Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN INDUSTRIAL

Dosen pengampuh :
MARTHEN ADRIAN IZAAK NAHUMRY, S.E, M.Si
Disusun oleh:
GERSON BIROMEN : NPM 202260201021
FRENGKI AIMBARU : NPM

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “hubungan industrial”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar belakang............................................................................ 1
B. Rumusan masalah....................................................................... 1
C. Tujuan hubungan industrial ....................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................ 3
A. Hubungan industrial mengenal pengertian dan tujuan didalamnya 3
B. Instrument Pasar Modal............................................................. 5
C. Para pemain pasar modal........................................................... 5
D. Lembaga yang terlibat di dalam pasar modal............................ 7
E. Pasar perdana ............................................................................ 8
BAB III
KESIMPULAN......................................................................................... 10
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat terjun ke dunia kerja, terdapat satu hubungan yang memiliki peran penting
dalam kesuksesan perusahaan yaitu hubungan industrial. Hubungan industrial
adalah hubungan yang terjalin antara pekerja, pemberi kerja dan juga
pemerintah sebagai pihak ketiga.
Hubungan industrial ini memainkan peran kunci dalam menciptakan lingkungan
kerja yang seimbang dan produktif. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
lanjut, simak penjelasannya di bawah ini.
Dalam Pasal 1 Angka 16 UU Ketenagakerjaan, hubungan industrial
didefinisikan sebagai sebuah sistem yang terbentuk antara para pihak yang
terlibat dalam proses produksi barang dan atau jasa yang terdiri dari pekerja,
pengusaha dan pemerintah yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila dan
UUD 1945. Dengan demikian, yang dimaksud hubungan industrial tidak hanya
terjadi di bidang industri saja.
Secara sederhana, hubungan industrial adalah hubungan yang terjalin antara
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan usaha. Hal ini juga mencakup
segala hal yang terkait dengan pekerja, termasuk perjanjian kerja, kondisi kerja,
upah, hak dan kewajiban, serta mekanisme penyelesaian sengketa.
Dasar hukum yang menjadi landasan hubungan industrial ini adalah UU No. 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 2 Tahun 2004 Tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Peraturan tersebut yang
nantinya akan mengatur hubungan industri di Indonesia dan mekanisme
penyelesaian jika terjadi sengketa.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hubungan industrial
2. Apa itu mengenal pengertian dan tujuan didalamnya?
3. Apa yang di maksud dengan industrial?
4. Lembaga apa saja yang terlibat dalm industrial?
5. Apa itu industrial dan perdana?

C.Tujuan hubungan industrial


Berikut ini adalah beberapa rincian Hubungan industrial bertujuan untuk
mencapai keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan pekerja dan tujuan
bisnis perusahaan. tujuan hubungan industrial:

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan industrial mengenal pengertian dan


tujuan didalamnya
Hubungan industrial adalah hubungan para pihak yang berkepentingan
atas proses produksi baik barang maupun jasa di perusahaan.[1]
Hubungan industrial mengambil istilah dari "labour relation" atau
hubungan perburuhan. Awalnya istilah ini meliputi hubungan perburuhan,
membahas berbagai masalah yang berhubungan dengan pekerja buruh
dan pengusaha. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa masalah
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha menyangkut aspek yang
luas. Abdul Khakim (2009) menyampaikan bahwa hubungan industrial
tidak terbatas hanya pada hubungan antara pekerja buruh dan pengusaha,
tetapi perlu adanya campur tangan pemerinta

Pihak dalam perusahaan


Pihak yang berkepentingan dalam setiap perusahaan (stakeholders)
diantaranya:
1. Pengusaha dan pemilik saham yang diwakili oleh pihak manajemen;
2. Pekerja buruh dan serikat pekerja atau serikat buruh;
3. Perusahaan pemasok;
4. Konsumen;
5. Perusahaan pengguna;
6. Masyarakat ;
7. Pemerintah.

Pelaku hubungan industrial juga melibatkan pihak ketiga, yaitu:


1. Konsultan atau pengacara.
2. Arbitrator, konsiliator, mediator, dan akademisi.
3. Hakim pengadilan hubungan industrial

Prinsip-Prinsip Hubungan Industrial


Pihak yang berkepentingan dalam setiap perusahaan (stakeholders) diantaranya:
1. Pengusaha dan pemilik saham yang diwakili oleh pihak manajemen;
2. Pekerja buruh dan serikat pekerja atau serikat buruh;
3. Perusahaan pemasok;
4. Konsumen;
5. Perusahaan pengguna;
6. Masyarakat ;
7. Pemerintah.
Prinsip-Prinsip Hubungan Industrial
Payaman J. Simanjuntak (2009)[1] menyatakan terkait prinsip dari
Hubungan industrial, yaitu:

1. Kepentingan Bersama: Pengusaha, pekerja buruh, masyarakat, dan


pemerintah
2. Kemitraan yang menguntungkan: Pekerja buruh dan pengusaha
sebagai mitra yang saling tergantung dan membutuhkan
3. Hubungan fungsional dan pembagian tugas
4. Kekeluargaan
5. Penciptaan ketenangan berusaha dan ketentraman bekerja
6. Peningkatan produktivitas
7. Peningkatan kesejahteraan bersama

Sarana Pendukung Hubungan Industrial


Payaman J. Simanjuntak (2009) [1] menyampaikan sarana-sarana
pendukung hubungan industrial, yaitu sebagai berikut:

1. Serikat Pekerja atau Buruh


2. Organisasi Pengusaha
3. Lembaga Kerjasama bipartit (LKS Bipartit)
4. Lembaga Kerjasama tripartit (LKS Tripartit)
5. Peraturan Perusahaan
6. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
7. Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaaan
8. Lembaga penyelesaian perselisihan Hubungan Industrial

B. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Perjanjian Kerja Bersama atau disingkat menjadi PKB, merupakan pijakan


karyawan dalam menorehkan prestasi yang berujung kepada kinerja korporat, dan
kesejahteraan karyawan. PKB memang penting bagi perusahaan manapun.
Hubungan kerja senantiasa terjadi baik secara formal maupun informal, dan
semakin intensif di dalam masyarakat kita sat ini.

Hubungan kerja yang memiliki potensi timbulnya perbedaan pendapat atau bahkan
konflik. Cara mencegah timbulnya akibat buruk, maka perlu adanya pengaturan di
dalam hubungan kerja ini dalam bentuk PKB. Praktiknya persyaratan kerja diatur
dalam bentuk perjanjian kerja yang sifatnya perorangan.

PKB dibuat atas persetujuan kedua pihak yakni pemberi kerja dan pekerja.
Pengaturan syarat kerja bersifat kolektif dapat dalam bentuk Peraturan Perusahaan
(PP) atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Perjanjian Kerja Bersama atau PKB
sebelumnya dikenal juga dengan istilah KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) / CLA
(Collective Labour Agreement).

KKB atau CLA adalah merupakan perjanjian hasil perundingan yang berisi syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Manajemen Perusahaan menjadi wakil
pengusaha dan Serikat Karyawan Bidang Ketenakerjaan yang mewakili pekerja.

Aturan perjanjian tertuang dalam Pasal 1 UU No.13 tahun 2003 Point 21,[3] bahwa
PKB dibuat dengan melalui perundingan antara manajemen dan serikat karyawan.
Poin yang tertuang bertujuan untuk menjamin kepastian dan perlindungan di dalam
hubungan kerja. Partisipasi perjanjian merupakan upaya bersama untuk memetakan
dan menentukan nasib perusahaan kedepan. PKB berlaku paling lama adalah dua
tahun dan dapat diperpanjang paling lama satu tahun.

PKB merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk untuk menjalankan


hubungan industrial, dimana sarana lain adalah serikat karyawan, organisasi
pengusaha, lembaga kerjasama bipartit, lembaga kerjasama tripartit, peraturan
perusahaan, peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
a) Salah satu tujuan utama hubungan industrial adalah menciptakan
lingkungan kerja yang seimbang. Dengan demikian, perusahaan tak
hanya mementingkan tujuan bisnis perusahaan namun juga
memperhatikan hak dan kepentingan karyawan.
b) Mengatur hak dan kewajiban
Berikutnya, dengan adanya hubungan industrial ini juga membantu
menetapkan hak dan kewajiban pekerja. Di dalamnya termasuk
pengaturan tentang upah yang adil, waktu kerja yang wajar, cuti, dan
perlindungan lain yang diperlukan untuk kesejahteraan mereka.

Aturan mengenai hak dan kewajiban ini biasanya tertuang dalam


peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Hubungan industrial
juga menjadi interpretasi dari kontrak kerja yang telah disepakati.
Dengan demikian tujuannya adalah agar masing-masing pihak
memahami isi kontrak tentang hak dan kewajiban masing-masing.

c) Meningkatkan kesejahteraan
Hubungan industrial yang baik juga akan berkontribusi pada
kesejahteraan pekerjanya. Sebab dengan hubungan industrial yang baik
tersebut akan menciptakan kondisi kerja yang aman, memberikan
kesempatan untuk pengembangan karir, dan menyediakan jaminan
kesehatan serta manfaat lainnya.

d) Mendukung produktivitas
Selanjutnya, tujuan dari hubungan industrial adalah untuk meningkatkan
produktivitas pekerja. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif
dan mendukung, hubungan industrial yang baik dapat meningkatkan
kinerja dan produktivitas pekerja. Sebab pekerja akan merasa dihargai
dan didukung yang mana hal tersebut membuat pekerja lebih cenderung
untuk mencapai tujuan perusahaan.

e) Mengurangi konflik dan sengketa


Selanjutnya, tujuan dari hubungan industrial adalah untuk meningkatkan
produktivitas pekerja. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang positif dan
Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai paling cepat tiga bulan
sebelum berakhirnya PKB yang berlaku sesuai ketentuan. Jika tidak mencapai
kesepakatan, maka PKB yang masih berlaku tetap berlaku untuk satu tahun.
ketentuan ini agar tidak memakan waktu lama, dan berlarut-larut sampai terjadi
kebuntuan (dead lock) yang mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum.

C. Menciptakan lingkungan kerja yang seimbang


mendukung, hubungan industrial yang baik dapat meningkatkan kinerja
dan produktivitas pekerja. Sebab pekerja akan merasa dihargai dan
didukung yang mana hal tersebut membuat pekerja lebih cenderung
untuk mencapai tujuan perusahaan.
 Mengurangi konflik dan sengketa
Terakhir, tujuan yang satu ini juga merupakan tujuan penting dari
hubungan industrial. Hubungan industrial bertujuan untuk mencegah atau
mengurangi konflik dan sengketa antara pekerja dan manajemen. Dengan
mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif dapat membantu
mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.

Nah, itu tadi merupakan penjelasan singkat mengenai industrial relation


atau hubungan industrial. Hubungan industrial adalah kunci dalam
menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan produktif.

 Mengenal pengertian hubungan industri di indonesia

Keberadaan pengusaha dan karyawan menjadi faktor yang krusial dalam


dunia industri. Oleh karena itu, perlu adanya Hukum Ketenagakerjaan
dan Hubungan Industrial. Berikut akan diulas mengenai pengertian serta
penjelasan perselisihan dan pengadilan pada hubungan industrial di
Indonesia adalah seperti bagaimana.

Sebagai contoh hubungan industrial di sebuah perusahaan, bisa berupa


adanya perjanjian kerja antara karyawan dan perusahaan. Kemudian,
perjanjian tersebut harus mengikuti peraturan pemerintah terkait PKWT
dan PKWTT.

Istilah hubungan industrial sendiri awalnya adalah mencakup hubungan


perburuhan dan selalu berhubungan antara buruh dan pengusaha.

Seiring perkembagnan zaman, cakupan hubungan industrial ini tidak


hanya terbatas pada hubungan pekerja atau buruh dengan pengusaha saja,
tapi juga ada pihak pemerintah.

Kini terdapat beberapa perbedaan antara hubungan perburuhan dengan


hubungan industrial.

Dan semuanya diatur dalam landasan utama hukum perburuhan dan


ketenagakerjaan di Indonesia tidak lain adalah Undang Undang Dasar
1945.

Lewat UUD 1945, setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan


serta penghidupan yang layak.
Kemudian, untuk mengakomodir hak dan kewajiban antara pengusaha
dan buruh/karyawan, pemerintah kemudian menerbitkan UU Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

UU yang terdiri dari 193 pasal ini berfungsi untuk mengatur perusahaan
dan karyawan atau pekerja yang berisi aturan main yang harus dipahami,
termasuk mengenai pengertian hubungan industrial.

Selain diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003, hubungan industrial juga


diatur dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial.

UU PPHI telah mengatur tentang apa saja keadaan dan bagaimana


mekanisme pengakhiran hubungan kerja sepihak.

Kedua undang-undang sangat penting dan harus dipahami bagi


perusahaan dan karyawan.

Berikut ini ulasan lengkap serba-serbi Hukum Ketenagakerjaan,


perselisihan, pengadilan dan Hubungan Industrial di Indonesia adalah
seperti apa dari Mekari Talenta.

 Sperti apa hukum ketenaga kerjaan dan pengertian hubungan


industrial di indonesia?

Selaku pemilik modal, kepentingan pengusaha tentunya bagaimana meraih


profit sebesar-besarnya.

Sementara, kepentingan buruh atau pekerja adalah mencari nafkah demi


mencapai kesejahteraan pribadi serta keluarga.

Meskipun dua kepentingan tersebut kontras, namun keduanya saling


membutuhkan.

Dalam tataran ideal, perusahaan yang menangguk profit besar seharusnya


menjadi garansi bagi kesejahteraan buruh.

Sederhananya, perusahaan kaya tentu akan mampu membayar upah layak


sehingga pekerja menjadi sejahtera.
UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kemudian hadir sebagai
bentuk perhatian negara agar tataran ideal hubungan industrial di Indonesia bisa
menjadi nyata.

Misi utama Hukum Ketenagakerjaan adalah sebisa mungkin menyeimbangkan


antara perlindungan hak-hak buruh dan menjaga iklim bisnis yang kondusif.

Misi tersebut dipertegas dalam bagian penjelasan UU Ketenagakerjaan, yakni:

Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi


hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh
serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi
pengembangan dunia usaha.
Selaku pemilik modal, kepentingan pengusaha tentunya bagaimana meraih
profit sebesar-besarnya.

Sementara, kepentingan buruh atau pekerja adalah mencari nafkah demi


mencapai kesejahteraan pribadi serta keluarga.

Meskipun dua kepentingan tersebut kontras, namun keduanya saling


membutuhkan.

Dalam tataran ideal, perusahaan yang menangguk profit besar seharusnya


menjadi garansi bagi kesejahteraan buruh.

Sederhananya, perusahaan kaya tentu akan mampu membayar upah layak


sehingga pekerja menjadi sejahtera.

UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kemudian hadir sebagai


bentuk perhatian negara agar tataran ideal hubungan industrial di Indonesia bisa
menjadi nyata.

Misi utama Hukum Ketenagakerjaan adalah sebisa mungkin menyeimbangkan


antara perlindungan hak-hak buruh dan menjaga iklim bisnis yang kondusif.

Misi tersebut dipertegas dalam bagian penjelasan UU Ketenagakerjaan, yakni:

Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi


hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh
serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi
pengembangan dunia usaha.
Selaku pemilik modal, kepentingan pengusaha tentunya bagaimana meraih
profit sebesar-besarnya.

Sementara, kepentingan buruh atau pekerja adalah mencari nafkah demi


mencapai kesejahteraan pribadi serta keluarga.

Meskipun dua kepentingan tersebut kontras, namun keduanya saling


membutuhkan.

Dalam tataran ideal, perusahaan yang menangguk profit besar seharusnya


menjadi garansi bagi kesejahteraan buruh.

Sederhananya, perusahaan kaya tentu akan mampu membayar upah layak


sehingga pekerja menjadi sejahtera.

UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan kemudian hadir sebagai


bentuk perhatian negara agar tataran ideal hubungan industrial di Indonesia bisa
menjadi nyata.

Misi utama Hukum Ketenagakerjaan adalah sebisa mungkin menyeimbangkan


antara perlindungan hak-hak buruh dan menjaga iklim bisnis yang kondusif.

Misi tersebut dipertegas dalam bagian penjelasan UU Ketenagakerjaan, yakni:

Pembangunan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga terpenuhi


hak-hak dan perlindungan yang mendasar bagi tenaga kerja dan pekerja/buruh
serta pada saat yang bersamaan dapat mewujudkan kondisi yang kondusif bagi
pengembangan dunia usaha.

 Apa itu hubungan industrial?


Secara singkat, pengertian hubungan industrial adalah merupakan sebuah hubungan yang
terbentuk antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses berjalannya suatu usaha.

Dalam pasal 1 angka 16 berbunyi:

Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam
proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan
pemerintah yang berdasarkan nilai nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Meninjau dari pengertian undang-undang tersebut dapat ditarik kesimpulan pengertian


hubungan industrial merupakan hubungan antara seluruh pihak terkait dan berkepentingan.

Terutama yang menangani proses produksi maupun pelayanan dari sebuah suatu perusahaan.
Agar perusahaan dapat berjalan dengan baik, dapat memulai untuk menciptakan hubungan
industrial yang sejalan, mensejahterakan, harmonis, serta aman.

D. Berbagai Peran dari Para Pihak yang Ada di Hubungan


Industrial

Disebutkan di dalam Undang-Undang tersebut bahwa terdapat tiga pihak


yang memiliki fungsi serta peran yang berbeda-beda.

Pihak-pihak tersebut adalah pekerja, perusahaan, dan pemerintah.

Fungsi bagi ketiga pihak tersebut sudah diatur dalam UU


Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Pasal 102.

Berikut adalah masing-masing fungsi mereka dalam menciptakan


hubungan industrial yang harmonis.

Pemerintah
Dalam pengertian hubungan industrial, pemerintah adalah entitas yang
memiliki fungsi sebagai pihak yang membuat kebijakan, memberikan
pelayanan, serta mengawasi jalannya sebuah usaha.

Selain itu, pemerintah juga berhak menindak jika ada pihak yang
melanggar aturan yang sudah dimuat di peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan.

Karyawan dan Serikat Pekerja


Untuk menciptakan hubungan yang harmonis, karyawan memiliki fungsi
untuk menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan sesuai dengan kewajiban
mereka masing-masing.

Karyawan juga memiliki fungsi untuk menjaga ketertiban di perusahaan


dan menghindari terjadinya konflik.

Karyawan juga dapat menyampaikan pendapatnya secara demokratis


serta mengembangkan keahlian mereka guna meningkatkan performa
perusahaan.
Perusahaan atau Pengusaha
Sementara itu, sebuah perusahaan memiliki fungsi untuk menjalin hubungan yang baik
dengan karyawan, mengembangkan usaha mereka, memberikan kesempatan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, serta memberi kesejahteraan untuk karyawan mereka.
Perusahaan juga sebisa mungkin harus menciptakan hubungan industrial yang harmonis
dengan karyawan.

Perusahaan harus memastikan hak-hak karyawan terpenuhi sehingga konflik perselisihan


hingga berujung ke pengadilan hubungan industrial bisa dihindari.

BAB III
KESIMPULAN
Menurut Udang-undang nomor 02 Tahun 1CC2 tentang ketenagakerjaan,yang
dimaksud dengan ketenagakerjaan itu sendiri adalah segala hal yang
berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah
masakerja. Jadi hukum ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai peraturan-
peraturan yang mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum selama dan sesudah
masa kerja. Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk memilih,mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh
penghasilan yang layak didalam atau di luar negeri. Dari pengertian tersebut
dapat dijelaskan bahwa serikat pekerja adalah organisasi yang dibentuk oleh
pekerja dan mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan
bertanggungjawab. Adapun tujuan dari serikat pekerja adalah memperjuangkan,
membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Daftar Isi
Daftar Isi
. Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen hubungan industrial. Depok:
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. ISBN
9789792452983.
Hakim, Abdul (2009). Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
"UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [JDIH BPK RI]".
peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2021-10-26.
Daftar Isi
. Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen hubungan industrial. Depok:
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. ISBN
9789792452983.
Hakim, Abdul (2009). Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
"UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [JDIH BPK RI]".
peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2021-10-26.
Daftar Isi
. Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen hubungan industrial. Depok:
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. ISBN
9789792452983.
Hakim, Abdul (2009). Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
"UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [JDIH BPK RI]".
peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2021-10-26.
Daftar Isi
. Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen hubungan industrial. Depok:
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. ISBN
9789792452983.
Hakim, Abdul (2009). Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
"UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [JDIH BPK RI]".
peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2021-10-26.
Daftar Isi
. Simanjuntak, Payaman J. (2011). Manajemen hubungan industrial. Depok:
Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. ISBN
9789792452983.
Hakim, Abdul (2009). Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti.
"UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan [JDIH BPK RI]".
peraturan.bpk.go.id. Diakses tanggal 2021-10-26.

Anda mungkin juga menyukai