PANDEMI COVID-19
Indana Zulfa
NIM: 02040420011
PANDEMI COVID-19
A. Issu Hukum
terhadap Tenaga Kerja Indonesia pada masa Covid-19 dan mengapa perusahaan
lesu. Bagaimana tidak lesu, pasca pem-berlakuan social distancing dan yang
Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Per-cepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), kemudi-an diikuti dengan
2020 tentang Pedoman Pembata-san Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Co-rona Virus Disease 2019 (Covid-19). Dimana beberapa pasal dalam
peraturan tersebut mengatur mengenai pekerjaan apa saja yang masih boleh dan tidak
boleh beroperasi di tengah pandemi, sekalipun boleh, maka hanya beberapa sektor
saja yang bisa bekerja dari rumah atau Work From Home (WFH).
Hal ini tentu berdampak pada sektor formal dan informal lapangan pekerjaan.
buruhnya. Hal ini berkaitan dengan Pasal 164 dan 165 Undang-Undang No. 13
kejadian pandemi Covid-19 ini dapat dimanfaatkan sebagai pembenaran bagi para
melancarkan strategi baru perusahaannya karena hal yang terjadi sekarang ini
dianggap sebagai force majeure dan pemutusan hubungan kerja dengan alasan
efisiensi.
perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa atau force majeure. Pasal 164
Ayat (3) UU 13/2003 pengusaha juga dapat melakukan PHK pekerja atau buruh
karena perusahaan tutup bukan karena kerugian 2 tahun berturut-turut atau bukan
karena keadaan memaksa atau force majeure tetapi disebabkan oleh efisiensi. Menteri
kepada para pekerja dengan memutus hubungan kerja tidak mendukung alasan-alasan
Alasan Force Majeure bukan merupakan alasan yang tepat atau tidak dapat
dibenarkan oleh pemerintah karena menurut undang-undang pasal 164 ayat 3 tentang
ketenagakerjaan. Dalam hal ini isi undang-undang tersebut tidak memiliki kekuatan
hukum, dalam arti bahwa Pandemi Covid-19 tidak dapat dikategorikan sebagai force
menyatakan bahwa Pasal 164 ayat (3) bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang
frasa “perusahaan tutup” tidak dimaknai “perusahaan tutup permanen atau perusahaan
tutup tidak untuk sementara waktu” (Willy Farianto, 2016). Oleh karena itu, pasal ini
tidak memiliki kekuatan hukum karena alasan efisiensi hanya bisa dipakai jika
untuk memutus hubungan kerja tetap berdalih mereka tidak memiliki dana yang
cukup untuk membayar pesangon atau upah para pekerja, yang kemudian dijadikan
perusahaan boleh tutup jika sudah mencapai kerugian selama 2 tahun. Sedangkan
Covid-19 ini belum mencapai atau memasuki 1 tahun. Alasan force majeure yang
dipakai oleh beberapa perusahaan tidak dapat diterima oleh beberapa kalangan.
terhadap para pekerja yang mengalami PHK, beberapa kebijakan yang dikeluarkan
Jika ditinjau dari kacamata Konstitusi, maka program Kartu Pra-Kerja ini
merupakan wujud pengimplementasian dari pasal 27 Ayat (2) UUD NRI tahun 1945
yang berbunyi: "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan." Jika dicermati, ada dua frasa inti di pasal tersebut, yakni;
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Bentuk Kartu Pra-kerja ini
sendiri hanya sebatas untuk memberikan penghidupan yang layak. Lalu untuk
Kartu Pra-Kerja sebagai salah satu dari jaring penga-man sosial yang disediakan oleh
pemerintah di tengah wabah Covid-19 ini, karena yang dibutuhkan oleh masyarakat
sekarang adalah bantuan yang cepat dan konkret. Cepat disini dimaksudkan dengan
prosedural atau proses seleksi yang dapat menghambat waktu turunnya bantuan
tersebut. Konkret disini ialah bantuan terse-but dapat dirasakan manfaatnya secara
pemerintah pun hanya memberikan kail beserta umpannya (Kartu Pra-Kerja) untuk
mencari ikan (Pekerjaan) di danau yang sedikit ikannya (lapangan pekerjaan) dan
hanya secara parsial sesuai amanat Sila ke-5 Pancasila, bahwa keadilan sosial bagi
pemutusan hubungan kerja pada masa pandemi covid-19 ini terjadi tindakan
penelitian ini akan mengkaji kebijakan pemerintah pada masa pendemi covid-19 ini.
B. Rumusan Masalah
C. Metode Penelitian
hukum di konsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan prilaku
mengetahui nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan masalah terhadap legal
issue yang di teliti. Pendekatan juga bertujuan untuk mendapatkan informasi dari
berbagai aspek mengenai isu yang sedang di coba untuk di cari jawabannya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang sesuai dengan judul penelitian
terdiri dari:
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang/Perpu
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden