Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM AUDIT

Audit program adalah daftar prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan yang dimaksudkan untuk
meningkatkan koordinasi dan integrasi semua bagian-bagian pemeriksa. Kegunaan dari audit program adalah
memperoleh gambaran manyeluruh atas audit proses yang dilakukan. Pembuktian yang cukup harus diperoleh melalui
pengamatan, tanya jawab dan teknik lainnya sebagai dasar yang layak untuk pemberian pendapat atas ikhtisar
keuangan yang diperiksanya.

Pemeriksaaan (aktivitas audit) harus direncanakann sebaik-baiknya dn jika digunakan tenaga-tenaga


pembantu, mereka harus dipimpin dan diawasi dengan baik.Pemeriksaan harus dilaksanakan oleh seorang atau
beberapa prang yang telag menjalani latihan teknis yang cukup dan memiliki keahlian sebagai akuntan. Dalam segala
hal yang berhubungan dengan penugasannya, akuntan harus senantiasa mempertahankan kebebasan tindak dan
pendapatnya, Dan dalam melaksanakan pemeriksaan dan menyusun laporan akuntan wajib menjalankan kemahiran
jabatannya dengan seksama.

Pengertian audit program adalah prosedur langkah demi langkah yang diterapkan oleh perusahaan audit (KAP)
tergantung pada ruang lingkup auditnya yang harus diikuti oleh akuntan (auditor) dalam melakukan audit. Program audit
adalah serangkaian kebijakan dan prosedur untui menentukan bagaimana evaluasi bisnis (proses audit) harus
dilakukan. Audit Program pada umumnya melibatkan petunjuk khusus seperti apa, berapa banyak buktu harus
dikumpulkan dan evaluasi, serta yang akan mengumpulkan dan menganalisis data tersebut dan termasuk juga kapan
hal tersebut harus dilakukan. Jenis audit program yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis bisnis tertentu.
Definisi audit program adalah serangkaian rencana tindakan auditor berisikan pekerjaan apa yang harus diselesaikan,
tes audit & prosedur apa yang harus diikuti, siapa saja orang yan bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan
tersebut , dan beberapa lama waktu yang dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat diselesaikan.

2. Tujuan program Audit

 Sebagai acuan pengumpulan data dan proses evluasi pelaksaanan tuga audit
 Sebagai pedoman spesifik dan langkah-langkah yang harus diikuti dalam mengumpulkan buktu audit
 Sebagai saraana perbandingan data yang dikumpulkan dari tahun-tahun sebelumnya
 Sebagai alat untuk mengontrol dan mencatat pelaksanaan yang tepat dari pekerjaan audit untuk meninjau
pekerjaan audit
 Sebagai buktu audit yang mendukung pendapat auditor.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan dilaksankan selama audit
berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang
penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit.Biasanya auditor berusaha
menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis
pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :

 Prosedur Analitis

Prosedur ini meneliti hubungan yang dapat diterima antara data keuangan dan data non-keuangan untuk
mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.

 Prosedur awal

Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur
pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam
buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar.

 Pengujian Estimasi Akuntansi

Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.

 Pengujian pengendalian

Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.

 Pengujian transaksi

Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang
mendasari.

 Pengujian Saldo

Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut.

 Pengujian penyajian dan pengungkapan


Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP.

3. Manfaat Audit Program

Program audit yang disusun dengan baik seharusnya bisa memberikan manfaat antara lain :

 Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit


 Menjadi dasar penugasan auditor
 Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit
 Memungkinkan supervisor audit dan manajer membandingkan apa yang dikerjakan dengan apa yang
direncanakan
 Membantu auditor pada audit selanjutnya untuk mengenal lebih dekat jenis-jenis pekerjaan audit yang dilakukan
dan waktu yang dibutuhkan
 Mengurangi waktu supervise
 Titik awal bagi penilai fungsi audit internal untuk mengevaluasi upaya audit yang telah dilakukan
 Kapam menyiapkan program Audit.

Audit Program yamg baik mencantumkan :

 Tujuan pemeriksaan (audit objective)


 Prosedur audit yang akan dijalankan
 Kesimpulan pemeriksaan

Prosedur audit program :

 Prosedur audit program untuk compliance test


 Prosedur audit program untuk substantive test
 Prosedur audit program untuk keduanya

a. Program audit Pembelian


Tujuan-tujuan manajemen operasi pembelian yang paling umum berlaku adalah mendapatkan barang atau
jasa yang tepat:
1. Dengan harga yang tepat
2. Dengan waktu yang tepat
3. Dengan kuantitas yang tepat
4. Dari pemasok yang tepat

Risiko-risiko administratif yang bisa ditemukan dalam survei pendahuluan adalah:


 Bagan organisasi departemen pembelian tidak disiapkan. (bisa mengakibatkan kebingungan dalam hal siapa
yang bertanggung jawab untuk membeli barang atau jasa tertentu)
 Kurangnya arahan yang mencakup wewenang dan tanggung jawab departemen pembelian. (organisasi-
organisasi lainnya [unit-unit lini] bisa dibebani wewenang untuk berhubungan langsung dengan pemasok)
 Kurangnya petunjuk operasi departemen pembelian. (karyawan bisa bertindak sesuai keinginannya, tidak
berdasarkan cara yang konsisten dan disetujui).
 Tidak ada prosedur yang mengatur wewenang untuk menandatangani penerimaan barang dan jasa. (pesanan
bisa dikeluarkan untuk kepentingan sendiri atau untuk membeli barang yang salah atau jumlah yang tidak
tepat).

b. Program audit Pemasaran


Beberapa tujuan penting organisasi pemasaran adalah:
1. Menentukan potensi pasar untuk barang dan jasa organisasi (riset pasar)
2. Menyebabkan informasi, mengembangkan perilaku yang ramah pelanggan, dan mendorong tindakan yang
bermanfaat bagi organisasi (periklanan)
3. Mendorong distributor memberikan perhatian lebih ke penjualan produk organisasi dan membujuk
pelanggan membeli produk-produk tersebut (promosi penjualan)

Prosedur Audit Persediaan

Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan
oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu
perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.

Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :


Persediaan secara fisik benar-benar ada
Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang diterapkan secara konsisten
Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika dengan tepat dan dicadangkan
dalam jumlah yang memadai
Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat
Persediaan yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan
keuangan

Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi dan valuasi persediaan
dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun persediaan yang dilakukannya harus
berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun terkait lainnya dalam laporan laba rugi.

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas akun persediaan
diantaranya adalah :

1. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar terhadap audit
persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis
Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti
faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha,
bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan operasi
perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor
untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.

2. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa (a)
adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan
diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan, (d) harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang
bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.

3. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk memberikan bukti
nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik
(stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian harga.

Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan

Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan auditor pemeriksa dalam
penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam menilai metode penghitungan fisik yang
dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian kuantitas serta kondisi fisik persediaan.

Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atsa penghitungan fisik persediaan karena adanya pembatasan
pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi atau tidak memberikan pendapat sama
sekali atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksanya.

Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :

1. penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal neraca atau pada tanggal
tertentu yang dihadiri auditor.

2. penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun

3. penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun untuk seksi-seksi lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai “Sediaan” mengatur mengenai penghitungan
fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.

Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan fisik, dan semua
penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam periode yang tepat, baik sebelum
maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan,
melalui pengamatan, pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas
metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang
kuantitas dan kondisi fisik sediaan.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan, diantaranya adalah :

1. selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas prosedur pemasukan
dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan berlangsung telah diikuti sebagaimana
mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses
produksi dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun penghitungan fisik
dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.

2. auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan menjadi milik
perusahaan, barang jaminan dan lainnya

3. kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan, misalnya barang yang berada
di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan
ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun
dengan penghitungan fisik.

4. auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima sampai pada saat
penghitungan fisik persediaan berlangsung.

Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus melakukan tarik mundur (draw
back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk
memperoleh keyakinan memadai bahwa pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik
persediaan yang ada di gudang.

Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan

Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO ataupun LIFO.

Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus melakukan pengujian untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan telah sesuai dengan kebijakan
akuntansi perusahaan.

Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan

Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan oleh auditor selama
berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :

· apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses, bahan pembantu
maupun barang jadi

· apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran, banjir maupun risiko lainnya

· apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang

· apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang

· apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan bukti pengeluaran barang
yang telah disetujui oleh pejabat berwenang

· apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, seperti penjaga pintu, pengecekan ulang
antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya

· jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu persediaan dibuat terpisah
untuk masing-masing kelompok persediaan

· apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang berfungsi sebagai penjaga
gudang

· apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan buku besar

· apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan dicocokkan dengan kartu
persediaan

Prosedur Audit Persediaan


Tujuan Audit Saldo Akun Persediaan
(Transaksi)

Penyajian dan pengungkapan 1. Menelaah penyajian persediaan apakah sesuai dengan SAK
(Standar akuntansi Keuangan).
2. Menanyakan apakah ada persediaan yang dijaminkan/digadaikan.
3. Menelaah perjanjian perikatan pembelian.

Keberadaan atau keterjadian 4. Melakukan konfirmasi atas persediaan yang dikonsinyasikan atau
ditempatkan di lokasi luar perusahaan.
5. Mengamati perhitungan fisik persediaan.

Hak atau kewajiban 6. Menelaah prosedur pisah batas (penjualan, retur penjualan,
pembelian, retur pembelian)

Kelengkapan 6. Melakukan pengujuan perhitungan nilai persediaan dan bandingan


dengan perhitungan atau rincian klien.
7. Menanyakan apakah ada persediaan yang dikonsinyasikan.
8. Melakuakan prosedur analisis.
9. Menghitung kelengkapan semua kartu perhitungan fisik yang
ditempel di persediaan dan daftar hasil perhitungan fisik persediaan
(count sheet).

Penilaian 11. Menghitung ulang penjualan dan perkalian rekapitulasi persediaan.


12. Merekonsiliasi rekapitulasi (daftar) kartu persediaan ke buku
besarnya.
13. Menguji metode perhitungan nilai persediaan.
14. Menetukan apakah persediaan dinilai berdasarkan nilai terendah dari
harga perolehan atau harga pasar.
15. Memeriksa kualitas persediaan (apakah kondisi persediaan masih
dapat dijual).
16. Menguji apakah terdapat persediaan yang usang, rusak,atau
ketinggalan metode.

AUDIT PROGRAM PIUTANG


MESRA BUSINESS & RESORT HOTEL

TUJUAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN


NO TUJUAN PEMERIKSAAN

1 Piutang yang tercatat merupakan tagihan yang sah dan merupakan milik perusahaan (validity and
ownership).
2 Semua tagihan perusahaan telah dicatat dengan lengkap dan tepat dalam pisah batas (completeness and cut-
off).
3 Cadangan piutang tak tertagih atau penghapusan piutang telah dinilai dengan cukup memadai (valuation).

4 Piutang yang dijadikan jaminan telah diungkapkan dalam laporan keuangan secara memadai (presentation
and disclosure).
5 Piutang telah diklasifiksikan dengan tepat (classification).
NO PROSEDUR PEMERIKSAAN INDEKS PARAF
Minta daftar piutang usaha terdiri atas nama, alamat
pelanggan, nomor faktur, tanggal faktur dan
1 √
jumlahnya, serta cocokkan dengan saldo di buku
besar.
Pelajari kebijakan akuntansi perusahaan mengenai
pengakuan pendapatan dan cocokkan apakah sesuai
2 dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum serta √
pelajari juga kebijakan pemberian kredit dan jangka
waktu pembayarannya.
Lakukan analisis rasio mengenai perputaran piutang
(receivable turnover) dan prosedur analitis
3
mengenai fluktuasi piutang dengan perbandingan
tahun sebelumnya
Lakukan konfirmasi dengan memilih sampel yang
4 representatif. Pemilihan tanggal konfirmasi dapat EE
dilakukan juga atas saldo sebelum tanggal neraca.
Tindak lanjuti setiap jawaban konfirmasi dan
5 apabila terdapat selisih diminta atau teliti keterangan √
dari klien.
Bila konfirmasi yang dikirim tidak diterima jawaban
6 atau tidak dapat dilakukan konfirmasi, lakukan
alternatif prosedur lainnya.
Lakukan subsequent receipt test terhadap
7
pembayaran piutang setelah tanggal neraca.
Perhatikan retur penjualan yang besar setelah
8
tanggal neraca.
Uji pisah batas penjualan (sales cut-off) dengan
9 memeriksa faktur penjualan beberapa hari sesudah
san sebelum tanggal neraca.
Teliti perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan
10
penjaminan piutang usaha.
Verifikasi apakah pencadangan piutang tak tertagih
sudah cukup memadai dan sesuai dengan kebijakan
11 E
perusahaan. Waspadalah terhadap saldo-saldo lama
yang masih terhutang (outstanding)
Bila dalam pemeriksaan ditemukan ada hal-hal yang
perlu perhatian dari para partner, ungkapkanlah hal-
12
hal tersebut dalam “HAL-HAL YANG PERLU
PERHATIAN PARA PARTNER”.
Buatlah daftar koreksi dan kesimpulan hasil
13 pemeriksaan serta saran-saran untuk pihak
manajemen

Anda mungkin juga menyukai