Anda di halaman 1dari 12

Perselisihan Hubungan Industrial

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Ketenagakerjaan

Dosen Pengampu : Junaidi Abdullah, S.AG., M.HUM.

Disusun Oleh :

Kelompok 06

Rahardian Erlangga (2220210042)

Hesti Dwi Oktaviyani (2220210056)

Mohammad Ulin Niam (2220210057)

Dewi Nurilia (2220210068)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS SYARIAH

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Perselisihan Hubungan Industrial”
dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penyusun berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang informasi terkait dengan Perselisihan
hubungan industrial. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah Swt yang
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok pada
Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih
Bapak Junaidi Abdullah, S.AG., M.HUM. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami menyadari sepenuhnya atas segala keterbatasan kemampuan yang dimiliki sehingga
sangat mungkin makalah ini mempunyai banyak kelemahan. Dalam konteks inilah kritik dan saran
menjadi bagian sangat penting bagi kami dalam penyempurnaan penulisan.

Kudus, 20 November 2023

Kelompok 06

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2

C. Tujuan .................................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 3

A. Hubungan Industrial............................................................................................................. 3

B. Perselisihan Hubungan Industrial ........................................................................................ 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 7

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 7

B. Saran .................................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Hubungan industrial memiliki ciri khusus di Indonesia, antara lain mengakui dan meyakini
bahwa bekerja adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan, manusia, masyarakat, bangsa, dan
negara, menganggap pekerja sebagai manusia yang bermartabat, dan melihat antara
pengusaha dan pekerja memiliki kesamaan kepentingan untuk memajukan perusahaan.
Hubungan industrial juga memiliki fungsi bagi pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh,
yaitu menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan,
melakukan penindakan, menjamin perlindungan, meningkatkan kesejahteraan, dan
menciptakan ketenangan kerja.
Namun, dalam hubungan industrial tidak selalu terjadi keselarasan dan keserasian
antara para pelaku. Seringkali muncul perbedaan pendapat yang mengakibatkan
pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, kepentingan, pemutusan
hubungan kerja, dan antar-serikat dalam satu perusahaan. Perselisihan hubungan industrial
ini dapat berdampak negatif bagi produktivitas, kesejahteraan, dan stabilitas sosial. Oleh
karena itu, diperlukan suatu mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang efektif, efisien, dan adil.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Indonesia diatur dalam UU No. 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI). UU PPHI
mengatur empat tahapan penyelesaian perselisihan hubungan industrial, yaitu bipartit,
mediasi, konsiliasi, dan arbitrase untuk perselisihan hak dan kepentingan, serta bipartit,
mediasi, konsiliasi, dan pengadilan hubungan industrial untuk perselisihan pemutusan
hubungan kerja dan antar-serikat. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial harus
dilakukan secara bertahap, damai, dan berkeadilan, dengan mengutamakan musyawarah
untuk mufakat.

1
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan
definisi, jenis, dan cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Indonesia.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang konsep,
karakteristik, dan prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial, serta
memberikan saran dan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas hubungan industrial
yang harmonis, dinamis, dan demokratis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hubungan industrial?


2. Apa yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud hubungan industrial


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Industrial

Sesuai dengan namanya, Hubungan Industri terdiri dari dua kata, Industri, dan
Hubungan. Dimana industri meliputi kegiatan produksi yang melibatkan kelompok
pekerja, Ini termasuk kegiatan utama seperti pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, pertambangan dan kegiatan sekunder seperti manufaktur, konstruksi,
perdagangan, transportasi, perdagangan, perbankan, komunikasi dll. Secara ekonomi,
industri berarti sektor sekunder di mana faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja,
modal dan perusahaan atau manusia (man), bahan (material), uang (money) dan mesin
(machine) digunakan secara menguntungkan untuk tujuan produksi, dan di mana ada
organisasi bisnis. Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 Pasal 1 Angka 16
tentang ketenagakerjaan, hubungan industrial merupakan suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari
unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah. Hubungan industrial tersebut didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang atau jasa, yang meliputi pekerja, manajemen atau
pengusaha atau majikan, dan pemerintah.Hubungan industrial berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas dan kinerja pekerja/buruh di perusahaan. Hubungan industrial
juga berdampak pada peningkatan produktivitas semua pihak di lingkungan kerja.
Hubungan industrial perlu diciptakan sedemikian rupa agar harmonis, serasi, sejalan, dan
aman demi pencapaian tujuan semua pihak yang terkait atau berkepentingan dan
perusahaan itu sendiri.
Hubungan industrial dapat dibedakan menjadi tiga level, yaitu level strategi,
kebijakan, dan tempat kerja. Level strategi adalah level dimana pihak-pihak yang
berkepentingan menetapkan visi, misi, dan tujuan hubungan industrial. Level kebijakan
adalah level dimana pihak-pihak yang berkepentingan merumuskan dan

3
mengimplementasikan kebijakan hubungan industrial, seperti peraturan perundang-
undangan, perjanjian kerja bersama, dan kode etik. Level tempat kerja adalah level dimana
pihak-pihak yang berkepentingan menjalankan hubungan industrial sehari-hari, seperti
komunikasi, kerjasama, negosiasi, dan penyelesaian perselisihan.
Pemerintah mempunyai fungsi penting dalam melaksanakan hubungan industrial,
yaitu menetapkan kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan pengawasan, dan
melakukan penindakan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan. Pemerintah juga berperan sebagai mediator, fasilitator, dan arbitrator
dalam menangani perselisihan hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha.
Pemerintah bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan.
Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa hubungan industrial adalah hubungan
antara seluruh pihak yang terkait atau berkepentingan atas proses produksi barang atau
pelayanan jasa di suatu perusahaan. Hubungan industrial juga berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas dan kinerja pekerja/buruh di perusahaan. Selain itu, hubungan
industrial juga berdampak pada peningkatan produktivitas semua pihak di lingkungan
kerja. Oleh sebab itu, hubungan industrial perlu diciptakan sedemikian rupa agar harmonis,
serasi, sejalan, dan aman demi pencapaian tujuan semua pihak yang terkait atau
berkepentingan dan perusahaan itu sendiri.

B. Perselisihan Hubungan Industrial

Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan


pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau
serikat pekerja/serikat buruh dalam proses produksi barang dan/atau jasa. Perselisihan
hubungan industrial merupakan suatu fenomena yang sering terjadi dalam dunia kerja.
Perselisihan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketidakpuasan pekerja/buruh
terhadap kondisi kerja, upah, hak-hak normatif, atau perlakuan pengusaha;
ketidaksepakatan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh mengenai perjanjian
kerja bersama; atau adanya tindakan yang melanggar hukum atau etika kerja oleh salah
satu pihak.

4
Perselisihan hubungan industrial dapat berdampak negatif bagi kinerja,
produktivitas, dan kesejahteraan para pelaku hubungan industrial. Perselisihan ini dapat
menimbulkan konflik, ketegangan, atau bahkan kekerasan di tempat kerja, yang dapat
mengganggu proses produksi barang dan/atau jasa. Perselisihan ini juga dapat merugikan
reputasi dan citra perusahaan, serta menurunkan kepercayaan dan loyalitas pekerja/buruh.
Selain itu, perselisihan ini dapat menimbulkan biaya-biaya tambahan, baik bagi pengusaha
maupun pekerja/buruh, seperti biaya penyelesaian perselisihan, biaya ganti rugi, biaya
mogok kerja, atau biaya pemutusan hubungan kerja.
Terdapat empat jenis perselisihan hubungan industrial yang diatur dalam UU No.
2 Tahun 2004, yaitu:
- Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang terjadi karena tidak terpenuhinya hak normatif
pekerja/buruh yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
perjanjian kerja bersama, atau undang-undang. Contoh: perselisihan mengenai gaji,
tunjangan, cuti, jam kerja, dan sebagainya.
- Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan yang terjadi karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai peraturan dan syarat-syarat kerja yang belum diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau undang-
undang. Contoh: perselisihan mengenai kenaikan gaji, bonus, fasilitas, dan sebagainya.
- Perselisihan pemutusan hubungan kerja, yaitu perselisihan yang terjadi karena adanya
pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha terhadap
pekerja/buruh. Contoh: perselisihan mengenai alasan, prosedur, atau kompensasi PHK.
- Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, yaitu
perselisihan yang terjadi antara dua atau lebih serikat pekerja/serikat buruh yang berada
dalam satu perusahaan. Contoh: perselisihan mengenai representasi, kewenangan, atau
keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh.

Terdapat jugga cara penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang diatur


dalam UU No. 2 Tahun 2004 adalah sebagai berikut:

- Perundingan bipartit, yaitu perundingan antara pekerja/buruh atau serikat


pekerja/serikat buruh dengan pengusaha yang bersifat wajib. Perundingan bipartit
harus dilakukan dalam waktu paling lama 30 hari sejak perselisihan terjadi. Jika

5
perundingan bipartit berhasil, maka dibuat perjanjian yang mengikat kedua belah
pihak. Jika perundingan bipartit gagal, maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
- Mediasi, konsiliasi, atau arbitrase, yaitu penyelesaian melalui musyawarah yang
ditengahi oleh mediator, konsiliator, atau arbiter yang netral. Mediasi dan konsiliasi
adalah penyelesaian yang bersifat sukarela, sedangkan arbitrase adalah penyelesaian
yang bersifat mengikat. Mediasi, konsiliasi, atau arbitrase harus dilakukan dalam waktu
paling lama 30 hari sejak permohonan diajukan. Jika mediasi, konsiliasi, atau arbitrase
berhasil, maka dibuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak. Jika mediasi,
konsiliasi, atau arbitrase gagal, maka dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
- Pengadilan hubungan industrial, yaitu pengadilan khusus yang berwenang memeriksa,
mengadili, dan memberi putusan terhadap perselisihan hubungan industrial. Pengadilan
hubungan industrial harus memutus perkara dalam waktu paling lama 50 hari sejak
gugatan diajukan. Putusan pengadilan hubungan industrial bersifat final dan mengikat,
kecuali jika ada upaya hukum lain yang diatur dalam undang-undang.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para
pelaku dalam proses produksi barang atau jasa, yang meliputi pekerja, manajemen atau
pengusaha atau majikan, dan pemerintah.Hubungan industrial berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas dan kinerja pekerja/buruh di perusahaan. Hubungan industrial
juga berdampak pada peningkatan produktivitas semua pihak di lingkungan kerja.
Hubungan industrial perlu diciptakan sedemikian rupa agar harmonis, serasi, sejalan, dan
aman demi pencapaian tujuan semua pihak yang terkait atau berkepentingan dan
perusahaan itu sendiri. Sedangkan Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan
pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha
dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dalam proses produksi barang
dan/atau jasa. Perselisihan hubungan industrial merupakan suatu fenomena yang sering
terjadi dalam dunia kerja. Perselisihan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
ketidakpuasan pekerja/buruh terhadap kondisi kerja, upah, hak-hak normatif, atau
perlakuan pengusaha; ketidaksepakatan antara pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh
mengenai perjanjian kerja bersama; atau adanya tindakan yang melanggar hukum atau
etika kerja oleh salah satu pihak.

B. Saran

Berikut ini adalah beberapa saran dan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas hubungan
industrial yang harmonis, dinamis, dan demokratis:
- Lebih memahami perilaku karyawan dan pengusaha, serta menghargai hak dan
kewajiban masing-masing pihak. Hal ini dapat membantu menciptakan suasana kerja
yang kondusif, saling percaya, dan menghormati.
- Membangun komunikasi yang efektif dan terbuka antara karyawan dan pengusaha,
serta melibatkan mereka dalam dialog sosial atau forum komunikasi. Hal ini dapat
meningkatkan partisipasi, kerjasama, dan koordinasi dalam menyelesaikan masalah
dan mencapai tujuan bersama.

7
- Memberikan keterbukaan dan hubungan baik dengan bawahan, serta menyediakan
fasilitas terbaik kepada karyawan. Hal ini dapat meningkatkan motivasi, loyalitas, dan
kinerja karyawan, serta mengurangi konflik dan ketidakpuasan.
- Menjaga demokrasi industri berdasarkan partisipasi tenaga kerja dalam manajemen dan
keuntungan industri. Hal ini dapat meningkatkan rasa memiliki, tanggung jawab, dan
kreativitas karyawan, serta mengembangkan budaya organisasi yang positif.
- Mengikuti peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku, serta
menghormati hak asasi manusia dan norma-norma sosial. Hal ini dapat mencegah
pelanggaran, diskriminasi, dan eksploitasi, serta menjamin perlindungan dan
kesejahteraan karyawan dan pengusaha.
- Menyelesaikan perselisihan hubungan industrial secara damai, adil, dan cepat, dengan
mengutamakan musyawarah dan mediasi. Hal ini dapat menghindari eskalasi konflik,
kekerasan, dan pemogokan, serta menjaga stabilitas dan harmoni hubungan industrial.

8
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Asri. (2009). Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta : Sinar Grafika

Rahadi. Dedi Rianto (2021). Hubungan Industrial, CV. Lentera Ilmu Madani

Telaumbanua, Dalinama. (2019). Hukum Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Deepublish

“Memahami Tentang Hubungan Industrial”. Diakses pada 20 November 2023 dari


https://greatdayhr.com/id-id/blog/hubungan-industrial-adalah/

“Perselisihan Hubungan Industrial dan Cara Penyelesaiannya”. Diakses pada 20 November


2023 dari https://www.hukumonline.com/berita/a/perselisihan-hubungan-industrial-
lt629cb3a1939b5

“Hubungan Industrial”. Diakses pada 20 November 2023 dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_industrial

Anda mungkin juga menyukai