Anda di halaman 1dari 8

URGENSI PEMBAHARUAN HUKUM KETENAGAKERJAAN YANG

BERPERIKEMANUSIAAN

HUKUM

Kelayakan Pengupahan Tenaga Kerja dalam Membangun Kesejahteraan: Suatu Kajian


Perspektif Undang-Undang Cipta Kerja

Disusun Oleh:

Rina Isti Yuniarsih

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

BANDUNG

2023
PENDAHULUAN

Sistem pembangunan nasional sedang gencar dilakukan oleh negara khususnya di


bidang ketenagarkerjaan untuk mendorong kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pemerintah
tengah mengatur regulasi terkait ketenagakerjaan melalui pembaharuan hukum
ketenagakerjaan dengan harapan mampu memberikan jaminan kepastian hukum, manfaat bagi
pekerja dan pelaku usaha, serta menjaga ketertiban dalam bidang ketenagakerjaan. Di sisi lain
masyarakat semakin peka terkait urgensi aturan mengenai ketenagakerjaan karena berkaitan
langsung dengan hak-hak masyarakat yang sebagian besar menghabiskan separuh hidupnya
sebagai tenaga kerja.

Pemerintah selalu mengupayakan agar .perekonomian di Indonesia berjalan dengan


stabil dan lepas dari terpaan gelombang krisis perekonomian. Dalam hal ini pemerintah selalu
menekankan kepada kerja sama dengan masyarakat terutama para pelaku usaha untuk turut
serta menjaga keseimbangan moneter dan menghindari kebangkrutan untuk meminimalisir
dampak yang dirasakan langsung oleh Para kerja seperti pemutusan hubungan kerja. 1 Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa peran tenaga kerja sangat berpengaruh dalam
perkembangan perekonomian. Dapat dikatakan bahwa tenaga kerja adalah aspek terpenting
dan tonggak utama perekonomian disamping kemajuan teknologi dan Sumber Daya Alam
(SDA) yang ada di Indonesia.

Ketenagakerjaan sudah mulai menjadi perhatian sejak masuknya penjajah yang


dimulai dari kedatangan Portugis, Inggris, Belanda hingga Jepang. Meskipun demikian,
adanya peraturan-peraturan mengenai ketenagakerjaan yang di dalamnya terdapat perhatian
pada sisi kemanusiaan di bawah kepemimpinan Deandels yang menganut sistem etische
potitic (politik balas budi) yang mana pekerja akan diberikan imbalan atas pekerjaan yang
sudah dilakukan atau dikenal dengan istilah pengupahan hingga berlanjut pada era
kemerdekaan peraturan-peraturan terkait ketenagakerjaan lebih ditekankan dalam rangka
melindungi juga menjamin keadilan, kesejahteraan, dan keselamatan bagi para pekerja. 2 Dari
histori tersebut membuktikan urgensi peraturan atau hukum ketenagakerjaan dari masa ke

1
Bhenyamin Hoessin, Pembagian Kewenangan Antara Pusat dan Daerah, Malang: Universitas Brawijaya. 2001,
hlm.4
2
Laurensius Arliman, “PERKEMBANGAN DAN DINAMIKA HUKUM KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA”. JURNAL
SELAT, Vol.5, No.2, (2017), hlm.75
masa ke masa diperlukan pembaharuan hukum karena kondisi masyarakat yang tidak berhenti
pada satu keadaan, melainkan terus bergerak dalam perubahan zaman yang menuntut
peraturan mampu mengimbangi melalui pembaharuan regulasi.

Pembaharuan hukum ketenagakerjaan tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja


yang di dalamnya terdapat 31 lembaga kementerian yang rerkait dan 11 kluster yang salah
satunya adalah klaster ketenagakerjaan.3 Problematika kerap terjadi di klaster ketenagakerjaan
oleh para pekerja atau buruh khususnya terkait penghasilan yang diterima oleh pekerja atau
yang dikenal dengan sistem pengupahan. Hubungan yang terjalin antara para pekerja dengan
pihak industri sangat erat, keduanya saling berinteraksi dan tukar menukar. Pekerja
memberikan tenaganya dan akan mendapatkan hak-haknya melalui upah yamg diberikan.
Hukum pengupahan juga akan andil dalam mengatur bagaimana sistem pengupahan Undang-
Undang Cipta Kerja menerima atau memberi upah terhadap para pekerja dan mengkorelasikan
profit pada perusahaan untuk mencapai pembangunan ekonomi Indonesia. Proses yang terjadi
dalam hubungan tukar menukar perubahan lingkungannya merupakan salah satu pengaruh
insitutif normatif hukum.4

Isu terkait dengan sitem pengupahan ini masih menjadi polemik di masyarakat. Salah
satunya terkait dengan penghapusan komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai
pertimbangan upah minimum. Kebijakan upah minimum tidak dapat dipisahkan dari
kewajiban negara untuk penghidupan yang layak bagi rakyatnya. Sebelumnya dijelaskan
dalam pasal 89 Undang-Undang Cipta Kerja mengenai upah minimum diarahkan kepada
pencapaian kebutuhan hidup layak, namun pasal tersebut dihapus dan sebagai gantinya
disisipkan dalam pasal 88D yang formula penghitungan upah berdasarkan variabel
pertumbuhan ekonomi atau inflasi. Pertanyaannya, dapatkah variabel tersebut mampu
merepresentasikan kebutuhan hidup kayak bagi para pekerja sehingga upah yang mereka
terima dapat dikatakan layak untuk mencapai kesejahteraan? Tentu menjadi ironis apabila
pembaharuan hukum ketenagakerjaan terkait pengupahan tidak sesuai dengan tujuan awal
untuk membangun kesejahteraan pekerja.

3
Ahmad Hunaeni Zuklarnaen, “HUKUM PENGUPAHAN UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA (UUCK) DAN KEINGINAN
SEMUA PIHAK DALAM HUBUNGAN INDUSTRIAL”. Jurnal Hukum Mimbar Justisia, Vol.6, No.2, (2020), hlm.102
4
Satjipto Raharjdjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, (2014), hlm.199
PEMBAHASAN

1. Sistem Pengupahan dalam Undang-Undang Cipta Keja Terkait Hak Kesejahteraan


Pekerja

Pemberian upah pada pekerja adalah memberika imbalan atau balas jasa dari pihak
produsen kapada pekerja atas tenaga maupun pikiran yang dikerahkan dalam pekerjaan.5
Dalam sudut pandang pengusaha upah merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerja
sehingga harus ditekan dengan serendah-rendahnya, berbalik dengan pekerja yang
menganggap bahwa upah adalah objek yang harus diperjuangkan karena termasuk ke dalam
haknya sebagai seorang pekerja yang telah mengeluarkan tenaga dan pikiran.6 Upah adalah
bagian terpenting dalam roda perekonomian karena secara langsung akan meningkatkan
kualitas kinerja pekerja saat hak-haknya dalam bekerja terpenuhi.

Upah yang diberikan dari pihak produsen atau perusahaan kepada pekerja tidak
terlampau rendah, sehingga pemerintah juga harus turut serta dalam menentukan standar upah
terendah melalui peraturan perundang-undangan. Pemberian upah tidak boleh bersifat
diskriminasi antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan dalam satu pekerjaan yang sama. 7
Pemerintah sudah memberikan kebijakan terkait pengupahan pada pekerja dalam Undang-
Undang Cipta Kerja. Sistem pemberian upah yang tertuang dalam Undang-Undang Cipta
Kerja berdasarkan waktu dan hasil, upah minimum, dan upah pokok.

Pemberian upah dengan satuan waktu dibayar berdasarkan pada satuan waktu yang
sudah ditentukan perjam, harian, atau bulanan. Terkait dengan pengupahan ini juga diatur
dalam ketentuan pasal 15 Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2021. Adanya pengaturan
tersebut membuktikan bahwa peraturan perundang-undangan mengakui sistem kerja yang

5
Veronika Nugraheni, Dwi Cahyono, Muh. Barid Nizaruddin, “Sistem Pengupahan di Indonesia”. Jurnal Ekonomi
dan Hukum Islam, Vol.8. No.2, (2017), hlm.146
6
Rustam Effendi, “Peranan Dewan Pengupahan dalam Perspektif Problematika Ketenagakerjaan”. Syarat Tesis
Magister Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,hlm.4-5
7
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: PT. Raja Garafindo Persada, (2018), hlm.45
pembayaran upahnya perjam. Dalam hal ini pemerintah juga mengatur semua hak dan
kewajiban pekerja melalui peraturan pemerintah.8

Formula penghitungan upah perjam dengan menghitung upah selama sebulan dan
dibagi 126. Jumlah upah yang dibayarkan sesuai dengan kesepakatan antara pengusaha dengan
pekerja dengan catatan tidak lebih kecil dari hasil yang sudah dirumuskan atau diatur perjam
tersebut. Pada pekerja yang pengupahannya dibayar harian diatur menggunakan dua cara
perhitungan, yakni perusahaan yang mempekerjakan selama 6 hari maka upah yang diberikan
selama sebulan dibagi dengan 25 dan perusahaan yang mempekerjakan selama satu minggu
maka upah yang diberikan sebulan dibagi dengan 21. Pengupahan pekerja dalam satuan waktu
tidak dibayar dengan sembarang melainkan harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
peraturan perundang-undangan sehingga kesejahteraan para pekerja tetap terjamin dan
operasional perusahaan bagi pengusaha berjalan dengan lancar.

Pekerja yang melakukan pekerjaannya hingga melebihi batas waktu bekerja juga harus
mendapatkan upah lembur sebagai kompensasi yang diberikan dari perusahaan atas kerja
keras yang lebih dari pekerja. Biasanya pengusaha mempekerjakan pekerja lebih dari batas
jam kerja, saat hari libur mingguan atau saat hari libur nasional sebagai kriteria mendapatkan
upah lembur.9 Jam kerja yang melebihi batas dan lebih banyak tenaga pada saat bekerja
mengharuskan pengusaha membayar upah lebih pada pekerja. Untuk jam kerja juga dibatasi
satu hari selama empat jam saja dan selama satu minggu paling banyak 18 jam saja.10

Dalam pemberian upah berdasarkan hasil dilakukan dengan negosiasi antara pekerja
dengan perusahaan terkait sistem yang sesuai untuk pemberian upah tersebut. Upah minimum
dalam Undang-Undang Cipta Kerja tetap dipertahankan sebagai kriteria dasar pengupahan
yang memberikan fleksibelitas lebih banyak kepada pemerintah daerah dalam menentukan
besarannya dengan pertimbangan faktor tingakatan inflasi, produktivitas, dan pertumbuhan
ekonomi regional. Undang-Undang Cipta Kerja juga mengatur mengenai upah pokok yang

8
Iswaningsih, et.al, “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Lokal dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Omnibus Law Cipta Kerja”. Jurnal Preferensi Hukum,Vol.1, No.2 (2021), hlm.478-484
9
Sahlisa,et.al. “Tinjauan Yuridis Tentang Upah Kerja Lembur Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
2021 Tentang Pengupahan.”, Private law, Vol.1, No.3, (2021), hlm.392-401
10
Putra, et.al. “Pengaturan Tentang Upah Minimum Pekerja Berdasarkan Peraturan Di Bidang
Ketenagakerjaan.” Kertha Wicara: Jurnal Ilmu Hukum, Vol.10, No.11, (2021), hlm.927-936
mencakup upah dasar, tunjangan tetap, dan tunjangan kinerja dengan harapan kesejahteraan
pekerja akan terpenuhi.

2.Upaya Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja Melalui Pengupahan


Menurut Undang-Undang Cipta Kerja

Undang-Undang Cipta Kerja yang dinilai sebagai bentuk representasi dari


pembaharuan hukum ketenagakerjaan melahirkan harapan baru bagi masyarakat terutama para
pekerja untuk mencapai kesejahteraan. Bersamaan dengan adanya undang-undang tersebut,
pemerintah juga melakukan upaya dalam rangka meningkatkan tingkat keberhasilan bagi
kesejahteraan pekerja. Beberapa upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan pekerja
melalui pengupahan adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan Investasi dan Penciptaan Lapanan Pekerjaan


Dibentuknya Undang-Undang Cipta Kerja bertujuan untuk memberikan
peluang bagi investor untuk turut serta dalam peningkatan investasi di Indonesia dan
menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan meningkatnya investasi akan mempermudah
perputaran roda perekonomian dari kelas perusahaan yang memberikan kesempatan
baru bagi masyarakat melalui peningkatan kesempatan kerja. Hal ini secara langsung
dapat memberikan kontribusi besar pada kesejahteraan pekerja.
2. Penentuan Upah yang Fleksibel
Dalam menentukan sistem pengupahan, Undang-Undang Cipta Kerja
memberikan fleksibelitas berdasarkan waktu dan hasil. Pekerja akan berpeluang
mendapatkan penghasilan yang lebih baik melalui peningkatan produktivitas kinerja
yang diberikan. Perlu ditekankan bahwa pemberian upah harus sesuai dengan tingkat
produktivitas pekerja karena semakin meningkat produktivitasnya maka akan banyak
tenaga dan pikiran yang dikelurkan sehingga layak untuk mendapat imbalan yang lebih
tinggi. Apabila tidak terpenuhi maka hak pekerja tersebut dilanggar oleh pemilik
perusahaan.
3. Peningkatan Keterampilan Tenaga Kerja
Peningkatan keterampilan tenaga kerja didorong oleh Undang-Undang Cipta
Kerja melalui pendidikan dan pelatihan. Pekerja akan memperoleh penghasilan yang
lebih tinggi apabila memiliki kualitas ketrampilan dan kompetensi. Upah yang
dihasilkan oleh seseorang yang memiliki kemampuan standar akan berbeda dengan
orang terasah keterampilan kerjanya.
4. Perlindungan Pekerja Informal
Pekerja informal umumnya memiliki akses yang cukup terbatas dalam jaminan
sosial dan pengupahan yang adil, sehingga Undang-Undang Cipta Kerja ditujukan
untuk menjadi pelindung bagi pekerja informal. Dalam upaya perlindungan pekerja
informal diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan, termasuk
pencegahan dalam penyalahgunaan sistem pengupahan yang diterima oleh pekerja
informal.
5. Pengawasan dan Penegakkan Hukum
Sistem pengupahan membutuhkan pengawasan dan penegakan hukum yang
kuat karena menyangkut keadilan dan kesejahteraan bagi pekerja. Pemerintah
diharapkan mampu melakukan pengawasan terhadap perusahaan agar memberikan
upah yang adil juga sesuai dengan kesepakatan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah sudah cukup efektif dalam menunjang keadilan
pengupahan yang diberikan kepada para pekerja. Sistem pengupahan yang dinilai adil bagi
para pekerja adalah sesuai dengan tingkat produktivitas dan jam kerja. Pemilik perusahaan
harus memberikan jaminan pengupahan yang layak sesuai dengan kesepakatan dengan pekerja
sehingga regulasi yang tercipta dalam Undang-Undang Cipta Kerja terkait dengan pengupahan
dapat berjalan sebagaimana mestinya dan kesejahteraan pekerja terjamin di masa depan.

PENUTUP

Pembaharuan hukum tenaga kerja berdampak pada sistem pengupahan pekerja. Dalam
Undang-Undang Cipta Kerja yang di dalamnya membahas mengenai pengupahan kepada
pekerja diharapkan mampu menjadi gerbang awal tercapainya kesejahteraan. Hak-hak para
pekerja tidak boleh dikesampingkan karena berjalannya roda perekonomian masyarakat
Indonesia salah satunya berada di tangan pekerja. Pemilik perusahaan harus mampu
memenuhi tanggung jawabnya kepada para pekerja karena sebagian besar dari mereka
menggantungkan hidupnya di sektor pekerjaan. Melakukan pengupahan sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan peraturan yang ada juga merupakan kewajiban dari pemilik
perusahaan kepada para pekerja sehingga sistem pembayaran upah dapat berjalan dengan
semestinya.

Kelayakan upah menjadi dasar muatan pembaharuan hukum ketenagakerjaan yang


mana hak-hak para pekerja akan dilindungi di dalamnya sehingga apabila ada insiden
ketidakadilan dari pemilik perusahaan terkait dengan sistem pengupahan akan ditindak khusus
oleh pemerintah dan dijatuhkan sanksi administrasi. Dari sinilah muncul urgensi pembaharuan
hukum ketenagakerjaan khususnya terkait dengan pengupahan untuk menjadi jaminan
kepastian hukum bagi para pekerja agar mendapat kesejahteraan melalui upah yang diberikan.

Terlepas dari problematika disetiap regulasi yang diciptakan oleh pemerintah terkait
dengan ketenagakerjaan dan sistem pengupahan, masyarakat juga harus paham mengenai hal-
hal yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai tenaga kerja. Sehingga posisi masyarakat
tidak hanya sebagai pihak yang menerima upah tanpa ada pengetahuan terkait sistem
pengupahan yang berpeluang akan terjadi kecurangan dari pihak perusahaan. Edukasi dan
pemahaman terkait dengan pembaharuan hukum ketenagakerjaan khususnya dalam sistem
penguapahan pada Undang-Undang Cipta Kerja harus sampai pada lapisan masyarakat agar
mereka paham.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anda mungkin juga menyukai