Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK LEGISLASI UPAH MINIMUM TERHADAP

PENGANGGURAN DI INDONESIA

PROPOSAL

Di buat atas tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


HUKUM EKONOMI

Oleh :
NAMA : KEVIN MALU
NIM : 210711010887

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,KEBUDAYAAN,RISET DAN


TEKNOLOGI UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS HUKUM
MANADO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi pada hakekatnya adalah serangkaian usaha


kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
memperluas kesempatan kerja dan mengarahkan pembagian pendapatan
secara merata. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia kesempatan kerja
masih menjadi masalah utama. Hal ini timbul karena adanya kesenjangan atau
ketimpangan dalam mendapatkannya. Pokok dari permasalahan ini bermula
dari kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan
kemajuan berbagai sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja
dipihak lain serta penentuan upah minimum yang belum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Tenaga kerja menetapkan tingkat upah minimumnya pada tingkat upah


tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah tingkat upah
tersebut maka seorang pekerja akan menolak mendapatkan upah tersebut
dan akibatnya menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan pada
suatu daerah terlalu rendah, maka akan berakibat pada tingginya jumlah
pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut. Namun dari sisi pengusaha,
jika upah meningkat dan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, maka akan
mengurangi efisiensi pengeluaran, sehingga pengusaha akan mengambil
kebijakan pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi. Hal ini
akan berakibat peningkatan pengangguran. Menurut Samuelson (1997 dalam
Alghofari 2010) menyatakan bahwa peningkatan upah menimbulkan dua efek
yang bertentangan atas penawaran tenaga kerja. Pertama, efek subtitusi yang
mendorong tiap pekerja untuk bekerja lebih lama, karena upah yang
diterimanya dari tiap jam kerja lebih tinggi. Kedua, Efek pendapatan
mempengaruhi segi sebaliknya, yaitu tingginya upah menyebabkan pekerja
ingin menikmati lebih banyak rekreasi bersamaan dengan lebih banyaknya
komoditi yang dibeli.Maka disinilah peran pemerintah sebagai penengah
dalam masalah ini yaitu dengan menyusun Undang-Undang tentang
Penetapan Upah Minimum.
Namun demikian seperti yang telah kita ketahui bahwa kebijakan penetapan
upah minimum dalam rangka perlindungan upah saat ini masih banyak
kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu keseragaman upah, baik
secara regional/wilayah (propinsi atau kabupaten/kota) dan secara nasional.
Kebijakan tersebut perlu diupayakan secara sistematis, baik ditinjau dari segi
makro maupun dari segi mikro seiring dengan upaya pembangunan
ketenagakerjaan,terutama perluasan kesempatan kerja,peningkatan produksi,
peningkatan taraf hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidup minimalnya.
Pemberlakuan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah
telah memherikan kesempatan setiap daerah di Indonesia untuk
mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimilikinya serta mencukupi
kebutuhan masyarakatnya. Perbedaan kondisi setiap daerah akan membawa
implikasi pada kebijakan sehingga pembangunan yang diterapkan berbeda
pula.

Kebijakan pembangunan suatu daerah akan disesuaikan dengan kondisi


daerah yang bersangkutan. Sehingga undang-undang tersebut menyebabkan
penetapan upah yang berbeda-beda. Menurut (Haryo Kuncoto, 2002)
Idealnya, pembentukan upah dapat diselesaikan sendiri oleh mekanisme
pasar. Interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja akan
menentukan tingkat upah keseimbangan dan sebaliknya peningkatan
penawaran akan menurunkan tingkat upah. Pada tingkat upah tersebut
kesepadanan antara kuantitas yang diminta dengan yang ditawarkan, akan
selalu terjadi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat diambil bebepa rumusan masalah
yaitu :

1. Apakah upah minimum yang terjadi di Indonesia saat ini sudah


memanusiakan manusia ?
2. Perlukah Upah Minimum itu ditentukan ? siapa yang dirugikan dalam hal
ini ?
3. Seberapa umumkah Upah Minimum itu ?
4. Seperti apa dampak penentuan upah minimum terhadap pengangguran ?
dampaknya positifkah atau negative ?
5. Bagaimanakah seharusnya penetapan upah minimum yang bijaksana /
manusiawi ?
C. Tujuan Penelitian

1. Meneliti upah minimum yang terjadi / berlaku di Indonesia saat ini .


2. Menganalisis dampak dari penetapan upah minimum tersebut terhadap
pengangguran di Indonesia.
3. Menguraikan kepopularan Upah Minimum
4. Mendapatkan solusi terbaik dalam menentukan upah minimum.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang lakukan/ diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Manfaat yang diharapkan adalah agar kita dapat mengetahui seberapa besar
kelebihan dan kekurangan dari penentuan upah minimum tersebut sehingga
munculah terobosan solusi-solusi terbaik dalam masalah upah minimum ini
yang nantinya bisa dijadikan pertimbangan bagi pemerintah sebagai
pemegang kebijakan dalam mengambil kebijakan penentuan upah miimum
ini. Sehingga nantinya kebijakan ini tidak merugiakan baik pihak tenaga
kerja maupun pihak perusahaan.Atau bahkan jika penetapan upah minimum
ini justru berdampak negative pada perekonomian khususya pada
pengangguran maka upah minimum ini dapat ditiadakan demi kemakmuran
dan keasejahteraan hidup masyarakat sesuai dengan hakekat pembangunan
ekonomi.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran kepada
pemerintah Provinsi dalam mengatasi permasalahan pengangguran.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran bagi
pihak yang membutuhkan terutama bagi penelitian sejenis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI KERANGKA

1.Pengertian Upah :

Upah merupakan uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas


jasa atau sebagai pembayar tenaga yang sudah dikeluarkan untuk
mengerjakan sesuatu, gaji, imbalan, hasil akibat (dari suatu perbuatan),
resiko (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2002:1250). Upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan (Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan).

Menurut pasal 1 angka Peraturan Menteri Tenaga Kerja


No.PER-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum, upah minimum adalah
Upah Bulanan Terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan servie
tetap Dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menentukan
bahwa Pemerintah dalam hal ini Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau
bupati/walikotamenetapkan upah minimum berdasarkan KHL dan dengan
memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomiSedangkan
ketentuan mengenai penghasilan yang layakkebijakan
pengupahankebutuhan hidup layak dan perlindungan
pengupahanpenetapan upah minimum dan pengenaan denda terhadap
pekerja/buruh yang melakukan pelanggaran karena kesengajaan atau
kelalaian diatur dengan peraturan pemerintah (Hardijan Rusli2011:91) Upah
minimum diarahkan kepada pencapaian KHL yaitu setiap penetapan upah
minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian perbandingan
upah minimum dengan kebutuhan hidup layak yang besamya ditetapkan
Menaker (Menteri Tenaga Kerja)Pencapaian KHL perlu dilakukan secara
bertahap karena kebutuhan

Teori Dana Upaha, Teori ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori
ini tinggi upahtergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Sedangkan penawaran tenagakerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu
jumlah modal yang disediakan perusahaanuntuk pembayaran
upah.Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang
cenderung turun,karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan
penawaran tenaga kerja.
Teori Upah Alami( Upah Wajar) Oleh David Ricardo Teori ini menerangkan
bahwa : Upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan
hidup pekerja dengan keluarganya.Di pasar akan terdapat upah menurut
harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan
dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di sekitar upah menurut
kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum
dari upahkerja sistem upah jangka waktu sistem upah jangka waktu ini adalah
sistem pemberian upah menurut jangka waktu tertentu, misalnya harian,
mingguan atau bulanan.
Teori Upah Besi. Teori upah besi ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle.Teori
ini menyatakan bahwasanya penerapan sistem upah kodrat menimbulkan
tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam
posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh
para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal
dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk
menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat
pekerja.
Teori Upah Etika,Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat
yang ideal) tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak
“etis”. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan
upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan
tunjangan keluarga.
Menurut UU RI No. 13/ Th / 2003 Tentang Ketenagakerjaan, dalam Bab I Pasal 1
angka 30 dijelaskan Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu pekerjaan dan/atau
jasa yang telah atau akan dilakukan.
Upah Minimum Regional adalah upah terendah yang diizinkan untuk diberikan
oleh pengusaha kepada pekerja yang bersifat normatif. Sehingga, pengusaha
diperbolehkan memberikan upah lebih besar daripada ketentuan UMR,
bahkan pengusaha yang telah memberikan upah yang iebih tinggi dari
ketentuan UMR dilarang mengurangi atau menurunkan upah. Besarnya
penentuan UMR didasarkan pada kebutuhan fisik/ hidup minimurn, indeks
harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada umumnya yang
berlaku secara regional, kelangsungan perusahaan, dan tingkat perkembangan
ekonomi regional maupun nasional. (Haryo Kuncoro, 2002)
Berdasarkan konvensi ILO No. 131/1970 pernerintah memberlakukan
ketentuan upah minimum regional (UMR). Ketentuan UMR ini merupakan
salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam pasar tenaga kerja. Pada
kondisi labor surplus, tanpa ada intervensi pemerintah, adalah sangat tidak
mungkin dapat memperbaiki kesejahteraan tenaga kerja. Kebijakan upah
minimum tersebut telah diperkenalkan pula di banyak negara maju seperti
Inggris, Perancis, dan Amerika pada awal-awal pembangunan di negara-
negara tersebut sesuai dengan kebutuhan pasar pada saat ini. (Effendi, 1995
dalam Haryo Kuncoro, 2002).

Menurut Undang-Undang No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, telah


ditetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup yang layak, tentunya
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang
meliputi :

1. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten/kota


2. Upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau
kabupaten /kota

Komponen yang diajukan untuk memenuhi kebutuhan minimum adalah :

1. Makanan dan minuman


2. Perumahan dan fasilitas
3. Sandang (pakaian)
4. Kesehatan dan estetika
5. Aneka kebutuhan.
Pemerintah juga mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga
kerja No. PerMen. 05/1989 tentang upah Minimum. Dalam peraturan
pemerintah ini, upah minimum sektor dibagi dalam 3 kriteria yaitu upah
minimurn regional, upah minimum sektor regional, dan upah minimum sub
sekdor regional. Namun dalam perkembangannya upah minimum dibagi
menjadi 2 kriteria yaitu Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) sedangkan UMP dan UMK ditetapkan melalui SK
Gubernur.

2.TEORI PENGANGGURAN

Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang


dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah
digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh
pekerjaan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Sukirno (2002)
pengangguran biasanya dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang
menyebabkannya, antara lain:

1. Pengangguran friksional.
2. Pengangguran struktural.
3. Pengangguran konjungtur
Marius (2004) menyatakan bahwa pengangguran sering diartikan sebagai
angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal.

3. HUBUNGAN UPAH TERHADAP PENGANGGURAN

Tenaga kerja yang menetapkan tingkat upah minimumnya pada tingkat upah
tertentu, jika seluruh upah yang ditawarkan besarnya dibawah tingkat upah
tersebut, seseorang pekerja akan menolak mendapatkan upah tersebut dan
akibatnya menyebabkan pengangguran. Jika upah yang ditetapkan pada suatu
daerah terlalu rendah, maka akan berakibat pada tingginya jumlah
pengangguran yang terjadi pada daerah tersebut. Namun dari sisi pengusaha,
jika upah meningkat dan biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, maka akan
mengurangi efisiensi pengeluaran, sehingga pengusaha akan mengambil
kebijakan pengurangan tenaga kerja guna mengurangi biaya produksi.

Hal ini akan berakibat peningkatan pengangguran. Menurut Samuelson (1997


dalam Alghofari 2010) menyatakan bahwa peningkatan upah menimbulkan
dua efek yang bertentangan atas penawaran tenaga kerja. Pertama, efek
subtitusi yang mendorong tiap pekerja untuk bekerja lebih lama, karena upah
yang diterimanya dari tiap jam kerja lebih tinggi. Kedua, Efek pendapatan
mempengaruhi segi sebaliknya, yaitu tingginya upah menyebabkan pekerja
ingin menikmati lebih banyak rekreasi bersamaan dengan lebih banyaknya
komoditi yang dibeli. Bagi para ekonom ini sering mengundang
perdebatan,baik dalam aplikasi negara maju maupun di negara
berkembang.Mankiw menyatakan bahwa upah minimum sangat penting
diingat bahwa perekonomian tidak hanya terdiri dari satu pasar tenaga kerja
saja tetapi terdiri dari banyak pasar tenaga kerja,dari berbagai jenis pekerja
yang berbeda.Sedangkan dampak dari upah minimum tergantung pada
pengalaman dan keahliaan pekerja.

Miller dan Meiners Upah minimum akan menurunkan kesempatan kerja,


sebagin pekerja akan menganggur dan sebagian lagi harus bekerja ditempat
lain yang menawarkan tingkat upah lebih rendah.Hal ini berarti penawaran
tenaga kerja disektor-sektor lain juga meningkat.

hasil dari penelitian ini menunjukan bahawa peningkatan upah minimum


mempengaruhi secara positif rata-rata upah pekerja, melalui rata-rata upah
pekerja upah minimum mempengaruhi terhadap tingkat pengangguran
dengan upah minimum yang meningkat maka tingkat pengangguran ikut
meningkat. Upah minimum juga memberikan dampak terhadap tingkat
kemiskinan melalui peningkatan rata-rata upah, dimana tingkat kemiskinan
ikut berkurang seiring meningkatnya rata-rata upah pekerja, namun
peningkatan pengangguran akibat dari upah minimum yang meningkat juga
memberikan pengaruh pada bertambahnya tingkat kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai