HUKUM BISNIS
Dosen Pengampu:
Oleh:
SURYATI (125230022)
AY
AKUNTANSI
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2023
i
DAFTAR ISI
Table of Contents
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................i
BAB I...............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................................................ 5
BAB II.............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................6
A. Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Yang Di Phk (Pemutusan Hubungan Kerja)
Akibat Dampak Dari Pandemi Covid-19.................................................................................................. 6
B. Pihak Yang Menanggung Kerugian Karena Keadaan Force Majeure Terhadap Pekerja
Pada Masa Pandemic Covid-19.................................................................................................................... 8
C. Dampak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) Pada Karyawan Yang Terdampak Pandemi
Covid-19............................................................................................................................................................ 16
D. Studi Kasus................................................................................................................................................. 20
BAB III.........................................................................................................................................................22
PENUTUP....................................................................................................................................................22
A. Kesimpulan............................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................25
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia mempunyai kebutuhan yang sangat beragam, pada dasarnya
setiap orang berhak untuk mencari pekerjaan agar dapat secara adil memenuhi kebutuhan
dirinya dan keluarganya, antara lain pangan, pendidikan, kesehatan, dan hiburan.
pekerjaannya untuk menciptakan barang dan jasa untuk keperluan sendiri dan keperluan
masyarakat. Setiap individu yang hidup pada umumnya membutuhkan biaya untuk
Dalam suatu tugas terdapat hubungan yang berfungsi antara tenaga kerja dan
pengusaha, yang mana hubungan bisnis tersebut dikomunikasikan dalam satu bentuk
2003 Bab 1 Pasal 1 Angka 1 mengatur bahwasanya “ketenagakerjaan ialah segala sesuatu
yang berkaitan dengan pekerjaan sebelum, selama, dan setelah masa kerja”. Tenaga kerja
membantu tenaga kerja menjadi lebih manusiawi (Rhamadan, 2022). Tujuan adanya
perlindungan hukum tenaga kerja ini juga untuk memastikan jaminan hak-hak tenaga
1
Ketenagakerjaan mempunyai dampak yang sangat menguntungkan terhadap
upaya negara untuk meningkatkan perekonomian. Tenaga kerja yang memadai, baik
ekonomi, terutama sebagai sumber daya produksi dan distribusi barang dan jasa serta
untuk tujuan dan keselamatan hari tua. Dalam UUD 1945 ayat (2) Pasal 27 mengatur
bahwasanya “Setiap warga negara berhak untuk bekerja dan hidup bermartabat demi
kemanusiaan”, hal ini memberikan jaminan hak setiap warga negara untuk bekerja dan
timbul di dunia kerja yaitu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang kemudian disebut
PHK, yang seringkali menyebabkan konflik hubungan kerja, konflik antara pengusaha
pengertian sebagai berikut: “Pemutusan hubungan kerja ialah pemutusan hubungan kerja
antara pekerja dan kontraktor. Pemecatan adalah salah satunya hal yang perlu dihindari,
baik dari pihak pemberi kerja maupun karyawan. Keputusan untuk melakukan PHK tentu
akan berdampak negatif terhadap perekonomian serta keberlangsungan hidup dan masa
mendatang pekerja.
Pada situasi normal, pemutusan hubungan kerja bisa terjadi karena sejumlah
alasan seperti restrukturisasi perusahaan, kinerja buruk, atau alasan lain yang diatur
2
dalam kontrak kerja. Namun, pandemi Covid-19 memperkenalkan dimensi baru dalam
tenaga kerja menjadi korban dari kebijakan penghematan biaya yang diambil oleh
perusahaan.
Perlindungan hukum bagi tenaga kerja dari tindakan PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) perusahaan di masa pandemi Covid-19 melibatkan sejumlah faktor penting yang
finansial yang signifikan. Untuk mengatasi kesulitan finansial yang dihadapi oleh
tenaga kerja. Jutaan pekerja di seluruh dunia kehilangan pekerjaan mereka karena
Pada konteks PHK, perlindungan hukum bagi tenaga kerja tidak selalu seimbang
antara pekerja dan pengusaha. Terkadang, pekerja memiliki sedikit kekuatan tawar dalam
negosiasi dengan majikan mereka, terutama dalam situasi PHK. Selain isu PHK, pekerja
juga menghadapi risiko keselamatan dan kesehatan yang lebih tinggi di tempat kerja
selama pandemi. Perlindungan hukum juga diperlukan untuk memastikan bahwa pekerja
Pada konteks sulit seperti Covid-19, korban peristiwa force majeure ialah para
pekerja dengan kontrak kerja tertentu. Dalam pandemi ini tidak hanya perusahaan-
3
perusahaan besar saja yang terkena dampaknya, bahkan para pengusaha pun ikut terkena
dampak pandemi ini, masyarakat juga ikut terkena dampaknya sehingga menyebabkan
batasan kerja yaitu para pekerja harus bekerja dari rumah atau dikenal dengan Work
From Home (WFH), sehingga jumlah orang yang positif Covid-19 di Indonesia semakin
berkurang.
hukum yang ada dan, jika diperlukan, membuat perubahan atau penambahan untuk
pertanyaan hukum seperti bagaimana perlindungan hukum bagi tenaga kerja yang di
PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), pihak yang menanggung kerugian karena keadaan
Force Majeure, dan bagaimana dampak PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), semuanya
hukum yang terkait dengan perlindungan tenaga kerja di masa PHK akibat dampak
pandemi Covid-19. Kajian ini akan membahas perspektif huku, etika, dan kebijakan
untuk menyelediki cara-cara di mana kerangka hukum dapat diperkuat atau diperbarui
agar dapat lebih efektif dalam melindungi tenaga kerja di masa krisis global. Oleh sebab
itu, diharapkan makalah ini mampu menyumbang kontribusi positif dalam membentuk
solusi hukum yang adil dan berkelanjutan untuk tantangan perlindungan tenaga kerja di
4
B. Rumusan Masalah
“Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja dari Tindakan Phk Perusahaan Dimasa
C. Tujuan Penulisan
Sehubung dengan rumusan masalah yang telah di tuliskan, artikel ini bertujuan
antara lain:
Covid-19.
5
BAB II
PEMBAHASAN
(PHK) menjadi salah satu konsekuensi serius dari ketidakpastian ekonomi yang dihadapi
oleh perusahaan di seluruh dunia. Dalam situasi ini, perlindungan hukum bagi tenaga
kerja menjadi semakin penting untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja dihormati dan
Sebuah aspek kunci perlindungan hukum bagi tenaga kerja di masa PHK adalah
pedoman mengenai kondisi dimana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat dilakukan,
prosedur yang harus diikuti, dan hak-hak pekerja yang harus dihormati selama proses
tersebut. Dalam konteks pandemi, banyak negara telah merespons dengan mengeluarkan
regulasi tambahan atau menyesuaikan peraturan yang ada untuk mengakomodasi kondisi
Tercantumkan pada Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata yang disimpulkan
yang kokoh dan layak bagi para tenaga kerja yang terdampak PHK pada masa pandemi
Covid-19, perihal ini dikarenakan pada pasal-pasal 1244 dan 1245KUH Perdata, tidak
6
ada bunyi yang mengatakan bahwasanya perusahaan bisa dimintai
pertanggungjawabannya.
agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap karyawan yang terkena PHK, sehingga hak-
hak karyawan yang terdampak PHK dapat terselamatkan dan terlindungi begitu pula
No. 1 Tahun 2003. Pada konteks ini, bilamana undang-undang mengharuskan perusahaan
terdampak PHK dengan menjamin pembayaran upah kepada pekerja serta uang
pesangon, perihal ini selaras dengan ketentuan Pasal 1 Ayat 23 UU No. 13 Tahun 2003.
Kewajiban yang harus terpenuhi oleh seorang pengusaha terhadap para tenaga
kerja yang dipekerjakan perusahaan yang terdampak PHK untuk membayarkan gaji/upah
ditetapkan oleh Pasal 164 ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 dan juga dipertegas pada Pasal
156 UU No. 13 Tahun 2003, memberi uang pesangonan yang diatur di dalam Pasal 156
Ayat (1) UU Cipta Kerja: "Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha
wajib membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang
ialah pembuatan, meregulasi dan menerbitkan berbagai bentuk aturan yang mengikat
antara dua pihak yakni perusahaan dan pekerja. Menjalankan proses hubungan industrial
dan memberikan pembinaan kepada karyawan dan perusahaan. Hukum dirancang guna
memberikan perlindungan bagi hak dan kewajiban setiap individual dalam suatu negara.
Adanya perlindungan hukum yang kuat sehingga akan mewujudkan tercapainya tujuan
7
hukum yaitu ketentraman, keamanan, kesejahteraan, ketertiban umum, kedamaian,
kebenaran dan tentu saja keadilan bagi keseluruhan warga negara (Silaban et. al., 2020).
hukum yang tidak tertulis yang memuat aturan-aturan umum, tetapi tentu saja menjadi
pedoman kehidupan berbangsa atau perseorangan guna mengatur pola atau perilaku yang
benar dalam kehidupan bermasyarakat, baik terhadap sesama manusia atau makhluk
hidup lainnya. Aturan-aturan ini dibuat untuk membatasi kemampuan masyarakat dalam
aturan yang sifatnya umum yang membantu seseorang untuk sadar akan perbuatan yang
pemerintahan daerah dan pusat karena adanya aturan umum yang memungkinkan
individu mengetahui apa yang dapat dipaksakan atau dilaksanakan oleh negara terhadap
individu atau masyarakat. Kepastian hukum tidak hanya terletak pada adanya ketentuan
dalam suatu peraturan atau undang-undang yang tertulis, akan tetapi pada adanya rasa
konsistensi dalam putusan hakim antara putusan hakim dengan putusan hakim dan
Peran ketenagakerjaan dalam dunia usaha akan berkontribusi kepada pembangunan yang
nyata dan mempunyai peran ganda, yakni memberi kepentingan bagi pemilik usaha dan menjadi
8
pemangku kepentingan dalam pembangunan suatu negara dalam siklus perekonomian nasional.
Dengan demikian, segala sebab yang mengarah pada pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah
suatu keadaan yang sangat mengkhawatirkan, terutamanya bagi para para pekerja. Dengan
4. Adanya keadaan atau peristiwa tertentu yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
kerja.
1. Karyawan tersebut mengambil absen kerja atau berhalangan karena sakit, disertai
dengan bukti kesehatan berupa surat keterangan dokter dan hal tersebut tidak
9
3. Karyawan tersebut menjalankan kewajiban agamanya sesuai dengan perintah
dalam satu perusahaan yang sama dan dikecualikan apabila hal tersebut
peraturan perusahaan.
perserikatan pekerja (ikatan buruh) dengan kegiatan di luar jam kerja atau pada
jam kerja dengan izin dari pimpinan perusahaan (perjanjian) berkaitan dengan
diberlakukan.
ras dan agama), kondisi lingkungan dan fisik serta status tertentu dalam
perkawinan.
kerja dan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter belum ada kepastian mengenai
10
Pada masa pandemi Covid-19, keadaan force majeure atau keadaan memaksa
sering kali terjadi di berbagai sektor, termasuk ketenagakerjaan. Force majeure ialah
suatu peristiwa yang terjadi di luar kontrol serta mampu mempengaruhi pelaksanaan
perjanjian atau kontrak. Pada konteks ketenagakerjaan, force majeure dapat merujuk pada
kondisi-kondisi yang tidak dapat diantisipasi, seperti pandemi, yang dapat mengakibatkan
pemutusan hubungan kerja atau perubahan signifikan dalam kondisi kerja. Pertanyaan
terkait pihak yang memikul beban kerugian akibat force majeure di masa pandemi Covid-
1. Pihak Pekerja
(PHK), pengurangan jam kerja, atau perubahan kondisi kerja yang signifikan.
majeure adalah suatu keadaan atau peristiwa di luar kendali yang mampu
kontrak, pihak yang terkena dampak force majeure dapat memiliki hak dan
kewajiban tertentu, tetapi hal ini juga sangat tergantung pada perjanjian antara
pihak-pihak yang terlibat. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan
11
1. Hak Pihak yang Terdampak
majeure berlangsung.
2. Kewajiban Pemberitahuan
3. Upaya Wajar
diambil.
4. Pengaturan Kontrak
12
Hal yang sangat penting adalah mengacu pada ketentuan
5. Penyelesaian Sengketa
tantangan operasional dan keuangan akibat force majeure, terutama dalam situasi
13
Mengenai peraturan yang berlaku bagi tenaga kerja yang diberhentikan
karena alasan force majeure, dilandaskan pada dua ketentuan hukum yang
terkait force majeure atau kejadian memaksa. Oleh karena itu, bentuk
No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 164 ayat (1),
2. Pemerintah:
perusahaan dan masyarakat yang terdampak. Selain itu, pemerintah juga dapat
sosial untuk pekerja yang terkena dampak PHK. Hal ini mencakup subsidi
14
tindakan yang penting untuk membantu menangani dampak sosial dan ekonomi
yang disebabkan oleh PHK. Berikut adalah beberapa program perlindungan sosial
1. Subsidi Gaji
ini.
2. Tunjangan Pengangguran
pekerjaan baru.
15
kebutuhan dasar mereka, seperti perumahan, kesehatan, dan
makanan.
stabil.
5. Perlindungan Hukum
PHK semena-mena.
Pandemi Covid-19
pegawainya. Dalam kondisi ini sebagai suatu keputusan yang mempunyai dampak
terutama terhadap pegawai yang terdampak PHK dan di sisi lain juga berkaitan
16
terpenuhi. Segala pertimbangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan
No. 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Virus
17
mem-PHK, hal ini diperbolehkan oleh undang-undang, namun wajib untuk
syarat yang tidak dipisahkan dan harus terpenuhi oleh pemberi kerja sehubungan
dengan risiko yang dihadapi pekerja akibat keputusan pemutusan kontrak kerja.
Dalam Pasal 164 ayat (1) UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 mengatur
uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak. Perlu
ditegaskan bahwa pemberian hak tersebut paling tidak harus memenuhi ketentuan
konsekuensi ekonomi, sosial, dan psikologis. Pandemi ini telah memaksa banyak
Pandemi Covid-19 bukan hanya sebuah krisis kesehatan global, tetapi juga
telah membawa dampak ekonomi yang signifikan di seluruh negara. Salah satu
Kerja (PHK) atau pengurangan tenaga kerja oleh banyak perusahaan. PHK
menjadi langkah yang sulit namun seringkali tidak terhindarkan untuk menjaga
18
kelangsungan bisnis di tengah ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Berikut adalah
1. Ketidakpastian Keuangan:
yang dihadapi oleh karyawan yang terkena dampak. Kehilangan pekerjaan berarti
seperti membeli makanan, membayar tagihan, atau membayar sewa rumah. Ini
PHK bukan hanya sebuah kejadian ekonomi, tetapi juga memiliki dampak
psikologis yang signifikan. Pekerja yang di-PHK sering mengalami tingkat stres
dan kecemasan yang tinggi. Mereka dihadapkan pada ketidakpastian tentang masa
PHK sering kali memaksa karyawan untuk mengubah gaya hidup mereka
19
rumah. Ini bukan hanya perubahan finansial, tetapi juga perubahan dalam pola
4. Kesehatan Mental:
yang kehilangan pekerjaan mereka dapat mengalami penurunan harga diri dan
rasa identitas yang kuat dengan pekerjaan mereka. Merasa tidak diinginkan atau
Mencari pekerjaan baru setelah PHK dapat menjadi tantangan yang besar,
Karyawan harus bersaing dengan sesama pencari kerja untuk pekerjaan terbatas,
Tingkat stres dan kecemasan yang tinggi yang diakibatkan oleh PHK juga
masalah kesehatan fisik lainnya. Dengan demikian, PHK tidak hanya berdampak
pada aspek ekonomi dan psikologis, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan
D. Studi Kasus
20
Covid-19 berdampak signifikan terhadap aplikasi transportasi online seperti Grab dan
Gojek, karena layanan seperti Grab Car dan Go Car menghadapi tantangan. Pemerintah telah
pesan-antar makanan. PT. Gojek Indonesia telah mengurangi waktu tunggu namun masih
menghadapi tantangan dalam menyediakan makanan dan layanan selama pandemi. Perusahaan
belum memberikan bonus selama pandemi karena tidak memiliki aturan yang jelas. Kesenjangan
antara Gojek dan pemerintah adalah 80% untuk pemerintah dan 20% untuk Gojek.
Yusril (48 tahun) mengatakan bahwasanya saat pandemi Covid-29 pertama kali melanda
Kota Makassar, para tukang ojek online sangat khawatir dikarenakan pendapatannya menurun
cukup signifikan, apalagi saat diberlakukan PSBB pada April tahun 2021. Mereka dilarang
khususnya Grab dan Gojek yang mewajibkan untuk menonaktifkan sementara fitur angkutan
orang atau penumpang dalam PSBB, seperti yang tercantum dalam Peraturan Kementerian
Kesehatan No. 9 Tahun 2020 dengan jelas menyatakan bahwasanya Grab dan Gojek tidak boleh
Hal serupa diungkapkan oleh Mail (38) bahwasanya pada awal pandemi, pendapatannya
anjlok hingga 60%. Dia hanya menerima satu hingga tiga pesanan antara pukul 07.00 hingga
20.00 dengan penghasilan Rp20.000,- hingga Rp70.000,- setiap harinya. Sementara, sebelum
pandemi, dia bisa mendapatkan hingga 30 pesanan dengan penghasilan Rp300.000,- hingga
Rp400.000,-.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa
menghasilkan barang dan layanan untuk keperluan sendiri dan keperluan masyarakat.
Pekerja ini seringkali diminta untuk bekerja lebih baik, baik di perusahaannya sendiri dan
perusahaan yang berada di bawah tekanan orang lain. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
adalah bentuk perlindungan hukum guna menghapuskan sistem perbudakan dan menjaga
tenaga kerja supaya lebih dimanusiakan secara manusia. PHK mempunyai dampak yang
terkhusus sehingga menyebabkan berakhirnya hak dan kewajibannya antara pekerja dan
kontraktor. Pemecatan adalah salah hal yang harus dihindari, baik dari pihak pemberi
22
Terjadinya pemutusan hubungan kerja dikarenakan sejumlah alasan seperti
restrukturisasi perusahaan, kinerja buruk, atau alasan lain yang diatur dalam kontrak
kerja. PHK massal adalah faktor penting yang perlu dipertimbangkan, yaitu tenaga kerja
menjadi korban dari kebijakan penghematan biaya yang diambil oleh perusahaan.
keputusan pemberhentian pegawai dan tenaga kerja dibolehkan sebab adanya pandemi
Covid-19 yang dapat diyakini sebagai kondisi force majeure (keadaan memaksa) sesuai
undangan tentang pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan, masih terdapat kewajiban
perusahaan yang belum dipenuhi, khususnya masalah pembayaran gaji kepada pekerja.
Perlindungan hukum terhadap pegawai apabila terjadi PHK pada masa pandemi
Covid-19 sudah ditetapkan pleh KUH Perdata, Pasal 1244 yang sedikit banyak mengatur
apabila orang yang berhutang tidak membayar dalam jangka waktu yang disebabkan oleh
sebab yang tidak terduga dan tanpa wewenangnya dalam perjanjian karena sebab-sebab
yang serius dan tidak diketahui. Pada konteks ini, bisa diketahui bahwasanya
perlindungan hukum terhadap pekerja tidak mempunyai kekuatan hukum yang mutlak
dan perlu dilakukan revisi. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dapat memengaruhi
23
Karyawan yang di-PHK adalah pihak yang paling
2. Keluarga Karyawan
3. Perusahaan
reputasi jika PHK dilaksanakan secara tidak adil atau tidak selaras
meninggalkan perusahaan.
4. Pemerintah
sosial dan ekonomi yang lebih besar jika PHK massal terjadi dalam
sektor-sektor tertentu.
24
5. Masyarakat dan Ekonomi Lokal
DAFTAR PUSTAKA
Ari Hermawan, “Keberadaan Uang Pesangon dalam Pemutusan Hubungan Kerja demi Hukum di
Perusahaan yang Sudah MMenyelenggarakan Program Jaminan Pensiun”, KerthaPatrika,
Vol. 38, 2016.
Denisa Dominggus dan Johnson Dongoran, “Tingkat PHK Dan Faktor-Faktor Penyebab PHK
Pada Industri Otomotif Selama Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Sains dan Humaniora, Vol. 3, No.2, 2021.
Elvira, Elvira, et al. “Tinjauan Yuridis Peraturan Pemutusan Hubungan Kerja Terhadap Pekerja
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.” PROSIDING
SENANTIAS: Seminar Nasional Hasil Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat,
openjournal.unpam.ac.id/index.php/Senan/article/view/33850/15991. Accessed 2 Oct.
2023.
Gunawan, G., & Sugiyanto, S. (2017). Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Pasca Pemutusan
Hubungan Kerja. Sosio Konsepsia, 16
Muslim, M. (2021). PHK PADA MASA PANDEMI COVID-19. ESENSI: Jurnal Manajemen
Bisnis, 23(3), 404-417. https://doi.org/10.55886/esensi.v23i3.218
25
Randi, Y. (2020). Pandemi Corona Sebagai Alasan Pemutusan Hubungan Kerja Pekerja Oleh
Perusahaan Dikaitkan Dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Yurispruden, Vol 3,
(No. 2, Juni),. 119- 136.
Rifaih, Putri. “Dampak Phk Bagi Perusahaan Dan Karyawan.” Edufund, 14 Sept. 2023,
edufund.co.id/blog/dampak-phk-bagi-karyawan/.
Robed, Gede Odhy Suryawiguna, and I Made Dedy Priyanto. “Covid-19 Sebagai Keadaan
Memaksa (Force Majeure) Dalam Pemutusan Hubungan Kerja.” Kertha Wicara :
Journal Ilmu Hukum, ojs.unud.ac.id/index.php/kerthawicara/article/view/66353.
Saputra, Ardiyan Firman, and Roziana Ainul Hidayati. “Analisis Dampak Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) Pada Karyawan Yang Masih Bekerja Di PT. Nelayan Tenggara
Pada Masa Pandemi Covid-19.” Portable Document Format (PDF),
conference.umg.ac.id/index.php/SNEKBIS/2022/paper/view/2/1. Accessed 2 Oct. 2023.
Silaban, Eggy Septyadi, et al. Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Akibat Pemutusan
Hubungan ... - Warmadewa,
www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juprehum/article/download/3998/2826/.
Accessed 4 Oct. 2023.
Wibowo, Rudi Febrianto, and Ratna Herawati. "Perlindungan bagi pekerja atas tindakan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak." Jurnal Pembangunan Hukum
Indonesia 3.1 (2021): 109-120.
Yusuf Randi. (2020). Pandemi Corona Sebagai Alasan Pemutusan Hubungan Kerja Pekerja Oleh
Perusahaan Dikaitkan Dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Yurispruden.
26