Dosen pengampu :
Enjang Suherman, S.E., M.M.
Disusun Oleh :
1. Nuraeni Fauzih 19416261201104
2. Silfana Herman 19416261201115
3. Silvi Anggraeni 19416261201136
4. Zahro Asyifa 19416261201119
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah Hubungan
Industrial, Konflik. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya untuk itu
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan karya tulis ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan karya tulis ini.Akhirnya penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Isu paling popular pada masa Orla yang diusung oleh pemerintahan yaitu anti kalonialisme
dan kapitalisme. Kebijakan nasionalisasi asset
Adanya hubungan antara pekerja dengan pemberi kerja yang mengawali terjadinya hubungan
industrial sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun, karena masalah-masalah dan konflik
yang terjadi masih bisa diselesaikan secara kekeluargaan, maka saat itu hubungan industrial
dianggap bukanlah hal yang penting untuk dikaji. Dan juga saat itu belum ada peraturan ketat
yang mengatur hak dan kewajiban antara pekerja dan pemberi kerja. Namun, seiring dengan
perubahan jaman yang ditandai dengan adanya revolusi industry, pemasalahan-permasalahan
dalam hubungan kerja menjadi semakin rumit, sehingga para pihak mulai menyadari perlunya
membahas dan mempelajari hubungan industrial.
Masa Revolusi Industri
Revolusi industry yang terjadi di daratan eropa pada abad ke-18 merupakan awal
dimulainya pembahasan hubungan industrial. Dengan adanya revolusi industry,
menyebabkan terjadinya perubahan metode industry menjadi lebih cepat, dengan ongkos
produksi yang lebih murah dan hasil produksi yang bersifat massal, sehingga perusahaan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dan memungkinkan untuk memperbesar
perusahaan serta melakukan ekspansi usaha hingga ke luar negeri. Dengan semakin besarnya
perusahaan, hubungan antara pengusaha dan pekerja sudah tidak bisa lagi secara pribadi.
Masalah-masalah yang muncul semakin kompleks dan tak jarang menimbulkan konflik yang
pada akhirnya menghambat proses produksi. Sejak saat itulah para pihak yang terlibat dalam
hubungan industrial menyadari bahwa diperlukan adanya pembahasan untuk menghasilkan
suatu aturan yang ketat dan mengikat antara pengusaha dan pekerja yang mengatur hak dan
kewajiban baik pengusaha maupun pekerja agar tercipta ketenangan dalam bekerja dan
berusaha. Hal inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya hubungan industrial.
2.4 PIHAK – PIHAK YANG TERKAIT DI DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL
Pemerintah
Menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.
Pekerja/Buruh
Menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis.
Pengusaha dan Organisasi Pengusaha
Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan kerja, dan
memberikan kesejahteraan pekerja atau buruh secara terbuka, demokratis, dan
berkeadilan.
2.5 PERBEDAAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN MSDM
Hubungan Industrial
Sebuah sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku proses produksi barang/jasa,
baik internal maupun eksternal perusahaan. Pihak-pihak yang terkait dalam hubungan ini
adalah pekerja, pengusaha dan pemerintah yang diistilahkan sebagai tripatrit. Di tingkat
perusahaan, pekerja dan pengusaha merupakan tokoh utama dalam hubungan industrial.
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)
Suatu ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya (tenaga
kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta dapat digunakan secara
maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama perusahaan, karyawan dan masyarakat
menjadi maksimal. MSDM didasari pada suatu konsep bahwa setiap karyawan adalah
manusia- bukan mesin - dan bukan semata menjadi sumber daya bisnis.
Perbedaan Hubungan Industrial dengan MSDM
Maksud dari Hubungan Industrial yaitu gabungan para pelaku produksi barang/jasa,
Sedangkan Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu ilmu dan cara mengatur peranan
sumber daya (tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif untuk
tercapai tujual bersama perusahaan.
2.6 HUBUNGAN INDUSTRIAL DILAKSANAKAN MELALUI SARANA
1. Serikat pekerja/serikat buruh (Trade Union/Labor Union)
Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas,
terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela
serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.
2. Organisasi pengusaha (Trade Employers)
Sama halnya dengan pekerja, para pengusaha juga mempunyai hak dan kebebasan untuk
membentuk atau menjadi anggota organisasi atau asosiasi pengusaha. Asosiasi
pengusaha sebagai organisasi atau perhimpunan wakil pimpinan perusahaan-perusahaan
merupakan mitra kerja serikat pekerja dan Pemerintah dalam penanganan masalah-
masalah ketenagakerjaan dan hubungan industrial. Asosiasi pengusaha dapat dibentuk
menurut sektor industri atau jenis usaha, mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat
kabupaten, propinsi hingga tingkat pusat atau tingkat nasional.
3. Lembaga kerjasama bipartit (Bipartite Cooperation Body)
Lembaga kerja sama bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri
dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh. Setiap
perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/buruh atau lebih wajib
membentuk lembaga kerja sama bipartit.
4. Lembaga kerjasama tripartite (Tripartite Cooperation Body)
Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah
tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi
pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah. Lembaga Kerja sama Tripartit
terdiri dari:
Lembaga Kerja sama Tripartit Nasional, Provinsi dan Kabupataen/Kota; dan
Lembaga Kerja sama Tripartit Sektoral Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
5. Peraturan Perusahaan (Company Regulations)
Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang wajib membuat peraturan
perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
6. Perjanjian kerja bersama (Collective Labor Agreements)
Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara
serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat
pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau
beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak
dan kewajiban kedua belah pihak.
7. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan (Labor Law)
Peraturan-perundangan ketenagakerjaan pada dasarnya mencakup ketentuan sebelum
bekerja, selama bekerja dan sesudah bekerja. Peraturan selama bekerja mencakup
ketentuan jam kerja dan istirahat, pengupahan, perlindungan, penyelesaian perselisihan
industrial dan lain-lain.
8. Lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial (Industrial Relations Dispute
Settlement)
Perselisihan hubungan industrial diharapkan dapat diselesaikan melalui perundingan
bipartit, Dalam hal perundingan bipartit gagal, maka penyelesaian dilakukan melalui
mekanisme mediasi atau konsiliasi. Bila mediasi dan konsiliasi gagal, maka perselisihan
hubungan industrial dapat dimintakan untuk diselesaikan di Pengadilan Hubungan
Industrial.
2.7 PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK
Manajemen konflik yakni upaya antisipasi yang diambil para pelaku yang berkonflik
atau pihak lain dalam usaha untuk menanggulangi konflik tersebut ke dalam hasil yang
diinginkan, sehingga proses penanggulangan konflik itu bisa atau tidak bisa dapat berakhir
dengan baik, damai, dan dapat membawa keharmonisan serta menghasilkan penyelesaian
permasalahan/konflik melalui musyawarah mufakat serta menghasilkan hal-hal positif lain,
Ross, (1993). Dalam struktur organisasi di lingkungan kerja, mengelola konflik dengan
baik menjadi tanggung jawab pimpinan yakni supervisor, middle manager, dan top
manager, maka diperlukan kerja sama dan saling berperan aktif untuk mengarahkan situasi
konflik agar tetap produktif.
2.8 PANDANGAN TERHADAP KONFLIK
Dalam hubungan organisasi, mau tidak mau, siap atau tidak siap, akan selalu terjadi
konflik yang keberadaan konflik tersebut akan selalu muncul dan kita tidak dapat
menghindarinya. Konflik yang terjadi dapat di pengaruhi karena perbedaan pemikiran
ataupun perbedaan tujuan serta kepentingan antar anggota organisasi atau antar pelaku
yang berkonflik. Konflik akan sering muncul dalam kegiatan berorganisasi. Aktivitas
organisasi yang sedang berkonflik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
(1) adanya perbedaan pemikiran atau pertentangan dalam organisasi tersebut baik antar
perseorangan maupun antar anggota kelompok di organisasi tersebut.
(2) adanya pertentangan guna mewujudkan visi organisasi yang disebabkan perbedaan
pemikiran dalam memahami program-program yang dibuat oleh organisasi,
(3) adanya pelanggaran etika dan norma yang berlaku, yang dilakukan oleh
perseorangan ataupun kelompok oganisasi
(4) adanya sikap saling acuh tak acuh, serta saling menghalangi individu lain dalam
perebutan ide dan sumber daya yang dimiliki organisasi tersebut,
(5) muncul perdebatan dan pertentangan yang disebabkan pengembangan ide-ide baru
serta kreativitas yang baru muncul untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan
organisasi di masa depan serta untuk memenuhi tujuan- tujuan yang ingin dicapai di
organisasi itu.
Konflik mempunyai sisi negatif dan sisi postif. Robbins (1996) mendefinisikan konflik
yaitu suatu proses yang terjadi bila seseorang merasakan dampak negatif atau merasa
dirugikan oleh pihak lain atau merasa pihak lain tersebut dapat memberikan pengaruh
negatif terhadap dirinya.
2.9 JENIS-JENIS KONFLIK
Dalam kegiatan organisasi, akan menjumpai konflik atau pertentangan yang akan
melibatkan antar individu ataupun antar kelompok. Konflik tersebut mempunyai banyak
jenis, hal ini seperti yang dipaparkan oleh Stoner dan Wankel. Stoner dan Wankel
mengatakan bahwa ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik interpersonal,
konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
Konflik dapat dilihat, dipelajari dari segi hubungan antar individu maupun kelompok-
kelompok orang yang terlibat. Jenis-jenis konflik yang disebutkan diatas merupakan
gambaran konflik seperti apa yang dapat muncul dalam kegiatan berorganisasi. Sedangkan
dampak yang dialami setelah proses terjadinya konflik setiap individu, kelompok maupun
setiap organisasi berbeda, tergantung dari cara individu, kelompok, atau organisasi itu dapat
menafsirkan dan menanggulangi konflik yang sedang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Dalam pasal 1 angka 16 mengartikan “Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan
yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri
dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang berdasarkan nilai nilai Pancasila
dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Meninjau dari
pengertian undang-undang tersebut dapat ditarik kesimpulan hubungan industrial merupakan
hubungan antara seluruh pihak terkait dan berkepentingan. Terutama yang menangani proses
produksi maupun pelayanan dari sebuah suatu perusahaan. Agar perusahaan dapat berjalan
dengan baik, dapat memulai untuk menciptakan hubungan industrial yang sejalan,
mensejahterakan, harmonis, serta aman.
Umumnya, perselisihan hubungan industrial mencuat karena perbedaan pendapat
yang berujung pertentangan. Baik itu dialami Pengusaha maupun gabungan pengusaha
dengan buruh atau pekerja. Maupun antara sesama serikat pekerja atau serikat buruh dalam
perusahaan yang sama. Pengertian lebih jelas dan mendasar tercantum dalam Undang-undang
Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan
hubungan industrial yang dimaksudkan adalah mengenai “perbedaan pendapat yang
menyebabkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh
atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan terkait hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan mengenai pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam perusahaan”.
3.1 SARAN
Penulis tentunya menyadari bahwa Makalah diatas masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk memperbaiki Makalah berikunya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33149769/MAKALAH_HUBUNGAN_INDUSTRIAL.docx
https://devaelizabhet.wordpress.com/2013/06/21/bab-ipendahuluan-latar-belakang-hubungan-
industrial-merupakan-suatu-system-hubungan/
http://riyowansyah.blogspot.com/2014/11/makalah-hubungan-industrial.html
http://sdmberkualitas.blogspot.com/2016/06/hubungan-industrial-dalam-manajemen.html
https://jurnal.ugm.ac.id>jmh>article>pdf.htm
Link YouTube
https://youtu.be/ZSsSOsL-TUI