DISUSUN OLEH:
Beraneka ragamnya definisi mengenai kualitas ini dikarenakan perbedaan perspektif atau
pandangan yang digunakan.
DIMENSI KUALITAS
Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan sebagai
kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur. Dimensi-
dimensi tersebut adalah:
1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakter sekunder atau
pelengkap.
3. Kehandalan (reliability), yaitu kemampuan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal
dipakai.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu sejauh mana karakteristik desain dan operasi
memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan.
7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi produk serta
tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Bila dimensi-dimensi di atas lebih banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, maka
berdasarkan berbagai penelitian terhadap beberapa jenis jasa, Zeithaml, Berry dan
Parasuraman (1985) berhasil mengidentifikasikan lima kelompok karakteristik yang
digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu:
1. Bukti langsung (tangible), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
2. Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya
yang memiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan.
5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
memahami kebutuhan para pelanggan.
Selain keempat era yang dikemukakan oleh Garvin tersebut, Cristopher Lovelock
menambahkan era kelima, yaitu:
Biaya ini merupakan biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk yang
dihasilkan, meliputi biaya yang berhubungan dengan perancangan, pelaksanaan, dan
pemeliharaan sistem kualitas.Ada beberapa macam biaya yang termasuk dalam
kelompok biaya pencegahan, yaitu:
Merupakan biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa sesuai
dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama fungsi deteksi adalah untuk
menghindari terjadinya kesalahan dan kerusakan sepanjang proses perusahaan,
misalnya mencegah pengiriman barang-barang yang tidak sesuai dengan persyaratan
kepada para pelanggan. Yang termasuk dalam jenis kualitas ini antara lain:
1) Pemeriksaan dan Pengujian Bahan Baku yang Dibeli
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk meneliti kesesuaian hasil produksi
dengan standar perusahaan, termasuk meneliti pengepakan dan pengiriman.
3) Pemeriksaan Kualitas Produk
Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan pemeriksaan kualitas produk dalam
proses maupun produk jadi.
4) Evaluasi Persediaan
Biaya ini meliputi biaya yang terjadi untuk menguji produk di gudang, dengan
tujuan untuk mendeteksi terjadinya penurunan kualitas produk.
3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure cost)
Merupakan biaya yang terjadi karena ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan
terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Biaya
kegagalan internal terdiri atas:
1) Sisa Bahan (scrap)
Biaya ini adalah kerugian yang ditimbulkan karena ada sisa bahan baku yang
tidak terpakai dalam upaya memenuhi tingkat kualitas yang dikehendaki. Bahan baku
yang tersisa karena alasan lain (misalnya keusangan, overrun, dan perubahan
desain produk) tidak termasuk dalam kategori biaya ini.
2) Pengerjaan Ulang
Biaya ini meliputi biaya ekstra yang dikeluarkan untuk melakukan proses
pengerjaan ulang agar dapat memenuhi standar kualitas yang disyaratkan.
3) Biaya untuk Memperoleh Material (Bahan Baku)
Biaya ini meliputi biaya-biaya tambahan yang timbul karena adanya aktivitas
menangani penolakan (rejects) dan pengaduan (complains) terhadap bahan baku
yang telah dibeli.
4) Factory contact engineering
Merupakan biaya yang berhubungan dengan waktu yang digunakan oleh para
ahli produk atau produksi yang terlibat dalam masalah-masalah produksi yang
menyangkut kualitas
Merupakan biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal memenuhi persyaratan-
persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan.
Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan
reputasi yang buruk, kehilangan pelanggan, dan penurunan pangsa pasar. Biaya
kegagalan eksternal terdiri atas:
1) Biaya Penanganan Keluhan Selama Masa Garansi
Biaya ini meliputi semua biaya yang ditimbulkan karena adanya keluhan-keluhan
tertentu, sehingga diperlukan pemeriksaan, reparasi, atau penggantian/penukaran
produk.
2) Biaya Penanganan Keluhan Di Luar Masa Garansi
Merupakan keseluruhan biaya servis produk yang diakibatkan oleh usaha untuk
memperbaiki ketidak-sempurnaan atau untuk pengujian khusus, atau untuk
memperbaiki cacat yang bukan disebabkan oleh adanya keluhan pelanggan. Biaya
jasa instalasi atau kontrak pemeliharaan tidak termasuk dalam biaya ini.
4) Product Liability
Biaya ini timbul karena adanya penarikan kembali suatu produk atau komponen
produk tertentu.
Biaya kegagalan internal dan eksternal tidak perlu terjadi bila tidak ada kerusakan. Contoh
laporan biaya kualitas tersaji pada tabel berikut.
Tabel Contoh Laporan Biaya Kualitas
Biaya Aktual Persentase
(dalam ribuan)
1. Biaya pencegahan
4.000 10,00
a. Desain dan operasi sistem kualitas 2.500 6,25
b. Pelatihan kualitas bagi karyawan 500 1,25
-------- --------
c. Pelatihan dan evaluasi pemasok 7.000 17,50
Dijadikan sebagai alat manajemen strategik untuk mengalokasikan sumber daya dalam
perumusan dan pelaksanaan strategi,
Atribut kualitas seperti kinerja dan karakteristik tambahan menimbulkan biaya yang
lebih besar dalam hal tenaga kerja, bahan baku, desain, dan sumber daya ekonomis
lainnya. Manfaat tambahan dari peningkatan kualitas tidak dapat menutupi biaya
tambahan.
2. Biaya peningkatan kualitas lebih rendah daripada penghematan yang dihasilkan.
Pandangan ini dikemukakan pertama kali oleh Deming dan dianut oleh para
pemanufaktur Jepang. Penghematan dihasilkan dari berkurangnya tingkat pengerjaan
ulang, produk cacat, dan biaya langsung lainnya yang berkaitan dengan kerusakan.
3. Biaya kualitas merupakan biaya yang besarnya melebihi biaya yang terjadi bila produk
atau jasa dihasilkan secara benar sejak awal (exactly right the first time).
Pandangan ini dianut oleh para pendukung filosofi TQM. Biaya tidak hanya mencakup biaya
langsung, tetapi juga biaya akibat kehilangan pelanggan, kehilangan pangsa pasar, dan
banyak biaya tersembunyi lainnya serta peluang yang hilang dan tidak teridentifikasi oleh
sistem akuntansi biaya modern.
PENGUKURAN KUALITAS
Selain melalui perhitungan biaya, kualitas jasa juga dapat diukur melalui penelitian
konsumen mengenai persepsi pelanggan terhadap kualitas suatu produk atau perusahaan.
Dimensi yang dapat digunakan beranekaragam, diantaranya adalah dimensi yang
dikemukakan David Garvin untuk kualitas produk dan dimensi dari Parasuraman dan kawan-
kawan untuk kualitas jasa.
Pada hakikatnya pengukuran kualitas jasa atau produk hamper sama dengan
pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu ditentukan oleh variable harapan dan kinerja yang
dirasakan. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) mengidentifikasi 5 (lima) gap yang
menyebabkan kegagalan delivery jasa, yaitu:
1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen Manajemen tidak selalu
dapat merasakan apa yang diinginkan oleh para pelanggan secara tepat.
2. Gap antara persepsi manajemen dan spesifikasi kualitas jasa Mungkin manajemen
mampu merasakan secara tepat apa yang diinginkan oleh para pelanggan, namun
tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu.
3. Gap antara spesifikasi jasa dan penyampaian jasa Karyawan perusahan mungkin
kurang dilatih atau bekerja melampaui batas dan tidak dapat dan tidak mau untuk
memenuhi standar.
4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal Harapan konsumen
dipengaruhi oleh pernyataanpernyataan yang dibuat oleh wakil (representatives) dan
iklan perusahaan.
5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Gap ini terjadi bila
konsumen mengukur kinerja atau presentasi perusahaan dengan cara yang
berlebihan dan salah dalam mempersepsiakan kualitas jasa tersebut.
Pemikiran Beberapa Pakar Kualitas
1. William Edwards Deming
a. Siklus Deming (Deming Cycle)
Siklus Deming ini dikembangkan untuk menghubungkan antara produksi suatu
produk dengan kebutuhan pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua
departemen dalam suatu usaha kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut
dengan beberapa tahap sebagai berikut:
1) Mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan
produk (plan).
2) Menghasilkan produk (do).
3) Memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai dengan rencana (check).
4) Memasarkan produk (act).
5) Menganalisis produk dalam hal kualitas, biaya dan kriteria lainnya (analyze).
b. Empat Belas Poin Deming (Deming’s Fourteen Points)
1) Ciptakan keajegan tujuan dalam hal menuju perbaikan produk dan jasa
2) Adopsilah falsafah baru
3) Hentikan ketergantungan pada inspeksi dalam membentuk mutu produk
4) Hentikan praktik menghargai kontrak berdasarkan tawaran rendah
5) Perbaiki secara konstan dan terus-menerus
6) Lembagakan on the job training
7) Lembagakan kepemimpinan
8) Hapus rasa takut
9) Hilangkan dinding pemisah antar departemen
10) Hilangkan slogan, desakan, dan target bagi tenaga kerja
11) Hilangkan kuota dan manajemen berdasarkan sasaran.
12) Hilangkan penghalang yang dapat mengambil kebahagiaan karyawan
13) Giatkan program pendidikan dan self-improvement
14) Buatkan transformasi pekerjaan
c. Deming’s Seven Deadly Diseases
1) Kurangnya keajegan tujuan untuk merencanakan produk dan jasa
2) Penekanan pada laba jangka pendek
3) Sistem pemeriksaan personal bagi para manajer dan manajemen
4) Job hopping oleh para manajer
5) Hanya menggunakan data dan informasi yang tampak dalam pengambilan
keputusan
6) Biaya medis yang terlalu berlebihan
7) Biaya hutang yang berlebihan
2. Joseph M. Juran
a. Juran’s Three Basic Steps to Progress
1) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak
2) Mengadakan program pelatihan secara luas
3) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih
tinggi.
b. Juran’s Ten Steps to Quality Improvement
1) Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk
melakukan perbaikan
2) Menetapkan tujuan perbaikan
3) Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
4) Menyediakan pelatihan
5) Melaksanakan proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
6) Melaporkan perkembangan
7) Memberikan penghargaan
8) Mengkomunikasikan hasil-hasil
9) Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai
10) Memelihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam sistem regular
perusahaan.
c. The Pareto Principle
Disebut juga kaidah 80/20, yang bunyinya “80% of the trouble comes from 20% of
the problems”. Menurut prinsip ini, organisasi harus memusatkan energinya pada
penyisihan sumber masalah yang sedikit tetapi vital yang menyebabkan sebagian
besar masalah.
d. The Juran Trilogy
1) Perencanaan kualitas, meliputi pengembangan produk, sistem, dan proses
yang dibutuhkan untuk memenuhi atau melampaui harapan pelanggan.
2) Pengendalian kualitas
3) Perbaikan kualitas, harus dilakukan secara on-going dan terus-menerus.
3. Philip B. Crosby
Crosby terkenal dengan anjuran manejemen zero defect dan pencegahan, yang
menentang tiingkat kualitas yang dapat diterimasecata statistik (acceptable quality
level). Iajuga dikenal dengan Quality Vaccine dan Crosby’s Fourteen steps to Quality
Improvement. Pandangan-pandangan crosby dirnagkumnya dengan ringkasan yang
ia sebut sebagai dalil-dalil manejemen kualitas.
Dalil pertama : definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan
Definisi kualitas menurut crosby adalah memenuhi atau sama dengan persyaratannya.
Meleset sedikit saja dari persyaratannya, maka suatu produk atau jasa dikatakan tidak
berkualitas.
Dalil kedua : sistem kualitas adalah pencegahan
Bila kita menemukan suatu kesalahan di awal proses, biayanya Cuma satu rupiah.
Tetapi bila di temukan di proses kedua, maka biayanya jadi 10 rupiah. Diketemukan di
proses berikutnya lagi biayaya menjadi 100 ruiah. Jadi sistem kualtas menurut crosby
merupakan pencegahan.
Dalam suatu proses pasti ada output dan input. Di dalam proses kerja internal sendiri
ada empat kendali input dimana proses pencegahan dapat dilakukan, yaitu:
1. Fasilitas dan perlengkapan
2. Pelatihan dan pengetahuan
3. Prosedur, pedoman/manual operasi standar, dan pedoman standar kualitas.
4. Standar kinerja/prestasi
Dalil ketiga : kerusakan nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus
digunakan
Orang sering terjebak dengan nilai presentase, sehingga crosby mengajukan konsep
keruskan nl yang menurutnya dapat tercapai bila perusahaan melakukan sesuatu
secara benar semenjak pertama kali dan setiap kali.
Dalil keempat : ukuran kualitas adalah price of non conformance
Kualitas harus merupakan sesuatu yang dapat diukur. Biaya untuk menghasilkan
kualitas juga harus terukur. Biaya mutu merupkan penjumlahan antara price of non
conformance dan price of conformance.
Price of non conformance merupakan biaya yang harus dilakukan karena melakukan
kesalahan. Sedangkan price of confrmance adalah biaya yang dikeluarkan bila tugas
yang dilakukan secara benar sejak pertama kalinya.
Crosby’s quality veccine
Crosby’s quality veccine terdiri atas tiga unsur yaitu: determinasi, pendidikan,
dan pelaksanaan. Determinasi adalah suatu sikap dari manajemen untuk tidak
menerima proses, produk atau jasa yang tidak memenuhi persyaratan, seperti reject,
scrap, lead delivery, wrong shipment, dan lain lain.
Menurut crosby, setiap perusahaan perlu dilakukan vaksinasi agar memiliki
anti bodi untuk melawan tidak kesesuaian terhadap persyaratan. Dalam vaksinasi,
suatu perusahaan perlu membuat lima unsur yaitu:
1. Integritas
CEO harus dapat menjamin bahwa pelanggan menerima apa yang telah di
janjikan, seperti kualitas produk/jasa, kualitas enyampaian, keamanan, dan lain-
lain. COO harus memiliki pemikiran bahwa kualitas diatas segala galanya.
2. Sistem
Sistem adalah serangkaian prosedur dan kegiatan individu di dalam tim untuk
menjamin kualita. Untuk itu perlu dilakukan pendidikan kuaalitas yang merupakan
proses membantu karyawan agar memiliki bahasa yang sama dalam kualitas dan
peran mereka dalam upaya meningkatkan kualitas.
3. Komunikasi
Setelah bahas sama, maka komunikasi akan lebih mudah terjalin. Komunikasi
adalah proses mengirim dann menerima informasi mengenai kualitas dan
menukung penignktn kualitas.
4. Operasi
Operasi adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan organisasi untuk menjaga
agar tetap berfungsi. Hal ini dilaksanakan dengan medidik pemasok agar
mengirim produk dan jasa sesuai dengan persyaratan.
5. Kebijakan
Dibutuhkan pula adanya penyataan dan pengarahan dari manajemen yang
memeprjela dimana mereka berdiri dan menentukan sikap tentang kualitas.
Kebijakan harus jelas tidak ragu ragu.