Anda di halaman 1dari 10

1. a.

Objektif dari PT Moden Sevel Indonesia (7-Eleven) adalah minimarket dengan


konsep nongkrong atau dengan kata lain retail yang digabungkan dengan restauran
dimana model bisnis yang dilakukan 7-Eleven dinilai menjadi sebuah masalah baik di
mata pemerintah dan juga di mata konsumen dimana di sisi pemerintah bisnis model
yang telah dipilih oleh 7-Eleven akan menyebabkan 7-Eleven memiliki kendala dalam
perizinan yang kemudian berdampak pada pembayaran pajak yang harus disesuaikan
dengan perizinan yang ada. Hal tersebut tentu bukan menjadi perkara yang mudah
untuk diselesaikan dan terkesan bahwa 7-Eleven kurang mendapat perhatian dari
pemerintah karena kurang dapat dipahaminya model bisnis yang digunakan 7-Eleven.
Sebagaimana Model bisnis yang tidak jelas. Pengusaha dan pelatih eksekutif, Budi
Satria Isman menilai bahwa 7-Eleven tidak tegas dalam menentukan model bisnisnya
(antara kafe atau convenience store). Beliau menilai bahwa inovasi yang dicoba
dilakukan oleh 7-Eleven di Indonesia, yaitu menerapkan model bisnis food store
destination, menyebabkan biaya per gerai menjadi mahal
(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3543152/analisis-kejatuhan-bisnis-
sevel-hingga-akhirnya-gulung-tikar). Kemudian juga dilihat dari sisi konsumen, yang
bisa dilihat dari budaya orang Indonesia dimana rata-rata konsumen Indonesia lebih
banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan fasilitas yang ada daripada
menghabiskan banyak uang terhadap produk yang dijual, maka perlu diperhatikan
budaya ini. Perusahaan bisa berfokus untuk menjual barang dengan menyediakan
fasilitas untuk berbincang lebih sempit. Ini juga nantinya dapat menekan cost
perusahaan. Kemudian juga dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia beragama
Islam, maka makanan dan minuman yang diminati juga haruslah halal. Karena bir
tidak semuanya dapat mengonsumsi, menyebabkan 7-Eleven tidak dapat menjual
produknya di Indonesia. pemerintah melarang convenience store untuk berubah
menjadi waralaba minimarket, dikarenakan yang seharusnya memiliki waralaba
minimarket harus berasal dari Warga Negara Indonesia. Keadaan ini juga cukup
merugikan bagi perusahaan yang berasal dari luar negeri. Kemudian, di luar negeri, 7-
Eleven menjual bir yang menjadi ciri khas 7-Eleven. Tetapi ada Peraturan
Kementerian Perdagangan No. 06/M-DAG/PER/1/2015 yang mengatur Pengendalian
dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minuman Beralkohol
yang semakin menyulitkan penjualan bir tersebut di Indonesia.
(https://industri.kontan.co.id/news/darmin-model-bisnis-7-eleven-tidak-cocok-di-sini)
Melihat dari ketidakjelasan bisnis model yang dipilih oleh pihak manajemen 7-Eleven
serta faktor-faktor lainnya, jelas bahwa 7-Eleven tidak dapat bertahan lama dan tidak
dapat bersaing di Indonesia.

b. Sebagian besar dari faktor-faktor yang menyebabkan 7-Eleven gagal di Indonesia


merupakan faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut cenderung sulit untuk dikendalikan
oleh perusahaan. Dalam ilmu pemasaran, faktor tersebut disebut “lingkungan
pemasaran”. Lingkungan pemasaran atau marketing environment merupakan semua
hal yang berada di luar kegiatan pemasaran tetapi memiliki pengaruh terhadap
kegiatan pemasaran tersebut. Lingkungan pemasaran dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu microenvironment dan macroenvironment. Microenvironment merupakan pihak
yang dekat dengan perusahaan dan sangat memengaruhi kegiatan perusahaan tersebut
seperti pemasok, distributor, pesaing, dan konsumen. Macroenvironment merupakan
pengaruh yang berasal dari hal yang lebih besar, luas, dan juga memengaruhi
microenvironment seperti demografi, ekonomi, lingkungan alam, sosial, politik,
hukum, dan kebudayaan.
Kegagalan 7-Eleven di Indonesia dapat dianalisis menggunakan konsep lingkungan
pemasaran. Faktor-faktor yang menyebabkan penutupan 7-Eleven di Indonesia dapat
digolongkan baik dalam microenvironment maupun macroenvironment. Pertama, dari
sisi demografis. 7-Eleven lebih menargetkan pasarnya kepada anak muda daripada
masyarakat ibu rumah tangga atau orang yang bekerja. Hal ini dibuktikan dengan
pembukaan gerai 7-Eleven di dekat universitas atau sekolah dan oleh anak muda ini,
7-Eleven dijadikan tempat nongkrong dan mereka hanya membeli sedikit tetapi
mereka dapat nongkrong berjam-jam. Kedua, permasalahan berdasarkan ekonomi. 7-
Eleven lebih menargetkan kepada masyarakat ekonomi menengah ke atas. Menurut
kami, masalah ini menyebabkan kerugian juga dalam pemasukan 7-Eleven karena
dibandingkan dengan Circle K dan Lawson (convenience store dari luar negeri) kedua
toko ini dapat dijangkau oleh masyarakat menengah kebawah juga. Convinience Store
seperti ini lebih menguntungkan karena kedua toko ini tidak hanya menjual makanan
instan dan minuman, tetapi kedua toko ini juga turut menjual kebutuhan barang rumah
tangga yang lain, sehingga setidaknya dapat dijangkau oleh masyarakat berekonomi
menengah kebawah. Kemudian juga, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita
mengaku bahwa pada lebaran 2017 lalu telah terjadi penurunan daya beli masyarakat
yang disebabkan oleh pola konsumsi masyarakat yang semakin cerdas dalam
menggunakan uangnya. Ditambah lagi kompetitor 7-Eleven yang semakin menyebar
dan menawarkan bisnis serupa dengan harga yang lebih murah. Hal ini semakin
membuat 7-Eleven ditinggalkan oleh pelanggannya
(https://www.jurnal.id/id/blog/2017-4-penyebab-tutupnya-bisnis-7-eleven-di-
indonesia/). Ketiga, politik dan sosial. Dalam artikel yang dilansir oleh okezone,
pemerintah melarang convenience store untuk berubah menjadi waralaba minimarket,
dikarenakan yang seharusnya memiliki waralaba minimarket harus berasal dari Warga
Negara Indonesia. Keadaan ini juga cukup merugikan bagi perusahaan yang berasal
dari luar negeri. Kemudian, sebagaimana yang telah dijelaskan pada 1a bahwa di luar
negeri, 7-Eleven menjual bir yang menjadi ciri khas 7-Eleven dan di Indonesia
terdapar larangan mengenai hal ini dan regulasi tersebut tidak hanya memengaruhi
bagian pemasaran 7-Eleven, tetapi juga perusahaan secara keseluruhan sehingga
penjualan bersih 7-Eleven di Indonesia menurun selama dua tahun. Kemudian juga
bisnis model 7-Eleven yang juga dinilai kurang dapat diterima pemerintah yang juga
akibat dari ketidaktegasan penentuan oleh manajemen. 7-Eleven memiliki model
bisnis yang dapat dikategorikan sebagai toko kelontong dan restoran. Pengkategorian
ini kemudian berdampak pada perizinan serta pembayaran pajak yang harus
disesuaikan. Hal tersebut tentu bukan menjadi perkara yang mudah untuk diselesaikan
dan terkesan bahwa 7-Eleven kurang mendapat perhatian dari pemerintah karena
kurang dapat dipahaminya model bisnis yang digunakan 7-Eleven. Keempat adalah
budaya orang Indonesia. Dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia beragama
Islam, maka makanan dan minuman yang diminati juga haruslah halal. Karena bir
tidak semuanya dapat mengonsumsi, menyebabkan 7-Eleven tidak dapat menjual
produknya di Indonesia. Kemudian, orang Indonesia juga lebih menyukai toko yang
familiar dan mudah dijangkau serta memiliki banyak pilihan produk seperti Indomaret
dan Alfamart. Di Indonesia, 7-Eleven beroperasi di bawah manajemen PT Modern
Sevel Indonesia yang merupakan anak perusahaan PT Modern International. Di
bawah manajemen PT Modern Sevel Indonesia, berdiri 190 gerai yang beroperasi
selama 24 jam melayani konsumen. Dengan jumlah gerai yang banyak tersebut, 7-
Eleven mempekerjakan sekitar 2.500 pegawai. Batalnya akuisisi oleh PT Charoen
Pokphand Restu Indonesia menyebabkan PT Modern Sevel Indonesia menutup
seluruh gerainya pada Juni 2017 dan merumahkan seluruh pegawainya. Walaupun
konsumen merupakan pihak yang paling memiliki potensi untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan, perilaku konsumen juga dapat menurunkan keuntungan
perusahaan. Dalam kasus 7-Eleven di Indonesia, kebiasaan konsumen yang hanya
menghabiskan sedikit di 7-Eleven tetapi menggunakan banyak fasilitas memicu
penurunan keuntungan perusahaan karena biaya tetap yang tidak tertutup oleh
penjualan. Kompetitor yang dihadapi 7-Eleven dalam operasinya di Indonesia adalah
toko-toko kelontong lokal dan yang telah beroperasi lebih dulu dibanding dengan 7-
Eleven. 7-Eleven sendiri hanya memiliki 0,7% market share. Bila dibandingkan
dengan kompetitornya, tentu angka ini sangat kecil meskipun 7-Eleven memang baru
beroperasi sejak 2009. Hal ini bukan menjadi masalah yang mengganggu kinerja 7-
Eleven. Produk yang dijual 7-Eleven memang hampir sama dengan yang dijual
dengan kompetitor lain, namun sebagai pembeda, mereka mengembangkan produk
dengan brand mereka sendiri. Selain itu 7-Eleven memang menyediakan konsep
berupa tempat untuk nongkrong dan ngobrol dengan teman setelah berbelanja.
Pesaing merupakan pihak dari lingkungan pemasaran mikro yang sangat berpengaruh
pada kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Perilaku dan strategi pesaing sangat
menentukan pilihan keputusan terbaik yang dapat diambil perusahaan. Untuk kasus 7-
Eleven di Indonesia, lingkungan kompetitor dapat dikatakan sebagai faktor yang
paling berkontribusi dalam kebangkrutan 7-Eleven di Indonesia. Bahkan, banyak
pesaing dengan model bisnis sama yang sudah populer di Indonesia terlebih dahulu
sebelum 7-Eleven masuk. Sebagai pengelola 7-Eleven di Indonesia, PT Modern
International Tbk berperan dalam menentukan tujuan dan strategi 7-Eleven di
Indonesia. Kegagalan dari lingkungan perusahaan ditunjukkan oleh gagalnya akuisisi
yang direncanakan oleh PT Modern International Tbk tersebut. Selain itu, adanya
dugaan mengenai masalah internal dari anak perusahaannya, PT Modern Sevel
Indonesia, juga merupakan faktor dari lingkungan pemasaran bagian perusahaan.
Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator bagi pelaku ekonomi di Indonesia, pada
2015 mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 06/M-DAG/PER/1/2015
tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan
Minuman Beralkohol. Larangan ini cukup mengganggu jalannya bisnis 7-Eleven di
Indonesia. 7-Eleven sebelumnya diketahui menjual minuman-minuman beralkohol di
gerai-gerainya. Larangan yang dibuat pemerintah kemudian mengharuskan 7-Eleven
menghentikan penjualan salah satu produknya, yakni minuman beralkohol.

DAFTAR PUSTAKA
Kotler, P. and Armstrong, G. (2018), Principles of Marketing, 17th ed. Harlow, UK: Pearson
Education Ltd.

2. a. Kualitas suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan melalui
dimensi- dimensinya. Dimensi kualitas produk dapat dipaparkan berikut ini. Menurut
Dafid Garvin yang dikutip Jasfar (2005:57-58), untuk menentukan dimensi kualitas
produk, dapat melalui delapan dimensi seperti yang dipaparkan berikut ini: (1)
Performance, yaitu ciri-ciri pengoperasian pokok dari suatu produk inti (core
product); (2) Features, yaitu ciri khusus atau keistimewaan tambahan; (3) Reability,
yaitu kehandalan; (4) Conformance to specification (kesesuaian dengan spesifikasi);
(4) Durability (daya tahan); (5) Serviceability, yang meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, kemudahan layanan reparasi, dan penanganan keluhan yang
memuaskan. (5) Esthetic (estetika), yaitu daya tarik produk melalui panca indera; (6)
Perceived quality, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan
terhadap kedua hal tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan Shaharudin, Mansor,
dan Elias (2011), yang digunakan untuk mengukur kualitas produk makanan (food
quality) terdapat empat dimensi, yang antara lain adalah freshness (kesegaran),
presentation (tampilan), taste (rasa), dan innovative food (innovasi makanan).
Freshness yang merupakan unsur kesegaran dari makanan. Kesegaran merupakan
salah satu faktor kualitas yang perlu difokuskan oleh tim manajemen dalam industri
makanan dalam rangka untuk melayani pelanggan mereka pada standar yang tepat.
2. Presentation yang merupakan tampilan atau bentuk penyajian makanan. Hal ini
adalah bagian dari isyarat nyata dan berhasil dengan menyajikan makanan dan dihias
dengan baik dapat merangsang timbulnya persepsi kualitas dari para pelanggan. 3.
Taste yang merupakan rasa dari makanan itu sendiri. Setiap manusia memiliki
kesempatan untuk mencicipi rasa yang berbeda dari makanan di seluruh dunia. Rasa
makanan bermacam-macam tergantung pada budaya dan lokasi geografis. 4.
Innovative food merupakan keahlian dalam melakukan inovasi seperti pencampuran
bahan satu dengan bahan makanan lainnya, variasi rasa. Lundvall dalam Shaharudin,
Mansor, dan Elias (2011) telah mendefinisikan inovasi sebagai proses yang
berkelanjutan meninggalkan, mencari, dan mengeksplorasi yang menghasilkan
produk-produk baru, teknik baru, bentuk-bentuk baru organisasi, serta pasar baru.
Beberapa produk yang dijual 7-Eleven memang hampir sama dengan yang dijual
dengan kompetitor lain seperti produk yang memenuhi kebutuhan masyarakat, mulai
dari makanan, minuman, makanan kemasan, rokok, namun sebagai pembeda, mereka
mengembangkan produk dengan brand mereka sendiri dimana hal ini memberikan
nilai lebih kepada konsumen seperti menawarkan produk yang eksklusif atau menu
orisinal yang dapat ditemukan di semua outlet 7-Eleven adalah: Big Gulp – minuman
ringan yang disediakan dalam bentuk relatif besar; Big Bite – menu makanan yang
dipilih dari bahan-bahan berkualitas dalam ukuran yang relatif besar dan ada
tambahan saus, sayur, dan keju disediakan secara gratis; 7 Fresh – menu makanan
seperti roti, ayam goreng, ayam katsu, dan menu lain yang disediakan secara fresh dan
pembeli bebas memanaskan atau tidak menu yang dipilih; Slurpee – minuman es
berkarbonasi yang khas yang bisa dipesan sesuai selera pembeli; dan Café Select –
aneka minuman panas seperti kopi dan teh dalam berbagai ukuran, dan konsumen
dapat membuatnya sesuai dengan selera mereka karena 7-Eleven menyediakan
beberapa bahan tambahan sesuai keinginan konsumen. Melihat dari produk yang
dihasilkan sendiri oleh 7-Eleven, produk-produk tersebut memiliki dimensi yang baik
seperti dalam freshness (kesegaran), presentation (tampilan), taste (rasa), dan
innovative food (innovasi makanan). Tetap perlu diingat bahwa bisnis ritel di
Indonesia sangat berkembang dan banyak kompetitor. Sehingga yang perlu dilakukan
oleh 7-Eleven pada waktu itu yaitu menghindari stuck in the middle atau
ketidakjelasan produk.

b. Menurut Philip Kotler, harga adalah elemen pemasaran campuran yang paling
mudah untuk mengatur keistimewaan produk. Harga juga mengkomunikasikan pada
pasar penempatan nilai produk atau merek yang dimaksud suatu perusahaan (Philip
Kotler, et. al, 2005:175). Harga menjadi salah satu isyarat paling dominan dalam
pemasaran, hal tersebut karena harga ada pada semua situasi pembelian. Harga juga
merupakan salah satu isyarat yang digunakan konsumen dalam proses persepsi,
dimana harga akan mempengaruhi penilaian konsumen tentang suatu produk
(Ridgway & Netemeyer, 1993). Harga penting bagi pemasar, karena dari hargalah
pendapatan dan keuntunganperusahaan diperoleh sehinggakeberlangsungan hidup
perusahaan dapat dipertahankan. Beberapa poin untuk menjelaskan betapa pentingnya
sebuah harga bagi sebuah perusahaan adalah sebagaimana berikut
(https://www.researchgate.net/publication/333719147_Strategi_Penetapan_Harga):
1. Mempertahankan kelangsungan hidup (survival). Apabila perusahaan menemui
masalah kelebihan kapasitas produksi, tingkat persaingan yang semakin tinggi, atau
perubahan keinginan konsumen, maka cenderung akan menentukan harga rendah.
Perusahaan menetapkan harga dengan mempertimbangkan pengeluaran biaya dan
laba yang diinginkan. Sepanjang harga masih bisa menutup sejumlah biaya tetap dan
variable telah yang dikeluarkan, maka perusahaan akan tetap dapat bertahan.
2. Mengejar keuntungan (profit oriented). Perusahaan dapat menentukan harga yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.
3. Pertumbuhan penjualan yang maksimum. Perusahaan dapat menetapkan harga
yang rendah pada pasar sasarannya untuk meningkatkan jumlah penjualannya.
4. Merebut pangsa pasar (market share). Perusahaan dapat menentukan harga yang
rendah untuk menarik lebih banyak konsumen dan dapat merebut pangsa pasar
pesaing.
5. Mendapatkan return on investment (ROI) atau pengembalian atas modal.
Perusahaan dapat menentukan harga yang tinggi jika ingin menutup biaya investasi
dengan cepat.
6. Kepemimpinan kualitas produk (product quality leadership). Perusahaan yang ingin
menjadi pemimpin kualitas produk di pasar, dapat menetapka harga yang tinggi.
7. Tujuan sosial. Organisasi nirlaba dan organisasi publik mengadopsi sejumlah
penetapan harga yang lain. Sebuah lembaga pendidikan yang berusaha menutup
sebagian biaya tetap mengandalkan sumbangan dari publik untuk menutup sebagian
biaya lainnya
7-Eleven menawarkan harga yang relatif murah dan terjangkau oleh kantong
masyarakat Indonesia. Harga berkisar mulai dari Rp5.000 sampai dengan Rp25.000.
Lokasi yang terletak di pinggir jalan raya yang ramai, dekat dengan perumahan atau
perkantoran, membuat outlet7-Eleven mudah dijangkau; ditambah lagi dengan
pelayanan selama 24 jam. Pengunjung 7-Eleven didominasi oleh anak muda yaitu
sekitar 65%, sisanya adalah pelajar, karyawan, dan keluarga. Jika dikaitkan dengan
studi kasus dari 7-Eleven dimana pihak 7-Elevan seharusnya terlebih dahulu
melakukan penelitian terkait pasar yang ada di Indonesia, seperti contoh yang telah
diberikan sebagaimana di atas dimana Indonesia memiliki penduduk mayoritas
dengan Agama Islam, membuat pasar di Indonesia akan sedikit berbeda dengan di
luar negeri sehingga perlu penyesuaian dengan gerai yang akan dibuka. Seperti lisensi
dan perpajakan membuat cost perusahaan lebih besar dan tidak dapat menjual
minuman beralkohol membuat perusahaan harus menetapkan harga agar dapat
bertahan. Solusi yang dapat saya usulkan terkait dengan hal ini adalah menetapkan
harga yang sesuai dengan nilai lebih yang dimiliki oleh 7-Eleven kepada konsumen
untuk produk yang eksklusif 7-Eleven (Slurpee, Big Gulp, dan lain-lain), kemudian
juga diversifikasi usaha seperti contoh memberikan fasilitas yang belum dimiliki
perusahaan ritel lain (misal, fasilitas printing), dan menentukan harga yang dapat
menyaingi tawaran dari pesaing lainnya seperti Indomaret atau Circle K.

DAFTAR PUSTAKA

Jasfar, Farida. 2005, Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu. Bogor : Ghalia Indonesia
Kotler, Philip. et. Al. 2005. Manajemen Pemasaran: Sudut Pandang Asia. Jakarta: PT Indeks,
Jakarta.

Shaharudin, M. Rizaimy. 2011. The Relationship Between Product Quality And Purchase
Intention: The Case Of Malaysia’s National Motorcycle/Scooter Manufacturer. African
Journal of Business Management Vol. 5(20) pp. 8163-8176

Ridgway, N. M., Netemeyer, R. G. 1993. Price perception and consumer shopping behavior: A field
study. Journal of Marketing Research, 30 (May), 234-245.

3. a. Beberapa peran dalam penggunaan perantara, yaitu: (a) Dengan menggunakan


perantara, maka distribusi sebuah produk atau jasa menjadi lebih baik apabila
perantara telah memiliki pengalaman yang sangat baik atau sudah memiliki jalur
distribusi tertentu; (b) Mengurangi beban tugas produsen atau perusahaan dalam
kegiatan distribusi untuk mencapai para konsumen, dengan kata lain, produsen akan
hanya perlu menghubungi perantara untuk menyampaikan produk-produknya kepada
para konsumen, dan hal ini dipandang lebih efisien; (c) perantara juga dapat
membantu menyediakan peralatan yang diperlukan untuk penyimpanan seperti
pendingin atau alat lainnya dan juga jasa reparasi yang diperlukan untuk beberapa
jenis produk tertentu, sehingga tentu saja produsen tidak perlu menyediakan hal
tersebut; (d) Perantara dapat membantu dalam bidang penyimpanan dengan cara
menyediakan fasilitas-fasilitas penyimpanan, seperti misalnya gudang dan fasilitas
penyimpanan lainnya sehingga sewaktu-waktu jika diperlukan oleh konsumen maka
dapat memenuhinya; (e) Perantara dapat membantu dalam bidang pengangkutan
dengan cara menyediakan alat-alat transport sehingga hal ini akan meringankan beban
produsen ataupun konsumen yang mencarinya; (f) Perantara bisa membantu dalam
bidang keuangan dengan cara menyediakan sejumlah dana untuk melakukan sebuah
penjualan secara kredit kepada para pembeli akhir, maupun untuk melakukan
pembelian secara tunai dari produsen; (g) Keuntungan lain yang bisa diharapkan oleh
produsen dari perantara ini antara lain yaitu: membantu dalam pencarian konsumen,
penyediaan informasi, kegiatan promosi, penyortiran, pengepakan dan
pembungkusan. Dengan menggunakan perantara berarti produsen atau perusahaan
telah menggunakan jalur/alur distribusi dimana usaha memasarkan produknya, suatu
perusahaan haruslah berpegang pada prinsip-prinsip yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi-fungsi saluran distribusi yang berguna untuk membantu
memperlancar pergerakan barang. Menurut Kotler dan Keller (2007; 128), fungsi
saluran pemasaran adalah untuk saluran pemasaran melaksanakan tugas
memindahkan barang dari produsen ke konsumen sehingga Menurut Djaslim Saladin
(2004; 153), fungsi saluran pemasaran atau saluran distribusi adalah: 1. Informasi
sebagai pengumpul dan penyebar informasi riset pemasaran tentang potensi dan
kemampuan pasar, pesaing dan kekuatan-kekuatan lain dalam lingkungan pemasaran.
2. Promosi sebagai pengembangan dan penyebaran komunikasi. 3. Negosiasi yaitu
usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai harga dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan perpindahan hak milik. 4. Pemesanan yaitu komunikasi saluran
ke belakang mengenai minat membeli oleh anggota saluran pemasaran ke produsen.
5. Pembiayaan Yaitu permintaan dan penyebaran dana untuk menutup biaya saluran
pemasaran terscbut. 6. Pengambilan resiko yaitu perkiraan pekerjaan berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. 7. Kepemilikan Fisik yaitu milik dari
penyimpanan dan pergerakan barang secara fisik dari bahan mentah sampai ke
konsumen akhir. 8. Pembayaran yaitu arus pembayaran atau uang kepada penjual atas
jasa atau produk atau Jasa yang telah diserahkan. 9. Kepemilikan yaitu arus
kepemilikan dari suatu lembaga pemasaran ke lembaga pemasaran lainnya. Sehingga
jelas bahwa dengan menggunakan perantara atau jalur distribusi, produsen atau
perusahaan akan sangat terbantu dalam melaksanakan pendistribusian atau pemasaran
terhadap barang produksinya. Atau sebagai kesimpulan, kunci pelaksanaan kegiatan
distribusi yang efektif adalah sebagaimana berikut:
a. Dengan fungsi informasi, saluran distribusi dapat mengenali pelanggan,
pesaing serta pemasok.
b. Dengan fungsi promosi, saluran distribusi dapat memperkenalkan produk
kepada pelanggan sekaligus membujuk mereka untuk membelinya.
c. Dengan fungsi negosiasi, saluran distribusi dapat mencapai persetujuan akhir
mengenai harga dan hal-hal lain sehubungan dengan penawaran, sehingga
perpindahan hak kepemilikan bisa dilaksanakan.
d. Dengan fungsi pemesanan, saluran distribusi dapat langsung merespon
kebutuhan pelanggan, dengan melakukan pemesanan ke gudang atau pabrik.
e. Dengan fungsi pembiayaan, saluran distribusi dapat menentukan dasar
pembentukan biaya beserta efisiensinya.
f. Dengan fungsi pengambilan risiko, saluran distribusi dapat memperkirakan
risiko apa saja yang dihadapi sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan
distribusi.
g. Dengan fungsi fisik, saluran distribusi dapat mengatur kesinambungan
penyimpanan dan pergerakan produk fisik dari bahan mentah sampai ke
pelanggan akhir.
h. Dengan fungsi pembayaran, saluran distribusi dapat menyediakan
layanan(media dan cara) pembayaran kepada pelanggan
i. Dengan fungsi kepemilikan, saluran distribusi dapat ikut mengawasi
perpindahan kepemilikan aktual dari organisasi/orang kepada organisasi/orang
lain, dalam hal ini dari produsen ke konsumen.

PT Modern Sevel Indonesia sebagai perantara distribusi 7-Eleven melakukan


distribusi pemasaran produknya langsung ke konsumen karena bentuk usaha
milik 7-Eleven adalah usaha ritel. Ritel merupakan segala kegiatan yang
terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen
akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Itu artinya
pelaku distribusi pemasaran 7-Eleven adalah mereka sendiri dan mereka tidak
menggunakan agen pemasaran untuk mempromosikan produk mereka.
(https://gintong.me/2018/01/30/pelajaran-berharga-kasus-sevel-untuk-para-
marketer/)

b. Kelebihan dari automated vending machine (AVM):


1. Efesien dan efektif sehinnga praktis (convenient) dan menghemat waktu.
AVM sangat mudah pengoperasiannya dan tidak memerlukan antre selayaknya toko retail
karena biasanya AVM telah menyediakan hal-hal yang sudah spesifik sesuai dengan
persediaan yang ada. Kemudian dalam melakukan transaksi, langsung secara otomatis
melalui mesin tanpa adanya interaksi dengan orang.
2. Menghemat pengeluaran operasional
AVM tidak memerlukan tenaga kerja dan tempat yang besar sehingga biaya operasional
perusahaan dapat berkurang secara drastic karena tidak perlu membayar gaji serta sewa
tempat seperti toko retail, kemudian juga AVM tidak memerlukan promosi penjualan karena
model bisnisnya yang merupakan on demand/on sight berbeda dengan toko retail.
3. Konsistensi pelayanan
AVM akan selalu memberikan kualitas produk yang sama dengan harga yang tetap
4. Pembayaran
Tidak ada resiko gagal bayar bagi pembeli yang membeli secara kredit karena pembelian
pada AVM hamper selalu menggunakan uang tunai, hal ini berbeda dengan toko retail.

Kekurangan dari automated vending machine:


1. Memerlukan modal awal yang tinggi bagi pemiliknya
Modal kerja yang dibutukan lebih besar daripada modal operasional seperti membeli AVM.
2. Membutuhkan perbaikan dan perawatan mesin
3. Kapasitas mesin terbatas, sehingga penjual harus memastikan barang dagangan selalu terisi
4. Uang dalam AVM harus diisi dan diambil secara periodik agar transaksi dapat dilakukan
secara lancar
5. Bergantung kepada listrik dan performa mesin, jika listrik padam atau terjadi kerusakan
pada mesin akan mengakibatkan kerugian operasional
6. Tidak adanya layanan konsumen dimana Ketika konsumen tidak puas dengan pembelian
mereka, atau terjadi kesalahan pemesanan atau lainnya, permintaan tolong langsung tidak
akan lebih mudah dibandingkan ketika berbelanja di toko ritel. 7. Ketidak adanya
pengawasan dari pemilik mesin membuat konsumen yang jail bisa merusakkan mesin ketika
dalam kondisi buru-buru.
8. Terdapat kemungkinan masuknya uang lusuh yang tak layak pakai ke dalam mesin. 

DAFTAR PUSTAKA
Crask et al. 1995. Marketing Research: Principles and Applications. Englewood Cliffs, New
Jersey: Prenticehall.
Dharmmesta, B.S. 1999. Saluran Pemasaran: Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Komaruddin. 1994. Ensiklopedia Manajemen. Edisi kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Kotler, Armstrong, 1997. Dasar-dasar Pemasaran (Terjemahan). Edisi 7e. Jakarta: Erlangga.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi millennium 2. Jakarta:
Prenhallindo. Kotler, P. 2003. Marketing Management. Elevent edition. Upper Saddle River,
New Jersey: Prenticehall.
Kotler and Keller, 2006. Marketing Management. Twelfth edition. Upper Saddle River, New
Jersey: Pearson Prenticehall.
McCarthy, J.E. 1985. Dasar-dasar Pemasaran (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
McDaniel, Keegan. W. 1999. Marketing Plans that Work (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
McDaniel et al. 2001. Pemasaran (Terjemahan). Buku kedua. Jakarta: Salemba 4.
Saladin, D, 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran. Bandung:
CV.Mandar Maju.
Saladin, D, 2002. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Pengendalian. Bandung: Linda Karya.
Purwosutjipto, 1992. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jilid 4. Jakarta:
Djambatan

4. a. Dalam era globalisasi ini, jelas bahwa akan selalu ada perubahan dan disrupsi
dimana salah satunya adalah Ekonomi Baru (New Economy) atau yang juga biasanya
dikenal dengan Ekonomi Digital (Digital Economy), Ekonomi Internet (Internet
Economy) ataupun Ekonomi Jaring (Web Economy). Menurut saya, perusahaan harus
selalu menyesuaikan model bisnisnya dengan tren yang sedang ada seperti new economy
agar perusahaan tersebut dapat selalu bertahan (sustainable). Dalam ekonomi baru,
jaringan digital dan infrastuktur komunikasi menyediakan sarana sehingga
memungkinkan setiap orang dan organisasi berinteraksi, berkomunikasi, bekerjasama dan
mencari informasi. Menurut Choi dan Whinston (2000), karakteristik sarana ini sebagai
berikut
(https://www.researchgate.net/publication/318984927_Siapa_Konsumen_Kita_Analisis_
Perubahan_Konsumen_Di_Era_Ekonomi_Baru): 1.Cakupan luas dari produk-produk
digital seperti basis data, berita, informasi, buku, majalah, TV dan program radio,
software, dan lain-lain yang diantarkan via infrastruktur digital tiap saat, dimana saja di
dunia. 2. Konsumen dan perusahaan melakukan transaksi keuangan dengan mata uang
digital dengan alat jaringan komputer atau perangkat bergerak. 3. Microprocessor dan
kemampuan jaringan, ditanamkan pada barang sehari-hari seperti perangkat rumah
tangga, dan kendaraan bermotor. Ekonomi Baru sendiri dapat dicirikan sebagai berikut. 1.
Akses informasi tiada batas. 2. Pasar global yang terus berkembang. 3. Bisnis dilakukan
lebih cepat dari sebelumnya dan dalam 24jam sehari-7hari seminggu-365hari per tahun.
4. Keinginan peningkatan pendapatan dari Perusahaan Multi Nasional melalui globalisasi.
5. Internet memungkinkan konsumen sedunia mempunyai informasi yang sama pada saat
yang sama, sehingga mereka bisa langsung membandingkan produk dan harga dan
bertransaksi hanya dengan meng-klik mouse. 6. Privatisasi diiringi deregulasi
meningkatkan persaingan pasar. 7. Pengembangan teknologi komunikasi data dan suara
meningkatkan harapan akan pelayanan konsumen dan membuka berbagai peluang.
Melihat dari konsep Ekonomi Baru, maka jelas bahwa perusahaan harus merepons
dengan baik akan hal ini atau akibatnya perusahaan tidak dapat bertahan sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini seperti contoh 7-Eleven mengadakan kerjasama dengan
Grab/Gojek dalam aplikasinya Go-Mart atau 7-Eleven membuat sebuah aplikasi sendiri
untuk memasarkan produk atau layanannya dengan kata lain 7-Eleven harus merubah
model bisnisnya agar sesuai dengan Ekonomi Baru.

b. Strategi pemasaran jika ditetapkan tidak sesuai dapat menyebabkan kurangnya bauran
pemasaran perusahaan yang mengakibatkan tidak bersaingnya perusahaan dengan perusahaan
pesaing dalam meperoleh konsumen yang lebih banyak. Turunnya volume permintaan akan
sebuah produk dapat menjadi penyebab turunnya pendapatan sebuah perusahaan seperti salah
satu contohny adalah kurangnya pemanfaatan perkembangan teknologi untuk beriklan dan
bauran pemasaran yaitu mengenai produk, promosi dan harga pasar mengakibatkan daya
saing menjadi lemah. Ada 3 elemen penting dari sasaran atau target sebuah promosi, yaitu:
(a) Pembentukan merk (branding); (b) Layanan kepada konsumen berupa komunikasi dan
penyampaian sebuah informasi; dan (c) Menciptakan kesetian pelanggan. (Hendro, 2011:
392)
Untuk mengkomunikasikan produk, perlu disusun suatu strategi Bauran Promosi (Promotion
Mix) yang terdiri atas 4 (empat) komponen utama, yaitu periklanan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations) dan penjualan
perorangan (personal selling).
 Periklanan: merupakan tiap-tiap bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi yang
dibayar, mengenai gagasan atau barang oleh sponsor yang teridentifikasi.
 Promosi penjualan: adalah intensif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian
atau penjualan suatu produk di mana pembelian di harapkan dilakukan sekarang juga.
Kegiatan promosi yang termasuk ke dalam promosi penjualan adalah seperti misalnya
pemberian kupon, obral, kontes, pameran, dll.
 Hubungan Masyarakat: bertujuan membangun hubungan dengan publik perusahaan
dengan menghasilkan publistas yang menyenangkan, menumbuhkembangkan suatu
citra perusahaan yang baik, menangani atau
 melenyapkan desas-desus, kriteria dan peristiwa yang tidak menyenangkan.
 Penjualan Perorangan: manajemen armadapenjual (para wiraniaga) adalah suatu
analis, perencanaan, implementasi dan pengendalian atas kegiatan para wiraniaga.
Didalamnya termasuk menetapkan sasaran, strategi armada penjual, merekrut,
menyeleksi, melatih, mensupervisi serta mengevaluasi armada penjualan perusahaan.
(Husein Umar, 2003:72-73)

Contoh-contoh strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh sebuah perusahaan yang
mengalami penurunan pasar adalah memanfaatkan iklan televisi, majalah, radio, dan sosial
media yang sangat berpengaruh pada peningkatan penjualan produk yang ada pada website
ini. Strategi pemasaran menggunakan sosial media dilakukan dengan membuka akun resmi
sebuah perusahaan, seperti Facebook, Twitter, Google+, Instagram, Blog, BBM Channel, dan
Line. Dengan mencitpakan beberapa tagline yang dipopulerkan oleh sebuah perusahaan atau
jingle sebuah lagu untuk sebuah produk dari perusahaan. Kemudian juga, banyak cara untuk
melakukan promosi yang tidak membutuhkan biaya, mulai website gratis, search engine
organizer, jejaring sosial, hingga berbagai event yang diadakan oleh perusahaan untuk
membantu para member melakukan promosi. Selain itu, perusahaan juga bisa memperluas
pasarnya dengan mengenalkan produk pada para konsumen dengan menggunakan selebriti
terkenal yang memiliki dampak positif untuk menaikkan jumlah penjualan. Cara ini dianggap
sangat efektif mengenalkan produk dalam benak konsumen dengan melalui iklan yang sangat
khas dan unik. Semakin banyakanya perusahaan yang menggunakan endorser masyarakat
sebagai calon konsumen semakin pintar memilih selebriti mana yang cocok dijadikan sebagai
brand ambassador. Perusahaan perdagangan online masing-masing saling bersaing menarik
perhatian konsumen untuk semua jenis produk, sehingga dalam strategi pemasaran
menggunakan selebriti merupakan salah satu kampanye yang sangat populer dan efektif
untuk memikat. Kemudian cara lain yang biasanya dianggap sangat ampuh untuk menjaring
konsumen karena sesuatu yang gratis akan sangat sulit dilewatkan begitu saja. Memberikan
produk secara gratis adalah salah satu strategi pemasaran yang mungkin patut dicoba untuk
pengenalan produk seperti contoh gratis secara door to door kepada calon konsumennya. Jika
produk tersebut berupa jasa ataupun media digital maka perusahaan dapat menawarkan free
trial atau mencoba gratis untuk menarik minat calon konsumen mengetahui sebuah produk.
(https://www.jurnal.id/id/blog/strategi-pemasaran-produk-yang-harus-anda-coba/)

DAFTAR PUSTAKA

Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal,


Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Erlangga.

Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif edisi 3 revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai