Anda di halaman 1dari 5

TANTANGAN DAN PERANAN

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DALAM IMPLEMENTASI


UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

Disusun Oleh:
1. Sugiarto, S.IP.,M.M.
2. Zetri Meitis, S.Si.
3. Gede Wahyu Diatmika, S.E., M.M.

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN XXXII PUSAT


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI TAHUN 2023
TANTANGAN DAN PERANAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DALAM
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


mengamanatkan bahwa tujuan pembentukan Negara Republik Indonesia adalah
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik material
maupun spiritual. Pada Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menentukan bahwa tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan, oleh karena itu negara perlu melakukan berbagai upaya atau tindakan
untuk memenuhi hak-hak warga negara untuk memperoleh pekerjaan dan
penghidupan yang layak. Pemenuhan hak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak pada prinsipnya merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan
nasional yang dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya.
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan telah membuat upaya untuk
membentuk peraturan-peraturan dengan konsep omnibus law yaitu Undang-Undang
yang begitu banyak akan disederhanakan dengan satu Undang-Undang saja.
Undang-Undang Cipta Kerja bertujuan untuk memberikan kepastian hukum, serta
membawa iklim investasi Indonesia yang baik dan sehat (Ichwan Ahnaz Alamudi:
2023). Pemerintah pusat telah melakukan berbagai upaya untuk menciptakan dan
memperluas lapangan kerja dalam rangka penurunan jumlah pengangguran dan
menampung pekerja baru serta mendorong pengembangan koperasi dan usaha
kecil mikro, kecil, dan menengah dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian
nasional yang akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kementerian Ketenagakerjaan berperan untuk memastikan peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan pekerja berupa perlindungan pekerja untuk pekerja
dengan perjanjian waktu kerja tertentu, perlindungan hubungan kerja atas pekerjaan
yang didasarkan alih daya, perlindungan kebutuhan layak kerja melalui upah
minimum, perlindungan pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja, dan
kemudahan perizinan bagi tenaga kerja asing yang memiliki keahlian tertentu yang
masih diperlukan untuk proses produksi barang atau jasa.
Upaya pemerintah menjawab permasalahan perizinan dan regulasi menjadi
titik fokus pemerintah dalam menarik para investor agar berinvestasi di Indonesia
dengan penciptaan lapangan kerja baru sehingga membuka kesempatan bagi para
pencari kerja. Namun, paradigma masyarakat terbalik sehingga muncul pro dan
kontra terkait Undang-Undang Cipta Kerja bahwa yang menjadi fokus pemerintah
hanya pada bidang investasi. Ketidakberpihakan pemerintah terhadap pekerja selalu
menjadi isu yang hangat ketika mengaitkannya dengan kesejahteraan pekerja, upah
minimum, pesangon, pengaturan karyawan kontrak (PKWT), penggunaan tenaga
kerja asing dan lainnya.
Berdasarkan data BPS (2023) tentang Jumlah dan Persentase Penduduk
Bekerja dan Pengangguran 2021- 2022 bahwa jumlah pengangguran per agustus
2022 sebesar 5,86% yang mengalami kenaikan sebesar 0,03% pada bulan Februari
2022, namun terdapat penurunan dari bulan Agustus 2021 sebesar 0,63%.
Disamping itu, ekonomi Indonesia Tahun 2022 mampu tumbuh sebesar 5,3%,
menunjukan pertumbuhan yang kuat ditengah perlambatan ekonomi global. laju
pemulihan yang sangat kuat di Tahun 2022 tersebut menjadi pijakan yang kokoh
bagi perekonomian nasional untuk menghadapi tantangan jangka pendek, sekaligus
untuk melanjutkan agenda pembangunan jangka menengah-panjang.
Berdasarkan data tersebut diatas, maka langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh Kementerian Ketenagakerjaan memberikan pemahaman kepada
setiap lapisan masyarakat bahwa Pemerintah hadir untuk memberikan jaminan
perlindungan terhadap pekerja dan masyarakat yang telah memasuki usia kerja
bahwa perlindungan terhadap hak-hak pekerja seperti jaminan sosial, jaminan
kehilangan pekerjaan, jaminan mendapatkan kehidupan yang layak hingga
pembukaan lapangan pekerjaan seluas-luasnya melalui perbaikan iklim investasi
sehingga perusahaan atau investor tertarik untuk melakukan investasi di Indonesia.
Kementerian Ketenagakerjaan meyakini bahwa UU Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja bukan hanya untuk menciptakan kesempatan kerja, tetapi juga
untuk mengakomodasi kelangsungan bekerja, peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan pekerja/buruh, serta kelangsungan usaha yang berkesinambungan.
UU Cipta Kerja mampu memperbaiki iklim ketenagakerjaan yang dapat mendukung
peningkatan produktivitas nasional. Selain itu, UU Cipta Kerja juga bertujuan
menyederhanakan, menyinkronkan dan memangkas regulasi yang menghambat
penciptaan lapangan kerja, sekaligus sebagai instrumen untuk penyederhanaan dan
peningkatan efektivitas birokrasi.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan mengatur kebijakan strategis di bidang
ketenagakerjaan. Dalam salah satu bidang yang diatur pada klaster ketenagakerjaan
adalah terkait pelatihan kerja dan penempatan kerja sebagaimana yang disebutkan
pada Pasal 81 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 bahwa:
Pelatihan kerja diselenggarakan oleh:
a. Lembaga pelatihan kerja pemerintah
b. Lembaga pelatihan kerja swasta
c. lembaga pelatihan kerja perusahaan
Dalam bidang pelatihan kerja, upaya yang dilakukan melalui peningkatan daya
saing tenaga kerja dan produktivitas melalui pelatihan vokasi yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi kerja yang mengacu kepada kebutuhan dunia usaha dan
dunia industri sehingga lulusan pelatihan dapat langsung bekerja di industri atau
bekerja mandiri.
Kedua, untuk bidang penempatan tenaga kerja berdasarkan Pasal 81 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2022 menyatakan bahwa Pelaksanaan penempatan
tenaga kerja dilaksanakan oleh: instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan, dan lembaga penempatan tenaga kerja swasta.
Pelaksanaan penempatan tenaga kerja dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pengantar Kerja. Pejabat Fungsional Pengantar Kerja sebagai “Ujung Tombak
Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja” dalam mempertemukan pencari kerja dan
pemberi kerja. Layanan penempatan tenaga kerja khususnya pelayanan kepada
pencari kerja dan pemberi kerja, sesuai Permenpan RB Nomor 1 Tahun 2022
tentang Pejabat Fungsional Pengantar Kerja, dilakukan oleh Pejabat Fungsional
Pengantar Kerja yang berkedudukan di instansi pemerintah yang membidangi
ketenagakerjaan, juga dapat dilakukan oleh Petugas Antar Kerja yang berkedudukan
di lembaga penempatan tenaga kerja. Dalam Permenaker Nomor 39 Tahun 2016
tentang Penempatan Tenaga Kerja, dalam pasal 55 disebutkan bahwa pelayanan
penempatan tenaga kerja dilakukan oleh Pengantar Kerja dan Petugas Antar Kerja.
Pengantar Kerja merupakan ASN yang diberi tugas, tanggungjawab dan
wewenang untuk melaksanakan antar kerja sedangkan Petugas Antar Kerja adalah
Petugas yang ditunjuk dan memiliki kompetensi untuk melaksanakan tugas Antar
Kerja dan ditunjuk oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan
antar Kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Ichwan Ahnaz Alamudi. (2023). Tarik-Menarik Kepentingan Dalam Legislasi


Omnibus Law Undang-Undang Cipta Kerja. Primagraha Law Review., Vol. 1 No.1,
Maret 2023.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja.
www.bps.go.id/indicator/6/1953/1/jumlah-dan-persentase-penduduk-bekerja-
dan-pengangguran.html
www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/
IndonesiaCatatkanPertumbuhanyangBaik.

Anda mungkin juga menyukai