Anda di halaman 1dari 4

STUDI KASUS KETENAGAKERJAAN DAN PHK

ETIKA BISNIS

Disusun Oleh :

1. Visakha Vanna Siri (192214094)


2. Natalia Wahyu Signa V.T (192214106)
3. Clara Pupus Heksiantari (192214109)
4. Eirene Putri Noviani (192214126)
5. Theresia Yunita Priska D (192214130)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2022

1
I. Isu Praktis PHK Pada Masa Pandemi 2019

Pandemi covid-19 merupakan wabah yang melanda hampir seluruh negara di


dunia. Umat manusia merasakan dahsyatnya dampak adanya virus covid-19.
Bidang kesehatan dan ekonomi menjadi sektor yang sangat terkena dampak covid-
19. Kematian akibat virus yang membahayakan dan cepat menular membuat
masyarakat cemas dan bertahan di rumah. Kondisi demikian menyebabkan aktivitas
manusia terbatas hanya di rumah yang menyebabkan lumpuhnya perekonomian
bangsa. Pada gilirannya berakibat pada pemutusan hubungan kerja, terjadi PHK di
berbagai bidang usaha. Usaha di bidang pariwisata yang meliputi transportasi,
perhotelan dan usaha terkait lainnya yang terpuruk dibandingkan bidang
lainnya.Tulisan ini mengupas PHK dimasa pandemi covid-19 yang meliputi: sektor
yang melakukan pemutusan hubungan kerja, ragam dan bentuk PHK serta
dampaknya. Sumber data utama yang digunakan mengambil dari Databoks dan
beberapa kasus PHK yang dipublikasikan dalam berbagai media online.

II. Kajian Akademik

Pekerjaan ialah merupakan salah satu bentuk keinginan dari setiap orang untuk
mendapatkan penghasilan dalam memenuhi kebutuhannya dan keberlangsungan
kehidupannya. Dalam pekerjaan terdapat hak dan kewaajiban yang akan diberikan
karena adanya hubungan hukum yang bersumber dari perjanjian. Dalam pemutusan
hubungan kerja harus sesuai berdasarkan dengan isi perjanjian kerja yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan dan
yang selajutnya disebut sebagai pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan
kerja dengan berakhirnya waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerja serta
alasan-alasan yang telah ditentukan sebelumnya tidak akan meyebabkan
permasalahan terhadap kedua belah pihak dalam sistem kerja, berbeda halnya
dengan pemutusan hubungan kerja sepihak akan menyebabkan permasalahan
hukum, karena dengan dilakukannya pemutusan hubungan kerja sepihak tenaga

2
kerja dapat yang menanggung kerugian dengan kehilangnya pekerjaan dan sumber
mata penghasila, yang diakibatkan oleh kebijkan perusahaan.

III. Hubungan antara Jurnal Pertama dan Kedua

Teori : Kewajiban Karyawan dan Perusahaan

Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan dengan semena-mena,


dampak pandemi yang membuat turunnya produktivitas perusahaan tetapi PHK
bukanlah cara satu-satunya untuk menstabilkan keadaan perusahaan. Perusahaan
dapat melakukan Pemangkasan Gaji atau merumahkan sementara Karyawannya
saat pandemi terjadi maka dari itu, keuangan perusahaan akan berhasil walaupun
tidak membaik 100 persen. Oleh karena itu, dengan melakukan dua hal tersebut
Perusahaan bebas dari pelanggaran pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang ketanagakerjaan.

Jadi menurut kami perusahaan sangat tidak etis pada isu jurnal yang kami
analisis karena banyak karyawan yang merasa dirugikan, dan perusahaan tidak
memikirkan akibat dari bentuk PHK masal tersebut.

Perusahaan harus mengetahui akibat dari pemberhentian karyawan tidak boleh


semena-mena harus jelas alasan pemberhentian tersebut dan adil terhadap pada
karyawan. Besikap adil terhadap karyawan artinya perusahaan harus
memberhentikan dengan alesan yang tepat (kesalahan kerja karyawan yang
berakibat fatal) memberika pesangon dengan jumlah yang sesuai peraturan awal
masing-masing perusahaan.

Bentuk penyelesaian persilihan PHK sepihak terhadap tenaga kerja yakni


melalui Bipartit, mediasi, konsiliasi. Bentuk penyelesaiian tersebut bedasarkan
pasal 17 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian persilisihan

3
hubungan Industrial dan bentuk penyelesaian persilisihan pemutusan hubungan
kerja melalui pengadilan hubungan industrial.

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang mengalami pemutusan


hubungan kerja sepihak memiliki kebijakan. Pengusaha dalam menerapkan
kebijakan pemutusan hubungan terhadap karyawan tidak dapat dilakukan secara
sepihak karena karyawan (tenaga kerja) meimiliki perlindungan hukum preventif
yaitu perlindungan bisa dilakukan oleh karyawan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hukum. Terdapat juga perlindungan hukum represif yaitu saat
pelanggaran hukum tersebut sudah terjadi. Kebijakan perlindungan yang
diutamakan untuk melindungi hak tenaga kerja yang dilanggar oleh para pengusaha
ydalam melakukan PHK secara sepihak adalah kebijakan perlindungan represif.

DAFTAR REFERENSI

Muslim, M. (2020). Moh . Muslim : “ PHK pada Masa Pandemi Covid-19 ” 358.
ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis, 23(3), 357–370.
https://www.worldometers.info/coronavirus

Subagyo, F. C. (2016). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA


YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SEPIHAK
DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN. Https://Medium.Com/, 26, 856–868.
https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai