Anda di halaman 1dari 18

HAK NORMATIF PEKERJA TERHADAP

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DENGAN


ALASAN FORCE MAJEURE AKIBAT COVID-19
(Studi Kasus: Putusan Nomor
308/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.JKT.PST)

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Persyaratan dalam


Menempuh Ujian Sarjana hukum Strata Satu (S-1)

Oleh:
Nama : Kartika Ris Andiati
No. DP : 2033 001 100/H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2023

1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada akhir tahun 2019, dunia digemparkan dengan penyakit baru

yang disebabkan oleh infeksi virus Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang dapat menyebabkan gangguan

pernapasan dan radang paru-paru, yaitu Coronavirus Disease 2019 atau

Covid-191. Virus Covid-19 yang menyerang kesehatan gangguan pernapasan

mulai menyebar di Indonesia pada awal tahun 2020. Penyebaran Covid-19 di

Indonesia semakin meningkat dan meluas yang diiringi dengan jumlah kasus

dan jumlah kematian. Pada tanggal 30 April 2020, kasus perkembangan

Covid-19 di Indonesia mencapai 10.118 kasus, dengan 792 kasus kematian 2.

Peningkatan tersebut berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial,

budaya, pertahanan dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat di

Indonesia.

Upaya pemerintah dalam percepatan penanganan dan penekanan

kasus Covid-19 dalam bentuk tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) di sejumlah wilayah Indonesia. Pembatasan tersebut termasuk

dalam pembatasan pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi

untuk satu kabupaten/kota tertentu. Pembatasan juga dilakukan dengan

meliburkan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan

dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum 3. Pada tanggal 9

1 Anonim, “Tentang COVID. Pertanyaan dan Jawaban Terkait Covid-19”, https://covid19.go.id/,


diunduh pada tanggal 15 Oktober 2023.
2 Anonim, “Pasien Covid-19 Capai 10 Ribu”, http://p2p.kemkes.go.id/ diunduh tanggal 16
Oktober 2023.
3 Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Coronavirus Disease

1
2

April 2020, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah mengeluarkan

Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan

Sosial Berskala Besar Dalam Penanganan Coronavirus Disease 2019

(Covid-19) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 33 Tahun 2020 dijelaskan

bahwa selama masa PSBB, semua aktivitas bekerja di tempat atau kantor

dihentikan sementara dan digantikan dengan bekerja di rumah atau tempat

tinggal. Keadaan dan peraturan tersebut memaksa pelaku usaha untuk

melakukan aktivitas bekerja di rumah bahkan menghentikan proses

usahanya sementara. Hal ini menyebabkan hampir seluruh sektor

perekonomian terhambat dan mengalami krisis ekonomi hingga harus

melakukan pemutusan hubungan kerja baik sebagian maupun seluruhnya.

Pelanggaran terhadap pelaksanaan PSBB akan dikenakan sanksi sesuai

peraturan perundang-undangan, termasuk sanksi pidana.

Dari berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam upaya

penanganan Covid-19 berakibat pada terjadinya keadaan memaksa atau

force majeure untuk memutus kontrak-kontrak keperdataan, salah satunya di

bidang ketenagakerjaan. Pada dasarnya pemerintah mengupayakan

kebijakan yang diterapkan terkait Covid-19 tidak mengakibatkan pemutusan

hubungan kerja terjadi. Menteri Ketenagakerjaan telah mengeluarkan surat

edaran M/3/HK.04/III/2020 tentang Perlindungan Pekerja/Buruh Dan

Kelangsungan Usaha Dalam Rangka Penanggulangan COVID-19. Salah satu

isi dalam edaran tersebut mengupayakan pekerja dan/atau masyarakat

Indonesia tidak kehilangan pekerjaan akibat Covid-19. Pemutusan hubungan


2019 (COVID-19), Penjelasan I Umum.
3

kerja merupakan hal yang seringkali menimbulkan perselisihan antara

pelaku usaha dengan pekerja. Pelaku usaha memiliki kewajiban untuk

mengupayakan agar pemutusan hubungan kerja tidak terjadi.

Apabila pemutusan hubungan kerja terpaksa dilakukan dengan

alasan tertentu, hal tersebut harus terlebih dahulu disampaikan kepada

pekerja. Dengan kata lain, pemutusan hubungan kerja tidak dapat dilakukan

secara sepihak. Hal tersebut juga diperkuat dengan penjelasan pada Undang-

Undang No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja.

Pekerja yang menolak dalam hal pemutusan hubungan kerja, para pihak

harus melakukan penyelesaian dengan perundingan bipartit antara pelaku

usaha dengan pekerja. Pemutusan hubungan kerja pada masa pandemi

Covid-19, merupakan bentuk efisiensi perusahaan.

Keadaan yang memaksa pada masa pandemi Covid-19 atau force

majeure banyak digunakan oleh pelaku usaha untuk melakukan pemutusan

hubungan kerja sepihak dan/atau tidak memenuhi kewajibannya kepada

pekerja. PHK menjadi langkah terakhir pelaku usaha dalam menghadapi

Covid-19. PHK merupakan hal yang sangat sensitif dan dapat menurunkan

kesejahteraan masyarakat serta mengakibatkan pengangguran. Dalam hal

terjadi pemutusan hubungan kerja, pelaku usaha wajib membayar uang

pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak

yang seharusnya diterima4.

4 Indonesia, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja BAB IV tentang
Ketenagakerjaan atas perubahan beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279), Pasal 156.
4

Apabila pemutusan hubungan kerja terjadi karena perusahaan rugi

terus menerus selama 2 (dua) tahun atau force majeure, maka buruh/pekerja

berhak atas pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan 5. Namun, di masa

pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh dunia termasuk Indonesia, hak-

hak pekerja dalam hal pemutusan hubungan kerja banyak tidak terpenuhi.

Dengan berbagai permasalahan terkait pemutusan hubungan kerja di masa

pandemi Covid-19 dengan alasan force majeure, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji lebih dalam tentang perlindungan dan kekuatan hukum pekerja

dalam hal pemutusan hubungan kerja. Dengan penjelasan tersebut di atas

peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dalam bentuk penelitian

skripsi yang berjudul “Hak Normatif Pekerja Terhadap Pemutusan

Hubungan Kerja Dengan Alasan Force Majeure Akibat Covid-19 (Studi

Kasus: Putusan Nomor 308/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.JKT.PST)”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun permasalahan yang akan dibahas Penulis yaitu dalam

rumusan masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimanakah dasar perusahaan untuk melakukan pemutusan

hubungan kerja dengan alasan force majeure akibat Covid-19?

5 Aloysius Uwiyono, et al., Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Depok: PT RajaGrafindo Persada,


2014), hlm. 145
5

2. Bagaimana hak normatif pekerja tentang kompensasi

pemutusan dalam hubungan kerja akibat Covid-19 berdasarkan

Putusan Mahkamah Agung Nomor

308/Pdt.SUS.PHI/2022/PN.JKT.PST?

1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah hukum ini yaitu,

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dasar hukum dan pertimbangan perusahaan

untuk melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan

force majeure akibat Covid-19.

2. Untuk mengetahui perlindungan dan kekuatan hukum hak

normatif pekerja tentang kompensasi pemutusan hubungan

kerja akibat Covid-19 berdasarkan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 308/Pdt.SUS.PHI/2022/PN.JKT.PST.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penulisan karya ilmiah hukum ini

yaitu, sebagai berikut:

1. Untuk menambah wawasan Penulis tentang penerapan hukum

dalam hak normatif pekerja terhadap pemutusan hubungan

kerja dengan alasan force majeure akibat Covid-19.


6

2. Untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Krisnadwipayana.

1.4 KERANGKA TEORI DAN KONSEP

1.4.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan yang memperkuat dari

hasil analisis penelitian suatu permasalahan. Kerangka teori yang

dimaksud adalah pendapat teori dan pemikiran yang bertujuan

untuk menyajikan hasil-hasil dari penelitian terdahulu. Dalam

penelitian ini teori yang digunakan antara lain:

1.4.1.1 Teori Hubungan Kerja

Penulisan menggunakan teori hubungan kerja

sebagai landasan teori penelitian karena hubungan kerja

merupakan hubungan dalam arti hukum antara pengusaha

dan pekerja yang didasarkan pada perjanjian kerja. Menurut

Hartono Wisoso dan Judiantoro, hubungan kerja adalah

kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara

teratur demi kepentingan orang lain yang memerintahnya

(pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian kerja yang

telah disepakati6.

1.4.1.2 Teori Pemutusan Hubungan Kerja

6 Hartono Judiantoro, Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, (Jakarta: Rajawali


Pers, 1992), hlm. 10.
7

Penulis menggunakan teori pemutusan hubungan

kerja sebagai landasan teori karena teori ini merupakan

salah satu akibat tindakan dalam kesepakatan hubungan

kerja.

1.4.1.3 Teori Hak Normatif Pekerja

Penulis menggunakan teori hak normatif pekerja

sebagai salah satu landasan teori dalam penelitian ini

karena hak normatif pekerja merupakan bagian dari

disiplin hukum dari hubungan kerja. Hak normatif pekerja

merupakan hak dasar pekerja dalam hubungan kerja yang

dilindungi dan dijamin dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku7.

1.4.1.4 Teori Force Majeure

Penulis menggunakan teori force majeure dalam

penelitian ini karena force majeure dapat menjadi salah satu

penyebab dari pemutusan hubungan kerja. Force Majeure

adalah keadaan memaksa (overmatch) yang menyebabkan

debitur tidak menjalankan kewajibannya kepada pihak

kreditur akibat kejadian diluar kendali dan keinginan

mereka.

1.4.1.5 Teori Covid-19

7 I Made Wisnu Yoga Wijaya A.A., et al., Hak-Hak Normatif Pekerja Pada Perusahaan Yang
Dinyatakan Pailit, 2013, Abstrak.
8

1.4.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan sebagai pedoman dalam

proses pengumpulan, pengolahan, dan analisis data penelitian

berasal dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2022 Tentang Cipta Kerja, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, antara lain

1. Pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha

yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada bidang

tertentu;

2. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan

menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain;

3. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,

kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk

tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu

pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan;


9

4. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang mempunyai

unsur pekerjaan, upah dan perintah;

5. Hubungan kerja adalah perjanjian antara pengusaha dengan

pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang

mempunya unsur pekerjaan, upah dan perintah;

6. Hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang

terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang

dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,

pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-

nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

7. Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan

kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan

berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan

pengusaha;

8. Perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan

pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara

pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh

atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya

perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan

antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan;


10

9. Perselisihan pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan

yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat

mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh

salah satu pihak;

10. Perselisihan hak adalah perselisihan yang timbul karena

tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan

pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan

perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;

11. Perselisihan kepentingan adalah perselisihan yang timbul

dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian

pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-

syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau

peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;

12. Perundingan bipartit adalah perundingan antara

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan

pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan

industrial.

13. Force Majeure adalah

14. Covid-19 adalah

1.5 METODE PENELITIAN

1.5.1 Jenis Penelitian


11

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian yuridis normatif. Penelitian yuridis normatif adalah

penelitian hukum sebagai suatu sistem yang utuh, yaitu mengkaji

penerapan hukum tertulis maupun dari aspek teori, asas-asas dan

norma-norma hukum yang berkaitan dengan permasalahan,

penjelasan umum pasal demi pasal, dan kekuatan mengikat suatu

undang-undang tetapi tidak mengikat pada aspek penerapan atau

pelaksanaannya.

1.5.2 Pendekatan Penelitian

Metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1.5.2.1 Pendekatan Perundang-Undangan (Statute

Approach)

Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan

mengkaji semua peraturan atau perundang-undangan yang

berkaitan dengan masalah hukum yang akan diteliti.

1.5.2.2 Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konseptual adalah suatu pendekatan

dalam penelitian hukum yang memberikan sudut pandang

analisis pemecahan masalah dalam penelitian hukum dilihat

dari aspek konsep hukum yang melatarbelakanginya, atau

bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam

penormaan suatu peraturan dalam kaitannya dengan konsep

yang digunakan.
12

1.5.2.3 Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus bertujuan untuk mengetahui

penerapan norma atau kaidah hukum dalam praktek hukum

yang diterapkan dalam kasus-kasus untuk menyelesaikan

sengketa jual beli online baik melalui litigasi maupun non-

litigasi

1.5.3 Sumber Data

1.5.3.1 Data primer, yaitu basic data yang berasal dari

sumber pertama dan diperoleh dari hasil penelitian

di lapangan terhadap subjek penelitian.

1.5.3.2 Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil

penelitian dan sumber kedua lainnya. Sumber data

sekunder terdiri dari beberapa bahan hukum, yaitu:

1.5.3.2.1 Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer ialah bahan hukum

yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan objek penelitian yang diteliti.

Bahan hukum primer yang digunakan antara lain:

a) Kitab Undang Undang Hukum Perdata;

b) Undang-Undang No. 6 Tahun 2023 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Cipta Kerja;


13

c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang

Penyelesaian Hubungan Industrial;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021

Tentang Perjanjian Kerja Waktu tertentu, Alih

Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat dan

Pemutusan Hubungan Kerja;

e) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan;

f) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor KEP-78/MEN/2001

tentang Perubahan Atas Beberapa Pasal Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor

KEP-150/MEN/2000 tentang Penyelesaian

Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang

pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, dan

Ganti Kerugian di Perusahaan;

g) Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan

Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam

Penanganan Coronavirus Disease (Covid-19) Di

Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

1.5.3.2.2 Bahan Hukum Sekunder, ialah bahan yang

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum


14

primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer.

1.5.3.2.3 Bahan Hukum Tersier, ialah bahan hukum yang

memberi petunjuk terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder yang lebih

dikenal dengan nama bahan acuan bidang

hukum atau bahan rujukan bidang hukum,

seperti kamus umum dan kamus hukum

sepanjang memuat informasi yang relevan.

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data

Studi Kepustakaan, metode dengan mengumpulkan

sejumlah data meliputi bahan pustaka yang bersumber dari buku-

buku terhadap dokumen perkara serta peraturan yang berhubungan

dengan penelitian.

1.5.5 Analisis Data

Peneliti akan menggunakan analisis data secara deskriptif

kualitatif, yaitu dengan menjelaskan secara terperinci dan

sistematis sehingga dapat dipahami secara jelas kesimpulannya.

Data yang telah dikumpulkan melalui penelitian lapangan (baik

data primer maupun data sekunder) akan dianalisa secara kualitatif

dengan berpijak pada landasan teori dan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan penelitian dan penulisan ini,

selanjutnya Penulis tuangkan secara deskriptif.


15

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penyusunan penelitian ini, Penulis membahas dan

menguraikan masalah yang dibagi kedalam lima bab. Adapun maksud dari

pembagian penulisan penelitian ini ke dalam beberapa bab agar

menjelaskan dan menguraikan hasil penelitian serta permasalahan dengan

baik.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang

penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, kerangka teoritis dan kerangka konseptual,

metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN TENTANG HAK NORMATIF PEKERJA

TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

DENGAN ALASAN FORCE MAJEURE AKIBAT

COVID-19

Dalam bab ini dijelaskan mengenai tinjauan umum

tentang pekerja, pelaku usaha, pemutusan hubungan

kerja, force majeure, Undang-Undang Cipta Kerja Nomor

11 Tahun 2020 BAB IV Ketenagakerjaan, pemutusan

hubungan kerja, perselisihan hubungan industrial.

BAB III : HASIL PENELITIAN TENTANG HAK NORMATIF

PEKERJA TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN

KERJA DENGAN ALASAN FORCE MAJEURE


16

AKIBAT COVID-19

Bab ini adalah disajikan tentang hasil yang diteliti dan

fakta terkait permasalahan tentang Kekuatan Hukum Hak

Normatif Pekerja Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja

Dengan Alasan Force Majeure Akibat Covid-19 dalam

Studi Kasus: Putusan Mahkamah Agung Nomor

308/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.JKT.PST.

BAB IV : ANALISIS TENTANG HAK NORMATIF PEKERJA

TERHADAP PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

DENGAN ALASAN FORCE MAJEURE AKIBAT

COVID-19

Dalam bab ini dijelaskan mengenai Hak Normatif Pekerja

Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja Dengan Alasan

Force Majeure Akibat Covid-19 atas pertimbangan hakim

dan analisa kasus terhadap Putusan Mahkamah Agung

Nomor 308/Pdt.SUS-PHI/2022/PN.JKT.PST.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisi penutup yang merupakan jawaban atas

pokok permasalahan yang dimuat dalam kesimpulan dan

saran.
17

DAFTAR PUSTAKA

Hartono Judiantoro. Segi Hukum Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.


Jakarta: Rajawali Pers. 1992.
Anwar Budiman. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta: Bidik-Phronesis
Publishing. 2019.
Aloysius Uwiyono et al. Asas-Asas Hukum Perburuhan. Cetakan ke-3.
Depok: PT RajaGrafindo Persada: 2018.
Puslitbang Hukum Dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung
RI. Naskah Akademis: Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
2007.
I Made Wisnu Yoga Wijaya A.A., et al. “Hak-Hak Normatif Pekerja Pada
Perusahaan Yang Dinyatakan Pailit”. Makalah disusun untuk memenuhi
Tugas Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana. Bali: FH
Udayana. 2013.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan.
Indonesia. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial.
Affan. “Pemenuhan Hak-Hak Normatif Sebagai Upaya Perlindungan dan
Peningkatan Kesejahteraan Pekerja”,
https://disdukcapil.pontianak.go.id/pemenuhan-hak--hak-normatif--
sebagai-upaya-perlindungan-dan-peningkatan-kesejahteraan-
pekerja-ditulis-oleh-affan#:. diunduh pada tanggal 21 Oktober 2023.
Anonim. “Tentang COVID. Pertanyaan dan Jawaban Terkait Covid-19”,
https://covid19.go.id/tentang-covid-19. diunduh pada tanggal 15
Oktober 2023.
Anonim. “Pasein Covid-19 Capai 10 Ribu”, http://p2p.kemkes.go.id/pasien-
positif-covid-19-capai-10-ribu/. diunduh tanggal 16 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai