KELOMPOK Vlll
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS HUKUM
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
Adapun tujuan dari penulisan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
HUKUM PAJAK. Dalam pengerjaan tugas ini Saya menyadari bahwa, apa yang sudah
dituangkan jauh dari kesempurnaan dengan demikian kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi perbaikan dalam tugas- tugas selanjutnya.
Akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada yang membantu saya, dengan caranya
ii
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASLAH……………………………………………….……… 2
C. TUJUAN ……………………………………………………………….……. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Yang Akan Terjadi Jika Masyarakat Menolak Untuk Membayar pajak ….….. 4
B. Kondisi Yang Menyebabkan SPT Dianggap Tidak Tersampai .....……………5
C. Eksistensi Pengadilan Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak ..…………. 6
A. KESIMPULAN………………………………………………………………..12
B. SARAN ………………………………………………………………...……..13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi negara. Sebagaimana
diuraikan oleh Boedijono Bahwa pemerintah memiliki peran dalam pengelolaan
keuangan baik dari tingkat pusat sampai daerah. Salah satu peran pemerintah adalah
mengelola Anggaran pendapatan Belanja Negara(APBN), yang salah satu bersumber dari
pajak. Pajak dikenakan terhadap orang pribadi maupun badan usaha. Sebelum
menjalankan kewajiban perpajakan,orang pribadi atau badan perlu memiliki identitas
yang berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang biasa disebut
dengan Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP).
NPWN merupakan suatu tanda identitas bagi wajib pajak dalam rangka
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan, khususnya yang berkaitan dengan pajak
penghasilan. Menurut Undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP)
Nomor 6 Tahun 1983 stdd Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi
peraturan perpajakan, pada Bab II pasal 2 menjelaskan bahwa setiap wajib pajak yang
telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sebagimana yang dimaksud dalam KUP,
maka hendaknya segera mendaftar diri mejadi wajib pajak untuk memperoleh NPWP.
Pajak mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam penerimaan negara non
migas. Berdasarkan sudut pandang fiskal, pajak adalah penerimaan negara yang
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip dasar
menghimpun dana yang diperoleh dari dan untuk masyarakat melalui mekanisme yang
mengacu pada peraturan perundang-undangan. Pajak memegang peranan yang sangat
penting bagi terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, karena pajak
merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial. Kontribusi
penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita dari
tahun ke tahun semakin besar. Penerimaan pajak ini digunakan untuk membiayai
pembangunan nasional, pertahanan dan keamanan serta penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagimana dampak permasalahan kenaikan pada wajib pajak yang melakukan
pelanggaran?
2. Mengapa pemerintah melakukan pemeriksaan pajak padahal wajib pajak sudah
melakukan pembayaran dan pelaporan pajak?
3. Apakah ada kendala lain dalam proses penyelesaian sangketa pajak dipengadilan
pajak!
C. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk-bentuk terjadinya penyebab permasalahan wajib pajak
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
◆ JAWABAN
1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 telah dijelaskan wajib pajak yang menolak untuk bayar
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dikenakan
sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana
2 SKP.(surat ketetapan pajak)
1
denda yang diberikan oleh pemerintah bisa saja dengan mudah untuk dihindari karena
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kewajiban untuk membayar pajak dan kurang
tegasnya sanksi yang dibuat oleh pemerintah.
Kemauan wajib pajak untuk membayar pajak juga dimotivasi oleh pelayanan fiksus.
Hasil riset menunjukan bahwa rendahnya kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih jauh dari
harapan dan harus ditingkatkan. Semakin intensifnya kajian ketidakpatuhan wajib pajak
menandai bahwa ketidakpatuhan perpajakan merupakan masalah yang serius dan kompleks.
Walapun pelayanan pajak diindonesia saat ini sudah dipermudahkan dan sanksi sudah ditetapkan
namun masih ada wajib pajak yang melakukan kecuranggan berupa pengelapan pajak. Sanksi
ataupun denda yang diberikan oleh pemerintah bisa saja dengan mudah untuk dihindari karena
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kewajiban untuk membayar pajak dan kurang
tegasnya sanksi yang dibuat oleh pemerintah.
ketidakmengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung dan
melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat sadar
sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi.
Pajak, disukai atau tidak merupakan elemen penting untuk jalannya suatu negara dan
pemerintahan. Terlepas dari berbagai pendapat yang molak pajak, kewajiban warga negara
adalah membayar pajak, bila tidak membayarnya atau bahkan berusaha menghindari pajak
dengan cara yang tidak benar, maka terkena sanksi dan hukuman baik denda maupun pidana.
3
3 dialokasikan ( menentukan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu tempat)
2
◆ SOLUSI DARI MASALAH
• Strategi pertama adalah memperbaiki pelayanan agar Wajib Pajak mau membayar
pajak secara sukarela. Perbaikan pelayanan perlu dilakukan karena dalam praktik di
lapangan masih ada ketidakpuasan terhadap pelayanan pemungutan pajak. Perbaikan
pelayanan kiranya dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dalam hal
pemenuhan kewajiban pajak. diharapkan dapat mendorong Wajib Pajak untuk
melangkah ke kantor pajak.
3
2. Kondisi Yang Menyebabkan SPT Dianggap Tidak Tersampaikan
◆ MASALAH
4
dianggap oleh DJP5. Sehingga SPT tersebut hanya akan dianggap
sebagai data perpajakan oleh DJP.
3. SPT lebih bayar yang penyampaiannya setelah 3 tahun berakhirnya
masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak. Wajib pajak
akan ditegur secara tertulis dan SPT tidak akan dianggap telah
disampaikan.
◆ JAWABAN
Dapat dipastikan Penyampaian SPT dilakukan setelah direktur jenderal pajak
memeriksa, memberikan bukti permulaan dengan terbuka, atau diterbitkannya surat
ketetapan pajak. Pemeriksaan tersebut dilaksanakan pada tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Pajak diberikan pada wajib pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang sudah dewasa. Pemeriksaan juga bisa lakukan pada saat tanggal wajib
pajak. Sedangkan untuk pemeriksaan bukti permulaan secara terbuka, dilakukan pada
saat surat pemberitahuan pemeriksaan bukti permulaan diberikan kepada wajib pajak.
Peningkatan nilai dari penerimaan PPN diikuti dengan peningkatan nilai self
assessment system dan penurunan nilai penerimaan PPN diikuti pula dengan
penurunan nilai self assessment system 6.
Dengan diterapkannya self assessment system, maka akan mendorong wajib pajak
untuk dapat lebih percaya dengan mekanisme perpajakan di DJP sehingga
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh wajib pajak
baik menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dan seluruhnya
dipertanggungjawabkan di dalam SPT. Self assessment system menyebabkan
timbulnya tunggakan pajak. Dalam mengatasi masalah tersebut maka dilaksanakan
pemeriksaan dan penagihan pajak.
5
Pemeriksaan pajak perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya kecurangan yang
dilakukan oleh wajib pajak dan juga mendorong mereka untuk membayar pajak
dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan pajak merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan penerimaan perpajakan dalam hal ini merupakan penerimaan
PPN.
◆ SOLUSI
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan
benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya. Mengisi Surat Pemberitahuan maksudnya
adalah mengisi formulir Surat Pemberitahuan dengan benar, jelas, dan lengkap sesuai
dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Data yang diisikan pada formulir SPT tersebut sebaiknya
diperiksa beberapa kali karena jika terjadi salah pengisian atau data yang berbeda bisa
dianggap sebagai penyimpangan
6
3. Eksistensi Pengadilan Pajak Dalam Penyelesaian Sengketa Pajak
◆ MASALAH
Pengadilan Pajak merupakan sebuah lembaga peradilan yang tujuan
utamanya ialah menegakkan keadilan berdasarkan prinsip rule of low. Sudah sepatutnya
punya kemandirian, merdeka, dan tidak memihak dalam memeriksa dan memutus suatu
perkara. Dalam prakteknya banyak pihak yang meragukan Pengadilan Pajak karena
struktur dan kedudukannya dinilai tidak independen. Dengan adanya dualisme
pembinaan akan mempengaruhi kemandirian dan independensi Pengadilan Pajak karena
pada wilayah tersebut menimbulkan kontradiksi yaitu Kementerian Keuangan yang
seharusnya menjalankan fungsi eksekutif tetapi ketika ikut mengawasi dan membina
Pengadilan Pajak maka secara otomatis mengambil peran sebagai lembaga yudikatif.
Padahal antara lembaga eksekutif dan yudikatif tersebut seharusnya terpisah, melakukan
fungsinya masing-masing, dan saling mengontrol atau mengawasi satu dengan yang
lainnya (checks and balances).
Prinsip penyelesaian perkara dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Hal ini
mengingat bahwa potensi sengketa pajak ini sangat besar karena jumlah wajib pajak
semakin banyak yang berada tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Disamping jumlah
wajib pajak yang dari tahun ketahun semakin banyak, rentang jarak wilayah Indonesia
dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote sangatlah jauh dari
Jakarta. Seperti halnya wajib pajak yang ada di Jayapura misalnya, apabila yang
bersangkutan tidak puas dengan Surat Ketetepan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak
(STP) yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak di Jayapura, tentu jarak antara
Jayapura dan Jakarta sangatlah jauh. Wajib Pajak akan keluar ongkos yang lumayan
besar baik untuk biaya transportasi, akomodasi dan butuh waktu yang lebih lama
daripada jikalau Pengadilan Pajak ada didaerah tempat wajib pajak berada, minimal di
Ibu Kota Provinsi
jika pengadilan pajak suatu wilayah menimbulkan kontradiksi terhadap
kementrian keuangan yang mengambil dua peran sekaligus,
7
Apakah ada kendala lain dalam proses penyelesaian sangketa pajak
dipengadilan pajak!
Kendala lain dalam proses peyelesaian sengketa pajak di Pengadilan Pajak adalah
ketentuan mengenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) jika
banding wajib pajak ditolak atau dikabulkan sebagian. Ketentuan ini tidak diatur dalam
UU No.14 Tahun 2002 tetapi diatur dalam Pasal 27 ayat (5d) UU No. 28 Tahun 2007
tentang KUP.
Apabila kita melihat lebih lanjut bahwa penerapan sanksi denda dalam tingkat
banding ini bertentangan dengan konsiderans huruf c UU Pengadilan Pajak yang
menyatakan bahwa sengketa pajak yang memerlukan penyelesaian yang adil dengan
prosedur dan proses yang cepat, murah, dan sederhana dan juga tidak sesuai dengan asas-
asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yaitu asas peradilan dilakukan dengan
sederhana, cepat, dan biaya ringan. Pengenaan sanksi denda ini menyebabkan proses
pengajuan banding menjadi tidak murah lagi. Padahal pengajuan keberatan dan banding
adalah hak dari semua Wajib Pajak yang ingin mendapatkan keadilan, justru mereka
merasa takut, dan khawatir dengan ancaman yang bernama sanksi administrasi berupa
8
denda. Wajib Pajak akan berpikir dan berhitung sebelum mereka memutuskan untuk
menyelesaikan sengketa pajak melalui proses banding di Pengadilan Pajak.
◆ SOLUSI
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang diperoleh dari
kontribusi rakyat yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran negara. Wajib pajak
mempunyai kewajiban melaporkan dan membayar pajak terhutang sesuai undang-undang
perpajakan termasuk pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan atas penghasilan, berupa
gaji, honorarium, upah, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
pegawai sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan. wajib pajak dapat
dikatakan patuh jika tidak pernah menunggak pajak, membayar dan melaporkan pajak tepat
waktu serta taat peraturan perundang-undangan perpajakan.
Karena pajak bersifat wajib dan memaksa, maka negara menetapkan sanksi bagi wajib
pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak dan/atau dengan sengaja menolak membayar
pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 telah dijelaskan wajib pajak yang
menolak untuk bayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana Seringkali
masyarakat terlambat atau dengan sengaja lupa untuk membayar pajak.
Dalam upaya untuk menyelesaikan sengketa pajak di Pengadilan Pajak, ada beberapa
kendala seperti tempat kedudukan Pengadilan Pajak yang hanya ada di Ibukota Negara.
Wajib Pajak harus rela keluar biaya lebih untuk biaya transportasi, dan akomodasi serta
korban waktu yang lebih banyak. Kendala lainnya adalah adanya sanksi administrasi berupa
denda sebesar 100% (seratus persen) jika bandingnya ditolak atau dikabulkan sebagian.
Kendala-kendala ini tentunya tidak sesuai dengan konsiderans menimbang huruf c Undang-
Undang Pengadilan Pajak dan juga tidak sejalan dengan asas penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman yaitu asas Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
10
DAFTAR PUSTAKA
pajak, D. j. (2010). Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan. Universitas Jember: 2010.
11