Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kata Pengantar..................I

Daftar Isi.............................Ii

BAB I Pendahuluan.............................1

• Latar Belakang

• Tujuan Hubungan Industrial

BAB Ii Isi.....................

• Pengertian Hubungan Industrial

• Ruang Lingkup Industrial

• Manfaat Ruang lingkup Industrial

BAB III Penutup.....................

• Kesimpulan
• Saran

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hubungan  Industrial  (Industrial  Relations)  adalah kegiatan  yang  mendukung  terciptanya 


hubungan yang harmonis antara pelaku bisnis yaitu pengusaha,  karyawan dan pemerintah,  sehingga 
tercapai ketenangan bekerja dan kelangsungan berusaha (Industrial Peace). Pada  Undang‐Undang 
Ketenagakerjaan  No.  13  tahun  2003  pasal  1  angka  16  Hubungan  Industrial didefinisikan  sebagai 
“Suatu  sistem  hubungan  yang  terbentuk  antara  para  pelaku  dalam  proses produksi  barang 
dan/atau  jasa  yang  terdiri  dari  unsur  pengusaha,  pekerja/buruh  dan  pemerintah yang  didasarkan 
pada  nilai‐nilai  Pancasila  dan  Undang‐Undang  Dasar  Negara  Republik 
Indonesia tahun 1945.” Melihat    pentingnya  kegiatan  ini,  masalah  hubungan  industrial  perlu 
mendapat  perhatian  khusus dalam  penanganannya,  karena  berpengaruh  besar  terhadap 
kelangsungan  proses  produksi  yang terjadi di perusahaan. 

Keseimbangan  antara  pengusaha  dan  pekerja  merupakan  tujuan  ideal  yang  hendak 
dicapai agarterjadi hubungan yang harmonis antara pekerja dan pengusaha karena tidak dapat dipungkir
i bahwa hubungan  antara  pekerja  dan  pengusaha  adalah  hubungan  yang  saling  membutuhkan  dan 
saling mengisi  satu  dengan  yang  lainnya.  Pengusaha  tidak  akan  dapat menghasilkan  produk 
barang atau jasa jika tidak didukung oleh pekerja, demikian pula sebaliknya. Yang  paling mendasar 
dalam  Konsep Hubungan Industrial  adalah  Kemitra‐sejajaran  antara  Pekerja dan  Pengusaha  yang 
keduanya  mempunyai  kepentingan  yang  sama,  yaitu  bersama‐sama 
ingin meningkatkan taraf hidup dan mengembangkan perusahaan.

Dalam pasal 1 angka 16 mengartikan bahwa Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara yang terdiri dari tiga komponen yaitu Karyawan, Pengusaha, dan Pemerintah.

B. Tujuan Hubungan Industrial

Hubungan Industrial Pancasila diarahkan untuk menumbuhkembangkan hubungan yang harmonis


atas dasar kemitraan yang sejajar dan terpadu diantara para pelaku dalam proses produksi barang atau
jasa yang didasarkan atas nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

Tujuan  Hubungan  Industrial  adalah  mewujudkan  Hubungan  Industrial  yang  harmonis,  Dinamis, 

kondusif dan berkeadilan di perusahaan. 

Ada tiga unsur yang mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial, yaitu : 

a.  Hak dan kewajiban terjamin dan dilaksanakan 

b.  Apabila timbul perselisihan dapat diselesaikan secara internal/bipartit 

c.  Mogok  kerja  oleh  pekerja  serta  penutupan  perusahaan  (lock  out)  oleh  pengusaha,  tidak 

perlu  digunakan  untuk  memaksakan  kehendak  masing‐masing,  karena  perselisihan  yang 


Namun  demikian  Sikap  mental  dan  sosial  para  pengusaha  dan  pekerja  juga  sangat 
berpengaruh dalam mencapai berhasilnya tujuan hubungan industrial yang kita karapkan. Sikap mental 
dan sosial yang mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial  tersebut adalah : 

1. Memperlakukan pekerja sebagai mitra, dan memperlakukan pengusaha sebagai investor 

2.  Bersedia  saling  menerima  dan  meningkatkan  hubungan  kemitraan  antara  pengusaha  dan 

pekerja secara terbuka 

3. Selalu tanggap terhadap kondisi sosial, upah, produktivitas dan kesejahteraan pekerja 

4. Saling mengembangkan forum komunikasi, musyawarah dan kekeluargaan

BAB II

ISI

Hubungan industrial adalah hubungan pihak yang berkepentingan atas proses produksi baik barang
maupun jasa di perusahaan. Hubungan industrial mengambil istilah dari "labour relation" atau
hubungan perburuhan.

Pembangunan perekonomian bangsa Indonesia sangat saat ini merupakan salah satu dampak dari
perkembangan industrial di Indonesia. Disisi lain bangsa Indonesia juga menerapkan proses
demokratisasi dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata,
materiil dan sepiritual serta guna peningkatan kesejahteraan dan harkat martabat manusia, yang
berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dari Pembangunan industrial tersebut juga tidak
terlepas dari permasalahan tenaga kerja yang menimbulkan konflikkonflik pada buruh, seperti kasus
konflik perburuhan, kekerasan, penipuan, upah tidak sesuai standar pemecatan yang semena-mena,
semakin hari semakin kompleks. Kasus tersebut penting mendapatkan perspektif perlindungan hak-hak
asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan perlindungan bagi hak-hak tenaga
kerja.

Memahami tentang Hubungan Industrial yang dimana akan membahas pula mengenai ketenagakerjaan
serta bagaimana peran pemerintah diantara hak dan kewajiban antara perusahaan dan buruh/serikat
pekerja. Dimana menurut UU No.13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 angka 16, Hubungan
Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi
barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang
didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki kepentingan
atas kelangsungan usaha dan keberhasilan perusahaan.Meskipun keduanya memiliki kepentingan
terhadap keberhasilan perusahaan, tidak dapat dipungkiri konflik/perselisihan masih sering terjadi
antara pengusaha dan pekerja.

Bila sampai terjadi perselisihan antara pekerja dan pengusaha, perundingan bipartit bisa menjadi solusi
utama agar mencapai hubungan industrial yang harmonis. Hubungan industrial yang kondusif antara
pengusaha dan pekerja/buruh menjadi kunci utama untuk menghindari terjadinya Pemutusan
Hubungan Kerja, meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh serta memperluas kesempatan kerja baru
untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia.

A.Ruang Lingkup Hubungan Industrial

a. Ruang Lingkup Cakupan

Pada dasarnya prinsip‐prinsip dalam hubungan industrial mencakup seluruh tempat‐tempat kerja 
dimana  para  pekerja  dan  pengusaha  bekerjasama  dalam  hubungan  kerja 
untuk mencapai  tujuan usaha. Yang dimaksud hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha deng
an pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja  yang mempunyai unsur upah, perintah 
dan pekerjaan.

b.  Ruang lingkup Fungsi

Fungsi  Pemerintah  :  Menetapkan  kebijakan,  memberikan  pelayanan,  melaksanakan 

pengawasan,  dan melakukan  penindakan  terhadap  pelanggaran  peraturan  undang‐undang 

ketenagakerjaan yang berlaku. 

Fungsi  Pekerja/Serikat  Pekerja  :  Menjalankan  pekerjaan  sesuai  kewajibannya,  menjaga 

ketertiban  demi  kelangsungan  produksi,  menyalurkan  aspirasi  secara  demokratis, 

mengembangkan  ketrampilan,  keahlian  dan  ikut  memajukan  perusahaan  serta 

memperjuangkan kesejahteraan anggota dan keluarganya. 

Fungsi Pengusaha : Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan 

kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis serta berkeadilan.

c.  Ruang Lingkup Masalah
Adalah seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan hubungan a
ntara pekerja, pengusaha dan pemerintah. 

Didalamnya termasuk : 

a.  Syarat‐syarat kerja 

b.  Pengupahan 

c.  Jam kerja 

d.  Jaminan sosial 

e.  Kesehatan dan keselamatan kerja 

f.  Organisasi ketenagakerjaan 

g.  Iklim kerja 

h.  Cara penyelesaian keluh kesah dan perselisihan. 

i.  Cara memecahkan persoalan yang timbul secara baik, dsb.

D.  Ruang Lingkup Peraturan/Per Undang‐undangan Ketenagakerjaan

a.  Hukum Materiil 
1.  Undang‐undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 

2.  Peraturan Pemerintah/Peraturan Pelaksanaan yang berlaku 

3.  Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja.

B. Manfaat Hubungan Industrial

SARANA‐SARANA DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL

Agar tertibnya  kelangsungan dan 
suasana bekerja dalam hubungan industrial, maka perlu adanya peraturan‐peraturan  yang  mengatur 
hubungan  kerja  yang  harmonis  dan  kondusif.  Peraturan tersebut diharapkan mempunyai 
fungsi untuk mempercepat pembudayaan  sikap mental dan 
sikap sosial Hubungan Industrial. Oleh karena itu  setiap peraturan dalam hubungan kerja 
tersebut harus mencerminkan  dan  dijiwai  oleh  nilai‐nilai  budaya  dalam  perusahaan,  terutama 
dengan  nilai‐nilai yang terdapat dalam Hubungan Industrial. Dengan  demikian  maka  kehidupan 
dalam  hubungan  industrial  berjalan  sesuai  dengan  nilai‐nilai budaya perusahaan tersebut.

Dengan adanya pengaturan mengenai hal‐hal yang harus dilaksanakan oleh pekerja dan pengusaha
dalam  melaksanakan  hubungan  industrial,  maka  diharapkan  terjadi  hubungan  yang  harmonis 
dan kondusif.  Untuk  mewujudkan  hal  tersebut  diperlukan  sarana  sebagaimana  dimaksud 
dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan melal
ui sarana 

sebagai berikut : 

A.  Lembaga kerja sama Bipartit 
B.  Lembaga kerja sama Tri[artit 

C.  Organisasi Pekerja atau Serikat Pekerja/Buruh 

D.  Organisasi Pengusaha 

E.  Lembaga keluh kesah & penyelesaian perselisihan hubungan industrial 

F.  Peraturan Perusahaan 

G.  Perjanjian Kerja Bersama

A. LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT

Adalah  suatu  badan  ditingkat  usaha  atau  unit  produksi  yang  dibentuk  oleh  pekerja 
dan pengusaha.

 Setiap  pengusaha  yang  mempekerjakan  50  (limapuluh)  orang  pekerja  atau  lebih 
dapat membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan anggota‐anggota yang terdiri dari unsur peng
usaha dan pekerja yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan keahlian. LKS Bipartit bertugas dan berfu
ngsi  sebagai  Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah dalam  memecahkan  permasalahan‐
permasalahan  ketenagakerjaan .

BAB III

Penutup
A. Kesimpulan

hubungan industrial memiliki prinsip bahwa semua pihak merasa didengar dan menyamakan visi dan
misi. Hanya dengan demikianlah tiap usaha, industri, atau bisnis bisa berkembang dengan efektif dan
efisien. Hubungan industrial yang harmonis, sistem hubungan antara para pihak dalam proses produksi
baik oleh pengusaha, karyawan, dan pemerintah, merupakan salah satu faktor penting untuk
meningkatkan kondisi kerja, kualitas, produktivitas, dan daya saing.

Menurut pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,


menyebutkan bahwa, perselisihan hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang
mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan.

B. Saran

Hubungan Industrial bukan hanya hubungan kerja antara Pemerintahan dengan

Pengusaha dan Masyarakat, tetapi juga bagaimana mereka memperkenalkan keanekaragaman

dan kekayaan negeri melalui cara yang berbeda. Menjalin kerja sama dan saling memberi keuntungan.

Teman-teman dalam penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh

Karena itu kami meminta kepada teman-teman sekalian untuk memberi dukungan berupa kritik dan
saran.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai