Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Hukum Ketenagakerjaan

Oleh

Nama: M. Hammam Nashiruddin

NIM: 211083146

JURUSAN HUKUM
UNIVERSITAS SURYADARMA
JAKARTA
2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karuniaNya penulis
dapat ,menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hukum Ketenagakerjaan”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi sebagai Tugas dari mata kuliah ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh kata sempurna, karena keterbatasan
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima
kasih.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN MASALAH 4

2.1 Pengertian Upah 4

2.2 Jenis Upah 4

2.3 Sistem Upah 8

2.4 Asas-asas Pengupahan 9

2.5 Komponen Upah 9

BAB III PENUTUPAN 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upah merupakan suatu hal yang sangat penting bagi pekerja, karena upah dapat

menunjukkan penghasilan yang diterima oleh pekerja sebagai imbalan atas pekerjaannya. Di

Indonesia sendiri pada umumnya sistem pengupahan yang diterapkan berdasarkan pada tingkat

fungsi upah, yaitu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya,

mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang dan menyediakan insentif untuk mendorong

peningkatan produktivitas dari para pekerja.1Dalam bidang ketenagakerjaan, upah merupakan

salah satu permasalahan yang cukup rumit. Hal tersebut dapat memicu konflik industrial antara

pekerja dan perusahaan,apabila terjadi suatu kebijakan mengenai upah yang kurang adil, wajar

dan profesional yang kemudian dapat menciptakan terjadinya ketidakseimbangan di lingkungan

kerja

Oleh karena itu, dalam rangka menyetarakan standar mengenai upah maka pemerintah

menetapkan standar upah minimum berdasarkan tiap daerah. Pembahasan mengenai hal ini

tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan yang

dimana di dalamnya menyebutkan bahwa jumlah upah yang diberikan tidak boleh lebih rendah

nominalnya dari standar upah pada tiap daerah yang dicantumkan dalam peraturan yang

berlaku.Kebijakan mengenai upah minimum merupakan satu-satunya kebijakan pemerintah

Indonesia yang sangat jelas berkaitan dengan upah para pekerja. Persoalan mengenai upah ini

sering disuarakan oleh para tenaga kerja dikarenakan masih sering dijumpai beberapa

1
perusahaan yang memberikan upah bagi para pekerjanya tersebut dibawah dari nilai upah

minimum yang telah ditetapkan.

Pada kenyataannya upah yang diterima oleh tenaga kerja di sebagian besar provinsi

adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan Kebutuhan Hidup Layak. Kenaikan harga akan

berakibat pada kenaikan Kebutuhan Hidup Layak dan selanjutnya akan meningkatkan upah

minimum. Dilihat dari sisi perusahaan, upah adalah biaya, yang selanjutnya akan dibebankan

kepada konsumen melalui harga. UMP biasanya digunakan sebagai acuan untuk menetapkan

upah pekerja di sektor formal, oleh karena itu kenaikan UMP yang lebih tinggi daripada

produktivitas pekerja akan merugikan perusahaan karena dapat menaikkan biaya produksi.

Biaya produksi yang tinggi berarti harga output menjadi tidak bersaing, dan pada gilirannya

perusahaan akan mengurangi outputnya. Penurunan output selanjutnya akan menurunkan

penggunaan faktor produksi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang berpendidikan rendah.

Pemberian upah yang adil dan setimpal akan memicu kinerja yang dilakukan oleh buruh,

mereka akan bersemangat ketika upah seimbang dengan apa yang sudah mereka kerjakan. Upah

yang seimbang akan memotivasi pekerja untuk lebih maksimal bekerja di perusahaan tersebut

pastinya mempunyai pengaruh juga bagi pendapatan perusahaan. Pemberian upah berguna

untuk output dan efisien, perusahaan harus menyadari akan berbagai kesulitan yang timbul dari

sistem pengupahan intensif.

Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan ditetapkan agar

dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan

kepada tiga fungsi upah, yaitu:

a) menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya;

b) mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang;

2
c) menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas pekerja. Selanjutnya

beberapa ekonom melihat bahwa penetapan upah minimum akan menghambat penciptaan

lapangan kerja. Kelompok ekonom lainnya dengan bukti empirik menunjukkan bahwa

penerapan upah minimum tidak selalu identik dengan pengurangan kesempatan kerja, bahkan

akan mampu mendorong proses pemulihan ekonomi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah untuk penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari sistem pengupahan di Indonesia?
2. Apa saja jenis-jenis upah yang ada di Indonesia?
3. Bagaimana sistem upah yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pengupahan di Indonesia
2. Untuk mengetahui jenis-jenis upah yang ada di Indonesia
3. Untuk mengetahui sistem upah yang berlaku di Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upah


Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Penghasilan yang layak adalah penerimaan atau pendapatan pekerja dari hasil pekerjaannya
yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja dan keluarganya secara wajar meliputi
makanan/minuman, sandang, perumahan, pendidikan serta kesehatan dan jaminan hari tua.
Pasal 1 angka 30 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
menyatakan bahwa upah merupakan hak pekerja/buruh yang di terima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang di
tetapkan dari dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundanganundangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mendeskripsikan bahwa upah adalah uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas
jasa atau sebagai pembayaran tenaga yang sudah dikeluarkan mengerjakan sesuatu.
Selain pengertian mengenai upah pada Undang Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketenagakerjaan, juga diatur dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
78 Tahun 2015 tentang Perlindungan Upah. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya
atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

2.2 Jenis Upah


Tidak ada pengertian upah yang jelas secara yuridis. Menurut Abdul Khalik dalam
bukunya menjelaskan bahwa upah dapat dikelompokkan menjadi:
a. Upah tetap

4
Upah yang dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh secara tetap atau bisa
disebut gaji

b. Upah tidak tetap


Upah yang dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja buruh secara tidak tetap.
c. Upah harian
Upah yang dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh secara perhitungan harian
atau berdasarkan kehadiran.

- Kebijakan Upah
Pasal 94 Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan
bahwa komponen upah terdiri dari upah pokok dan upah tunjangan tetap yang dengan ketentuan
minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari besarnya upah pokok yang dibayar di muka.
Pemerintah Republik Indonesia menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh yang di atur dalam Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Bagian kedua pengupahan dijelaskan dalam Pasal 88 ayat (3) meliputi:
1) Upah minimum
Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh harus memenuhi ketentuan upah yang di
atur dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 Tentang
Upah Minimum.
Upah Minimum merupakan upah bulanan yang terendah, terdiri dari upah pokok dan
tunjangan tetap. Sesuai ketentuan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
PER-01/MEN/1999, bagi pekerja/buruh yang memiliki status tetap, tidak tetap dan masa
percobaan maka upah bagi pekerja/buruh serendah-rendahnya yaitu upah minimum.
Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
menjelaskan bahwa upah minimum dibedakan menjadi dua, antara lain :
a) Upah minimum berdasarkan wilayah Provinsi atau Kabupaten/ Kota
(1)UMP yaitu upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota disuatu
provinsi.
(2)UMK yaitu upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

5
b) Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota( UMSK) merupakan upah minimum yang
berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.
Upah minimum juga diberikan kepada pekerja/buruh yang memiliki masa kerja kurang
dari 1 (satu) tahun. Apabila masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun dikembangkan pada
kesepakatan pekerja/buruh dengan pengusaha. Apabila pengusaha tidak melaksanakan
ketentuan upah minimum menurut Pasal 25 Ayat (1) Peraturan MenteriTenaga Kerja Nomor
PER-01/MEN/1999 maka ancaman sanksinya yaitu pengusaha di ancam dengan pidana
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya sebesar Rp.100.000,00
(seratus ribu rupiah)
Menurut Pasal 2 ayat (2) Kemenakertrans NomorKEP-23/MEN2003 tentang Tata Cara
Penangguhan Upah Minimum menjelaskan bahwa apabila pengusaha tidak mampu membayar
upah minimum yang berlaku, maka pengusaha dapat mengajukan penangguhan pelaksanaan
upah minimum. Pengajuan tersebut di ajukan kepada Gubernur melalui instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan Provinsi paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum
berlakunya upah minimum. Menurut Kemenakertrans No. KEP-231/ MEN/2003 Pasal 4 ayat
(1), pengajuan tersebut harus disertakan:
(1)Naskah asli kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat pekerja/ serikat
buruh atau pekerja/buruh perusahaan yang bersangkutan.
(2)Laporan keuangan perusahaan terdiri dari neraca perhitungan rugi/laba beserta
penjelasan untuk 2 (dua) tahun terakhir.
(3)Salinan aktapendirian perusahaan
(4)Data upah menurut jabatan pekerja/buruh
(5)Jumlah pekerja/buruh seluruhnya dan jumlah pekerja/buruh yang dimohonkan
penangguhan pelaksanaan upah minimum.
(6)Perkembangan produksi dan pemasaran selama 2 (dua) tahun terakhir serta rencana
produksi.
Persetujuan atas pengajuan penangguhan berlaku selama 12 (dua belas) bulan, setelah
penangguhan berakhir maka pengusaha wajib melaksanakan upah minimum terbaru. Lamanya
waktu balasan pengajuan penangguhan yang berupa penolakan atau persetujuan selama 1 (satu)
bulan, apabila lebih dari itu maka permohonan dianggap disetujui. Gubernur dalam memeriksa

6
mengenai laporan keuangan, perhitungan keuangan perusahaan dibantu oleh pihak akuntan.
Biaya yang di gunakan untuk membayar pihak pengusaha yang mengajukan penangguhan.

2) Upah Kerja Lembur


Pekerja/buruh yang berkerja melebihi waktu kerja yang ditentukan berhak mendapatkan
upah lembur. Ketentuan Kepmenkertrans No.KEP-102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja dan
Upah Lembur untuk aturan selama 6 (enam) hari kerja. Pada hari seninsabtu, 1 (satu) jam
pertama di hitung upah 1 (satu) jamnya 1,5 (satu setengah) kali upah per jam. Jam 2-6 (dua
sampai enam) upah 1 (satu) jamnya di hitung 2 (dua) kali upah per jam,jam ke 8 (delapan) upah
per jamnya dihitung 4 (empat) kali upah per jam. Upah per jam. Upah per jam dihitung dari
upah pokok di tambah dengan tunjangan-tunjangan tetap.
Penentuan cara perhitungan upah tiap satu jam yaitu: 1/173 x upah pekerja/buruh sebulan.
Cara menentukan angka 173 berasal dari 1 bulan ada 4,33 minggu yang berasal dari 52/12. Jam
kerja dalam satu minggu di hitung sebanyak 40 jam. Total jam kerja dalam 1 bulan yaitu 40 x
4,33 = 173,33. Hal ini dibulatkan menjadi 173.

3) Upah Tidak Masuk Kerja Karena Berhalangan


Di atur dalam Pasal 93 ayat (2),(3), dan (4) Undang Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

4) Upah Tidak Masuk Kerja Karena Melakukan Kegiatan Lain di Luar Pekerjaannya
Ketentuan Pasal 93 ayat (4) Undang Undang Ketenagakerjaan Yaitu :
a) Pekerja/buruh menikah, dibayar untuk selama 3 (tiga) hari;
b) Menikahkan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
c) Mengkhitankan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari
d) Membaptiskan anaknya, dibayar untuk selama 2 (dua) hari;
e) Isteri melahirkan atau keguguran kandungan, dibayar untuk selama 2(dua) hari;

7
f) Suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau menantu meninggal dunia, dibayar untuk
selama 2(dua) hari; dan
g) Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu)
hari
5) Upah Karena Menjalankan Hak atas Waktu Istirahat Kerja
Pasal 79 ayat (2) Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yaitu :
a) Istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b) Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2
(dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu;
c) Cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan
d) Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja
selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan
dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

2.3 Sistem Upah


Terdapat beberapa sistem yang dapat digunakan untuk mendistribusikan upah dan
masing-masing sistem itu mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap dorongan atau semangat
kerja serta nilai-nilai yang akan dicapai yaitu :
a. Sistem upah menurut banyaknya produksi
Upah yang diberikan menurut sistem ini dapat mendorong para pekerja/buruh untuk
bekerja lebih keras dan berproduksi lebih banyak. Upah ini membedakan pekerja/buruh
berdasarkan atas kemampuan masingmasing.
b. Sistem upah menurut lamanya kerja
Sistem upah ini sebenarnya telah gagal dalam mengatur adanya perbedaan individual
kemampuan manusia. Kegagalan ini disebabkan tiaptiap orang dalam menghasilkan waktu
sebagaimana orang lain, sehingga semua orang sama.
c. Sistem upah menurut senioritas

8
Sistem ini akan mendorong orang untuklebih setia atau loyal terhadap perusahaan dan
lembaga kerja. Upah akan memberikan perasaan aman kepada pekerja/buruh yang cukup setia.
d. Sistem upah menurut kebutuhan
Sistem ini memberikan upah yang lebih besar kepada mereka yang sudah berkeluarga.
Kelemahan sistem ini tidak mendorong inisiatif kerja.

2.4 Asas-Asas Pengupahan


a. No work No pay yaitu upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh melakukan pekerjaan
b. Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari ketentuan minimum.
c. Komponen upah terdiri dari upah pokokdan tunjangan tetap dengan rincian besarnya
upah pokok minimal 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah upah pokok dan tunjangan
tetap.
d. Pelanggaran yang dilakukan pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaian dapat
dikenakan denda.
e. Pengusaha yang karena kesengajaannya atau kelalaiannya mengakibatkan
keterlambatan pembayaran upah dikenakan denda sesuai dengan presentasi tertentu dari upah
pekerja/buruh.

2.5 Komponen Upah


Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 07/MEN/1999 tentang Pengelompokan
Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah disebutkan sebagai berikut :

a. Termasuk komponen upah adalah :

1) Upah pokok: merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat
atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja.

2) Tunjangan tetap: suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang
diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah
pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan jabatan,
tunjangan kemahalan, tunjangan lauk-pauk.

9
3) Tunjangan tidak tetap: suatu pembayaran secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan buruh dan keluarganya serta dibayarkan upah pokok

b. Tidak termasuk komponen upah adalah :

1) Fasilitas: Kenikmatan dalambentuk nyata karena hal-hal yang bersifat khusus atau
karena meningkatkan kesejahteraan buruh.

2) Bonus: Pembayaran yang diterima buruh dari hasil keuntungan perusahaan atau karena
buruh berprestasi melebihi target produksi.

3) Tunjangan hari raya dan pembagiankeuntungan lainnya.

10
BAB III
PENUTUPAN

Berdasarkan pembahasan mengenai hukum ketenagakerjaan maka dibuatlah kesimpulan


sebagai berikut:
1. Upah merupakan hak pekerja/buruh yang di terima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang di tetapkan dari
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
perundanganundangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan

2. Jenis upah terdiri dari Upah tetap, Upah tidak tetap dan Upah harian yang berlaku
dalam pengupahan pekerja di Indonesia

3. Terdapat beberapa sistem yang dapat digunakan untuk mendistribusikan upah dan
masing-masing sistem itu mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap dorongan atau semangat
kerja serta nilai-nilai yang akan dicapai yaitu. Sistem upah menurut banyaknya produksi,
Sistem upah menurut lamanya kerja, Sistem upah menurut senioritas, Sistem upah menurut
kebutuhan

11
12

Anda mungkin juga menyukai