Anda di halaman 1dari 6

Fakultas Ekonomi

Program Magister Manajemen


Universitas Sriwijaya
Tugas

Tahun Akademik 2019/2020

Nama : Yohana Theresia Ech


NIM : 01012622024006
Mata Kuliah : Manajemen Kompensasi (konsetrasi SDM)
Kelas : Reguler
Kampus : Palembang

EXTERNAL COMPETITIVENESS
A Pengertian Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi
pengujian internasional, dan dalam saat bersamaan juga dapat memelihara tingkat pendapatan
yang tinggi dan berkelanjutan, atau kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan
kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal.
Daya saing berhubungan dengan bagaimana efektivitas suatu organisasi di pasar
persaingan, dibandingkan dengan organisasi lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa
yang sama atau sejenis. Daya saing sebuah negara dapat dicapai dari akumulasi daya
saing strategis setiap perusahaan. Sedangkan pada level perusahaan, daya saing dibentuk
dengan cara melakukan proses penciptaan nilai tambah (value added creation) secara
berkesinambungan.

Kemampuan yang dimaksud adalah

1. kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya,


2. kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya,
3. kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti,
4. kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas baik
adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing. Porter (1995:5) mengatakan :
“ competition is at the core of the success or failure of firms.” Persaingan adalah inti dari
kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan,
yaitu sisi kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan
bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi pasarnya,
sehingga persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan sisi lainnya
adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat statis, takut
akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas, sehingga
persaingan merupakan ancaman bagi perusahaannya.

B Teori Daya Saing


Daya saing adalah produktivitas yang didefinisikan sebagai output yang dihasilkan
oleh tenaga kerja. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan
sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita
sebut keunggulan kompetitif.

Selanjutnya, Porter dalam Putri (2012:14) menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal
berikut:
1 mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri
2 dapat meningkatkan kapasitas ekonomi baik dalam konteks regional ekonomi maupun
kuantitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat
3 kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.
Cara Menentukan Daya Saing
Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut
juga Porter’s Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter (mengintrodusir 3 jenis strategi
generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation),
dan Focus.

1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership)

Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya


memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang
sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan
kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price
sensitive) atau menggunakan harga sebagai faktor penentu keputusan.

Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan


yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak (terlalu)
peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk,
atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang
signifikan.

Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu


bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin
pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat
keuntungan pasar yang tinggi (di atas ratarata) dan stabil melalui cara-cara
yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya. Sumber dari keefektifan biaya (cost
effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi
(economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya
dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan
pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang
baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi.

Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu


memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan
organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di
bidang sumber daya perusahaan,
yaitu: pemasaran produk, kreativitas dan bakat SDM, pengawasan yang ketat,
riset pasar, distribusi yang kuat, ketrampilan kerja, serta biaya distribusi
dan promosi rendah.

Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk
melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang
berkemampuan tinggi, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil).

2. Strategi Pembedaan Produk (Differentiation)

Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk


sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya.
Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu
perusahaan untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya.

Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan


dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata
maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai
kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai
hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh
dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang
relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya.

Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi


tidak memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk-
produk standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika
kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh
penggunaan strategi ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan
lama (durable) dan sulit ditiru oleh pesaing.
Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang
ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen.
Jika hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi
biaya rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis
ini, kekuatan departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan.

3. Strategi Fokus (Focus)

Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu


segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani
kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan
keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam
pelaksanaannya terutama pada perusahaan skala menengah dan besar , strategi fokus
diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah
atau strategi pembedaan karakteristik produk.

Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market


size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh
pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya. Strategi ini akan menjadi lebih efektif
jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh
perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih
berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu, wilayah geografis tertentu,
atau produk barang atau jasa tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan
konsumen secara baik.

Menurut Michael Porter, hal-hal yang harus dikuasai atau dimiliki oleh setiap perusahaan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif adalah :

1. Teknologi
2. Tingkat entrepreneurship yang tinggi
3. Tingkat efisiensi/produktivitas yang tinggi dalam proses produksi
4. Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan
5. Promosi yang meluas dan agresif
6. Pelayanan teknisal maupun nonteknisal yang baik (service after sale)
7. Tenaga kerja dengan tingkat keterampilan/pendidikan, etos kerja, kreativitas,
serta motivasi yang tinggi
8. Skala ekonomis
9. Inovasi
10. Diferensiasi produk
11. Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup
12. Jaringan distribusi di dalam dan terutama di luar negeri yang baik dan well-
organized/managed
13. Proses produksi yang dilakukan dengan sistem just-in-time (JIT).
C External Competitiveness (Persaingan dengan eksternal)
Mengacu pada perbandingan penggajian antara organisasi yang satu dengan organisasi
saingannya atau pesaing. Banyak organisasi yang mendasarkan sistem pembayarannya dengan
market-driven, dimana mendasarkan dimana mendasarkan pembayarannya dengan apa yang
pesaingnya berikan. Ada 2 (dua) akibat dari kebijakan ini yaitu:
a Jika karyawan melihat bahwa gaji mereka tidak sebanding dengan karyawa lain dalam
organisasi lain, maka mereka akan keluar.
b Biaya sumber daya manusia akan memberi dampak tambahan biaya total sumber daya
manusia yang kemudian akan mempengaruhi harga barang dan jasa yang diproduksi
oleh organisasi. Biaya sumber daya manusia ini harus ditetapkan ada suatu tingkat
dimana perusahaan dapat memaksimalkan tingkat efisiensinya. Baik tingkat gaji dan
bentuk gaji fokus pada 2 tujuan:
1. Untuk mengontrol biaya
2. Untuk menarik dan mempertahankan karyawan

D Faktor yang Membentuk Daya Saing Eksternal


 Faktor Pasar Tenaga Kerja : sifat permintaan, sifat pasokan, faktor pasar produk, tingkat
permintaan produk, tingkat persaingan, faktor organisasi, industri teknologi, ukuran
perusahaan, preferensi karyawan, strategi organisasi
 Permintaan Tenaga Kerja: hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja yang
dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan tenaga kerja
dapat didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan oleh seorang
pengusaha pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Sholeh,
2007)
 Produk Marjinal Tenaga Kerja : jumlah output tambahan yang didapat perusahaan dari
satu unit tenaga kerja tambahan dengan modal tetap (peril_iswanto)
 Pasokan Tenaga Kerja : jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga
kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu.

Teori & Implikasi Permintaan Tenaga Kerja


 Compensating Differential Theory
 Efficiency Wage Theory
 Signaling Theory
Alternatif Kebijakan Pembayaran Kompetitif
■ Tingkat gaji adalah rata-rata dari berbagai tarif di dalam organisasi
■ Ada 3 kebijakan tingkat gaji konvensional: memimpin (to lead), mencocokkan (to
match), atau tertinggal persaingan (to lag competition)
■ Masalah dengan banyak penelitian tingkat gaji adalah bahwa ia berfokus pada gaji
pokok dan mengabaikan bonus, insentif, opsi saham, jaminan kerja, tunjangan, dan
bentuk pembayaran lainnya.
■ Pay with competition
Banyak perusahaan non-serikat cenderung mencocokkan atau bahkan memimpin
persaingan untuk mencegah serikat pekerja
Kebijakan pembayaran dengan persaingan mencoba untuk memastikan bahwa biaya
upah organisasi untuk menarik pelamar akan kira-kira sama dengan pesaing pasar
tenaga kerjanya.
■ Lag policy
Kebijakan ini dapat menghalangi kemampuan perusahaan untuk menarik calon
karyawan.
■ Lead policy
Memaksimalkan kemampuan untuk menarik dan mempertahankan karyawan
berkualitas dan meminimalkan ketidakpuasan karyawan dengan gaji. Hal ini juga dapat
mengimbangi fitur pekerjaan yang kurang menarik

E Daftar Pustaka
Porter, Michel. 1993. Competitive Advantage, (http://www.scribd.com/dog/50339801/Konsep-
Daya-Saing-WilayahPerspektif-Teknologi, diakses 01 Juli 2011
https://putrinovany.wordpress.com/2014/11/03/makalah-peranan-kompensasi-terhadap-
motivasi/
Brown, Charles; Curtis Gilray and Andrew Kohen. (1982). "The effecs of minimum wage on
employment and unemployment", Journal of Economics Literature, VoLXX, Juni 1982.
Sholeh, Maimun. 2007 “PERMINTAAN DAN PENAWARAN TENAGA KERJA SERTA UPAH : TEORI
SERTA BEBERAPA POTRETNYA DI INDONESIA” , Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Staf
Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai