Anda di halaman 1dari 21

PSYCHO INDUSTRIAL RELATIONSHIP

“Analisis Perjanjian Kerja Bersama PT MULIAGLASS”

Di susun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psycho Industrial Relationship

yang dibimbing oleh Ibu Novian Ekawaty SE.,MM.

Disusun oleh:

Nama : Septa Purnamasari

NPM : 1510631020200

Kelas :6 MA-6

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSIT SINGAPERBANGSA KARAWANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata
kuliah Psycho Industrial Relationship yang berjudul Analisis Perjanjian Kerja Bersama PT
MULIAGLASS ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah ini yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Karawang, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ....................................................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................ 3

2.1 Hubungan Kerja ............................................................................................................... 3


2.2 Hubungan Industrial......................................................................................................... 4
2.3 Pengertian Perjanjian Kerja Bersama .............................................................................. 5
2.4 Pengertian Serikat Buruh ................................................................................................. 7
2.5 Peranan Serikat Buruh ..................................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................... 10

3.1 Profil Perusahaan PT MULIAGLASS .......................................................................... 10


3.2 Hubungan Industrial PT MULIAGLASS ..................................................................... 13
3.3 Sarana-Sarana Hubungan Industrial PT MULIAGLASS ............................................. 14
3.4 Analisis Penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama PT MULIAGLASS ...................... 14
3.5 Solusi Penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama PT MULIAGLASS ......................... 15

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 16

1.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 16


1.2 Saran .............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 17

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Hubungan kerja merupakan suatu fenomena yang banyak menyita perhatian
berbagai pihak di negeri atau dunia ini. Sering kita dengar tentang masalah dunia ketanaga
kerjaan di lingkungan kita ini. Dimana hal ini sangatlah dipengaruhi pula oleh perjanjian kerja.
Perjanjian kerja menurut UU No 13 Tahun 2003 adalah perjanjian antara pekerja atau buruh
dengan perusahaan atau pemberi kerja yang termuat syarat-syarat hak dan kewajiban para
pihak.

Perjanjian kerja pada dasarnya dibuat untuk mencegah terjadinya perselisihan atau
sengketa yang dapat terjadi antara para pihak yang terlibat dalam suatu hubungan kerja yakni
pihak pertama (perusahaan) dan pihak kedua (karyawan). Perjanjian kerja sebagai sarana
pendahulu sebelum berlangsungnya hubungan kerja, harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya,
dalam arti mencerminkan keadilan baik bagi penguasaha maupun bagi buruh, karena keduanya
akan terlibat dalam suatu hubungan kerja.

Di dunia barat kehidupan masyarakat seperti halnya merupakan arena pertarungan antara
kepentingan-kepentingan perseorangan yang saling bertentangan, sedangkan didalam
lingkungan masyarakat Indonesia adalah tempat kerjasama dimana anggota melakukan tugas
tertentu menurut pembagian kerja yang tertatur menuju tercapainya cita-cita bersama, yaitu
masyarakat adil dan makmur.

Dalam masyarakat Indonesia yang demikian itu, misalnya dicerminkan dalam asas pokok
yang mengatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan, soal pemburuhan nanti bukan lagi semata-mata soal melindungi pihak yang
perekonomiannya lemah terhadap pihak yang perekonomiannya kuat untuk mencapai adanya
keseimbangan antara kepentingan yang berlainan, melainkan juga soal menemukan jalan dan
cara yang sebaik-baiknya, dengan tidak meninggalkan sifat kepribadian dan kemanusiaan, bagi
setiap orang yang melakukan pekerjaan, untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya dari
tiap pekerjaan yang sudah ditentukan menjadi tugasnya dan sebagai imbalan atas jerih
payanhnya itu mendapatkan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu harus
diatur dan perlu adanya suatu ikatan antara pekerja dan majikan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan industrial perusahaan MULIAGLASS?
2. Apakah di lapangan perusahaan sudah menerapkan perjanjian kerja bersama dengan
baik dan sesuai dengan perjanjian yang ada?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah hubungan industrial PT MULIAGLASS sudah berjalan
dengan baik.
2. Untuk mengetahui apakah perusahaan sudah melakukan penerapan perjanjian kerja
bersama di lapangan dengan baik.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hubungan Kerja

Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


selanjutnya disebut UUK, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan hubungan kerja adalah
hubungan antara pengusaha dengan tenaga kerja berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

Dalam pengertian lain hubungan kerja adalah merupakan hubungan yang timbul antara
pekerja dan pengusaha setelah diadakan perjanjian sebelumnya oleh pihak yang bersangkutan.
Pekerja menyatakan kesanggupannya untuk bekerja kepada pengusaha dengan menerima upah
dan sebaliknya pengusaha menyatakan kesanggupan untuk mempekerjakan pengusaha dengan
membayar upah.

Dengan demikian terjadi hubungan yang saling membutuhkan antara pekerja dan
pengusaha yang merupakan hasil dari perjanjian kerja yang memuat hak dan kewajiban
masing-masing pihak.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) unsur penentu
adanya hubungan kerja, yaitu:

1. Pekerjaan

Di dalam hubungan kerja harus ada pekerjaan tertentu sesuai perjanjian, karena dengan
adanya pekerjaan suatu hubungan dinamakan hubungan kerja.

2. Upah

Hak dan kewajiban tidak dapat dilepaskan dari hubungan kerja dan harus dilaksanakan
secara berimbang di antara kedua belah pihak. Dalam hubungan kerja pengusaha berkewajiban
memberikan upah kepada pekerja dan secara otomatis pekerja berhak atas upah tersebut, karena
upah merupakan salah satu unsur pokok yang menandai adanya hubungan kerja.

3. Perintah

Di dalam hubungan kerja unsur perintah juga merupakan salah satu unsur pokok. Adanya
unsur perintah menunjukkan bahwa salah satu pihak berhak untuk memberikan perintah dan
pihak yang lain berkewajiban melaksanakan perintah tersebut.

3
Dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor utama dalam hubungan kerja adalah adanya
pekerjaan, upah dan perintah serta perjanjian. Hubungan kerja tidak lepas dari adanya
perjanjian antara pengusaha dan pekerja/buruh karna perjanjian inilah yang mengikat anata
pengusa dan pekerja/buruh dalam pelaksanaan hak dan kewajiban. Perjanjian ini dapat
dilakukan secara tertulis ataupun lisan (pasal 51 ayat (1) UUK), dalam pasal 1 angka 14 UUK
dijelaskan perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memenuhi syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak.

Jadi yang menjadi titik ukur dalam hubungan kerja adalah adanya perjanjian yang saling
mengikat/saling merelakan antar hak dan kewajiban antara pengusaha dan pekerja/buruh untuk
saling menerima dan pemenuhan hak dan kewajiban kedua belah pihak.

2.2 Hubungan Industrial.

Pengertian hubungan industrial dalam UU no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


pasal 1 nomor 16 disebutkan bahwa yang dimaksud hubungan industrial adalah suatu sistem
hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang
terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang tersangkut atau
berkepentingan atas proses produksi atau pelayanan jasa di suatu perusahaan. Pihak yang
paling berkepentingan atas keberhasilan perusahaan dan berhubungan langsung sehari-hari
adalah pengusaha atau manajemen dan pekerja.

Disamping itu masyarakat juga mempunyai kepentingan, baik sebagai pemasok faktor
produksi yaitu barang dan jasa kebutuhan perusahaan, maupun sebagai masyarakat konsumen
atau pengguna hasil-hasil perusahaan tersebut. Pemerintah juga mempunyai kepentingan
langsung dan tidak langsung atas pertumbuhan perusahaan, antara lain sebagai sumber
penerimaan pajak. Jadi hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang
berkepentingan tersebut.

Dalam pengertian sempit, hubungan industrial diartikan sebagai hubungan antara


manajemen dan pekerja atau Management-Employees Relationship.

4
2.3 Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB)

Pasal 103 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 menyebut Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
merupakan salah satu sarana dilaksanakannya hubungan industrial. Sangat diharapkan akan
terbentuk PKB yang berkualitas dengan mengkomodasikan tiga kepentingan yaitu buruh,
pengusaha dan negara. Sayangnya sulit terwujud, karena terdapat inkonsistensi aturan hukum
atau terdapat konflik norma di dalam norma pembentukan PKB.

Perjanjian kerja bersama adalah hak yang mendasar yang telah disyahkan oleh anggota-
anggota ILO dimana mereka mempunyai kewajiban untuk menghormati, mempromosikan dan
mewujudkan dengan itikad yang baik. Perjanjian kerja bersama adalah hak pengusaha atau
organisasi pengusaha disatu pihak dan dipihak lain serikat pekerja atau organisasi yang
mewakili pekerja. Hak ini ditetapkan untuk mencapai “kondisi-kondisi pekerja yang
manusiawi dan penghargaan akan martabat manusia (humane conditions of labour and respect
for human dignity)“, seperti yang tercantum dalam Konstitusi ILO.

Banyak para ahli yang mengemukakan pendapat mengenai pengertian Perjanjian Kerja
Bersama, diantaranya pendapat dari Prof.Subekti,SH beliau mengatakan dalam bukunya
Aneka Perjanjian, disebutkan bahwa Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara seorang buruh
dengan seorang majikan, perjanjian mana ditandai oleh ciri ciri adanya suatu upah atau gaji
tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas yaitu suatu hubungan
berdasarkan mana pihak yang satu (majikan) berhak memberikan perintah – perintah yang
harus ditaati oleh pihak yang lain.

Pengertian Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Berdasarkan Pasal 1 angka 21 UU No. 13


Tahun 2003 jo Kepmenakertrans No. KEP.48/MEN/2004 tentang Tata cara pembuatan dan
pengesahan peraturan perusahaan serta pembuatan dan pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,
adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau
beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan
pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Bertolak dari pengertian tersebut, tersirat bahwa di dalam perjanjian kerja bersama
terkandung hal-hal yang sifatnya obligator (memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban pihak-
pihak yg mengadakan perjanjian), hal-hal yg bersifat normatif (mengenai peraturan perundang-
undangan).

5
Dengan demikian, dalam suatu perjanjian kerja bersama dimungkinkan untuk memuat
kaedah yang bersifat horizontal (pengaturan dari pihak-pihaknya sendiri), kaedah yang bersifat
vertikal (pengaturan yg berasal dari pihak yg lebih tinggi tingkatannya), dan kaedah yg bersifat
diagonal (ketentuan yang berasal dari pihak yg tidak langsung terlibat dalam hubungan kerja).

Untuk menjaga agar isi perjanjian kerja bersama sesuai dengan harapan pekerja maka isi
perjanjian kerja bersama haruslah memuat hal-hal yang lebih dari sekedar aturan yang berlaku
(normatif), dengan membatasi masa berlakunya suatu perjanjian kerja bersama, guna untuk
selalu dapat disesuaikan dengan kondisi riel dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjanjian Kerja Bersama merupakan hasil perundingan para pihak terkait yaitu serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha atau
beberapa pengusaha yang mengatur syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban masing-
masing pihak.

Perjanjian Kerja Bersama tidak hanya mengikat para pihak yang membuatnya yaitu serikat
pekerja/serikat buruh dan pengusaha saja, tetapi juga mengikat pihak ketiga yang tidak ikut di
dalam perundingan yaitu pekerja/buruh, terlepas dari apakah pekerja/buruh tersebut menerima
atau menolak isi perjanjian kerja bersama atau apakah pekerja/buruh tersebut menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh yang berunding atau tidak.

Penggunaan istilah bersama dalam perjanjian kerja bersama ini menunjuk pada kekuatan
berlakunya perjanjian yaitu mengikat pengusaha, atau beberapa pengusaha, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pekerja/buruh itu sendiri. Penggunaan istilah bersama itu bukan
menunjuk bersama dalam arti seluruh pekerja/buruh ikut berunding dalam pembuatan
perjanjian kerja bersama karena dalam proses pembuatan perjanjian kerja bersama
pekerja/buruh bukan merupakan pihak dalam berunding.

Dalam satu perusahaan hanya boleh dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku
untuk pengusaha dan semua pekerja/buruh di perusahaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar
dalam 1 (satu) perusahaan tidak terdapat perbedaan syarat-syarat kerja antara pekerja/buruh
satu dengan pekerja/buruh lainnya. Apabila perusahaan tersebut mempunyai cabang maka
dapat dibuat perjanjian kerja bersama induk yang berlaku di semua cabang dan perjanjian kerja
bersama turunan yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.

6
Perjanjian kerja bersama induk mengatur ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di
seluruh cabang perusahaan dan perjanjian kerja bersama turunan memuat pelaksanaan
perjanjian kerja bersama induk yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing cabang.

Apabila beberapa perusahaan bergabung dalam satu grup dan masing-masing perusahaan
merupakan badan hukum sendiri-sendiri maka perjanjian kerja bersama dibuat dan
dirundingkan oleh masing-masing pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang ada di
masing-masing perusahaan.

2.4 Pengertian Pekerja/Serikat Buruh

Pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses
produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin
kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada
umumnya.

Pengertian Serikat Pekerja / Serikat Buruh menurut Pasal 1 ayat 1 Undang- Undang No.
21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka,
mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja/buruh dan keluarganya.

Didalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat, Buruh


terbagi menjadi dua yaitu Serikat Pekerja/Serikat Buruh di perusahaan dan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh di luar perusahaan. Pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.21 tahun
2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di perusahaan ialah serikat pekerja/serikat buruh yang
didirikan oleh para pekerja/buruh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Pada Pasal
1 angka 3 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Serikat Pekerja/Serikat Buruh di luar perusahaan
ialah serikat pekerja/serikat buruh yang didirikan oleh para pekerja/buruh yang tidak bekerja
di perusahaan.

Serikat Pekerja/Buruh dapat membentuk Federasi Serikat Pekerja/Buruh maupun


Konferensi Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Pada Pasal 1 angka 4 Undang- Undang No.21 tahun
2000, Federasi serikat pekerja/serikat buruh ialah gabungan serikat pekerja/serikat buruh.
Adapun pada Pasal 1 angka 5 Undang-Undang No.21 tahun 2000, Konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh ialah gabungan federasi serikat pekerja/serikat buruh.

7
Federasi serikat pekerja adalah bentukan dari sekurang-kurangnya 5 serikat pekerja. Dan
Konfederasi serikat pekerja merupakan gabungan dari sekurang-kurangnya 3 federasi serikat
pekerja.

Pada dasarnya sebuah serikat pekerja harus terbuka untuk menerima anggota tanpa
membedakan aliran politik, agama, suku dan jenis kelamin. Jadi sebagai seorang karyawan di
suatu perusahaan, anda hanya tinggal menghubungi pengurus serikat pekerja di kantor anda,
biasanya akan diminta untuk mengisi formulir keanggotaan untuk data. Ada pula sebagian
serikat pekerja yang memungut iuran bulanan kepada anggotanya yang relatif sangat kecil
berkisar Rp. 1,000 - Rp. 5,000, gunanya untuk pelaksanaan-pelaksanaan program
penyejahteraan karyawan anggotanya. Tidak mahal kan? Tidak akan rugi ketika kita tahu apa
saja keuntungan yang didapat.

Dalam Pasal 14, UU No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Buruh/Serikat Pekerja tertera
bahwa seorang pekerja/buruh tidak boleh menjadi anggota lebih dari satu serikat
pekerja/serikat buruh di satu perusahaan. Apabila seorang pekerja/serikat buruh dalam satu
perusahaan namanya tercatat di lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh, yang bersangkutan
harus menyatakan secara tertulis satu serikat pekerja/serikat buruh yang dipilihnya.

Setiap serikat pekerja/serikat buruh hanya dapat menjadi anggota dari satu federasi serikat
pekerja/serikat buruh (Pasal 16 UU No. 21 tahun 2000). Dan demikian pula sebuah federasi
hanya dapat menjadi anggota dari satu konfederasi. UU No. 21 tahun 2000.

Pekerja / buruh menurut UU No.21 tahun 2000 ialah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dari definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu
orang yang bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Hal ini berbeda
dengan definisi tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.

2.5 Peranan Serikat Buruh/Pekerja

Peranan dari serikat buruh/pekerja adalah :

1. Serikat pekerja mempunyai fungsi Kanalisasi, yaitu fungsi menyalurkan aspirasi, saran,
pandangan, keluhan bahkan tuntutan masing – masing pekerja kepada pengusaha dan
sebaliknya, serikat pekerja berfungsi sebagai saluran informasi yang lebih efektif dari
pengusaha kepada para pekerja;

8
2. Dengan memanfaatkan jalur dan mekanisme serikat pekerja, pengusaha dapat menghemat
waktu yang cukup besar menangani masalah – masalah ketenagakerjaan, dalam
mengakomodasikan saran – saran mereka serta untuk membina para pekerja maupun
dalam memberikan perintah – perintah, daripada melakukannya secara individu terhadap
setiap pekerja;
3. Penyampaian saran dari pekerja kepada pimpinan perusahaan dan perintah dari pimpinan
kepada para pekerja, akan lebih efektif melalui serikat pekerja, karena serikat pekerja
sendiri dapat menseleksi jenis tuntutan yang realistis dan logis serta menyampaikan
tuntutan tersebut dalam bahasa yang dapat dimengerti dan diterima oleh direksi dan
perusahaan;
4. Dalam manajemen modern yang menekankan pendekatan hubungan antar manusia (
Human Approach ), diakui bahwa hubungan nonformal dan semiformal lebih efektif atau
sangat diperlukan untuk mendukung daripada hubungan formal. Dalam hal ini serikat
pekerja dapat dimanfaatkan oleh pengusaha sebagai jalur hubungan semi formal;
5. Serikat pekerja yang berfungsi dengan baik, akan menghindari masuknya anasir – anasir
luar yang dapat mengganggu kelancaran proses produksi dan ketenagakerjaan, jika di
suatu perusahaan tidak ada PUK SPSI atau bila PUK SPSI tidak berfungsi dengan baik,
maka anasir luar dengan dalih memperjuangkan kepentingan pekerja akan mudah masuk
mencampuri masalah intern perusahaan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
campur tangan LSM, LBH dan pihak luar lainnya ke perusahaan lebih banyak menambah
rumitnya persoalan daripada mempercepat penyelesaian masalah;
6. Mewakili pekerja pada Lembaga Tripartit dan Dewan Pengupahan pada Lembaga
Departemen Tenaga Kerja sesuai tingkatan;

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Profil Perusahaan

PT Mulia Industrindo, Tbk.

Alamat : Jalan Raya Tegal Gede No. 1, Lemahabang, Cikarang, Sukaresmi, Cikarang
Selatan, Sukaresmi, Cikarang Sel., Bekasi, Jawa Barat 17550

Telepon : (021) 8935728

PT Mulia Industrindo, Tbk. didirikan pada tanggal 5 November 1986 sebagai


perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan dan industri. Perseroan terdaftar di
Bursa Efek Jakarta pada tanggal 17 Januari 1994.

Pada tanggal 23 Oktober 2017, PT Mulia Industrindo, Tbk. telah melakukan divestasi
atas seluruh kepemilikan sahamnya di PT Muliakeramik Indahraya kepada PT Eka Gunatama
Mandiri. Setelah divestasi, Perseroan memiliki satu entitas anak, yaitu PT Muliaglass.

PT Muliaglass bergerak di bidang industri kaca dengan kaca lembaran, glass block,
kemasan kaca, dan kaca pengaman automotif sebagai hasil produksinya.

Visi :

Adapun visi Perseroan dan anak

perusahaannya adalah :

A. Untuk menjadi produsen kaca yang terpercaya di dunia

B. Untuk menjadi produsen keramik yang terkemuka di dunia

10
Misi :

PT Muliaglass

1. Memproduksi produk-produk kaca dengan biaya seminimal mungkin.


2. Perseroan akan meningkatkan pelayanannya kepada para pelanggan secara
berkesinambungan.
3. Perseroan akan terus meningkatkan kualitas dan kemampuannya dalam memproduksi
produk-produknya.

Nilai-nilai perusahaan adalah :

Sebuah filosofi atau prinsip yang menjadi panduan perilaku internal organisasi
serta hubungannya dengan pelanggan, mitra dan pemegang saham

1. Motivasi
Berpikir besar, bekerja cerdas, antusias, pantang menyerah, semangat, berinisiatif
2. Unity: bersatu
Saling hormat dan mengindahkan, sepadan & setara, bekerja sebagai tim, saling
mendukung
3. Leadership: kepemimpinan
Menjadi teladan, bekerja profesional, menjadi inspirasi, memberdayakan, selalu
belajar & menjadi lebih baik
4. Integritas: Berdedikasi dan Berkomitmen
Berdedikasi & berkomitmen, patut diandalkan, dapat dipercaya dan jujur, pandai
menjaga rahasia
5. Accountability: Bertanggung Jawab
Fokus pada pencapaian hasil, hanya yang terbaik, prioritaskan yang terpenting,
terobosan inovasi, bertanggung jawab penuh

PT Muliaglass

Perusahaan didirikan pada tahun 1989, sebagai produsen produk yang terbuat dari kaca,
yaitu kaca lembaran, kemasan kaca, glass block, dan kaca pengaman automotif.

Semua aktivitas Perusahaan, sejak tahap desain sampai dengan layanan kepada
pelanggan, dilaksanakan dan dikendalikan berdasarkan standar yang ditetapkan dalam ISO
9001: 2008 atau 2015, ISO 14001: 2015, dan sertifikasi lain yang diperlukan sesuai jenis

11
produknya. Hal ini untuk memastikan agar Perusahaan dapat selalu menghasilkan produk dan
jasa yang prima untuk memenuhi keinginan dan harapan pelanggan.

Float Glass Division

Divisi ini memproduksi kaca lembaran polos dan berwarna (dark grey, dark blue,
bronze, euro grey, light green, grey) serta low-e glass dengan ketebalan 2 - 15 milimeter.

Kaca lembaran dijual kepada distributor dan perusahaan pemroses kaca (processor) di
dalam dan luar negeri, termasuk beberapa negara di benua Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan
Amerika.

Penjualan kaca lembaran saat ini sekitar 550.000 ton per tahun.

Glass Container & Glass Block Division

Sejak tahun 1992, divisi ini memproduksi gelas/cangkir dan kemasan kaca transparan
dan berwarna (coklat dan hijau) yang digunakan sebagai kemasan makanan (selei/jam),
minuman (teh, air, kecap, sirop, minuman energi, minuman bersoda, dll.), dan obat. Jumlah
produksi kemasan kaca sekitar 140.000 ton per tahun.

Pelanggan utama kemasan kaca di dalam negeri adalah PT Heinz ABC Indonesia, PT
Sinar Sosro, PT Indofood, PT Lassalefood Indonesia (produsen sirup Marjan), PT Tirta
Investama (Danone Aqua). Divisi ini juga menjual produknya ke luar negeri termasuk ke
Australia (Amcor Glass dan Capi), Filipina (RC Cola, Coca Cola Bottlers, Marigold), Thailand
(Bangkok Glass Industry, Thainamthip/Coca Cola Bottler), Malaysia, Singapura, Vietnam, dan
Selandia Baru.

Divisi ini juga memproduksi glass block sekitar 60.000 ton per tahun yang merupakan
produk material bangunan yang dapat diaplikasikan pada dinding dan lantai.
Pasar glass block yang diutamakan adalah pasar dalam negeri, di mana penjualan glass
block di pasar domestik mencapai sekitar 70% dari total penjualan.

Dalam rangka perkembangan teknologi, Glass Container & Glass Block Division
menjalin kerja sama dengan Nihon Yamamura Glass (NYG).

12
Automotive Safety Glass Division

Automotive Safety Glass Division didirikan pada bulan Oktober 1997 dengan kapasitas
produksi terpasang sebesar 150.000 lembar kaca pengaman otomotif per tahun.

Setiap tahapan proses produksi didukung oleh teknisi yang berkualitas dan
berpengalaman, serta menggunakan peralatan dengan sistem terkomputerisasi sehingga dapat
meningkatkan akurasi hasil produksi.

Untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memberikan keselamatan


maksimal kepada pengguna, Perusahaan menjalankan proses produksi yang ketat berdasarkan
standar ISO: 9001, ISO 14001, dan standar kaca aman bagi kendaraan bermotor (safety glazing
for vehicles) yang di antaranya diatur dalam: E/ECE/324 E/ECE/TRANS/505 Peraturan
Nomor 43 (Komisi Ekonomi untuk Eropa), ANSI/SAE Z26.1/1996 (American National
Standard Institute), JIS R 3211 (Japan Industrial Standard), JASO M501 (Japan Otomotif
Standard Organization), dan AS/NZS 2080 (Australia/New Zealand Standard).

3.2 Hubungan Industrial PT MULIAGLASS

Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang terjadi antara pihak pengusaha,
karyawan dan pemerintah yang bertujuan untuk menciptakan hubungan industrial yang aman
dan harmonis antara pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan.

Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki hubungan industrial yang baik, jika
perusahaan tersebut dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan kaum pekerja, sehingga pekerja
memiliki kepuasan kerja yang tinggi. Selain itu, adanya kontribusi dari berbagai pihak seperti
pihak pengusaha, karyawan dan pemerintah dalam membangun hubungan industrial.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap hubungan industrial PT
MULIAGLASS memiliki hubungan yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat
kesejahteraan karyawan PT MULIAGLASS yang tinggi di mana perusahaan tersebut dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan karyawan.

Selain itu, terdapat adanya sinkronisasi pembagian fungsi dan wewenang di berbagai
sarana industrial, di mana pihak yang bertanggung jawab dalam penerapan hubungan
industrial ialah semua pihak yang berkontribusi secara operasional.

13
3.3 Sarana-Sarana Hubungan Industrial Di PT MULIAGLASS
1. Peraturan perusahaan
2. Perjanjian Kerja Bersama
3. Sertifikat pekerja
4. UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003
3.4 Analisis Penyimpangan PKB PT MULIAGLASS

Perjanjian kerja bersama merupakan suatu perjanjian yang dibuat oleh perusahaan dan
serikat buruh atau serikat pekerja yang mengatur hak dan kewajiban bagi perusahaan dan
serikat buruh sehingga proses industrial dapat berjalan dengan baik. Perjanjian kerja bersama
ini mengacu pada UU Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 yang menjadi landasan kebijakan
ketenagakerjaan di seluruh Indonesia. Untuk itu perjanjian kerja bersama ini wajib ditaati oleh
setiap individu baik bagi pihak perusahaan maupun pihak pekerja, namun pada kenyataannya
ada saja peraturan yang tidak sesuai dengan isi dari perjanjian kerja bersama seperti pada
perusahaan PT MULIAGLASS.

Berdasarkan analisis yang penulis lakukan PT MULIAGLASS melakukan penyimpangan


perjanjian kerja bersama dalam hal pembaharuan isi dari perjanjian kerja bersama yang telah
dibuat oleh perusahaan dan serikat pekerja. Sejak periode 2012-2014 perusahaan PT
MULIAGLASS tidak melakukan pembaharuan isi dari perjanjian kerja bersama, padahal
masa berlaku dari perjanjian kerja bersama hanya 2 tahun saja. Menurut peraturan perjanjian
kerja bersama bab XV pasal 75 ayat (6) menyebutkan bahwa “perjanjian kerja bersama ini
berlaku sejak 06 September 2012 dan berlaku untuk 2 (dua) tahun sampai dengan 05
September 2014, kecuali perjanjian kerja bersama yang baru belum selesai seperti yang
disebut dalam pasal 74 ayat (2) Peraturan Peralihan dan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama
ini”. Dalam pasal 74 ayat (2) menyebutkan “Dalam hal ternyata Perundingan Perjanjian Kerja
Bersama yang baru belum selesai setelah masa berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini, atas
persetujuan bersama berlakunya Perjanjian Kerja Bersama ini dapat diperpanjang menurut
kebutuhan untuk waktu paling lama 6 (enam) bulan”.

14
Berdasarkan isi dari Perjanjian Kerja Bersama diatas sudah tertera jelas bahwasanya spare
waktu yang diberikan hanya sekitar 6 bulan saja dari masa perpanjangan. Namun, pada
kenyataannya hingga saat ini 14 mei 2018 isi dari perjanjian kerja bersama pun belum
diperbaharui. Langkah antisipasi yang dilakukan perusahaan untuk membungkam para serikat
pekerja agar tidak diperbaharui ialah dengan memberikan uang pengganti pembaharuan PKB
sebesar Rp. 100.000;00 (seratus ribu rupiah) per orang.

3.5 Solusi Penyimpangan Perjanjian Kerja Bersama PT MULIAGLASS

Berdasarkan kasus dari PT MULIAGLASS ini penulis mencoba memberikan solusi untuk
meminimalisir terjadinya penyimpangan, yaitu sebagai berikut :

1. Setiap individu harus menaati Perjanjian Kerja Bersama.


2. Proses pembaharuan buku Perjanjian Kerja Bersama alangkah baiknya selalu di upgrade
setiap 2 (dua) tahun sekali, agar ketika perusahaan menerapkan kebijakan baru maka
kebijakan tersebut sudah tertera di Perjanjian Kerja Bersama sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara pihak perusahaan dan pihak serikat.
3. Seharusnya pihak perusahaan lebih baik melakukan pembaharuan Perjanjian Kerja
Bersama dibandingkan harus menggantinya dengan uang sebesar Rp. 100.000,00 (seratus
ribu rupiah), karena penggantian uang tersebut merupakan salah satu tindakan dari pihak
perusahaan yang tidak tepat seolah-olah pihak perusahaan lepas tanggung jawab kepada
pihak serikat kerja buruh.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis terhadap hubungan industrial PT
MULIAGLASS memiliki hubungan yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tingkat
kesejahteraan karyawan PT MULIAGLASS yang tinggi di mana perusahaan tersebut dapat
memenuhi tuntutan dan kebutuhan karyawan.

Berdasarkan isi dari Perjanjian Kerja Bersama bahwasanya spare waktu yang diberikan
hanya sekitar 6 bulan saja dari masa perpanjangan. Namun, pada kenyataannya hingga saat ini
14 mei 2018 isi dari perjanjian kerja bersama pun belum diperbaharui. Langkah antisipasi yang
dilakukan perusahaan untuk membungkam para serikat pekerja agar tidak diperbaharui ialah
dengan memberikan uang pengganti pembaharuan PKB sebesar Rp. 100.000;00 (seratus ribu
rupiah) per orang.

4.2 Saran

Berdasarkan kasus dari PT MULIAGLASS ini penulis mencoba memberikan solusi untuk
meminimalisir terjadinya penyimpangan, yaitu sebagai berikut :

1. Setiap individu harus menaati Perjanjian Kerja Bersama.


2. Proses pembaharuan buku Perjanjian Kerja Bersama alangkah baiknya selalu di upgrade
setiap 2 (dua) tahun sekali, agar ketika perusahaan menerapkan kebijakan baru maka
kebijakan tersebut sudah tertera di Perjanjian Kerja Bersama sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman antara pihak perusahaan dan pihak serikat.
3. Seharusnya pihak perusahaan lebih baik melakukan pembaharuan Perjanjian Kerja
Bersama dibandingkan harus menggantinya dengan uang sebesar Rp. 100.000,00 (seratus
ribu rupiah), karena penggantian uang tersebut merupakan salah satu tindakan dari pihak
perusahaan yang tidak tepat seolah-olah pihak perusahaan lepas tanggung jawab kepada
pihak serikat kerja buruh.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.fspbun.org/2013/06/pengertian-serikat-pekerja-serikat-buruh/

https://tazkhya.wordpress.com/2011/04/04/hubungan-kerja-dan-hubungan-industrial/

https://gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/serikat-pekerja/perjanjian-kerja-bersama

https://www.slideshare.net/RiauPhY/hasil-penelitian-hubungan-industrial

Perjanjian Kerja Bersama periode 2012-2014 PT MULIA INDUSTRINDO

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai