PROPOSAL SKRIPSI
Disusun Oleh :
Isnaini Fathanah
C.1710977
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“ANALISA BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA
PADA PT. GUDANG GARAM Tbk” tepat pada waktunya.
Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
2.2 Akuntansi
2.3.3 Biaya............................................................................................25
3
2.4.2 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi..............................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................46
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan mata uang
untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan laba memerlukan alat bantu berupa
analisis biaya volume laba. Kemampuan manajemen perusahaan diaplikasikan
dalam upayanya memperoleh dan mengalokasikan sumber daya dengan cara yang
paling murah dan paling maksimal dalam memberikan manfaat dalam pencapaian
tujuan perusahaan.
Sofyan ( 2013:357) salah satu teknik analisis biaya volume laba adalah
analisis break even point atau analisis titik impas. Titik impas adalah keadaan
dimana pendapatan perusahaan sama dengan total biaya yang dikeluarkan.
Analisa titik impas dapat dijadikan tolak ukur untuk menaikkan laba atau
mengetahui penurunan laba. Analisis break even point sering digunakan dalam
perencanaan keuangan. Namun rumus ini juga dapat digunakan dalam hal lain
misalnya analisis laporan keuangan. Dalam analisis laporan keuangan kita dapat
menggunakan rumus ini untuk mengetahui:
Bastian dan Nurlaela (2006:208) analisis titik impas adalah suatu cara atau
teknik yang digunakan oleh seorang manajer suatu perusahaan untuk mengetahui
6
jumlah penjualan dan jumlah produksi suatu perusahaan yang bersangkutan tidak
mengalami untung dan rugi. Dengan kata lain bahwa titik impas adalah suatu
keadaan dimana suatu perusahaan yang pendapatan penjualannya sama dengan
total biaya, atau besarnya kontribusi margin sama dengan total biaya tetap.
Apa yang dicapai Gudang Garam saat ini tidak terlepas dari peran penting
sang pendiri, Surya Wonowidjojo. Beliau merupakan seorang wirausahawan sejati
yang dimatangkan oleh pengalaman dan naluri bisnis. Di mata para pegawai,
beliau bukan hanya berperan sebagai pemimpin, melainkan juga merupakan sosok
seorang bapak, saudara, serta sahabat yang amat memperhatikan kesejahteraan
karyawan.
7
1. Kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu
kebahagiaan.
2. Kerja keras, ulet, jujur, sehat, dan beriman adalah prasyarat kesuksesan.
3. Kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerjasama dengan orang lain.
2. Setiap batang kretek Gudang Garam Djaja merupakan karya budaya Indonesia.
8
3. Gudang Garam International adalah merek sigaret kretek asli Indonesia
yang diluncurkan pada 3 November 1979 di Kediri, Jawa Timur.
4. Gudang Garam Signature adalah rokok kretek full-flavor pilihan terbaik untuk
perokok muda professional yang mencari kombinasi kualitas dan gaya.
9
6. Sriwedari adalah merek kretek linting-tangan dari Gudang Garam yang
tampil dalam bentuk serta kemasan yang unik.
10
diselenggarakan di dalam maupun di luar Perusahaan. Gudang Garam secara tidak
langsung juga mendukung penciptaan lapangan kerja bagi kurang lebih 4 juta
orang yang terdiri dari petani tembakau dan cengkeh, pengecer dan pedagang
asongan yang tersebar di seluruh Indonesia. Industri rokok sendiri, termasuk
Perseroan, merupakan sumber utama pendapatan cukai bagi negara.
• PT Surya Air dan Galaxy Prime Ltd., penyedia layanan jasa penerbangan
tidak berjadwal • PT Graha Surya Media, penyedia jasa hiburan
11
Tren beberapa tahun terakhir terus berlanjut, permintaan akan produk
tembakau di tingkat nasional melemah di saat seluruh kategori barang konsumsi
utama menurun. Nilai rupiah yang menurun mencerminkan tahun yang kurang
menjanjikan bagi industri ritel dan harga pasar.
Saham Perseroan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode
GGRM diperdagangkan pada kisaran harga Rp 66.125 hingga Rp 86.400 per
lembar saham sepanjang tahun 2018. Jumlah modal disetor dan ditempatkan tidak
mengalami perubahan pada tahun 2018 dan Perseroan telah membagikan dividen
senilai Rp 2.600 per saham dari laba tahun 2017 sesuai keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham Tahunan pada bulan Juni 2018.
(Sumber: gudanggaramtbk.com,2019)
Kondisi PT. Gudang Garam Tbk untuk tahun 2018-2019 secara umum
mengalami kenaikan biaya produksi. Berikut adalah perbandingan persentase
biaya pada PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 2018-2019:
Adapun data keuangan PT. Gudang Garam Tbk selama tahun 2018-2019 :
12
Laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain
14
Tabel 1.3. Laporan Laba Rugi Kuartal 2 Tahun 2019
15
Tabel 1.4. Laporan Laba Rugi Kuartal 3 tahun 2019
16
Tabel 1.5. Perbandingan Biaya Tahun 2018-2019
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa biaya produksi dari tahun 2018
menuju tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp10.061.856,00.
Berdasarkan apa yang telah penulis sampaikan di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS BREAK EVEN POINT
SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT. GUDANG GARAM
Tbk”.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang masalah di atas,
maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Batasan masalah dalam penelitian ini ditetapkan agar penelitian nanti berfokus
pada pokok permasalahan yang telah dijabarkan beserta pembahasannnya,
sehingga diharapkan penelitian yang dilakukan tidak menyimpang jauh dari
tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas,
17
peneliti membatasi masalah pada perencanaan laba tahun 2020 pada PT. Gudang
Garam Tbk.
2. Manfaat Praktis Bagi perusahaan yaitu agar hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi manajemen dalam melaksanakan analisa
break even point sehingga mempengaruhi laba dimasa yang akan datang dengan
melihat perkembangan analisa break even point di periode waktu sebelumnya
serta dapat menjadi tambahan inforrmasi pada perusahaan sebagai pengambilan
keputusan dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
3. Bagi Peneliti: hasil dari penelitian bisa memberikan sumbangan ilmu dan
memperluas pengetahuan para pembaca sekalian baik secara teori maupun
praktek. Menambah wawasan serta pengetahuan penulis khususnya di bidang
keuangan. Selain itu juga bermanfaat sebagai bahan penulisan skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk syarat kelulusan pendidikan dan mendapat
gelar sarjana.
18
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Choiriyah (2016) dengan judul Analisis Brek Even Point sebagai Alat
Perencanaan Penjualan pada Tingkat Laba yang Diharapkan( Studi Kasus pada
Perhutani Plywood Industri Kediri tahun 2013-2014). Dapat diambil kesimpulan
bahwa rencana penjualan pada tingkat laba yang diharapkan terbukti
menghasilkan laba yang diharapkan, sehingga analisis break even point
kemungkinan besar dapat dijadikan acuan bagi pihak manajemen perusahaan
dalam pengambilan keputusan keuangan.
2.2. Akuntansi
20
Mulyadi (2017:1) menyatakan akuntansi dibagi menjadi dua tipe yaitu
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi keuangan merupakan
tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan
manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, sedangkan akuntansi manajemen
merupakan tipe akuntansi yang mengolah informasi keuangan untuk keperluan
manajemen dan melaksanakan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi.
Akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri yang terpisah dari dua
tipe akuntansi tersebut, namun merupakan bagian dari keduanya.
21
Mulyadi (2017:7) akuntansi biaya adalah proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk
atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Proses
akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
perusahaan maupun luar perusahaan.
a. Biaya produksi
Biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi. Biaya produksi terdiri atas
biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik.
b. Biaya pemasaran
1) Biaya langsung
22
Adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka
biaya langsung ini tidak akan terjadi.
Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai. Biaya tidak langsung dalm hubungannya dengan produk tersebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory
overhead costs).
a) Biaya variabel
c) Biaya semifixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan
berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d) Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu. Contohnya adalah biaya gaji akuntan.
23
informasi bagi manajemen yang salah satu manfaatnya adalah mengukur apakah
kegiatan usaha menghasilkan laba, dan untuk perencanaan alokasi sumber
ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran. Tujuan akuntansi biaya
adalah perencanaan pengendalian biaya. Menurut Mulyadi (2017:7) Akuntansi
biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:
Informasi biaya masa yang akan datang tersebut jelas tidak dapat diperoleh
dari catatan karena memang tidak dicatat, melainkan diperoleh dari hasil prediksi
24
atau penaksiran. Proses penambilan keputusan khusus tersebut, sebagian besar
merupakan tugas manajemen perusahaandengan memnfaatkan informasi biaya
tersebut.
2.3.3. Biaya
1. Objek Pengeluaran
a. Produk
b. Jasa
c. Proyek
d. Konsumen
25
e. Merek
f. Aktivitas
g. Departemen
1. Biaya Bahan
Baku
Biaya Produksi
Langsung
2. Biaya Tenaga
Kerja Langsung
Biaya Produksi
Biaya Produksi
Tidak Langsung
Biaya Overhead
Biaya Biaya Pemasaran
Pabrik
Biaya Administrasi
dan Umum
Biaya yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Misalnya
departemen pintal dan departemen tenun berada di bawah satu atap gedung
pabrik, maka biaya penyusutan gedung pabrik dan biaya pemeliharaan gedung
26
pabrik tersebut digolongkan sebagai biaya tidak langsung departemen pintal
maupun departemen tenun.
1. Pengeluaran Modal
Pengeluaran biaya yang manfaatnya dapat dinikmati untuk lebih dari stu
periode akuntansi, misalnya biaya perbaikan gedung sebesar Rp 10.000.000
apabila biaya perbaikan tersebut jumlahnya dipandang relatif besar dan dapat
menambah manfaat gedung tersebut, maka biaya ini harus dianggap sebagai
tambahan nilai investasi. Pengeluaran tersebut dikapitalisasi dan disusut untuk
beberapa periode.
2. Pengeluaran Penghasilan
c. Kebijakan Manajemen.
Mulyadi (2017:14) mengungkapkan bahwa ada dua tipe biaya dalam pembuatan
produk yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi adalah biaya-
27
biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi,
sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-baiya yang dikeluarkan untuk
kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi
umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, biaya nonproduksi
ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok
produk.
28
pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode variable
costing terdiri dari unsur biaya sebagai berikut :
29
2.5.1. Pengertian Analisis Biaya Volume Laba
Mulyadi (2017:72) impas adalah suatu keadaan dimana suatu usaha tidak
memperoleh laba dan tidak menderita rugi, dengan kata lain suatu usaha sikatakan
impas jika jumlah penadapatan asam dengan jumlah biaya, atau apabila laba
kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Sedangkan
menurut Bustami dan Nuralaela (2013:208) analisis break even point adalah suatu
cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui pada volume penjualan dan
volume produksi berapakah suatu perusahaan tidak menderita kerugian dan tidak
pula memperoleh.
30
d. Memaksimalkan jumlah produksi.
Penentuan harga jual persatuan, sangat penting agar harga jual dapat
diterima pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga
jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika
penentuan harga jual dilakukan dengan tidak realistis, maka perusahaan tidak akan
mampu menutupi semua atau sebagian dari biaya-biaya yang akan dikeluarkan.
Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan
kualitas dan pelayanan maka tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperti
yang telah ditentukan.
31
Manfaat Break Even Point Analisis secara umum dapat memberikan
informasi kepada pimpinan, bagaimanakah pola hubungan antar volume
penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level
penjualan tertentu. Analisis break even point dapat membantu pimpinan dalam
mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
b. Bersifat statis Artinya analisis ini hanya digunkan pada titik tertentu
bukan pada suatu periode tertentu.
d. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik Artinya, jika aliran
kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, maka proyek
dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
32
mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan
atau pabrik, amak biaya tetap juga akan meningkat.
Marjin pengaman dapat juga dinyatakan dalam rupiah atau dalam bentuk
persentase dengan rumus :
33
2.5.4. Shut Down Point (Titik Penutupan Usaha)
Selisih laba kontribusi dengan laba operasi adalah biaya tetap, maka
perusahaan dengan biaya tetap yang tinggi umumnya akan mempunyai
34
pengungkit operasi yang tinggi pula. Pengungkit operasi akan tinggi pada
perusahaan yang komposisi biaya tetapnya lebih besar dibandingkan biaya
variabelnya. Sebaliknya pengungkit operasi akan rendah apabila perusahaan
memiliki komposisi biaya tetap yang lebih kecil dibandingkan biaya variabelnya.
Oleh karena itu untuk perusahaan yang padat modal yang sarat
menggunakan mesin otomatis, seperti industri penerbangan, industri kimia dan
industri logam pada umumnya memiliki pengungkit operasi yang tinggi.
Pengungkit operasi yang rendah biasanya terjadi pada industri padat karya seperti
industri makanan.
5. Memutuskan apakah produk atau jasa tertentu seharusnya dibuat atau dibeli
b. Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senantiasa tetap selama periode
yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.
35
Pada kondisi inflasi yang tinggi, misalnya apabila sulit untuk memproduksi
penjualan dan atau biaya lebih dari beberapa minggu kedepan, maka akan berisiko
menggunakan analisis impas untuk pengambilan keputusan.
1) Konsep tentang variabilitas cost dapat diterima, karena itu biaya harus realistis
diklasifikasikan sebagai variabel dan tetap.
5) Jika analisis digunakan untuk berbagai produk atau kombinasi produk (product
mix), sales mixnya harus tetap atau konstan.
36
Menurut Adi Saputro dan Anggraini mengemukakan bahwa perencanaan
laba adalah gambaran keuangan yang naratif mengenai hasil yang diharapkan dari
implememtasi keputusan. Istilah perencanaan laba (anggaran) digunakan karena
secara eksplisit rencana ini menyatakan sasaran dalam kurun waktu dan hasil
keuangan yang diharapkan (pengembalian investasi, laba, biaya) untuk setiap
bagian perusahaan.
37
2. Volume penjualan yang diperlukan untuk menutup semua biaya dan
menghasilakan laba yang mencukupi untuk membayar dividen serta menyediakan
kebutuhan bisnis masa depan.
4. Perencanaan laba menyediakan suatu cara untuk memeperoleh ide dan kerja sama
dari setiap tingakatan manajemen.
5. Anggaran menyediakan suatu tolok ukur untuk mengevaluasi kinerja aktual dan
meningkatkan kemampuan dari individu-individu.
38
1. Biaya
2. Harga Jual
FC
BEP M =
∑[CM Perunit x Proporsi Penjualan
Fixed Cost
BEP Unit =
Price Per unit − Variable Cost
3. Atas Dasar Rupiah
Menurut Munawir (2011:188) tingkat break even point atas dasar rupiah dapat
dihitung menggunakan rumus:
Biaya Tetap
BEP Rupiah =
Biaya Variabel Per Satuan
1−
Biaya Jual Per Satuan
39
semua itu merupakan alat untuk mengetahui tingkat perolehan laba. Untuk itu
dalam perencanaan laba perlu penerapan atau menggunakan break even point
untuk perkembangan di masa yang akan datang dan perolehan laba.
Pada perencanaan laba maka pihak manajer industri akan mudah dalam
pengambilan keputusan, dapat memperkirakan anggaran yang dibutuhkan,
mengetahui kesalahan yang mungkin muncul. Hal itu dapat dilihat dari
pengalaman masa lalu serta dengan perencanaan laba yang dapat merangsang atau
memacu menuju persaingan yang lebih ketat melalui efektivitas dan efisiensi.
Selain itu kualitas produk yang dibebankan pada biaya industri, maka akan
dihasilkan seberapa besar anggaran industri yang dapat digunakan untuk
menentukan berapa besar laba yang diinginkan. Dalam hal ini perlu adanya teknik
atau cara agar laba tersebut dapat diperoleh seefektif dan seefisien mungkin, untuk
itu perlu penerapan analisis BEP.
40
analisa titik impas dapat dijadikan tolak ukur dalam menaikkan laba atau untuk
mengetahui penurunan laba yang tidak mengakibatkan kerugian pada industri.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada PT. Gudang Garam Tbk, yang berlokasi di
Jalan Semampir II/1 Kediri, 64121 Jawa Timur. Objek dari penelitian ini adalah
laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari laporan harga pokok produksi,
neraca dan laporan laba rugi pada PT. Gudang Garam Tbk.
Grahita (2017:124) data sekunder yaitu data yang berasal dari pihak atau
lembaga yang menggunakan atau mempublikasikannya. Oleh karena data sudah
dapat dipastikan penggunaannya dan dipublikasi, maka tidak diperlukan lagi
peneliti untuk menguji validitas dan reliabilitasnya jika ada kesalahan atau
ketidakakuratan maka bukan menjadi tanggung jawab dari pihak atau lembaga.
Misalnya data laporan keuangan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, data-data keuangan dan ekonomi dari pemerintah (Pajak, Bank
Indonesia, OJK) dan lain-lain Peneliti dapat dengan mudah memperoleh
pendidikan atau menggunakannya namun peneliti tidak dapat mengontrol kualitas
data yang diperolehnya. Peneliti harus benar-benar teliti dalam melakukan analisis
data sekunder karena selain pengumpulan datanya tidak terkontrol oleh peneliti,
42
juga karakteristik datanya beragam sehingga tidak jarang diperlukan upaya
transformasi data sebelum analisis dilakukan.
Menurut Nigel Bevan dan Tomer Sharon (2009) studi lapangan (Field
Research) adalah metode penelitian melalui pengumpulan data secara langsung
dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Pada proses penelitian, peneliti berada langsung di lapangan. Field
Research dirancang untuk memberikan peneliti kesempatan untuk memeriksa
permasalahannya di lapangan, mengevaluasi manfaat dari ide-ide yang disajikan
dalam teori, melakukan observasi naturalistik dan penyelidikan. Studi lapangan
juga memberi kesempatan peneliti untuk mengumpulkan data, teori-pengujian,
dan intervensi social secara akurat.
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif, yaitu data
yang disajikan dalam berbentuk angka. Kemudian dalam metode ini
menggunakan analisis break even point yang bertujuan untuk mengetahui faktor –
faktor yang menyebabkan penurunan laba, penggolongan biaya, break even point
dan perencanaan laba pada PT. Gudang Garamm Tbk.
43
1. Menggolongkan biaya-biaya perusahaan ke dalam biaya tetap dan biaya
variabel.
3. Menghitung break even point untuk mengetahui titik pulang pokok dapat
digunakan rumus:
Biaya Tetap
BEP Rupiah =
Biaya Variabel Per Satuan
1−
Biaya Jual Per Satuan
Fixed Cost
BEP Unit =
Price Per unit − Variable Cost
FC
BEP M =
∑[CM Perunit x Proporsi Penjualan
Target penjualan =
5. Perencanaan laba =
44
DAFTAR PUSTAKA
Bustami, Bastian, dan Nurlaela, 2013, Akuntansi Biaya Tingkat Lanjut : Kajian Teori
dan Aplikasi, Graha Ilmu, Bandung.
Carter, William. K. Dan Mitton F. Usry, 2009, Akuntansi Biaya, Edisi Ketiga Belas,
Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta.
Choiriyah,Vivin Ulfathu, 2016, Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Penjualan Pada Tingkat Laba Yang Diharapkan (Studi Kasus pada
Perhutani Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014, Universitas Brawijaya,
Malang.
Garrison, et.al, 2006, Akuntansi Manajerial, Dialih bahasakan oleh Salemba Empat,
Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2010, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Matz, Adolph. et al, 1992, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Erlangga,
Jakarta.
Okviana, Yessy 2016, Analisis Break Even Point Dalam Kebijakan Perencanaan
Penjualan Dan Laba (Studi Pada PT Wonojati Wijoyo Kediri), Universitas
Brawijaya, Malang.
45
Prastowo, Dwi. Rifka Julianty, 2007, Analisis Laporan Keuangan, Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, Yogyakarta.
Putong, Iskandar, 2013, Economics: Pengantar Mikro dan Makro, Mitra Wacana
Media, Jakarta.
Purhantara, Wahyu, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Ramadhan, Syahru, dkk, 2018, Analisis Break Even Point Sebagai Alat Untuk
Merencanakan Laba Perusahaan (Studi Pada Perusahaan PT Tempo Inti
Media Tbk Periode 2014-2016), Universitas Brawijaya, Malang.
Utari, Dewi, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro, 2016, Akuntansi Manajemen
(Pendekatan Praktis), Edisi 4, Mitra Wacana Media, Bogor.
46
47