Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Hukum Pajak
Dosen pengampu:

MOH. DA’I BACHTIAR, S.E, M.AK

Disusun

oleh kelompok 8 :

Sulla Mudiana (2021.04.01.0.0044)

Sawa Santika (2021.04.01.0.0040)

Khofinatur Rahmah (2021.04.01.0.0024)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM MADURA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tanpa suatu halangan yang berarti. Tidak lupa sholawat serta
salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul
“PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA” ini adalah sebagai
pemenuhan tugas kelompok semester yang diberikan demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak MOH. DA’I
BACHTIAR, S.E, M.AK selaku dosen mata kuliah Hukum Pajak dan
ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat
memberi manfaat bagi pembaca sekalian.

Pamekasan, 18 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................4

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Timbulnya Utang Pajak..........................................................................6

B. Definisi Penagihan Pajak........................................................................8

C. Pejabat Dan Juru Sita Penagihan Pajak...............................................9

D. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa..................................................9

E. Tahapan Dan Prosedur Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.......10

F. Penyitaan................................................................................................11

BAB III..................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan............................................................................................12

B. Saran.......................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang melaksanakan


kegiatan pembagunan. Salah satu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
adalah pembangunan nasional. Pembangunan tersebut bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan rakyat
indonesia secara adil, makmur dan merata. Hal tersebut tertuang dalam
anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN) dimana penerimaan pajak
merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Dari tahun ke tahun
dapat dilihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil
yang besar dalam penerimaan negara. Beberapa upaya telah dilakukan oleh
pamerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak, antara lain
dengan melakukan reformasi pajak (tax reform). Tujuan utama dari
reformasi pajak ialah untuk lebih menegakkan kemandirian negara dalam
membiayai pembangunan nasional dengan lebih mengarahkan segenap
potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara
meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dari berbagai sumber
diluar minyak bumi dan gas.

Cara melakukan penagihan pajak ada dua jenis yaitu penagihan pajak
dengan surat teguran dan penagihan pajak dengan surat paksa. Agar tujuan
penagihan pajak tersebut tercapai, maka diperlukan serangkaian tindakan
yang dapat diambil oleh jurusita pajak mulai dari tindakan penerbitan surat
teguran atau sejenisnya, kemudian penyampaian surat paksa, penyampaian
surat perintah melakukan penyitaan dan pelaksanaan penyitaan, penjualan
barang hasil penyitaan, sampai dengan tindakan pencegahan bepergian ke
luar negeri dan penyanderaan.

Penagihan pajak dengan surat paksa diatur dalam UU No.19 tahun


2000. Bila mana utang pajak tidak dibayar, maka KPP menerbitkan surat

4
teguran, dilanjutkan dengan penerbitan surat perintah melakukan penyitaan,
dan apabila masih belum dibayar, lalu dilakukan tindakan lelang negara atas
permintaan kantor pelayanan pajak yang bersangkutan, penyitaan dilakukan
oleh jurusita pajak. Tindakan penyitaan dapat dilakukan seketika dan
sekaligus tanpa menuggu urutan-urutan penagihan pajak. Tindakan
penagihan pajak yang selama ini dilaksanakan adalah berdasarkan pada UU
No.19 tahun 1997.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan timbulnya sebuah utang pajak?
2. Apa definisi penagihan pajak itu sendiri?
3. Bagaimana dengan pejabat yang berwenang melakukan penagihan
pajak ?
4. Apa yang dimaksud dengan penagihan pajak dengan surat paksa?
5. Apa sajakah tahapan dan prosedur penagihan pajak dengan surat
paksa?
6. Apa yang dimaksud dengan penyitaan itu sendiri?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar dapat mengetahui timbulnya sebuah utang pajak.
2. Agar dapat mengetahui definisi dari penagihan pajak itu sendiri.
3. Agar dapat mengetahui siapa pejabat yang berwenang dalam
melakukan penagihan pajak.
4. Agar dapat mengetahui penagihan pajak dengan surat paksa.
5. Agar dapat mengetahui apa saja tahapan dan prosedur penagihan
pajak menggunakan surat paksa.
6. Agar dapat mengetahui sebuah penyitaan setelah melakukan
penagihan menggunakan surat paksa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Timbulnya Utang Pajak

utang pajak timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarinya


telah terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang
terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau peristiwa perbuatan tertentu.
Tetapi yang sering terjadi adalah karena keadaan, seperti pajak pajak yang
sangat penting.

Adapun ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak yaitu ada 2
diantaranya :

1. Ajaran formil, yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya suatu


ketetapan pajak oleh fiskus. Dengan demikian, meskipun syarat adanya
tatbestand sudah terpenuhi namun sebelum ada surat ketetapan pajak,
maka belum ada utang pajak.

2. Ajaran materil ,yaitu utang pajak timbul jika ada sesuatu yang
menyebabkan (tatbestand) yaitu rangkaian dari perbuatan-perbuatan,
keadaan-keadaan.

Utang pajak disini juga mempunyai sifat-sifat dalam penagihannya yaitu:

1. Sifatnya memaksa yang dilakukan melalui surat paksa hingga


pemberitahuan melaksanakan penyitaan
2. Dapat pula wajib pajak yang tentang menunjuk orang lain untuk
melunasi utang pajak yang dimilikinya.
3. Utang pajak dapat ditangih sekaligus tanpa harus menunggu waktu jatuh
tempo.
4. Dapat dilakukan penyanderaan dan pencegahan untuk keluar dari
wilayah Indonesia selama 6 bulan dan dapat diperpanjang lagi.
5. Mempunyai hak mendahulu terhadap utang yang lain.

6
Dalam penagihan utang pajak pasti ada waktu berakhirnya utang pajak
dengan cara yang sudah di tetapkan dalam system perpajakan seperti:
a. Pembayaran atau pelunasan
Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan wajib pajak
dengan menggunakan surat setoran pajak (SPP) atau dokumen lain yang
dipersamakan. Pembayaran tersebut dapat dilakukan menggunakan
uang bukan bentuk lainnya dan disetorkan kepada kantor kas Negara,
dan kantor pos.
b. Kompensasi.
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda
dalam tahun pajak yang sama.
c. Penghapusan utang
Penghapusan utang pajak dilakukan karena kondisi dari wajib
pajak yang bersangkutan, misalnya wajib pajak dinyatakan bangkrut
oleh pihak yang berwenang, maka utang pajak tersebut bias dihapus.
d. Daluwarsa
Daluwarsa utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu
pengurangan pajak (penertiban surat ketetapan pajak) walupun karena
lampaunya waktu proses penagihan pajak. Adapun batas daluwarsa
utang pajak yang berlaku saat ini adalah untuk pajak pusat 5 tahun,
untuk pajak daerah 5 tahun, untuk retribusi daerah 3 tahun , untuk wajib
pajak yang tertindak pidana tidak diberikan batas waktu.
e. Pembebasan
Pembebasan pajak dilakukan berkaitan dengan kebijakan
pemerintah, missal dalam rangka meningkatkan penanaman modal
maka pemerintah memberikan kebebasan pajak untuk jangka waktu
tertentu atau pembebasan pajak wilayah-wilayah tertentu1

B. Definisi Penagihan Pajak


1
https://taxcenter.vokasi.unair.ac.id/2020/12/08/utang-pajak/

7
penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan secara seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah
disita. Dalam penagihan pajak juga ada penanggung pajak. Penangung pajak
disini di artikan sebagai orang atau badan yang menanggung atas semua
pembayaran tagihan pajak. Adapun penagihan pajak sendiri terdiri dari
beberapa tidakan ada yang bersifat pasif dan bersifataktif.

Definisi penagihan pajak menurut soemitro (1996:17), yaitu


penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan direktorat jendral pajak
karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang-undang pajak,
khususnya mengenai pembayaran pajak yang terutang.

Definisi lain menurut Rusdji (2004:6), yaitu penagihan pajak adalah


serangkaian tindakan agar wajib pajak melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan dan menjual barang yang telah disita.

Sedangkan penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang


bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat


perintah melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang,
jasa penilai, dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.2

C. Pejabat Dan Juru Sita Penagihan Pajak

2
https://satvika.co.id/news/penagihan-pajak-dengan-surat-paksa-ppsp.html

8
Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan
memberhentikan jurusita pajak, menerbitkan surat perintah penagihan
seketika dan sekaligus, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan,
surat pencabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan harga limit,
pembatalan lelang, surat perintah penyanderaan dan surat lain yang
diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak
tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang-undang
dan peraturan daerah.

Juru sita pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang


meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa,
penyitaan dan penyanderaan. Tugas juru sita pajak :

a. Melaksanakan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus


b. Memberitahukan surat paksa
c. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan
surat perintah melaksanakan penyitaan.
d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

D. Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

Penagihan pajak dengan surat paksa adalah serangkaian tindakan


menagih utang kepada penanggung pajak dengan diberikannya surat
perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dimana biaya
penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah
melaksanakan penyitaan, pengumuman lelang, pembatalan lelang, jasa
penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak. Dimana
penagihan pajak dengan surat paksa ini telah diatur dalam UU No.19 tahun
2000 tentang perubahan atas UU No.19 tahun 1997 tentang penagihan pajak
dengan surat paksa.

E. Tahapan Dan Prosedur Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

9
Tahapan dan prosedur penagihan pajak dengan surat paksa. Dalam
pelaksanaan penagihan aktif tersebut dapat dilakukan dengan 4 tahap, yaitu:

1. Surat Teguran

Surat teguran, suatu peringatan atau surat lain yang sejenis adalah
surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya. Penyampaian surat
teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan oleh fiskus untuk
memperingatkan wajib pajak yang tidak melunasi utang pajaknya sesuai
dengan keputusan penetapan (STP, SKPKB, SPKBT) sampai dengan saat
jatuh tempo. Menurut keputusan Menteri keuangan no.561/KMK.04/2000
pasal 5 ayat 2 menyatakan bahwa surat teguran tidak diterbitkan terhadap
penanggung pajak yang disetujui untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajaknya.

2. Surat Paksa

Surat paksa telah diatur dalam pasal 1 angka 12 undang-undang no.19


tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa yang berbunyi:
surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Sedangkan menurut Rusdji (2005;05), yaitu surat yang
terbitkan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya sampai dengan
tanggal jatuh tempo.

3. Surat Penyitaan

Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat


paksa. Surat penyitaan diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasi dalam
jangka waktu 2x24 jam setelah surat diberitah, untuk itu maka dapat
dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang wajib pajak.

Menurut undang-undang no.19 tahun 2000 tentang penagihan pajak


dengan surat paksa, penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk
menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk
melunasi utang pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Lelang
10
Apabila wajib pajak telah melunasi utang pajak tetapi belum melunasi
biaya penagihan pajak maka penjualan secara lelang terhadap barang yang
telah disita tetap dapat dilakukan. Pengertian lelang menurut Keputusan
Menteri Keuangan no.13/KMK.01/2002, yaitu lelang adalah penjualan
barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun media
elektronik dengan cara penawaran harga secara lisan dan tertulis melalui
usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

F. Penyitaan

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak


yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau
ditempat lain yang termasuk yang penguasaannya berada ditangan pihak
lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu berupa:

a. Barang bergerak, termasuk mobil perhiasan, uang tunai, dan deposito,


berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu, obligasi saham, atau surat berharga,
lainnya, piutang dan penyertaan, modal pada perusahaan lain.
b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi
kotor tertentu.

Barang bergerak yang dikecualikan dari penyitaan adalah :


a. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapan lainnya.
b. Persediaan makanan dan minuman beserta peralatan memasak dirumah.
c. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperbolahan
dari negara.
d. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan dan alat-alat yang digunakan
untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.
e. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan
keluarga yang menjadi tanggungan.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

utang pajak timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarinya


telah terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan), yang
terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau peristiwa perbuatan tertentu.
penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan secara seketika dan sekaligus
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah
disita. Dalam penagihan pajak juga ada penanggung pajak.

Pejabat adalah pejabat yang berwenang mengangkat dan


memberhentikan jurusita pajak, menerbitkan surat perintah penagihan
seketika dan sekaligus, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan,
surat pencabutan sita, pengumuman lelang, surat penentuan harga limit,
pembatalan lelang, surat perintah penyanderaan dan surat lain yang
diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak
tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang-undang
dan peraturan daerah. Tahapan dan prosedur penagihan pajak dengan surat
paksa: surat teguran, surat paksa, surat penyitaan, dan lelang.

B. Saran

Dari pembuatan makalah ini penulis menyampaikan tentang ilmu


hukum pajak dimana disini membahas mengenai penagihan pajak dengan
surat paksa. Penulis berharap kita semua sebagai warga negara yang baik
selalu menaati peraturan yang ada, dan menjalankan kewajiban kita sebagai
warga negara yang baik pula demi terciptanya kesejahteraan bersama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hadi Setia Tunggal, S.H (2000). 5 Undang-Undang Perpajakan Baru.


Hararindo (2000).

https://taxcenter.vokasi.unair.ac.id/2020/12/08/utang-pajak/

https://satvika.co.id/news/penagihan-pajak-dengan-surat-paksa-ppsp.html

13
14

Anda mungkin juga menyukai