Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah
ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kata Pengantar..................I
Daftar Isi.............................Ii
BAB I Pendahuluan.............................1
• Latar Belakang
BAB Ii Isi.....................
• Kesimpulan
• Saran
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Keseimbangan antara pengusaha dan pekerja merupakan tujuan ideal yang hendak
dicapai agarterjadi hubungan yang harmonis antara pekerja dan pengusaha karena tidak dapat dipungkir
i bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan yang saling membutuhkan dan
saling mengisi satu dengan yang lainnya. Pengusaha tidak akan dapat menghasilkan produk
barang atau jasa jika tidak didukung oleh pekerja, demikian pula sebaliknya. Yang paling mendasar
dalam Konsep Hubungan Industrial adalah Kemitra‐sejajaran antara Pekerja dan Pengusaha yang
keduanya mempunyai kepentingan yang sama, yaitu bersama‐sama
ingin meningkatkan taraf hidup dan mengembangkan perusahaan.
Dalam pasal 1 angka 16 mengartikan bahwa Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur
pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang
Dasar Negara yang terdiri dari tiga komponen yaitu Karyawan, Pengusaha, dan Pemerintah.
Tujuan Hubungan Industrial adalah mewujudkan Hubungan Industrial yang harmonis, Dinamis,
kondusif dan berkeadilan di perusahaan.
Ada tiga unsur yang mendukung tercapainya tujuan hubungan industrial, yaitu :
b. Apabila timbul perselisihan dapat diselesaikan secara internal/bipartit
c. Mogok kerja oleh pekerja serta penutupan perusahaan (lock out) oleh pengusaha, tidak
1. Memperlakukan pekerja sebagai mitra, dan memperlakukan pengusaha sebagai investor
2. Bersedia saling menerima dan meningkatkan hubungan kemitraan antara pengusaha dan
pekerja secara terbuka
3. Selalu tanggap terhadap kondisi sosial, upah, produktivitas dan kesejahteraan pekerja
4. Saling mengembangkan forum komunikasi, musyawarah dan kekeluargaan
BAB II
ISI
Hubungan industrial adalah hubungan pihak yang berkepentingan atas proses produksi baik barang
maupun jasa di perusahaan. Hubungan industrial mengambil istilah dari "labour relation" atau
hubungan perburuhan.
Pembangunan perekonomian bangsa Indonesia sangat saat ini merupakan salah satu dampak dari
perkembangan industrial di Indonesia. Disisi lain bangsa Indonesia juga menerapkan proses
demokratisasi dan transparansi dalam proses menuju masyarakat adil dan makmur yang merata,
materiil dan sepiritual serta guna peningkatan kesejahteraan dan harkat martabat manusia, yang
berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dari Pembangunan industrial tersebut juga tidak
terlepas dari permasalahan tenaga kerja yang menimbulkan konflikkonflik pada buruh, seperti kasus
konflik perburuhan, kekerasan, penipuan, upah tidak sesuai standar pemecatan yang semena-mena,
semakin hari semakin kompleks. Kasus tersebut penting mendapatkan perspektif perlindungan hak-hak
asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan perlindungan bagi hak-hak tenaga
kerja.
Memahami tentang Hubungan Industrial yang dimana akan membahas pula mengenai ketenagakerjaan
serta bagaimana peran pemerintah diantara hak dan kewajiban antara perusahaan dan buruh/serikat
pekerja. Dimana menurut UU No.13/2003 tentang ketenagakerjaan pasal 1 angka 16, Hubungan
Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi
barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang
didasarkan pada nilai nilai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam sebuah perusahaan, baik itu pengusaha maupun pekerja pada dasarnya memiliki kepentingan
atas kelangsungan usaha dan keberhasilan perusahaan.Meskipun keduanya memiliki kepentingan
terhadap keberhasilan perusahaan, tidak dapat dipungkiri konflik/perselisihan masih sering terjadi
antara pengusaha dan pekerja.
Bila sampai terjadi perselisihan antara pekerja dan pengusaha, perundingan bipartit bisa menjadi solusi
utama agar mencapai hubungan industrial yang harmonis. Hubungan industrial yang kondusif antara
pengusaha dan pekerja/buruh menjadi kunci utama untuk menghindari terjadinya Pemutusan
Hubungan Kerja, meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh serta memperluas kesempatan kerja baru
untuk menanggulangi pengangguran di Indonesia.
a. Ruang Lingkup Cakupan
Pada dasarnya prinsip‐prinsip dalam hubungan industrial mencakup seluruh tempat‐tempat kerja
dimana para pekerja dan pengusaha bekerjasama dalam hubungan kerja
untuk mencapai tujuan usaha. Yang dimaksud hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha deng
an pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur upah, perintah
dan pekerjaan.
b. Ruang lingkup Fungsi
ketenagakerjaan yang berlaku.
memperjuangkan kesejahteraan anggota dan keluarganya.
Fungsi Pengusaha : Menciptakan kemitraan, mengembangkan usaha, memperluas lapangan
kerja dan memberikan kesejahteraan pekerja secara terbuka, demokratis serta berkeadilan.
c. Ruang Lingkup Masalah
Adalah seluruh permasalahan yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan hubungan a
ntara pekerja, pengusaha dan pemerintah.
Didalamnya termasuk :
a. Syarat‐syarat kerja
b. Pengupahan
c. Jam kerja
d. Jaminan sosial
e. Kesehatan dan keselamatan kerja
f. Organisasi ketenagakerjaan
g. Iklim kerja
h. Cara penyelesaian keluh kesah dan perselisihan.
i. Cara memecahkan persoalan yang timbul secara baik, dsb.
D. Ruang Lingkup Peraturan/Per Undang‐undangan Ketenagakerjaan
a. Hukum Materiil
1. Undang‐undang ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003
2. Peraturan Pemerintah/Peraturan Pelaksanaan yang berlaku
3. Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Peraturan Perusahaan (PP) dan Perjanjian Kerja.
SARANA‐SARANA DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL
Agar tertibnya kelangsungan dan
suasana bekerja dalam hubungan industrial, maka perlu adanya peraturan‐peraturan yang mengatur
hubungan kerja yang harmonis dan kondusif. Peraturan tersebut diharapkan mempunyai
fungsi untuk mempercepat pembudayaan sikap mental dan
sikap sosial Hubungan Industrial. Oleh karena itu setiap peraturan dalam hubungan kerja
tersebut harus mencerminkan dan dijiwai oleh nilai‐nilai budaya dalam perusahaan, terutama
dengan nilai‐nilai yang terdapat dalam Hubungan Industrial. Dengan demikian maka kehidupan
dalam hubungan industrial berjalan sesuai dengan nilai‐nilai budaya perusahaan tersebut.
Dengan adanya pengaturan mengenai hal‐hal yang harus dilaksanakan oleh pekerja dan pengusaha
dalam melaksanakan hubungan industrial, maka diharapkan terjadi hubungan yang harmonis
dan kondusif. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sarana sebagaimana dimaksud
dalam pasal 103 UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 bahwa hubungan industrial dilaksanakan melal
ui sarana
sebagai berikut :
A. Lembaga kerja sama Bipartit
B. Lembaga kerja sama Tri[artit
C. Organisasi Pekerja atau Serikat Pekerja/Buruh
D. Organisasi Pengusaha
E. Lembaga keluh kesah & penyelesaian perselisihan hubungan industrial
F. Peraturan Perusahaan
G. Perjanjian Kerja Bersama
A. LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT
Adalah suatu badan ditingkat usaha atau unit produksi yang dibentuk oleh pekerja
dan pengusaha.
Setiap pengusaha yang mempekerjakan 50 (limapuluh) orang pekerja atau lebih
dapat membentuk Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan anggota‐anggota yang terdiri dari unsur peng
usaha dan pekerja yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan dan keahlian. LKS Bipartit bertugas dan berfu
ngsi sebagai Forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah dalam memecahkan permasalahan‐
permasalahan ketenagakerjaan .
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
hubungan industrial memiliki prinsip bahwa semua pihak merasa didengar dan menyamakan visi dan
misi. Hanya dengan demikianlah tiap usaha, industri, atau bisnis bisa berkembang dengan efektif dan
efisien. Hubungan industrial yang harmonis, sistem hubungan antara para pihak dalam proses produksi
baik oleh pengusaha, karyawan, dan pemerintah, merupakan salah satu faktor penting untuk
meningkatkan kondisi kerja, kualitas, produktivitas, dan daya saing.
B. Saran
dan kekayaan negeri melalui cara yang berbeda. Menjalin kerja sama dan saling memberi keuntungan.
Teman-teman dalam penulisan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan oleh
Karena itu kami meminta kepada teman-teman sekalian untuk memberi dukungan berupa kritik dan
saran.
Daftar Pustaka