak yang kami
sajikan dari berbagai sumber. Dan penuh dengan kesabaran terutama pertolongan dari Tuhan
Yang maha Esa akhirnya Makalah ini dapat kami selesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, karna kami masih dalam tahap
pembelajaran. Kami sangat berharap tugas ini bermanfaat bagi kami kelompok 7 khususnya,
dan bagi semua pihak pada umumnya.

Kupang, 01 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 4

B. RUMUSAN MASALAH 5

C. TUJUAN 5
BAB II PEMBAHASAN 6

A. FAKTOR APA YANG MEMICU TIMBULNYA UTANG PAJAK 6

B. BAGAIMANA CARANYA AGAR SESEORANG BISA MENDAPATKAN


PENGHAPUSAN UTANG PAJAK 7

C. BAGAIMANA PROSEDUR GUGATAN SITA PAJAK OLEH PENGGUGAT


BESERTA DENGAN PROSES ACARA DI PENGADILAN PAJAK 9

D. APAKAH UTANG PAJAK BISA DIWARISKAN KETIKA SEORANG WAJIB


PAJAK MENINGGAL DUNIA 10
BAB III PENUTUP 13

A. KESIMPULAN 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan
dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Ide ini muncul karena adanya peningkatan kebutuhan
pelayanan publik yang memadai serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui
penyediaan sarana dan prasarana yang layak. Salah satu media peningkatan
pendapatan negara adalah melalui penerimaan pajak.

Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang
dapat dipaksakan penagihannya. Sistem perpajakan Indonesia mengalami perubahan
pada tahun 1983 dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System.
Self Assessment System adalah suatu sistem dimana pemerintah memberikan
kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri kewajiban perpajakannya. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak
(fiskus), sesuai dengan fungsinya berkewajiban melaksanakan pembinaan, pelayanan,
pengawasan, dan penerapan sanksi perpajakan terhadap pelaksanaan kewajiban
perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam peraturan
perundangundangan perpajakan. Self Assessment System memungkinkan potensi
adanya wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik akibat
dari kelalaian, kesengajaan atau mungkin ketidaktahuan para wajib pajak atas
kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya peran yang aktif dari
fiskus untuk menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasannya.

Dalam melakukan pemungutan pajak, pemerintah telah menetapkan siapa-siapa yang


akan dikenakan pajak. Kewajiban pajak akan timbul apabila warga negara telah
memenuhi peryaratan wajib pajak secara subyektif. Seperti dalam undang-undang
Pajak Penghasilan no 36 tahun 2008, mengenai subyek pajak. Dalam pasal 2
disebutkan yang menjadi subyek pajak adalah orang pribadi, warisan yang belum
terbagi sebagai satu kesatuan menggantukan yang berhak, badan, dan ebentuk usaha
tetap. Setiap kewajiban pajak yang timbul tentu harus dilaksanakan oleh setiap wajib

4
pajak yang telah ditetapkan. Akan tetapi, ada beberapa alasan yang menyebabkan
hilangnya kewajiban pajak. Diantara wajib pajak yang telah meninggal, badan usaha
yang dianggap tidak mampu lagi melunasi kewajiban pajaknya karena bangkrut dan
lain sebagainya.

Selain itu, dalam undang-undang no 36 tahun 2008, pasal 3 juga menjelaskan


mengenai siapa-siapa yang tidak dikenai kewajiban pajak, diantaranya: kedutaan
besar negara asing, kantor perwakilan negara asing, kantor perwakilan organisasi
internasional dan orang-orang yang bekerja didalamnya, tetapi dengan syarat mereka
tidak mendapatkan penghasilan diluar itu.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Faktor apa yang memicu timbulnya utang pajak?

2. Bagaimana caranya agar seseorang bisa mendapatkan penghapusan utang


pajak?

3. Bagaimana prosedur gugatan sita pajak oleh penggugat beserta dengan proses
acara di pengadilan pajak?

4. Apakah utang pajak bisa diwariskan ketika seorang wajib pajak meninggal
dunia?

C. TUJUAN

Tujuan dari tugas ini adalah agar pembaca maupun penulis dapat memahami apa yang
dimaksudkan dengan Utang Pajak dan permasalahan dan solusi yang ada didalamnya.
Selain itu juga makalah ini untuk memenuhi tugas dari dosen.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penyebab timbulnya Hutang Pajak dan faktor yang memicu timbulnya utang
pajak. Sebutkan dan jelaskan faktor tersebut serta bagaimana solusinya?

Utang Pajak timbul karena undang-undang, pemerintah dapat memaksakan


pembayaran utang kepada wajib pajak. Negara dan rakyat sama sekali tidak ada
perikatan yang mendasari utang tersebut. Hak dan kewajiban antara Negara dan
rakyat nya adalah tidak sama. Menurut pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa , pengertian utang pajak
adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga,
denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat
sejenisnya berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarmya dan telah
terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang terdiri dari
keadaan-keadaan tertentu dan atau juga peristiwa ataupun perbuatan tertentu. Tetapi
yang sering terjadi adalah karena keadaan, seperti pajak-pajak yang sangat penting
(yaitu atas suatu penghasilan atau kekayaan), dikenakan atas keadaan-keadaaan
ekonomis Wajib Pajak yang bensangkutan (walaupun keadaan itu dalam kebanyakan
hal timbulnya karena perhuatan-perbuatannya).

Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sehingga, ajaran ini diterapkan pada sistem official assessment (official assessment
system adalah Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak).

Faktor yang memicu terjadinya hutang pajak ada 2, yakni:

1. Kondisi Material

Untuk hal ini, utang bisa muncul karena adanya peraturan perundang-
undangan. Contoh kondisi material yang bisa memicu adanya utang
adalah pihak wajib pajak memperoleh hadiah undian, mendirikan suatu
bangunan, melakukan kegiatan ekspor dan impor, sampai dengan
mempunyai tanah ataupun bumi serta bangunan yang mampu

6
menghasilkan pendapatan.

2. Kondisi Formil
Pada kondisi ini, utang pajak bisa terjadi karena pihak petugas pajak
sudah mengeluarkan suatu ketetapan. Jumlah nominal utang tersebut
menganut pada kebijakan fiskal yang telah ditetapkan pada saat itu.
Contoh dari kondisi formil yang mampu memicu utang adalah kasus
pelunasan pajak bumi dan bangunan atau PBB, kantor pelayanan pajak
akan menerbitkan surat ketetapan pajak yang berisi nominal pajak
terutang di setiap tahunnya. Anda sebagai pihak yang mempunyai
kewajiban dalam membayar pajak sudah tidak perlu lagi menghitung
pajak terutang. Anda wajib membayar PBB dengan berdasarkan surat
yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak atau KPP.

Solusi: kelompok kami memberikan solusi bahwa timbulnya hutang pajak


bisa diatasi dengan melakukan penghapusan terhadap hutang
pajak tersebut. Tentang hapusnya utang pajak dalam hukum
perdata dapat dijumpai dalam Pasal 1381 KUH Perdata. Pasal
tersebut memberikan cara tentang hapusnya utang dalam bidang
perdata, yaitu :
a. Pembayaran
b. Kompensai utang
c. Percampuran Utang
d. Pembebasan utang
e. Musnahnya barang yang terutang
f. Pembatalan, atau batal demi hukum
g. Daluwarsa

2. Bagaimana caranya agar seseorang bisa mendapatkan penghapusan


utang pajak. Jelaskan dan bagaimana solusinya?
Dalam pembayaran pajak harus dilakukan dalam bentuk penyetoran uang
ketempat-tempat yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan dan bukan dalam
bentuk barang. Kompensasi terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan
berupa kelebihan pembayaran pajak.
Untuk menghapus utang pajak pada wajib pajak, terdapat 5 cara yaitu:

7
1. Pembayaran
Cara pertama menghapus utang pajak adalah dengan
membayarkan pajak pada negara. Pembayarannya secara lunas
dalam bentuk sejumlah uang oleh Wajib Pajak ke Kas Negara.
Dalam hal ini, Wajib Pajak dapat membayarnya sendiri atau
menguasakannya pada pihak lain selama pihak tersebut
bertindak atas nama wajib pajak yang memiliki utang
pajak. Selain itu, pembayaran ini perlu menggunakan mata uang
yang berlaku di Indonesia, dalam hal ini adalah Rupiah
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila Wajib Pajak memiliki
kelebihan dalam membayar pajak sehingga dapat digunakan
untuk membayar utang pajak. Kelebihan bayar pajak sendiri
dapat terjadi karena berbagai hal, seperti perubahan undang-
undang pajak, kekeliruan pembayaran, adanya pemberian
pengurangan, dan sebagainya. Karena itu, kelebihan pajak ini
dapat dikreditkan.
3. Kedaluwarsa
Kedaluwarsa di sini adalah kedaluwarsa penagihan. Melansir
dari DJP, hak untuk menagih pajak kedaluwarsa setelah
melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejat tanggal terutang
pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau
tahun pajak yang bersangkutan.
4. Pembebasan
Alternatif lain untuk menghapus utang pajak adalah dengan cara
pembebasan. Namun, pembebasan di sini pada umumnya bukan
berarti menghilangkan pokok utang pajak, meniadakan sanksi
administratif terkait utang pajak. Tetapi, utang pajak dapat
berakhir dengan pembebasan karena cara ini merupakan sarana
hukum pajak untuk melepaskan tanggung jawab wajib pajak
berupa membayar pajak.
5. Penghapusan/Peniadaan
Penghapusan utang pajak mirip dengan cara pembebasan.
Perbedaannya, cara penghapusan diberikan karena keadaan
keuangan Wajib Pajak. Penghapusan juga merupakan cara untuk
mengakhiri utang pajak. Namun, hanya dengan alasan tertentu,
seperti Wajib Pajak terkena musibah atau karena dasar
penetapannya tidak benar. Ketika utang pajak telah dihapus,
perikatan pajak akan berakhir sehingga Wajib Pajak tidak lagi
memiliki kewajiban membayar pajak yang terutang.

Solusi: Solusi dari kelompok kami adalah, untuk terhapusnya utang pajak wajib
pajak harus membayarkan pajak pada negara. Pembayarannya secara lunas dalam
bentuk sejumlah uang oleh Wajib Pajak ke Kas Negara.

3. Bagaimana prosedur gugatan sita pajak oleh penggugat beserta dengan proses

8
acara di pengadilan pajak. Jelaskan dan bagaimana solusinya?

Apabila atas dikeluarkannya surat perintah pelaksanaan penyitaan dan


wajib pajak tidak setuju dengannya, maka dapat menimbulkan sengketa
pajak. Adapun sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat
yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat
diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas
pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang Penagihan Pajak
dengan surat paksa.

Adapun gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan wajib pajak
atau penanggung pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau suatu
keputusan yang dapat diajukan gugatan, berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Solusi: Solusinya adalah Ada empat prosedur yang bisa digunakan wajib pajak untuk
menyelesaikan sengketa pajak.

1. Mengajukan Keberatan

Bentuk keberatan ini bisa disampaikan apabila wajib pajak berpendapat bahwa
ketetapan jumlah rugi, jumlah pajak dan pemotongan atau pemungutan pajak tidak
sebagaimana mestinya. Surat keberatan wajib pajak dapat disampaikan lewat pos
ataupun online (e-filing) di laman resmi Ditjen Pajak. Keberatan diajukan dalam
jangka waktu 3 bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak dikirim atau sejak
pemungutan/pemotongan pajak oleh pihak ketiga. Namun jika jangka waktu tersebut
tidak dapat dipenuhi, subjek wajib pajak harus menunjukkan alasan yang memang di
luar kuasanya. Satu keberatan dapat diajukan hanya untuk satu surat ketetapan pajak,
satu pemotongan pajak, atau satu pemungutan pajak. Surat Keberatan ini
ditandatangani oleh sang wajib pajak dan dilampiri surat kuasa khusus yang dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP.

9
2. Mengajukan Gugatan
Pengajuan gugatan atas pelaksanaan pajak yang disampaikan kepada Pengadilan
Pajak diatur dalam Pasal 1 ayat (7) UU No. 14 Tahun 2002, “Gugatan adalah upaya
hukum yang dapat dilakukan oleh wajib pajak atau penanggung pajak terhadap
pelaksanaan penagihan pajak atau terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.” Gugatan
dibuat secara tertulis dan harus disertai alasan yang jelas. Pengajuan gugatan
dilakukan dalam waktu 14 hari sejak tanggal pelaksanaan tagihan. Jangka waktu ini
tidak mengikat jika ada keadaan di luar kuasa subjek wajib pajak. Setelah keadaan
tersebut selesai, ada tambahan jangka waktu pengajuan selama 14 hari.
3. Permohonan Banding
Permohonan banding kepada Pengadilan Pajak dapat dilakukan jika wajib pajak tetap tidak
setuju dengan materi nilai pajak dalam Surat Keputusan Keberatan.

Permohonan ini diajukan paling lama 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima.
Satu surat permohonan banding diajukan untuk 1 surat keputusan keberatan.

4. Permohonan Peninjauan Kembali


Wajib pajak dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali. Tindakan ini hanya bisa
dilakukan satu kali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung. Permohonan
peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan
pengadilan.

Dasar hukum dari permohonan peninjauan kembali diatur dalam pasal 89-93 UU No. 14
Tahun 2002.

4. Apakah utang pajak bisa diwariskan ketika seorang wajib pajak meninggal dunia?

Pada prinsipnya, utang pajak dari wajib pajak yang telah meninggal dunia akan menjadi
tanggung jawab ahli waris, baik secara pribadi maupun renteng. Dalam hal warisan belum
dibagi, maka warisan itu menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak, sebagai subjek
pajak pengganti.

Secara ringkas, pelunasan utang pajak dari wajib pajak yang meninggal dunia akan
menjadi tanggung jawab ahli waris baik secara pribadi maupun renteng.

10
Pasal 32 ayat 1 huruf (e) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (“UU 28/2007”) mengatur:

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal suatu warisan yang belum terbagi
oleh salah seorang ahli warisnya, pelaksana wasiatnya atau yang mengurus harta
peninggalannya.

Lebih lanjut, Pasal 32 ayat (2) dan penjelasannya UU 28/2007 menyebutkan wakil
tersebut bertanggung jawab secara pribadi atau renteng atas pembayaran pajak yang
terutang.

Kecuali atas pertimbangan Direktur Jenderal Pajak apabila wakil wajib pajak
dapat membuktikan dan meyakinkan bahwa dalam kedudukannya, mereka tidak mungkin
dibebani tanggungjawab atas utang pajak dari wajib pajak yang meninggal.

Pada dasarnya warisan yang belum terbagi merupakan satu kesatuan menggantikan ahli
waris yang berhak sebagai subjek pajak pengganti, dengan tujuan agar pengenaan pajak
atas penghasilan yang berasal dari warisan tetap dapat dilaksanakan.

Mengenai tata cara pembayaran, kita dapat melihat Penjelasan Pasal 2 ayat (3) huruf c UU
36/2008, yang berbunyi:

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi subjek pajak dalam
negeri dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri dalam pengertian Undang-Undang
ini mengikuti status pewaris.

Untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, warisan yang belum terbagi menggantikan


kewajiban ahli waris yang berhak. Maksudnya, penghasilan yang didapatkan harus
tetap disetor dan dilaporkan oleh ahli waris yang berhak dengan menggunakan Nomor
Pokok Wajib Pajak (“NPWP”) milik Almarhum.

Namun jika warisan tersebut telah dibagi, kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli
waris. Maksudnya setelah warisan dibagi, NPWP milik Almarhum akan dihapuskan,
sehingga pemenuhan kewajiban perpajakan berpindah tanggung jawab kepada ahli waris.

Jadi menjawab pertanyaan Anda, kewajiban subjek pajak warisan yang belum terbagi
dimulai sejak saat meninggalnya pewaris di mana kewajiban perpajakannya melekat pada

11
warisan itu dan berakhir pada saat warisan selesai dibagi. Sejak saat itu pemenuhan
kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.

jika seorang wajib pajak meninggal dunia, maka bisa dilakukan penghapusan NPWP-nya,
dengan catatan, wajib pajak tersebut tidak meninggalkan warisan atau warisannya sudah
terbagi

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Menurut faham formal utang pajak timbul karena perbuatan fiskus, yakni fiskus
menerbitkan SKP (Surat Ketetapan Pajak).

2. Menurut faham materiil utang pajak timbul karena terpenuhinya ketentuan-


ketentuan yang disyaratkan dalam undang-undang.

3. Saat terutangnya PPh Diatur dalam pasal 22 UU PPh no 7 tahun 1983.

4. Saat terutangnya PPN dan PPnBM Dalam pasal 11 undang-undang no 8 tahun


1983 tentang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
sebagai mana telah diubah terakhir dengan undang-undang no. 18 tahun 2000.

5. Bea Materai terutang pada saat kapan dokumen itu selesai dibuat atau pada saat
dokumen itu digunakan.

6. Saat terutangnya BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) sesuai
dengan pasal 9 Undang-Undang No. 20 tahun 2000 tentang perubahan atas
perubahan Undang-Undang No. 21 tahun 1997.

7. Hapusnya utang pajak disebabkan oleh pembayaran, kompensasi, daluwarsa,


pembebasan, penghapusan.

13

Anda mungkin juga menyukai