Anda di halaman 1dari 13

Makalah

Hukum Pengangkutan Darat

Oleh

Nama: Alfri Abdi Banjar Nahor

NIM: 211083049

JURUSAN HUKUM
UNIVERSITAS SURYADARMA
JAKARTA
2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karuniaNya penulis
dapat ,menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hukum Pengangkutan Darat”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi sebagai Tugas dari mata kuliah ini
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak dapat selesai dengan baik tanpa
adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh kata sempurna, karena keterbatasan
kemampuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan-kesalahan yang dilakukan penulis. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima
kasih.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH 3

2.1 Pengertian Angkutan Darat Melalui

Kereta Api 3

2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan

Angkutan Kereta Api 3

2.3 Angkutan Orang Dengan Kereta Api 4

2.4 Angkutan Barang Dengan Kereta Api 5

2.5 Kewajiban dan Hak Pengangkut dan Penumpang

Kereta Api 6

2.6 Tanggung Jawab Dalam Angkutan Kereta Api 8

BAB III PENUTUPAN 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengangkutan niaga merupakan sarana yang penting dan strategis dalam memperlancar roda
perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan, serta mempengaruhi hampir semua aspek
kehidupan bangsa dan negara. Salah satunya yang dimanfaatkan yaitu pengangkutan niaga di darat.

Joni Emirzon, menyatakan bahwa :1

“Pengangkutan niaga di darat di selenggarakan berdasarkan asasasas manfaat, kesimbangan,


pemerataan, kepentingan umum, keterpaduan dan kesadaran hukum. Asas manfaat menghendaki
pengangkutan niaga di darat untuk memberikan manfaat sebesarnya bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Asas keseimbangan yaitu menghendaki pengangkutan niaga, khususnya di darat yang
seimbang dan serasi antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa,
antara individu dan masyarakat. Sedangkan asas kepentingan umum menghendaki penyelenggaraan
pengangkutan niaga di darat yang lebih mengutamakan kepentingan bagi masyarakat luas.”

Elfrida Gultom, menyatakan bahwa :2

“Transportasi dapat diartikan sebagai sarana pengangkutan untuk orang maupun barang dengan
menggunakan kendaraan tertentu untuk mencapai suatu tempat tujuan. Fungsi transportasi sebagai
sarana pengangkutan dapat dikatakan sangat penting karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
keadaan geografis di suatu daerah, sehingga transportasi dapat menunjang pembangunan di berbagai
sektor serta mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah tersebut.”

Pengangkutan secara umum meliputi transportasi darat, air dan udara dimana ketiga transportasi
ini memegang peranan yang sangat penting dan saling terkait dalam menjalankan fungsi sebagai alat
angkut orang maupun barang. Kegiatan dari pengangkutan ialah memindahkan barang (commodity of
goods) dan penumpang dari satu tempat (origin atau port of call) ke tempat lain (part of destination),
dengan demikian pengangkut menghasilkan jasa angkutan atau produksi jasa bagi masyarakat yang

1
Joni Emirzon, Perspektif Hukum Bisnis Indonesia Pada Era Globalisasi Ekonomi, Genta Press, Semarang, 2007, hlm.
3
2
Elfrida Gultom, Hukum Pengangkutan Darat,: Literata Lintas Media, Jakarta, 2009, hlm 1

1
membutuhkan untuk pemindahan atau pengiriman barang-barangnya. Pengangkutan memiliki fungsi
tempat dan waktu yang sangat penting karena barang memiliki nilai lebih di tempat tujuan dibandingkan
berada di tempat awal orang atau barang tersebut diangkut, serta dengan distribusi yang cepat untuk
mencapai tempat tujuan maka barang dapat memenuhi kebutuhan pada waktu yang tepat saat
dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah untuk penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa dasar hukum dari hukum pengangkutan darat di Indonesia melalui kereta
api?
2. Apa saja hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang di kereta api Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar hukum dari hukum pengangkutan melalui kereta api di
Indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang di kereta api
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Angkutan Darat Melalui Kereta Api


Pengangkutan darat melalui kereta api merupakan salah satu klasifikasi dari transportasi
atau pengangkutan melalui rel. Yang dimaksud dengan angkutan darat adalah pemindahan orang
dan atau barang dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu
lintas jalan (UU No 22 Tahun 2009). Sedangkan yang dimaksud dengan angkutan kereta api
adalah kegiatan pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan kereta api.3
Yang dimaksud dengan kereta api di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian Pasal 1 angka 2 yaitu Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkai dengan perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun
sedang bergerak di jalan rel yang terkait denga perjalanan kereta api
Dalam undang-undang no 13 tahun 1992 dijelaskan bahwa perkeretaapian adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana, dan fasilitas penunjang kereta api untuk
penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam satu system. Kera api adalah
kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel.

2.2 Dasar Hukum Penyelenggaraan Angkutan dengan Kereta Api


Pengangkutan melalui kereta api diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007
tentang perkeratapian. Dalam Pasal 132 dan Pasal 142 UU nomor 23 tahun 2007 dijelaskan
bahwa, Pengangkutan darat dengan kereta api diadakan berdasarkan perjanjian antara Badan
Penyelenggara Pengangkutan dan penumpang atau pemilik barang. Karcis penumpang dan surat
pengangkutan barang merupakaan tanda bukti telah terjadi perjanjian pengangkutan antara
pengangkut dan penumpang atau pengirim penumpang diterbitkan atas nama (on name), artinya
setiap pemegang karcis yang namanya tercantum dalam karcis itu berhak untuk diangkut.
Dengan demikian, surat pengangkutan barang diterbitkan atas nama (on name), artinya setiap

3
ZainalAsikin, HukumDagang, (Jakarta: GrafindoPersada, 2014) hal.190.

3
pemegang yang namanya tercantum pada surat pengangkutan barang adalah pemilik dan berhak
untuk menerima brang. Karcis penumpang dan surat pengangkutan barang atas nama tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain karena ada kaitannya dengan asuransi yang melindungi dalam hal
terjadi musibah.4

2.3 Angkutan Orang Dengan Kereta Api


Pengangkutan orang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan kereta. Dalam
keadaan tertentu penyelenggara sarana perkeretaapian dapat melakukan pengangkutan orang
dengan menggunakan gerbong atas persetujuan pemerintah atau pemerintah daerah, serta wajib
memerhatikan keselamatan dan fasilitas minimal.
Bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah lima tahun, orang sakit, dan lansia
dari pihak penyelenggara perkeratapian wajib memberikan fasilitas khusus dan kemudahan serta
tidak dipungut biaya tambahan.
Pelayanan pengangkutan orang dengan kereta api harus memenuhi standar pelayanan
minimum. Standar pelayanan minimum meliputi pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam
perjalanan, dan di stasiun tujuan. Selama kegiatan pengangkutan orang dengan kereta api,
petugas PT Kereta Api Indonesia berwenang untuk:5

1. Memeriksa karcis yang dimiliki pengguna jasa (penumpang)


2. Menindak pengguna jasa (penumpang) yang tidak mempunyai karcis
3. Menertibkan pengguna jasa (penumpang) kereta api atau masyarakat yang mengganggu
perjalanan kereta api
4. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan terhadap masyarakat yang berpotensi menimbulkan
gangguan terhadap perjalanan kereta api

2.4 Angkutan Barang Dengan Kereta Api


4
Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Niaga, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2008), h. 9
5
Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Niaga, hal. 170

4
Angkutan barang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan gerbong. Angkutan
barang terdiri atas sebagai berikut:
1. Barang umum
2. Barang khusus
3. Barang berbahaya dan beracun
4. Limbah bahan berbahaya dan beracun
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengangkutan barang umum dan
khusus yaitu:
1. Pemuatan, penyusunan, dan pembongkaran barang pada tempat-tempat yang telah
ditetapkan sesuai klasifikasinya
2. Keselamatan dan keamanan barang yang diangkut
3. Gerbong yang digunakan sesuai dengan klasifikasi barang yang diangkut
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan pengangkutan bahan dan
limbah berbahaya serta beracun, yaitu:
1. Memenuhi persyaratan dan keselamatan sesuai dengan sifat dan bahan berbahaya
dan beracun yang diangkut.
2. Menggunakan tanda sesuai dengan sifat bahan berbahaya dan beracun yang
diangkut.
3. Menyertakan petugas yang memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan sifat bahan
berbahaya dan beracun yang diangkut.6

PT Kereta Api Indonesia wajib mengangkut barang yang telah dibayar biaya pengangkutan
oleh penguna jasa sesuai dengan tingkat pelayanan yang dipilih. Pengguna jasa yang telah
membayar biaya pengangkutan berhak memperoleh pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan
yang dipilih. Surat pengangkutan barang merupakan tanda bukti terjadinya perjanjian
pengangkutan barang.7

Dalam kegiatan pengangkutan barang dengan kereta api, PT Kereta Api Indonesia
berwenang untuk:

1. Memeriksa kesesuaian barang dengan surat pengangkutan barang

6
ZainalAsikin, HukumDagang, hal.190-191
7
Pasal 141 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang perkeretaapian

5
2. Menolak barang yang diangkut yang tidak sesuai dengan surat pengangkutan
barang
3. Melaporkan kepda pidak yang berwajib apabila barang yang akan diangkut
merupakan barang terlarang. Barang terlarang itu misalnya, barang selundupan, narkoba,
petasan. Hewan yang dilindungi, minuman keras, ecstacy.

Apabila terdapat barang yang diangkut dianggap membahayakan keselamatan, ketertiban


dan kepentingan umum, PT Kereta Api Indonesia dapat membatalkan perjalanan kereta api.

Apabila pengguna jasa membatalkan pengiriman barang dan sampai batas waktu
dijadwalkan tidak melapor kepada PT Kereta Api Indonesia, pemgguna jasa tidak mendapat
penggatian biaya pengangkutan barang. Apabila pengguna kasa membatalkan atau menunda
pengiriman barang sebelum batas waktu keberangkatan dijadwalkan, biaya pengangkutan barang
dikembalikan dan dapat dikenai denda.

Barang yang sudah sampai di stasiun akan dibongkar dari keerta api dan disimpan di
tempat penyimpanan yang ditetapkan oleh pengangkut. Pengangkut memberitahukan kepada
pengirim agar menerima barang kiriman dlam jangka waktu yang telah ditetapkan. Apabila
penerima tidak mengambil barang tersebut dari temat penyimpanan, maka ketentuan Pasal 32
UUKA penerima dikenai biaya penyimpanan barang, dan wajib dilunasi ketika barang itu
diambil. Apabila barang itu tidak diambil dan biaya penyimpanan tidak dilunasi, maka barang itu
ddinyatakan sebagai barang tak bertuan dan dapat dijual secara lelang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.8

2.5 Kewajiban dan Hak Pengangkut dan Penumpang Kereta Api


Menurut ketentuan di dalam Undang-Undang Perkeretaapian Indonesia, PT Kereta Api
Indonesia sebagai pengangkut wajib mengangkut orang yang telah memilliki karcis. Orang yang
telah memiliki karcis tersebut berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan tingkat pelayanan
yang dipilih. Misalnya, pemegang karcis Kereta Api Argo bromo akan memperoleh pelayanan
sesuai dengan karcis Kereta Api Argo bromo yang dimilikinya. Penumpang wajib membayar
biaya pengangkutan sesuai dengan tingkat pelayanan yang dikehendakinya.

8
Muhammad Abdulkadir, Hukum Pengangkutan Niaga, h.141

6
Karcis merupakan tanda bukti terjadinya pengangkutan orang. PT Kereta Api Indonesia
wajib:
1. Mengutamakan keselamatan dan keamanan orang
2. Mengutamakan kepentingan pelayanan umum
3. Menjaga kelangsungan pelayanan pada lintas yang ditetapkan
4. Mengumumkan jadwal perjalanan kereta api dan tarif pengangkutan kepada
masyarakat
5. Mematuhi jadwal keberangkatan kereta api dan
6. Mengumumkan kepada pengguna jasa apabila terjadi pembatalan dan penudaan
keberangkatan, keterlambatan kedatangan, atau pengalihan pelayanan lintas kereta api disertai
dengan alasan yang jelas.9
Apabila terjadi pembatalan keberangkatan perjalanan kereta api, PT Kereta Api Indonesia
wajib mengganti biaya yang telah dibayar oleh pembeli karcis. Akan tetapi, pembeli karcis yang
membatalkan keberangkatan sampai batas waktu keberangkatan tidak melapor kepada
pengngkut, tidak mendapat pengganti biaya karcis. Apabila pembeli karcis membatalkan
keberangkatan sebelum batas waktu keberangkatan yag dijadwalkan melapor kepada PT Kereta
Api Indonesia, mendapat pengembalian sebesar 75% dari harga karcis. Apabila dalam perjalanan
kereta api terdapat hambatan atau gangguan yang mengakibatkan kereta api tidak dapat
melanjutkan perjalanan sampai stasiun tujuan yang disepakati, PT Kereta Api, wajib:
1. Menyediakan pengangkutan dengan kereta api lain atau moda pengangkutan lain
sampai stasiun tujuan
2. Memberikan ganti kerugian senilai karcis10

PT Kereta Api yang tidak menyediakan pengangkutan dengan kereta api lain atau moda
pengagkutan lain sampai stasiun tujuan atau tidak memberikan ganti rugi seniilai harga karcis
dikenai sanksi administrative berupa pembukaan izin operasi atau pencabutan operasi. Tetapi
pada kenyataannya sekarang belum ada Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) yang menjadi
penyelenggara pengangkutan kereta Api. Ini berarti bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
PT Kereta Api Indonesia yang sekarang satu satunya pengangkut dengan kereta api dapat dikenai
ancaman sanksi pembekuan izin operasi.

9
Pasal 133 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
10
Pasal 134 Undang-undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian

7
2.6 Tanggung Jawab dalam Angkutan Kereta Api
1. Tanggung jawab terhadap penumpang yang diangkut
a. Penyelenggara sarana dan prasarana perkeretaapian, bertanggung jawab pada
pengguna jasa yang mengalami kerugian, luka-luka atau meninggal dunia yang disebabkan oleh
pengoperasian kereta api dan sebagaimana yang dimaksud wajib dipenuhi oleh penyelenggara
sara perkeretaapian paling lama 30 hari sejak kejadian. Tanggung jawab tersebut dimuali sejsk
pengguna jasa diangkut dari stasiun asal sampai pada stasiun tujuan yang disepakati. Tanggung
jawab tersebut dihitung berdasarkan kerugian nyata yang dialami. Akan tetapi, penyelenggara
sarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab atas kerugian, luka-luka atau meninggalnya
penumpang yang tidak disebabkan oleh pengoperasian pengangkutan kereta api.
b. Penyelenggara sarana perkeretaapian tidak bertanggung jawab terhadap kerugian
yang diderita oleh pihak ketiga yang disebabkan oleh pengoperasian kereta api, kecuali jika
pihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian disebabkan oleh pihak penyelenggara sara
perkeretaapian sebagai pengangkut. Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti
kerugian dari pihak ketiga kepada penyelenggara sarana penyelenggara sara perkeretaapian
disampaikan selambat-lambatnya 30 hari dihitung mulai tanggal terjadinya kerugian.
2. Tanggung jawab terhadap barang yang diangkut
a. Pada saat barang sampai pada tujuan, penyelenggara sarana perkeretaapian segera
memberitahukan kepada penerima barang bahwa barang telah tiba dan dapat segera diambil.
Apabila dalam jangka waktu 7 hari kalender terhitung sejak barang tiba di tempat tujuan pihak
penyelenggara sarana perkeretaapian tidak memberitahukan kepada penerima barang, maka
penerima barang berhak mengajukan klaim ganti kerugian. Dengan asumsi tidak melebihi batas
waktu yang diberikan pihak penyelenggara sarana perkeretaapian yakni 7 hari kalender sejak
diberikannya hak klain ganti kerugia. Apabila melebihi jangka waktu yang ditentukan, maka hak
yang diberikan kepada penerima barang menjadi gugur.
b. Penyelenggara sarana perkeretaapian bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh pengirim karena barang hilang, rusak, atau musnah yang disebabkan pengoperasian
pengangkutan kereta api. Tanggung jawab tersebut dimulai sejak barang diterima oleh sarana

8
perkeretaapian sampai dengan diserahkannya barang kepada penerima. Kerugian dihitung
berdasarkan keruagian nyata yang dialami, tidak termasuk keuntungan yang akan diperoleh dan
biaya jasa yang telah digunakan. Akan tetapi penyelenggara sarana perkeraapian tidak
bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh keterangan yang tidak benar dalam
pengangkutan barang.11

11
Zainal Asikin, Hukum Dagang, hlm. 193-194

9
BAB III
PENUTUPAN

Berdasarkan pembahasan mengenai pengangkutan darat maka dibuatlah kesimpulan


sebagai berikut:
1. Dasar hukum pengangkutan darat melalui kereta api tertulis dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 1 angka 2 yang mengatur segala
pengangkutan darat di sector kereta api

2. hak dan kewajiban dari pihak pengaangkut serta penumpang adalah salah satunya
menjamin keselematan dan keamana selama menggunakan kereta api di Indonesia

10

Anda mungkin juga menyukai