Anda di halaman 1dari 17

DOSEN

Bahtiar, s.h, m.h

OLEH :

NURFADLIA AULIDYA

1A

202011096

TAHUN AKADEMIK
2020/2021

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita sampaikan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat dan karunia-
Nyalah makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik.
Pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas / bahan MID bagi
mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan mengenai Undang-Undang ITE
(Informasi dan Transaksi Elektronik).

Walaupun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, bukanlah berarti makalah ini telah
sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan masukan yang bersifat membangun dari
berbagai pihak untuk penyempurnaan di masa mendatang.

Akhirnya, saya berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan sumber
pengetahuan yang sangat berguna bagi pembacanya.

Pinrang, 23 November 2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengupahan merupakan masalah yang sangat krusial dalam bidang
ketenagakerjaan bahkan apabila tidak profesional dalam menangani tidak jarang
akan menjadi potensi perselisihan serta mendorong timbulnya mogok kerja dan
unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan
aspek ekonomi saja, tetapi juga aspek hukum yang menjadi dasar bagaimana hal-
hal yang berkaitan dengan pengupahan itu dilaksanakan dengan aman dan benar
berdasarkan regulasi pemerintah. Oleh sebab itu untuk menangani pengupahan
secara professional mutlak memerlukan pemahaman kinerja aspek tersebut secara
komprehensif.1
Aspek ekonomi dibidang pengupahan lebih melihat kepada kondisi
ekonomi baik secara mekro maupun mikro, yang secara operasional kemudian
mempertimbangkan bagaimana kemampuan pada saat nilai upah akan ditetapkan,
juga bagaimana melihat kinerja karyawan di lapangan sehingga kenaikan upah
minimum untuk pemenuhan kebutuhan hidup pegawai bisa disepakati kedua belah
pihak. Persoalan upah buruh yang senantiasa tidak mencukupi kebutuhan,
mendorong serikat buruh/pekerja melakukan serangkaian perjuangan untuk
memperbaiki kondisi pengupahan yang berlaku saat ini. Perjuangan ini tidak
1 Abdul Khakim, Aspek Hukum Pengupahan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h.
1

dilakukan baik dalam forum dewan pengupahan maupun melalui aksi unjuk rasa
menuntut perbaikan upah dan kesejahteraan buruh.
Dalam menetapkan upah tentu mempunyai dasar pertimbangan, dilihat
dari keadaan ekonomi maupun sosial dan factor-faktor lain yang berpengaruh.
Dasar pertimbangan nya dalam menetapkan upah agar tercapainya kelayakan
hidup pekerja atau buruh yaitu :
1. Sebagai wujud pelaksanaan pancasila, undang-undang Dasar 1945 dan
GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) secara nyata.
2. Agar hasil pembangunan tidak hanya dinikmati sebagaian kecil
masyarakat, tetapi perlu menjangkau sebahagian besar masyarakat
berpenghasilan rendah dan keluarganya.
3. Sebagai suatu upaya pemerataan pendapatan dan proses penumbuhan
kelas menengah.
4. Kepastian hukum bagi perlindungan dan hak-hak dasar buruh beserta
keluarganya.
5. Sebagai indokator perkembangan ekonomi perkapita.2
Upah yang tertuang dalam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun 2003 secara umum menjelaskan bahwa upah adalah hak pekerja atau buruh
yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang. Berbicara mengenai kelayakan
upah tentu tidak bisa dipisahkan dengan system upah minimum yang pada
substansinya adalah bertujuan agar pekerja mendapat jaminan kebutuhan hidup
yang layak dan perlakuan yang adil dari para pengusaha, seperti yang tercantum
2 Muhamad Darwis, Upah Minimum Regional Perbandingan Hukum Positif Indonesia
Dengan Islam, Hukum Islam, No. 1. Vol. XI (Juli 2011), h. 108.
dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2013
Pasal 1 ayat (1), bahwa upah minimum adalah : “upah bulanan terendah yang
terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan Gubernur
sebagai jaringan pengamanan”. Upah tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja
yang berpendidikan rendah, pekerja yang tidak mempunyai keterampilan atau
pekerja lajang yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.3 Standar kelayakan
upah bukan hanya dilihat dari besarnya jumlah upah yang diberikan tetapi juga
melihat system yang berlaku, contohnya pembayaran tepat waktu, bentuk atau
komponen upah.
Pengertian upah layak dapat ditelusuri dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Menyatakan : “setiap pekerja atau buruh
berhak memperoleh penghasilan untuk memenuhi kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan.4 Kemudian dalam ayat lainnya menyatakan untuk mewujudkan
penghasilan yang memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pemerintah menetapkan kebijakan
pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh.5 Sejalan dengan ketentuan
tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan yang disebut dengan upah minimum,
tertuang dalam Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2003.
Perihal isi ketentuan dalam batang tubuh yang ada relevansinya dengan
masalah ketenagakerjaan, terutama ditentukan pada Undang-Undang Dasar 1945
3 Edytus Adisu, Hak Karyawan Atas Gaji Dan Pedoman Menghitung, (Jakarta: Forum
Sahabat, 2008), h. 57
4 Pasal 88 Ayat (1)
5 Pasal 88 Ayat (2)
pasal 27 ayat (2), yang menentukan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemausiaaan”.6
Dalam berbagai tulisan tentang perburuhan seringkali dijumpai adagium
yang berbunyi “pekerja/buruh adalah tulang punggung perusahaan”. Adagium ini
nampaknya biasa aja, seperti tidak mempunyai makna. Tetapi kalau dikaji lebih
jauh akan kelihatan kebenarannya. Pekerja dikatakan sebagai tulang punggung,
karena memang dia mempunyai peranan yang penting.7 Tanpa adanya pekerja
tidak akan mungkin perusahaan itu bisa jalan, dan berpartisipasi dalam
pembangunan.
Sebagaimana halnya dengan istilah buruh, istilah majikan juga sangat
populer karena perundang-undangan sebelum Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah majikan. Dalam Undang-
Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan
disebutkan bahwa Majikan adalah “orang atau badan hukum yang mempekerjakan
buruh”.
Begitu juga dengan perusahaan, sehubung dengan hal tersebut, pengusaha,
buruh dan perusahaan merupakan suatu sistem yang tidak pernah luput. Ini
tentunya tidak terlepas dari hak dan kewajiban dari masing-masing instansi yang
terkait, seperti halnya pengusaha memiliki hak dan kewajiban atas buruh yang
dipekerjakan, begitu juga buruh memiliki hak dan kewajiban atas pekerjaan yang
diperolehnya.
6 Djumadi, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja , (Jakarta:Rajawali Pers, 2008), h. 1-2.
7 H. Zainal Asikin dkk, Dasar-dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
h. 95.
Disayangkan pada saat ini juga tidak sedikit pengusaha yang melupakan
kewajiban yang harus mereka lakukan, selebih lagi buruh yang tidak begitu
mengetahui apa sebenarnya yang menjadi hak mereka. Ini hanya semakin
memakmurkan pengusaha, bukan untuk mensejahterakan buruh seperti yang
dicita-citakan pemerintah.
Adapun kewajiban-kewajiban pokok pengusaha selain membayar upah
adalah juga mengatur tempat kerja dan alat kerja, memberi hari istirahat dan hari
libur resmi, memberi surat keterangan,serta bertindak sebagai pengusaha yang
baik.8
Dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa:
1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam pasal 89.
2) Bagi pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penagguhan.
3) Tata cara penagguhan sebagimana dimaksud Pasal 89 dalam ayat (2)
diatur dengan Keputusan Menteri.9
Sehubung dengan ketentuan Undang-Undang tersebut dan melihat
perkembangan yang terjadi pada Provinsi Sumatera Utara, bahwa banyak
berdirinya perusahaan dan bentuk-bentuk bisnis lainnya, yang sudah jelas
mempekerjakan buruh serta memberi upah. Oleh karena itu berdasarkan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, perusahaan atau bentuk-
bentuk bisnis lainnya yang mempekerjakan buruh harus membayar upah sesuai
8 F.X. Djumaialdji, Perjanjian Kerja, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 26.
9 UU No 13 tahun 2003 pasal 90.
dengan upah minimum yang teleh ditetapkan oleh pemerintah suatu daerah, dan
tidak membayar upah kepeda buruh lebih renda dari upah minimum.
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari uapah minimum.
Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas kesepakatan antar pengusaha dan
pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.10
Peraturan perusahaan merupakan peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Setiap
pengusaha wajib memiliki peraturan perusahaan, yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha, hak dan kewajiban pekerja, syarat kerja, tata tertib perusahaan,serta
jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan yang bersangkutan.11
Dalam Diktum KESATU dan KEDUA Keputusan Gubernur Sumatera
Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013 disebutkan bahwa :
KESATU : Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
KEDUA : Upah Minimum sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU sebesar Rp. 1.505.850,- (Satu Juta Lima Ratus
Lima Ribu Delapan Ratus Lima Puluh Rupiah).12
Berdasarkan dengan Keputusan Gubernur yang mewajibkan setiap
Perusahaan harus membayar upah terendah yakni sebesar Rp 1.505.850, di
Kecamatan Air Putih tidak sedikit berdiri perusahaan-perusahaan atau bentuk
bisnis lainnya, tentunya perusahaan-perusahaan tersebut mempekerjakan buruh
10 Lalu Husni, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), h. 159.
11 Munir Fuadi, Pengantar Hukum Bisnis, (Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2008), h.
194.
12 Keputusan Gubernur No 188.44/811/KPTS/2013 Diktum Kesatu-Kedua.
dan membayar upah bagi buruhnya. Oleh karena itu berdasarkan Keputusan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 188.44/811/KPTS/2013 tentang Upah Minimum
Provinsi, perusahaan-perusahaan yang ada harus membayar upah buruh sesuai
kebutuhan layak buruh, yakni sesuai dengan Upah Minimum yang ditetapkan, dan
dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah Minimum.
Namun dalam kenyataannya di lapangan masih ada perusahaan atau
bentuk usaha lainnya yang membayar upah buruh lebih rendah dari Upah
Minimum. Barang tentu ini tidak sesuai dengan tujuan pemerintah yang ingin
mensejahterakan buruh lewat peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Pada PT. Deco 100 itu sendiri, sesuai dengan laporan gaji karyawan/ti
periode Januari 2014, hanya ada 8 karyawan/ti yang memperoleh upah sesuai
dengan UMP. Kemudian terdapat 31 karyawan/ti yang memperoleh upah lebih
rendah dari UMP.13
Dari kenyataan ini penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai
“Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi Pada PT. Deco 100 di
Kabupaten Batu Bara Kecamatan Air Putih”.
B. Batasan Masalah
Sehubung dengan latar belakang di atas, maka penulis perlu membatasi
masalah yang dibahas dalam penelitian ini agar tidak memberikan pengertian
yang meluas. Adapun yang dibahas dalam penelitian ini adalah meliputi tentang
Bagaimana Pelaksanaan Pembayaran Upah Minimum Provinsi Pada PT. Deco
13 Laporan Gaji Karyawan/ti PT. Deco 100 Periode Januari 2014.
100 serta hambatan dan penanganan dalam pelaksanaan Pembayaran Upah
Minimum Provinsi Pada PT. Deco 100.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyelesaian perkara pidana pencemaran nama baik melalui media social
elektronik?

C. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui penyelesaian perkara pidana pencemaran nama baik melalui media social
elektronik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Upah
Menurut Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
Pasal 1 Butir (30) menyebutkan bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima
dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan atau perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kepmenakertrans) No.KEP./49/MEN/2004 Tentang Struktur dan Skala Upah Pasal 1
Ayat (1) bahwa upah adalah:
“Upah adalah hak pekrja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan
dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang – undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan”.repository.unisba.ac.id
21
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Perlindungan Upah
disebutkan bahwa upah adalah:
“Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu
pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam
bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang –
undangan yang berlaku dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara
pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh itu sendiri maupuan
keluarganya.”
Edwin B. Flippo dalam karya tulisnya yang berjudul Principles of Personal
Management menyatakan bahwa yang di maksud dengan upah adalah harga untuk
jasa yang telah diterima atau diberikan oleh orang lain bagi kepentingan seseorang
atau badan hukum.19
Oleh karena itu, upah (atau gaji) adalah hak pekerja/buruh yang dilindungi
oleh hukum, sehingga sudah selayaknya bahwa setiap pekerja/buruh mendapatkan
upah. Sebagai hak, maka sangat wajar jika pekerja/buruh menuntut untuk
mendapatkan upah. Pengusaha yang tidak member upah pun dikenai sanksi secara
hukum.20
19 Kartasapoetra, et. al, Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan Pancasila, Jakarta, Sinar
Grafika, 1994, hlm. 93.
20 Emmanuel Kurniawan, Op. Cit., hlm. 7.repository.unisba.ac.id
A. 22
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa upah dapat diartikan sebagai
pembayaran atau imbalan, yang wujudnya dapat bermacam macam seperti upah
harian, upah borongan, upah tetap, upah tidak tetap, yang dilakukan atau diberikan
oleh seseorang atau/suatu kelembagaan atau instansi terhadap orang lain atau usaha,
kerja dan prestasi kerja atau pelayanan (servicing) yang telah dilakukannya.
Dapat disimpulkan dari uraian uraian diatas bahwa keseluruhanya secara jelas
mengandung maksud yang sama yaitu bahwa upah merupakan pengganti jasa yang
telah diserahkan atau dikerahkan oleh seseorang kepada pihak lain/penguasa.21

B. pengupahan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal


89 sampai dengan pasal 92

Pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan pasal 91 pada ayat (1) pengaturan pengupahan yang
ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha ddan pekerja/buruh. Sejalan
dengan pengupahan dalam ekonomi Islam yang disebut Upah yang sepadan
(ujrah al-miṡli)
Ujrah al- miṡli adalah upah yang sepadan dengan kerjanya serta
sepadan dengan jenis pekerjaannya, sesuai dengan jumlah nilai yang
disebutkan dan disepakati oleh kedua belah pihak yaitu pemberi kerja dan
penerima kerja (pekerja) pada saat transaksi pembelian jasa, maka dengan itu
untuk menentukan tarif upah atas kedua belah pihak yang melakukan
transaksi pembeli jasa, tetapi belum menentukan upah yang disepakati maka
mereka harus menentukan upah yang wajar sesuai dengan pekerjaannya atau
upah yang dalam situasi normal biasa diberlakukan dan sepadan dengan
tingkat jenis pekerjaan tersebut. Tujuan ditentukan tarif upah yang sepadan
adalah untuk menjaga kepentingan kedua belah pihak, baik penjual jasa
maupun pembeli jasa, dan menghindarkan adanya unsur eksploitasi di dalam

58
setiap transaksi-transaksi dengan demikian, melalui tarif upah yang sepadan,
setiap perselisihan yang terjadi dalam transaksi jual beli jasa akan dapat
terselesaikan secara adil.
Berdasasrkan analisis peneliti Pengupahan menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 91 ayat (1) sejalan
dengan pengupahan dalam Islam yang menyebutkan adanya perjanjian
kesepakatan terlebih dahulu antara kedua belah pihak yaitu si pemberi kerja
dengan buruh agar tidak terjadi perselisihan dan kecurangan. Kecurangan di
sini sama dengan mudharat. Jika ada mudharat dalam melakukan muamalah
maka itu diharamkan untuk dilakukan. Kaidah fikihnya ialah:
ُ
ْ
ْ َ ْ‫افِع ِ ف ُ ْل‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLَ‫ار ِ َوف ا ْلْ ِل ِ ْال َمن‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫ض‬
‫ل َ ا‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫ص‬ َ ‫ ِري ْل َم‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫التَّ ْح‬
Artinya: “Pada dasarnya semua yang bermanfaat boleh dilaksanakan, dan
semua yang mendatangkan mudharat (bahaya) haram diaksanakan.
Pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan pasal 93 pada ayat (2) membahas pengusaha wajib
membayar upah jika buruh sakit, menikah, menjalankan kewajiban negara,
menjalakann perintah agama, hak istirahat, melaksanakan tugas dari
pengusaha. Dan pada ayat (3) ada juga bagian yang sudah diatur bahwa upah
masih diberikan walaupun buruh itu sakit. Ditinjau dalalam ekonomi Islam
pengupahan pekerja dalam hak-hak pokok pekerja/buruh harus diberi bantuan
pengobatan jika ia sakit dan membayar biaya pengobatan yang sesuai pada
saat itu. Sepatutnya jika bantuan tehadap biaya pengobatan buruh dari
majikan itambah dengan bantuan pemerintah (kemungkinan dari zakat).
59
Menurut peneliti upah wajib dibayar oleh pemberi kerja/pengusaha
kepada buruh karena sakit, dan sakit itu bukan keinginanan sendiri, agar
buruh masih mendapatkan haknya sebagai pekerja.
Pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 94 dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok
dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh
puluh lima perseratus) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Islam
Juga telah mengatur cara mengupah pekerja atau buruh agar upah didapatkan
sesuai dengan hasil yang telah dikerjakan sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW:
‫ا عبد‬LLLLLLLLLL‫ ثن‬. ‫لمي‬LLLLLLLLLL‫ة الس‬LLLLLLLLLL‫عيد بن عطي‬LLLLLLLLLL‫ا وىب بن س‬LLLLLLLLLL‫ ثن‬. ‫قي‬LLLLLLLLLL‫د الدمش‬LLLLLLLLLL‫دثناالعباس بن الولي‬LLLLLLLLLL‫ح‬
‫لى هللا‬LLLLLLL‫ول هللا ص‬LLLLLLL‫ال رس‬LLLLLLL‫ال ق‬LLLLLLL‫ر ق‬LLLLLLL‫د هللا بن عم‬LLLLLLL‫و عن عب‬LLLLLLL‫لم عن أبي‬LLLLLLL‫د بن أس‬LLLLLLL‫رحمن بن زي‬LLLLLLL‫ال‬
‫ل َ َأن‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLْ‫ َره ُ ق َب‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLْ‫و ْ َأج‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLُ‫َج يُ َي ِف َّ َع َرق‬ ْ
ِ ْ‫وا ا َ ل‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLُ‫ َأ ْعط‬:‫ل َم‬LLLLLLLLLLLLLLLLLL‫و و س‬LLLLLLLLLLLLLLLLLL‫–علي‬
ْ
‫ا َجو‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫َر َواه ُ اِبْن ُ َم‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Al Walid Ad
Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Sa'id
bin Athiah As Salami berkata, telah menceritakan kepada kami
'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Abdullah bin
Umar ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya.(HR.
Ibnu Majah)."
Hadis Nabi SAW yang menyuruh umatnya untuk memberikan upah
sebelum kering keringatnya mengandung dua hal penting yaitu sebagai
pekerja, seseorang dituntut harus menjadi pekerja keras, profesional dan
sungguh-sungguh. Hal ini diisyaratkan secara simbolis dengan perkataan
60
Rasulullah “pekerjaan yang mengandung keringat.upah diberikan. Dan upah
diberikan tepat waktu sesuai dengan tingkat pekerjaan yang dilakukan.
Dengan ini peneliti menganalisa jika upah yang dibayarkan kepada
buruh harus sesuai dengan apa yang dikerjakannya dan di dalam pengupahan
menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pasal 94 yang telah mengatur perhitungan upah yang layak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakuakan buruh dan sesuai dengan aturan pengupahan
dalam ekonomi Islam bahwa upah buruh harus sesuai dengan apa yang
dikerjakannya.
Pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 95 ayat (1) Pelanggaran yang dilakukan oleh buruh
kerana kesengajaan atau kelalaian dapat dikenakan denda hal ini berkaitan
dengan pengupahan dalam ekonomi Islam bahwa buruh haruslah orang yang
dapat dipercaya menjalakan pekerjaannya sehingga dia tidak lalai. Seperti di
dalam Surah al-Qashas:26
Allah berfirman:
َ
ۡ
٦٢ ‫ َرر‬LLLLLLLLL‫وٱي ۡ ِج‬LLLLLLLLLَ‫ٱين ُّ َ ۡۡلق‬LLLLLLLLL‫ ۡه ۡۡل َم‬LLLLLLLLL‫ رٱ ر ۡ ه ِإن َّ ۡخ‬LLLLLLLLL‫ اَا ٰ ٓ َ َ ۡبَتَت ٱ ۡتَۡ ۡي ۡ َ َمن ٱ ۡت َ ِج‬LLLLLLLLL‫ َد ى ٰ ه َم‬LLLLLLLLL‫الَت ۡ ِإ ۡح‬LLLLLLLLLَ‫ق‬
Artinya: “ Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata: "Wahai
ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya
orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada
kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”(QS. Al-
Qashash:26)
Penasiran ayat di atas yaitu rupanya anak perempuan orangtua itu
kagum kepada Musa as. Bermula ketika ia melihat kekuatan fisik dan
wibawanya saat mengambil air untuk ternak mereka di tengah kerumunan
61
orang banyak, dan kedua ketika ia datng mengundangnya serta dalam
perjalanan menuju pertemuan dengan orangtuanya. Kekuatan yang dimaksud
adalah kekuatan dalam berbagai bidang. Karena itu,terlebih dahulu harus
dilihat bidang apa yang ditugaskan kepada yang dipilih. Selanjutnya,
kepercayaan yang dimaksud adalah integritas pribadi yang menuntut adanya
sifat amanah sehingga tidak merasa bahwa apa yang ada dalam genggaman
tangannya merupaka milik pribadi, tetapi milik pemberi amanat yang harus
dipelihara dan bila diminta kembali, harus rela mengembalikannya.
Menurut analisis peneliti bahwa Pengupahan menurut Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 95 ayat (1)
yang membahas pelanggaran yang telah dilakukan buruh karena kelalaiannya
ditinjau dalam ekonomi Islam bahwa seorang buruh harus dapat dipercaya
untuk melakukan pekerjaan kepadanya karena itu adalah amanat yang telah
dipercayakan oleh si pemberi kerja maka buruh tidak boleh melanggar
amanat itu termasuk melalaikannya.
Pengupahan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Pasal 95 ayat (2) pengusaha yang karena kesengajaan atau
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan pembayaran upah. Memaknai
upah sebagai hak dasar para pekerja yang harus dipenuhi pengusaha. Apabila
pengusaha tidak membayar upah pekerja, maka hal ini merupakan
pelanggaran hak asasi manusia dan merupakan kejahatan yang dapat
dipidana. Konsep pengupahan di Indonesia dewasa ini terjadi pergeseran dari
hak-hak yang bersifat keperdataan menjadi pelanggaran hak asasi yang
62
bersifat pidana., dikenakan denda sesuai dengan persentase tertentu dari upah
pekerja/buruh. Begitu juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang
membahas orang yang menjadi musuh Allah SWT adalah orang tidak mau
membayar upah yang sudah dibahas di Bab II yang berbunyi :
Nabi Muhammad SAW Bersabda:
َ
‫لم‬LLLLLLLLL‫و وس‬LLLLLLLLL‫لى هللا علي‬LLLLLLLLL‫ص‬-‫ول ُ اَللَّو‬LLLLLLLLL‫ال َ َر ُس‬LLLLLLLLLَ‫ ق‬: ‫ا َل‬LLLLLLLLLَ‫ِق‬-‫و‬LLLLLLLLL‫ي هللا عن‬LLLLLLLLL‫رض‬-‫ َري َْرة ِ َوعَن ْ َأب‬LLLLLLLLLُ‫ى‬-
-ُ‫ل َأ ْعطَى ب‬LLLLLLLLُ‫ َرج‬: ِ ‫ دَر‬LLLLLLLLَ‫ ةَث ُ َّ غ‬LLLLLLLL‫ ُمهُم ْ ي َوْ ِما َ ْلقِيَا َم‬LLLLLLLL‫ص‬
ْ َ‫ا خ‬LLLLLLLLَ‫ة َأن‬LLLLLLLLَ‫َث َ َل ث‬-‫ل‬LLLLLLLL‫ز وج‬LLLLLLLL‫ع‬-‫ال َ اَللَّو‬LLLLLLLLَ‫ق‬,
ُ
‫ َره‬LLLLLْ‫ و ِ َأج‬LLLLL‫ َول َ ْ ي ُ ْع ِط‬,‫ ُو‬LLLLL‫ت َوْ ف َ ِم ْن‬LLLLL‫اس‬ ‫ْأ‬
ِ ‫تَ َجر َ َأ‬LLLLL‫ل اِ ْس‬LLLLLُ‫ َو َرج‬،‫ ُو‬LLLLLَ‫ث َن‬
ْ َ‫ ف‬, ‫ا‬LLLLLً‫ج ي‬ َ َ ‫ل‬LLLLL‫ فََأ َك‬, ‫ ًّرا‬LLLLLُ‫اع َ ح‬LLLLLَ‫ل ب‬LLLLLُ‫و َرج‬-
َ
‫لِم‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫َر َواه ُ ُم ْس‬
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa'id berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Sulim dari Isma'il bin
Umayyah dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi dari Abu Hurairah ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga
orang yang akan menjadi musuhku pada hari kiamat, dan
barangsiapa aku sebagai lawannya, maka aku akan memusuhinya
pada hari kiamat; seorang laki-laki yang memberi dengan namaku
tetapi dia berkhianat, seorang laki-laki yang menjual orang merdeka
kemudian dia memakan hasil penjualan, dan seorang laki-laki yang
menyewa pekerja, kemudian saat diminta pembayaran dia tidak mau
membayar upahnya."(HR. Muslim).
Hadis tersebut membahas besarnya dosa orang tidak membayar upah
kepada buruh tersebut karena ini menunjukkan keharaman perilaku
berkhianat dan memakan hak pekera/buruh yang telah bekerja.
Berdasarkan ini peneliti menganalisa bahwa ada kesamaan si pemberi
kerja tidak boleh menunda dan melalaikan mengupah buruh yang sudah
bekerja untuk si pemberi kerja. Upah harus dibayar kepada buruh yang sudah
melakukan pekerjaannya agar buruh meerasakan manfaat apa yang telah dia
kerjakan selama bekerja untuk si pemberi kerja dan tepat pada waktunya.
63
Perilaku berhkhianat atau memeakan hak pekerja/buruh itu sama dengan
menyebabkan kemudharatan yang tidak boleh dilaksanakan atau telah
diharamkan dalam kaidah fikih sebagai berikut ini:
ُ
ْ
ْ َ ْ‫افِع ِ ف ُ ْل‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLَ‫ار ِ َوف ا ْلْ ِل ِ ْال َمن‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫ض‬
‫ل َ ا‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫ص‬ َ ‫ ِري ْل َم‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫التَّ ْح‬
Artinya:”Pada dasarnya semua yang bermanfaat boleh dilaksanakan, dan
semua yang mendatangkan mudharat (bahaya) haram diaksanakan”.
Pada Pengupahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, upah dilaksanakan dengan adanya si pemberi kerja
(pengusaha) dan buruh yang mana aturan ini juga ditetapkan oleh adanya
pemerintah. Pemberi kerja (pengusaha) berarti orang yang memberikan
pekerjaan dan penghasilan terhadap buruh kerena pemberi kerja (pengusaha)
lah yang memiliki usaha atau perusahaannya dan buruh berarti orang yg telah
diberikan penghasilan yang penghasilannya di dapatkan dari pengusaha yang
berarti pengusaha dan buruh sama-sama saling membantu, saling
membutuhkan untuk keuntungan mereka. Dan hubunggannya dengan
ekonomi Islam terdapat pada surah Az-Zukhruf ayat ke 32.
Allah berfirman:
ۡ
‫ف‬
ِ ‫ض ههم ٱ‬ ٰ َ‫ٱك َ ۡۡۡ ۡل َحي‬LL‫اهون َ ر َ ۡۡح َت َ َرت‬LL‫ت هم َۚ َ هُ ه ۡ َٰٓ ۡقس ٱ َم‬
َ ‫ا ت َۡع‬LLَ‫ا ۚ َ َو َر فَ ۡعن‬LLَ‫ ُّد ۡني‬LL‫و ة ٱ ۡل‬LL َ َ ‫ٱيش‬LL‫ا تَي ۡ َن هم َّمع‬LLَ‫َن ۡن ه قَس َ َم ۡان‬
َ
٢٦ LLL‫و ق َ ت َۡعض‬LLL ّ ‫ه ۡر ٱ‬LLL‫ٱك َ خ َ ُس‬LLL‫ اَّا َ ۡۡح َت ه َرت‬LLL‫ م ٱ َم‬ٞ ۡ ‫ اَعهون ۡي‬LLL‫ي َ ۡ َم‬
ٗ ‫ه ههم ت َۡع‬LLL‫ٱذ َ ت َۡعض‬LLL‫ي ٗ ۗ َور َد َرج َ ت ٖ ٱلي َ َّخ‬
ۡ َ‫ض ا ٖ ف‬ َ
Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah
yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf 32).
64
Pada Firman-Nya, “Kami Telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,” maksudnya adalah Kami telah
membagikan rahmat dan kemuliaan Kami kepada siapa saja yang kami
kehendaki di antara makhluk Kami, maka Kami menjadikan siapa yang Kami
inginkan sebgai hamba yang dikasihi, sebagaimana kami telah membagikan
penghidupan mereka diantara mereka untuk menghidupi mereka dalam
kehidupan mereka di dunia ini berupa rezeki dan makanan. Kami juga juga
menjadikan sebagian dari mereka di dunia ini lebih tinggi tingkatannya
daripada sebagian yang lain. Bahkan Kami menjadikan yang ini kaya dan
yang itu miskin, sementara yang lains sebagai raja dan yang lain sebagai
rakyat biasa.
“Ágar sebagian mereka mempergunakan sebagian yang lain,”
maksudnya adalah agar yang ini mempergunakan yang itu terkait
pelayanananya kepadanya, dan terkait karunia yang ada di tangan yang ini
kembali kepada yang itu. Allah SWT menjadikan senagian dari manusia
menjadi sebab sebagian lain dalam hal penghidupan di dunia.
Berdasarkan peneliti bahwa pemberi kerja adalah orang yang kaya dan
mampu memberikan upah kepada buruh yang dianggap kurang mampu dalam
perekonomian maka dari itu buruh bekerja melayani para pengusaha agar
mendapatkan upah untuk kehidupannya. Dengan itu si pengusaha
mempergunakan buruh untuk mendapatkan keuntungan dan buruh juga
65
membutuhkan upah dari pengusaha. Maka intinya manusia diciptkan oleh
Allah SWT derajatnya dibedakan agar sesama manusia bisa saling membantu.
Jika semua derajat atau rezeki manusia sama maka tiak ada rasa saling ingin
membantu.
Peneliti membuat sebuah gambar skema Konsep Pengupahan Menurut
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyalahgunaan komputer ini sering disebut dengan Cyber Crime.


Cyber Crime merupakan tindak pidana kejahatan di dunia maya. Klasifikasi
perbuatan tindak pidana tentang Cyber Crime tersebut dijelaskan dalam UU
ITE Pasal 27 hingga Pasal 37. Konstruksi Pasal–Pasal tersebut mengatur
secara lebih detail tentang perkembangan modus–modus kejahatan tradisional
sebagaimana yang tercantum dalam kitab Undang–Undang Hukum Pidana.
Salah satu contoh tindak pidana cyber crime adalah Tindak pidana
pencemaran nama baik melalui media sosial elektronik karena dilakukan
dengan menggunakan media sosial elektronik. Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam menggunakan internet secara bijak menimbulkan banyak
permasalahan.

Tindak pidana pencemaran nama baik merupakan perbuatan yang


menyerang nama baik. Penyerangan nama baik adalah menyampaikan ucapan
(kata atau rangkaian perkataan/kalimat) dengan cara menuduhkan melakukan
perbuatan tertentu dan yang ditujukan pada kehormatan dan nama baik orang
yang dapat mengakibatkan rasa harga diri atau martabat orang itu
dicemarkan, dipermalukan atau direndahkan.
Secara khusus pencemaran nama baik diatur dalam KUHP Pasal 310
dan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang informasi
dan transaksi elektronik.

B. Saran

Melalui makalah ini saya menyarankan agar pembaca tidak berhenti sampai disini saja
menggali ilmu tentang pembelajaran UU ITE (Pencemaran Nama Baik di Sosial Media),
tentunya mengenai media pembelajaran Informasi dan Transaksi Elektronik. Saya berharap agar
pembaca terus menggali ilmu dan mengetahui problematika pada pembelajaran ini, mengingat
peran pendidik bagi mahasiswa sangatlah dipandang penting untuk perkembangan pendidikan
dinegara indonesia tercinta ini. Makalah ini masih banyak mempunyai kekurangan dalam hal-hal
penyajiannya maka dari itu kita harus giat belajar agar dapat menjadi lebih baik lagi. Segala
saran yang bersifat membangun saya sangat menunggunya untuk perbaikan dari makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/46907/3/BAB%20I.pdf
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…...............................................................................................................

Daftar Isi…………………………………………………………………………………...

BAB I : Pendahuluan………………………………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….....
C. Tujuan Penulis……………………………………………………………...

BAB II : Pembahasan……………………………………………………………………….

BAB III : Penutup…………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………

Anda mungkin juga menyukai