Anda di halaman 1dari 31

TUGAS KELOMPOK

MODUL 1
BLOK KETERAMPILAN BELAJAR

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. Haekal Krizhe Tamma 16120210031
2. Rezki Amalia 16120210032
3. Vera Vazira 16120210033
4. Yusmiranda 16120210034
5. Alvina Damayanti 16120210035
6. Khaila Sriyanti Mu’fid 16120210036
7. Savira Nuriah Multazam 16120210037
8. Uswatun Hasanah 16120210038
9. Santika Aulia M 16120210039
10. Dea Gusdialni 16120210040
11. Nurhalisa 16120210132

BLOK KETERAMPILAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Segala puji bagi Allah SWT telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa fisik maupun akal pikiran, Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen tutor kami drg.Yusrini yang telah membimbing dalam pembuatan
makalah ini sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

Makassar, 26 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
I.I LATAR BELAKANG ............................................................................................................... 1
I.II RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................... 1
I.III TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................ 3
II.I Prokrastinasi dan penanganannya .......................................................................................... 3
II.II Paradigma Waktu ......................................................................................................................... 5
II.III Manajemen Waktu ......................................................................................................................... 6
II.IV Manajemen Stres ............................................................................................................................ 8
II.V Jaringan Suportif .......................................................................................................................... 10
II.VI Pentinganya Mebangun Motivasi Dalam Perkuliahan ................................................................. 11
BAB III .................................................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 13
III.I Prokrastinasi ............................................................................................................................... 13
III.II Paradigma Waktu.......................................................................................................................... 15
III.III Manajemen Waktu .................................................................................................................. 16
III.IV Manajemen stress ....................................................................................................................... 20
III.V Jaringan Suportif ........................................................................................................................... 23
III.VI Pentingnya motivasi dalam perkuliahan ..................................................................................... 25
PENUTUP ............................................................................................................................................... 27
III.I Kesimpulan .............................................................................................................................. 27
III.II Saran .................................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Stres pada mahasiswa baru pada umumnya dapat disebabkan adanya kesulitan
dalam melakukan penyesuaian diri di bidang akademik maupun sosial pada lingkungan
sekitar, sehingga hal tersebut dapat mengurangi pengoptimalan kemampuan
mahasiswa dalam melakukan pengembangan diri di bidang akademik maupun sosial.
Permasalahan yang dimiliki oleh mahasiswa dibagi menjadi dua, yaitu masalah
akademik dan masalah non-akademik. Pada masalah akademik berkaitan dengan
perencanaan studi, cara belajar, dan pengenalan aturan. Sedangkan pada masalah non-
akademik berkaitan dengan penyesuaian diri terhadap lingkungan kampus, kesukaran
dalam mencari teman, kesukaran dalam pengembangan diri, serta terdapat masalah
pribadi lainnya (Siti dan Sukarti dalam Adiwaty & Fitriyah, 2015).
Stres yang sering dialami oleh mahasiswa merupakan stres akademik. Stres
akademik diartikan sebagai keadaan individu yang mengalami tekanan hasil persepsi
dan penilaian tentang stressor akademik, yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dan pendidikan di perguruan tinggi, Govaerets dan Gregoire (2004). Mahasiswa masa
kini yang mengalami stres lebih besar dan merasa depresi dari masa sebelumnya,
menurut studi nasional terhadap lebih dari 200.000 mahasiswa baru di lebih dari 400
perguruan tinggi (Pryor dkk dalam 4 Santrock, 2011). Lantas menurut studi nasional
yang dilakukan oleh Asosiasi Kesehatan Universitas Amerika terhadap lebih dari
90.000 mahasiswa di 177 kampus mengungkapkan bahwa mahasiswa merasa tidak
memiliki harapan, merasa kewalahan dengan hal-hal yang harus mereka lakukan,
mengalami kelelahan mental, sedih, dan merasa depresi (Santrock, 2011).
Tuntutan-tuntutan yang terdapat di kehidupan mahasiswa tersebut, baik yang
berasal dari luar diri maupun dalam diri menuntut untuk mampu dihadapi dengan lebih
dewasa, bertanggung jawab, kuat, dan tangguh. Apabila mahasiswa baru mengalami
kegagalan dalam mengatasi berbagai macam tuntutan tersebut dan gagal melakukan
penyesuaian terhadap kejadian-kejadian yang menekan akan menyebabkan munculnya
depresi maupun stres dalam diri mahasiswa (Fisher dalam Susilowati dan Hasanat,
2011).
I.II RUMUSAN MASALAH
Penulis telah menyusun beberapa yang akan dibahas dalam makalah ini
antara lain :
1. Apa pengertian prokrastinasi dan bagaimana penanganannya
2. Apa pengertian paradigma waktu

1
3. Apa pengertian dan bagaimana cara manajemen waktu
4. Apa pengertian dan bagaimana cara memanajemen stres
5. Apa pengertian jaringan suportif
6. Mengapa membangun motivasi penting dalam perkuliahan
I.III TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah:
1. Memahami tentang prokrastinasi dan penangananya
2. Memahami tentang paradigma waktu
3. Memahami tentang manajemen waktu
4. Memahami tentang manajemen stres
5. Memahami tentang jaringan suportif
6. Memahami tentang pentingnya membangun motivasi dalam perkuliahan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.I Prokrastinasi dan penanganannya
Prokrastinasi adalah Perilaku menunda dalam memulai atau menyelesaikan suatu
tugas yang dilakukan dengan sengaja dan tidak rasional serta memiliki dampak negatif
terhadap pelaku . Prokrastinasi dapat terjadi di berbagai domain kehidupan seperti
kesehatan, keluarga, kegiatan rutinitas, pekerjaan dan akadmik. Prokrastinasi yang
terjadi di bidang akademik disebut juga prokrastinasi akademik yang berarti
kecenderungan untuk selalu atau hampir selalu menunda pekerjaan tugas-tugas
akademik dan selalu atau hampir selalu mengalami kecemasan yang mengganggu
terkait prokrastinasi akademik yang dilakukan. (Suhadianto dan Pratitis, 2019)
Prokrastinasi akademik merupakan perilaku menunda-nunda mengerjakan ataupun
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Prokrastinasi akademik yang dialami oleh
mahasiswa tersebut terdiri dari beberapa aspek antara lain keyakinan akan kemampuan,
ganggaun perhatian, faktor sosial, manajemen waktu, inisiatif, pribadi, dan kemalasan.
(Muyana, 2018).
Berbagai bentuk prokrastinasi dapat dilakukan oleh siapapun dan dapat dilakukan
pada semua jenis pekerjaan. Ferrari, Johnson, & Mc Cown (1995) membagi
prokrastinasi menjadi dua jenis, antara lain:
1. Functional procratinasi merupakan menunda pekerjaan atau tugas dengan
tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih akurat.
2. Dysfunctional procrastinasi yaitu menunda pekerjaan atau tugas tidak
berdasarkan tujuan, berakibat buruk dan menimbulkan masalah. Ada dua jenis
dysfunctional procrastinasi berdasarkan tujuan melakukan penundaan yaitu:
desisional procrastination adalah suatu penundaan dalam mengambil
keputusan, merupakan suatu coping untuk menghindari kemungkinan stres dan
menyesuaikan diri dalam pembuatan keputusan yang dipresepsikan penuh
stres. Desisional procrastination berhubungan dengan kelupaan, kegagalan
proses kognitif, akan tetapi tidak berkaitan dengan kurangnya tingkat
intelegensi seseorang. Jenis yang kedua dari dysfunctional procrastination
adalah evoidance procrastination dan behavioral procrastination yang
merupakan suatu penundaan dalam perilaku yang tampak. Penundaan
dilakukan untuk menghindari tugas yang dirasa tidak menyenagkan dan sulit
untuk dilakukan.
Self regulation mengacu pada kemampuan individu untuk mengubah perilaku
perilaku mereka. Ini adalah proses dimana individu berusaha untuk membatasi
hal hal yang tidak diinginkan untuk mengontrol perilaku perilaku yang tidak
diinginkan. Regulasi berarti perubahan, terutama perubahan dalam perilaku sehingga
sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Polivy, 1998, dalam Baumeister, 2007).

3
Zimmerman (2001) mengkarakteristikkan orang yang memiliki regulasi diri yang
baik kedalam tiga aspek, yaitu:
1. Metakognisi
Metakognisi adalah kemampuan siswa untuk merencanakan,
mengorganisasikan, monitoring dan memgevaluasi diri pada proses belajar
2. Motivasi
Motivasi berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mendorong
diri dan berkonsentrasi pada tujuan serta mampu mengelola emosi dan afeksi
sehingga siswa dapat beradaptasi terhadap tuntutan tugas
3. Perilaku
Aspek ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam mengatur waktu,
mengatur lingkungan fisik dan memanfaatkan oranglain dalam membantu proses
belajar.

Dalam proses melakukan regulasi diri, mahasiswa yang melakukan prokrastinasi


akademik perlu untuk mengerti akan pentingnya pendidikan dan mampu mengatur
waktunya dengan baik.
Proses regulasi diri menurut Pintrich (2000) ini terdiri dari 4 fase, yaitu:

a. Planning
Di fase ini, mahasiswayang melakukanprokrastinasi diminta untuk
membuat tujuan yang diinginkan, mengetahui apa saja yang sudah dilakukan
sebelumnya (dengan mengetahui kesulitan yang dialami, dan
mengetahui kemampuan yang dibutuhkan agar tujuan tercapai).
b. Self monitoring
Fase ini membantu mahasiswa yang melakukan prokrastinasi untuk
memantau kognisi, motivasi, emosi, penggunaan waktu dan usaha apa yang
telah dilakukan. Selain itu, fase ini juga membantunya untuk mengerti apa
kekurangan dirinya dan apa yang seharusnya dilakukan.
c. Control
Fase ini meliputi pemilihan dan penggunaan strategi kontrol
pikiran, motivasi dan emosi (strategi motivasi dan strategi dari kontrol
emosi), serta terkait dengan waktu dan usaha mengatur dan melakukan tugas
akademik yang beragam.
d. Evaluation
Fase refleksi atau evaluasi ini termasuk penilaian dan evaluasi
tentang apa yang telah mahasiswa buat berkaitan dengan pelaksanaan
tugasnya, membandingkannya dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya,
apakah tugas yang dilakukan berhasil atau gagal, dan apa yang akan dilakukan
yang berkaitan dengan tugas-tugasnya

4
II.II Paradigma Waktu

 Definisi Paradigma Waktu


Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam tergantung pada sudut
pandang yang menggunakannya. Jika dari sudut pandang penulis, maka paradigma
adalah cara pandang seseorang mengenai suatu pokok permasalahan yang bersifat
fundamental untuk memahami suatu ilmu maupun keyakinan dasar yang menuntun
seorang untuk bertindak dalam kehidupan sehari-hari.(Diamastuti, 2015)

Paradigma dapat diartikan sebagai seperangkat keyakinan atau kepercayaan


yang mendasari seseorang dalam melakukan segala tindakan.dapat diterjemahkan
sebagai seperangkat asumsi yang dianggap benar apabila melakukan suatu
pengamatan supaya dapat dipahami dan dipercaya dan asumsi tersebut dapat
diterima. Dengan kata lain bahwa paradigma adalah sebuah bingkai yang hanya perlu
diamati tanpa dibuktikan karena masyarakat para pendukungnya telah
mempercayainya. Hanya tinggal kita saja yang perlu untuk mencermati dari berbagai
macam paradigma yang ada.(Diamastuti, 2015)

5
II.III Manajemen Waktu
Waktu adalah kemampuan untuk mengalokasikan waktu dan sumber daya
untuk mencapai tujuan. Manajemen waktu bukan hanya mengacu pada pengelolaan
waktu, tetapi lebih cenderung bagaimana memanfaatkan waktu. Seseorang yang
mampu mengelola waktu akan menentukan prioritas dari berbagai tugas yang di
hadapi, fokus waktu dan energi pada tugas yang paling terlebih dahulu.

Tidak memiliki pemahaman manajemen waktu ditandai dengan perencanaan yang


tidak terorganisasi, tidak jelas, tidak konsisten, dan tidak ada tujuan, dan kurang
disiplin dalam menggunakan waktu.
Manajemen waktu adalah proses harian yang digunakan untuk membagi waktu,
Membuat jadwal, daftar hal hal lain yang harus dilakukan, pendelegasian tugas, dan
sistem lain yang membantu menggunakan waktu secara efektif mengatur waktu secara
efisien dan efektif bukan sesuatu yang mudah apalagi berupaya untuk mentaatinya
secara konsisten dan persisten. Manajemen waktu merupakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi
salah satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif
dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Adapun aspek –aspek dalam manajemen waktu, yaitu:
1. Penetapan tujuan dan prioritas
2. Mekanisme manajemen waktu
3. Kontrol terhadap waktu

Penetapan tujuan dan prioritas tersebut ditetapkan berkaitan dengan tugas dan
tanggung jawab yang dipikul individu pada saat itu. Misalnya, dalam suatu minggu di
sekolah akan dilakukan ujian, sementara siswa juga mempunyai jadwal rutin les musik,
dan mengumpulkan tugas mandiri. Berkaitan dengan tiga kegiatan tersebut individu
harus memilih mana yang lebih penting untuk didahulukan antara mempersiapkan
ujian, mengumpulkan tugas mandiri atau les musik. Seseorang harus menetapkan
tujuan dari masing-masing kegiatan tersebut. Jadi, manajemen waktu belajar adalah
tindakan dan proses perencanaan dan pelaksanaan kontrol sadar atas sejumlah waktu
yang akan digunakan untuk aktivitas belajar. Manajemen waktu belajar membutuhkan
sejumlah keterampilan dan cara yang digunakan dalam mengelola waktu dalam belajar.
Mengoptimalkan waktu belajar merupakan hal yang penting karena waktu dan belajar

6
sangat berkaitan. Ketika belajar ada beberapa waktu yang menjadi kunci utama untuk
memperoleh pembelajaran yang efektif.
.

7
II.IV Manajemen Stres
Secara etimologi stres adalah gangguan atau kekacauan mental dan emosional
yang dsebabkan oleh faktor luar ( KBBI, 2016:860 ). Stres juga berarti ketegangan-
ketegangan syaraf (Hassan Shadily, 2017:583). Beragam pendapat mengenai
pengertian stres. Dalam tulisan berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat
mengenai pengertian stres. Vincent Cornelli merumuskan konsep stres sebagai
gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan
kehidupan. Stres dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di
dalam lingkungan tersebut. (Grant Brecht, 2015: 8). stres adalah tanggapan/reaksi
tubuh terhadap berbagai tuntutan atau beban atasnya yang bersifat non spesifik.
Redaksi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Hans Selye, dalam Iskandar
Junaidi (2017: 109), yang mendefinisikan stres sebagai “respon tidak spesifik tubuh
atau segala macam perintah dari tubuh”.

Stressor adalah tuntutan-tuntutan untuk menyesuaikan diri. Strain adalah tegangan


yang terdapat atau terjadi pada seseorang akibat adanya sumber ketegangan. Dengan
kata lain, stresor adalah segala sesuatu yang meyebabkan kita menjadi stres. Stresor
adalah hal yang dianggap suatu ancaman yang nyata dan dirasakan mengganggu
stabilitas atau kenyamanan seseorang. Stresor bisa terjadi secara akut, kronis, dari
dalam atau luar, baik secara jasmani atau rohani, nyata atau hanya suatu khayalan.
Dan stresor dapat dirasakan oleh tubuh kita tanpa kita sadari. (Iskandar Junaidi,
2016: 109). Dapat dikatakan bahwa stressor adalah adjutive demand (tuntutan untuk
menyesuaikan diri).

Kondisi stres dapat terjadi dimana-mana. Henry Parker (2017) merinci


kondisi stres berdasar tempatnya sebagai berikut:
1. Stres di tempat kerja
Penyebab umum stres di tempat kerja Lebih
disebabkan problem organsasi
a) Insufficient back-up
b) Terlalu lama jam kerja (long or unsociable hours)
c) Tidak mempunyai kedudukan, rendah upah/gaji dan tidak ada promosi ke
depan yang baik (poor status, pay and promotion prospects)

8
d) Kebiasaan yang tidak perlu dan prosedural (unnecessary rituals and
procedures)
e) Tidak memenuhi kebutuhan dan tidak nyaman (uncertainty and
insecurity)
2. Stres di Rumah
Terdapat beberapa penyebab stres di rumah:
a) Stres disebabkan pasangan
b) Stres disebabkan masalah anak
c) Stres disebabkan pengurusan rumah tangga
d) Stres karena tekanan lingkungan di sekitar rumah
3. Psikososial
Secara global, Dadang Hawari (2017) menjelaskan jenis stresor psikososial
dalam bentuk sebagai berikut :
a) Perkawinan.
b) Problem orangtua.
c) Hubungan interpersonal (antar pribadi).
d) Pekerjaan
e) Lingkungan hidup.
f) Keuangan.
g) Hukum.
h) Perkembangan.
i) Penyakit fisik atau cidera.(Dadang Hawari, 2017:31-35)

Stress memiliki dua gejala yaitu:


1. Gejala Fisik
Gejala stress secara fisik dapat berupa jantung berdebar, nafas cepat dan
memburu/terengah-engah, mulut kering, lutut gemetar, suara menjadi
serak, perut melilit, nyeri kepala seperti diikat, berkeringat banyak, tangan
lembab, letih yang tak beralasan, merasa gerah, panas, otot tegang.
2. Gejala Psikis
Keadaan stress dapat membuat orang-orang yang mengalaminya merasakan
gejala-gejala psiko neurosa (neurotik), seperti cemas, resah, gelisah, sedih,
depresi, curiga, Fabio (takut), bingung, salah paham, agresi, labil, jengkel,
marah, lekas panik, cermat secara berlebihan.(Iskandar Junaidi, 2016: 113-
114

9
II.V Jaringan Suportif
Jaringan supportive adalah jaringan (“network”) social yang di dalamnya
terdapat orang-orang atau lembaga yang dapat mensupport mahasiswa, yaitu orang
atau lembaga tempat di mana mahasiswa akan datangi pada saat membutuhkannya.
Jaringan ini bisa saja terdiri dari keluarga, teman-teman, dosen, kakak angkatan,
dsb. Seringkali kita tidak dapat mengidentifikasi siapa-siapa saja orang di sekitar
kita yang dapat dianggap berpotensi untuk dapat memberi dukungan. Padahal
dengan menyadari seorang mahasiswa memiliki jaringan ini, dalam arti mengenali
siapa-siapa saja di sekitarnya yang dapat mensupportnya, maka seseorang akan
merasa lebih aman, nyaman, bahkan dapat meningkatkan self esteemnya; yang amat
penting dalam belajar. (Toleng dan Kusmarini,2018)
Dengan menyadari dan memiliki jaringan supportive ini akan ada nilai
tambah yang diperoleh yaitu yang dapat diperoleh yang belajar dari relasinya
dengan orang lain, misalnya pengetahuannya, dukungan, peluang untuk
menghubungi setiap diperlukan dan juga bimbingan. “external value”), juga nilai
tambah yang dapat diperoleh melalui dialog, kolaborasi, berpikir kritis, refleksi,
dan umpan balik. (“internal value”).
Pertanyaan besar yang muncul adalah mengapa membutuhkan jaringan
ini? Mahasiswa masuk Perguruan Tinggi yang merupakan lingkungan baru, yang
menuntut penyesuaian diri yang terus menerus, bukanlah hal mudah. Oleh karenanya
perlu dukungan dari lingkungannya. Dengandemikian, perlu membangun dukungan
sosial, yang untuk selanjutnya memelihara hubungan tersebut. Akademiknya,
malahan dapat menariknya ke hal-hal yang negatif; yang bahkan bisa merusak masa
depan kita. Penting di sini bagi kita untuk bisa melihat bahwa jaringan supportive
bukanlah solidaritas sesama teman sebaya. Kita tidak perlu kehilangan diri kita
sendiri, bahkan dengan kita bersama orang lain; akan lebih menguatkan ke-aku-an
kita. Jaringan supportive yang sehat dapat membantu kita mempertegaskan ”siapa
aku”. Kita bergaul bersama orang lain, tanpa kehilangan ”aku” kita.
Pada intinya, membangun jaringan supportive adalah membangun dan
membina relasi antar pribadi, membina hubungan antar manusia. Oleh
karenanya salah satu basic skill yang dibutuhkan adala keterampilan
berkomunikasi.

10
II.VI Pentinganya Mebangun Motivasi Dalam Perkuliahan
Menurut Kartono (1979), istilah moti- vasi berasal dari kata latin yaitu “motivus”
yang berarti sebab, alasan dasar, pikiran dasar, do- rongan seseorang untuk berbuat,
atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia.
Pengertian ini bermakna bahwa motivasi sangat mempengaruhi setiap aktivitas
manusia.
Geitman (1989), menganggap bahwa motivasi itu berfungsi sebagai suatu keadaan
internal organisme, bai pada manusia maupun pada hewan yang mendorongan untuk
berbuat sesuatu yang juga berarti bahwa motivasi meru- pakan pemasok daya
(energizer) untuk berting- kah laku secara terarah.
McDonald (1950),menggangap bahwa motivasi sebagai suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang, yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Pengertian tersebut diatas, mengandung tiga elemen penting
yang saling berkaitan, yaitu:
1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan
tersebut terjadi disebabkan oleh perubahan tertentu pada sistem neurofisiologis
dalam organisme manusia, misal- nya: karena terjadinya perubahan dalam
sistem pencernaan maka timbul motiv lapar.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (affect-tive arousal), mula-mula
berupa kete- gangan psiklogis, lau berupa suasanan emosi, kemudian
menimbulkan tingkah laku yang ber- motif. Perubahan ini dapat diamati pada
peru- bahan seseorang misalnya : pada saat terlibat dalam suatu disikusi, dia
tertarik pada masalah yang sedang dibicarakan, karenanya ia bersuara/
mengemukakan pendapatnya dengan kata-kata yang incar dan tepat.
3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan yang ber- motivasi
memberikan respon-respon kearah tujuan tertentu. Respon-respon itu berfungsi
me- ngurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam
dirinya.
Motivasi belajar mahasiswa, baik dalam mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas,
dan mengikuti ujian, hal ini menjadi perhatian peneliti kepada mahasiwa khusus karena
motivasi belajar mahasiswa akan memberi dampak baik kepada proses pembelajaran
dalam perkuliahan. Untuk itu motivasi memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas mahasiswa yang baik, karena mahasiswa menjadikan motivasi sebagai salah
satu faktor pendorong dalam pe- ningkatan hasil belajar dan prestasi, sehingga
produktivitas kerjanya untuk menyelesaikan
tugas dan beban yang diberikan kepadanya akan menghasilkan hasil yang semaksimal
mungkin guna kelancaran dan keberhasilannya dalam perkuliahan, sebab suatu

11
individu akan mencapai suatu keberhasilan bila ditunjang oleh motivasi yang baik
dalam penyelesaian tugas, mengikuti ujian dan hal–hal lain yang bersifat membangun
demi kelancaran kegiatan keerhasilan perkuliah- an.
Motivasi belajar tidak hanya bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa, namun juga
berfungsi dalam meningkatkan kualitas diri dan kualitas akademik. Lens, Lacante,
Vansteenkiste, dan Herrera (2005, dalam Latipah, 2010) menegaskan bahwa siswa
yang berprestasi akademik tinggi cenderung memiliki motivasi daya saing yang kuat
dibanding dengan siswa yang berprestasi rendah. Najati (2005) dalam bukunya “Al
Quran dan Psikologi” juga menegaskan pentingnya motivasi dalam memunculkan
semangat belajar, yakni dengan stimulasi perpaduan antara rasa takut dan harapan,
artinya pemberian pujian, hadiah, reward akan memunculkan harapan dan impian
dalam mewujudkan cita-cita yang diinginkan, demikian sebaliknya jika anak
senantiasa berhadapan dengan ancaman maka semakin lama akan menimbulkan rasa
takut pada jiwa seseorang, dan membuatnya putus asa, merasa tidak berdaya, akhirnya
menurunnya motivasi dalam diri.
Demikian pentingnya peranan motivasi dalam mendorong perilaku manusia,
sehingga dalam psikologi sering dikaitkan dengan konstrak-konstrak lainnya, seperti
yang dikutip dalam tulisan Riyono (2012), yakni keterkaitan dengan motif
(McClelland, 1966); kebutuhan (Maslow, 1943), tujuan (Locke & Latham, 1990) dan
kompetensi (White, 1959). Pada diri manusia terdapat dua dorangan yang kuat, yakni:
Pertama, harapan mendapat rahmat Allah, mendorong seseorang untuk meunaikan
ibadah, kewajiban, dan semua perintah agama. Kedua, takut akan siksa Allah,
mendorongnya untuk menjauhi segala dosa, maksiat dan semua larangan agama
(Najati, 2005). Berdasarkan dua dorongan ini, memberikan harapan pada manusia
dalam memunculkan dorongan untuk berperilaku, adanya harapan nikmat surga dan
adanya balasan berupa ancaman neraka. Perpaduan antara rasa takut dan harapan ini
memunculkan dorongan kuat pada diri kaum muslim (Najati, 2005). Partisipan
penelitian ini keseluruhannya adalah mahasiswa baru muslim yang sedang beradaptasi
dengan situasi baru, adanya perasaan takut dan harapan menjadi salah satu alasan
dalam memotivasi belajar.

12
BAB III
PEMBAHASAN
III.I Prokrastinasi
Pada setiap tugas individu yang berbeda, akan ada respon yang berbeda-beda juga
dalam menyikapinya. Ferrari (Nugrasanti, 2006: 26) mengemukakan bahwa menunda
tugas akademik disebut dengan prokrastinasi akademik, yaitu suatu perilaku untuk
menunda-nunda mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas-tugas akademik. Perilaku
tersebut dapat dilihat pada siswa yang menunda-nunda untuk memulai atau
menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah, menyerahkan tugas melewati batas waktu,
menunda untuk membaca bahan pelajaran, malas untuk membuat catatan, terlambat
masuk kelas dan cenderung lebih suka belajar pada malam terakhir menjelang ujian.
Pendapat mengenai prokrastinasi akademik selanjutnya dikemukakan oleh Wolter
(2003) bahwa “prokrastinasi akademik merupakan kegagalan dalam mengerjakan
tugas akademik dalam kerangka waktu yang diinginkan atau menunda mengerjakan
tugas sampai saat-saat terakhir”. Prokrastinasi akademik dipahami sebagai suatu
perilaku yang menjadi kebiasaan yang tidak efektif dan cenderung ke arah negatif
dalam menunda-nunda pekerjaan. Prokrastinasi yang berkepanjangan tentu dapat
mengganggu proktivitas individu dan dapat mengganggu kondisi individu secara
psikis.
Hasil penelitian Yudistiro (2016:428) diketahui siswa yang memiliki prokrastinasi
akademik tinggi dan sangat tinggi dengan jumlah 4 siswa atau sekitar 7.55 persen di
kategori sangat tinggi dan 17 siswa atau 32,08 persen di kategori tinggi. Dalam kategori
ini, siswa cenderung selalu menunjukan perilaku penundaan mengerjakan tugas
akademik sebagai suatu pegunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan
perasaan tidak suka untuk megerjakan sesuatu yang harus dikerjakan.
Spesifikasi prokrastinasi akademik menurut Millgram (Ferrari, Johnson, &
McCown, 1995) merupakan perilaku spesifik yang meliputi:
1. suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan baik saat memulai maupun
menyelesaikan suatu tugas
2. Menghasilakan akibat-akibat yang lebih jauh, seperti keterlambatan
menyelesaikan tugas, atau kegagalan dalam mengerjakan tugas
3. Melibatkan suatu tugas yang dipresepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai
suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, sekolah
maupun rumah tangga
4. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya
perasaan cemas, panik,bersalah, marah dan sebagainya.

13
Faktor internal penyebab prokrastinasi adalah kondisi fisik dan psikologis individu
seperti kesehatan, regulasi emosi, efikasi diri dan keyakinan diri. Faktor eksternal
prokrastinasi yaitu penyebab yang datang dari luar, seperti tugas yang terlalu
sulit. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik diprediksi sangat sedikit
yang memanfaatkan tenggang waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas.
Penundaan yang tidak disertai dengan peran adaptif mahasiswa dapat menyebabkan
mahasiswa kurang berprestasi.
Menurut Ferrari, Johnson, & Mc Cown (1995) menyebutkan bahwa penyebab
perilaku prokrastinasi adalah:
1. Adanya pikiran irrasional dari prokrastinator, yaitu anggapan bahwa suatu
tugas harus diselesaikan dengan sempurna.
2. Adanya kecemasan karena kemampuannya dievaluasi, ketakutan akan
kegagalan dan susah mengambil keputusan, atau karena membutuhkan bantuan
orang lain untuk mengerjakan tugasnya.
3. Malas dan kesulitan mengatur waktu dan tidak menyukai tugasnya.
4. Adanya punishment dan reward juga dapat menyebabkan prokrastinasi
sehingga merasa lebih aman jika tidak melakukan dengan segera karena dapat
menghasilkan sesuatu yang tidak maksimal.
5. Adanya faktor lingkungan, yaitu kurangnya pengamatan dari lingkungan
seperti keluarga atau di lingkungan sekolah juga menyebabkan seseorang
melakukan prokrastinasi.
6. Selain itu prokrastinasi disebabkan karena tugas yang menumpuk, terlalu
banyak dan harus segera dikerjakan, sehingga penundaan tugas yang satu dapat
menyebabkan tugas lain tertunda.
Mahasiswa yang memiliki kecenderungan berprilaku prokrastinasi akademik
diidentifikasi melalui berbagai indikator prokrastinasi akademik antara lain keyakinan
akan kemampuan, gangguan perhatian, faktor sosial, manajemen waktu, inisiatif
pribadi, dan kemalasan.
Penelitian Knaus menemukan pengaruh manajemen waktu, self talk, dan membuat
catatan terhadap penurunan prokrastinasi. Penelitian lain menunjukkan REBT efektif
menurunkan prokrastinasi. REBT adalah salah satu pendekatan dalam konseling yang
membantu klien untuk mengubah pandangan dan keyakinan irasional klien menjadi
rasional, membantu mengubah sikap cara berpikir dan persepsi.
Salah satu strategi yang digunakan untuk menurunkan prokrastinasi adalah
memotivasi diri, membuat rencana tertulis, melawan malas, mengatur waktu,
mengatur mood, membuat deadline dan fokus pad tujuan.

14
III.II Paradigma Waktu
 Definisi Paradigma Waktu

Paradigma adalah sebuah bingkai yang hanya perlu diamati tanpa dibuktikan karena
masyarakat para pendukungnya telah mempercayainya. Hanya tinggal kita saja yang
perlu untuk mencermati dari berbagai macam paradigma yang ada.(Diamastuti, 2015)

 Terdapat dua teori paradigma waktu, yakni :


1. Waktu adalah uang ( Time is Money)
Bila seseorang menganggap waktu adalah uang sebenarnya tidak selaras
dengan kenyataannya. Karena uang bisa di kembangkan dengan cara dikumpul,
dan ditabung. Sedangkan waktu tidak dapat di kembangkan karena waktulah
yang mendatangi kita. (Fahlevi, 2016)
2. Waktu adalah kehidupan
Bila seseorang menganggap waktu adalah kehidupan memang benar. Karena
waktu tak luput dari kehidupan kita sehari-hari. Waktu mendorong kita untuk
selalu bertanggung jawab atas setiap waktu yang akan dilalui. (Fahlevi, 2016)

15
III.III Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggrakkan, dan
pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya untuk kerja.
Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari
tercapainnya tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan
efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu makna pengurangan waktu yang
ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Manajemen
waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input. Tampak
dan dirasakan seperti membuang buang waktu dengan mengikuti fungsi manajemen
dalam mengelola waktu. Merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah
suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan
terhadap waktu.
Aplikasi Manajemen Waktu Bagi Mahasiswa
Membedakan Urgen Dan Importen
Menurut Steven Covey yang ditulis didalam bukunya yang berjudul First
Things First dapat menjadi bahan acuan untuk membedakan antara Urgent Vs
Important. Urgent merupakan area / domain waktu sedangkan important merupakan
area target. Masih menurut Steven, ada 4 domain yang seringkali dapat membuat
bingung antara urgent dan important, yaitu
1) Ada tugas yang urgent dan important
Misal penyelesaian tugas akhir atau skripsi menjelang batas akhir, projek yang sudah
mendekati deadline dan lain-lain.
2) Ada tugas yang urgent tetapi tidak important Misal panggilan telpon atau sms,
perbaiki atap bocor di musim hujan, dan lain-lain.
3) Ada tugas yang tidak urgent tetapi important Misal perhatian kepada anak/keluarga,
perencanaan projek, perencanaan keuangan keluarga, dan lain-lain.
4) Ada tugas yang tidak urgent dan tidak important Misal menonton infotainment,
bermain game, chatting/telepon yang tidak perlu, dan lain-lain.
Prioritas dan Bukan Hal prioritas adalah jika tidak dilakukan akan berdampak
tidak baik bagi diri sendiri. Selain itu ada hal yang perlu kita ketahui untuk
mengakomodir semua kebutuhan kita dalam perencanaan perlu kita mengetahu hal
proiritas dan tidak. Yang di maksud dengan hal prioritas adalah sesuatu yang kalau
tidak dilakukan akan memberikan dampak buruk bagi kita, sehingga hal ini adalah
mendesak yang tidak bias ditunda. Sehingga dalam proses manajemen waktu perlu

16
dilakukan identifikasi kebutuhan bagi mahasiswa untuk dimasukan dalam perencanaan
sesuai dengan ukuran prioritas dan tidak seperti dalam. Beberapa kebutuahan
mahasiswa dalam hal ini dapat dikelompokan menjadi 4 bagian besar :
1) Kebutuhan Belajar ( peningkatan kecerdasan intelektual)
2) Kebutuhan Kecerdasan Spiritual
3) Kebutuhan Pengembangan Diri
4) Pengabdian Masyarakat

Fungsi dan Tujuan Manajemen Waktu


Keberhasilan suatu kegiatan atau pekerjaan tergantung dari manajemennya. Pekerjaan
itu akan berhasil apabila manajemennya baik dan teratur, dimana manajemen itu
sendiri merupakan suatu perangkat dengan melakukan proses tertentu dalam fungsi
yang terkait. Maksudnya adalah serangkaian tahap kegiatan mulai awal melakukan
kegiatan atau pekerjaan sampai akhir tercapainya tujuan kegiatan atau pekerjaan.
Pembagian fungsi manajemen menurut beberapa ahli manajemen, di antaranya yaitu :
1. Menurut Dalton E.M.C. Farland (1990) dalam “Management Principles and
Management”, fungsi manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
2. Menurut George R. Ferry (1990) dalam “Principles of Management”, proses
manajemen terbagi menjadi :
• Perencanaan (Planning).
• Pengorganisasian (Organizing).
• Pengawasan (Controlling).
• Pelaksanaan (Activating).
Fungsi – Fungsi manajemen :
l) Fungsi perencanaan
Pada hakekatrya perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan yang
merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan/tindakan-tindakan ekonomis dan efektif pada
waktu yang akan datang. Pross ini memerlukan pemikiran tentmg apa yang perlu

17
dikerjakan, bagaimana dan di mana suatu kegiatan perlu dilakukan serta siapa yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya.
2) Fungsi pengorganisasian
Fungsi Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses menciptakan hubungan-
hubungan antara fungsi-fungsi, personalia dan faktor fisik agar kegiatan-kegiatan yang
harus dilaksanakan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama.
3)Fungsi pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang menstimulir tindakan-tindakan agar
betul-betul dilaksanakan. Oleh karena tindakan-tindakan itu dilakukan oleh orang,
maka pengarahan meliputi pemberian perintah-perintah dan motivasi pada personalia
yang melaksanakan perintah-perintah tersebut.
4)Fungsi pengkoordinasi
Suatu usaha yang terkoordinir ialah di mana kegiatan karyawan itu harmonis. terarah
dan diintergrasikan menuju tujuan-tujuan bersama. Koordinasi dengan demikian sangat
diperlukan dalam organisasi agar diperoleh kesatuan bertindak dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi.
5)Fungsi pengawasan
Fungsi pengawasan pada hakekatnya mengatur apakah kegiatan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang ditentukan dalam rencana. Sehingga pengawasan
membawa kita pada fungsi perencanaan. Makin jelas. lengkap serta terkoordinir
rencana-rencana makin lengkap pula pengawasan.
Tujuan Manajemen Waktu
Tujuan manajemen waktu adalah untuk mengubah perilaku kita dari waktu ke
waktu untuk mencapaia apapun tujuan umum yang telah ditetapkan, seperti
meningkatkan produktifitas atau mengurangi stres. Tujuan manajemen yang lainnya
adalah :
 Membuat pekerja atau karyawan bekerja menjadi lebih efektif.
 Agar tercapai ketentraman dan keseimbangan dalam hidup.
 Menyusun jadwal harian agara dapat berjalan dengan baik.
 Meletakkan prioritas tertentu sehingga kita tahu pekerjaan penting apa yang
harus dikerjakan lebih dulu.
 Tercapainya tujuan suatu organisasi karena tersusunnya jadwal waktu setiap
pelaksanaan kegiatan.
 Menjadikan seseorang lebih disiplin.
 Mendorong terciptanya sikap positif akan perubahan dalam diri.

18
 Berkurangnya penolakan terhadap perubahan.
Tips Manajemen Waktu
1. Membuat perencanaan
2. Disiplin Waktu
3. Buat prioritas
4. Hentikan kebiasaan menunda
5. Fokus

19
III.IV Manajemen stress
Manajemen stres adalah tentang bagaimana kita melakukan suatu tindakan dengan
melibatkan aktivitas berpikir, emosi, rencana atau jadwal pelaksanaan, dan cara
penyelesaian masalah. Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan sumber
sumber stres yang terjadi dalam kehidupan. Stress dalam pekerjaan dapat dicegah
timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh dampaknya yang negative. Prinsip
dasar, menjadi bagian pentinmg agar seseorang mampu merancang solusi terhadap
masalah yang muncul terutama yang berkaitan dengan penyabab stress. Mengatasi
stress dengaan cara beriorentasi pada tugas berarti upaya mengatasi masalah tersebut
secara dasar, realistis dan rasional.
Manajemen stress lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulinya secara adaptatif dan efektif. keuntungan yang didapatkan jika kita
berhasil dengan elegan dan cerdas mengelola stress menjadi strength: Meningkatkan
daya dobrak individu menghadapi tantangan. Ini terjadi karena begitu berhasil
menjinakkan satu kondisi stres, maka Kita akan lebih bersemangat dalam hidup.
Enam hal yang tidak di sadari membuat anda mudah stress:
1. Kebiasaan tidur yang buruk
Kebiasaan tidur yang kurang baik memang sudah menjadi rahasia umum menjadi
salah satu faktor penyumbang stress, kecemasan, dan kecenderungan tidak
produktif. Kurangnya tidur dapat menyerang bagian otak yang berfungsi
menyebabkan rasa cemas pada manusia. Penyebab utama dari kurang tidur adalah
memulai tidur pada waktu yang berbeda-beda, tidak memprioritaskan tidur, dan
yang sering terjadi adalah sibuk menggunakan laptop, ponsel, atau gadget lainnya
sebelum tidur.
2. Makan tidak teratur
Dilansir dari bodyandhealth.com, “menunda makan terlalu lama atau melewatkan
sarapan dapat menyebabkan kadar gula darah tidak stabil, dan dapat memicu
kecemasan, kebingungan, pusing, hingga sulit untuk bicara.” Dehidrasi atau
kekurangan cairan dalam tubuh juga dapat menimbulkan akibat yang sama, karena
pada dasarnya makanan dan minuman adalah kebutuhan primer biologis.
3. Minum kopi
Dalam konteks manfaat jangka pendek, memang kopi sering kali kita gunakan
sebagai solusi. Misalnya, untuk membuat kita lebih fokus dan awas dalam jangka
waktu beberapa jam ke depan. Namun, di balik manfaat tersebut, kopi membuat
kita lebih sensitif, mudah tersinggung, cemas, dan gugup. Kafein ternyata

20
memompa rasa panik dalam diri kita, dan kemudian membuat kita fobia pada
sekitar. Kafein juga bersifat diuretik, yaitu memicu percepatan pembentukan urin,
dan hal tersebut menambahkan kecemasan tersendiri.
4. Duduk terlalu lama
Terlalu lama duduk akan menimbulkan kecemasan pada diri. Kini sebagian besar
pekerjaan menempatkan kita berada di meja kerja, dan seluruh pekerjaan dapat
diakses melalui komputer. Namun, ternyata hal ini juga tidak baik untuk psikologi
kita.
5. Kerja lembur
Saat pekerjaan mengambil jatah waktu kehidupan keseharian kita, maka
kecemasan akan otomatis hadir. Menghiraukan jam kerja dapat menimbulkan
gangguan psikologis pada diri kita.
6. Terlalu lama menonton TV
Sebuah penelitian menyangkal metode tersebut. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa rasa cemas dan stress bisa didapati oleh seseorang yang menonton TV lebih
dari dua jam berturut-turut. Penelitian lain juga menyatakan hal tersebut sama
dampaknya dengan menghabiskan waktu di depan layar komputer
6 Tips Manajemen Stress untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik:
1. Mencari tahu apa penyebab stres
Masing-masing individu bisa jadi memiliki penyebab yang berbeda, sehingga
perlu memerhatikan apa saja yang di alami beberapa waktu belakangan ini. Salah
satu caranya adalah menulis jurnal selama kurang lebih satu hingga dua minggu
untuk mengidentifikasi apa situasi atau kondisi yang membuat Anda merasa
tertekan. Lalu, pahami pula bagaimana Anda merespons situasi tersebut selama
ini.
2. Hindari stres yang tidak perlu
Beberapa pemicu stres yang sebenarnya bisa Anda hindari. Berikut adalah
beberapa hal yang bisa Anda coba lakukan:
3. Berani berkata tidak, baik dalam urusan pribadi atau urusan profesional.
Pahami kemampuan dan batasan agar tidak memberikan beban tambahan kepada
diri sendiri.
4. Hindari orang-orang yang dapat menjadi penyebab munculnya stres.

21
5. Hindari topik yang berpotensi membuat Anda stres, kepikiran, dan
menimbulkan perasaan tak nyaman.
6. Atur jadwal harian Anda sesuai dengan kemampuan. Hapus aktivitas yang
sekiranya tidak harus dilakukan pada hari itu juga.
Ubah kondisi penyebab stres
Manajemen stress yang bisa di lakukan adalah mengubah situasi yang mungkin
dapat menimbulkan stres. Jika penyebab stres yang Anda alami adalah perlakuan dan
sikap orang lain, cobalah untuk menyampaikan perasaan tak nyaman yang selama ini
Anda rasakan dengan cara yang baik dan sopan Dengan mendiskusikannya, Anda dan
orang tersebut bisa sama-sama mengerti apa yang ada di pikiran dan hati masing-
masing. Jangan ragu untuk berkompromi untuk menemukan solusi terbaik.
Adaptasi dengan penyebab stres
Manajemen stress yang tepat adalah dengan menghadapi dan menerimanya.
Dengan mengubah pola pikir dan sudut pandang terhadap penyebab stres, bisa
mengelola stres itu sendiri.
Luangkan waktu untuk melakukan hal yang disukai
Di dalam jadwal yang begitu padat, jangan lupa untuk menyempatkan waktu
beristirahat dan melakukan hal yang di sukai. Pasalnya, ini bisa saja menjadi metode
manajemen stress yang cukup efektif untuk Anda. Dengan ini, Anda bisa lebih siap
menghadapi berbagai penyebab stres yang mungkin menghadang.
Ada beberapa hal yang dapat membantu Anda terlepas dari stres, yaitu:
1. Bermain dengan hewan peliharaan.
2. Berolahraga secara rutin.
3. Berbicara dengan teman atau orang terdekat.
4. Dengarkan musik yang Anda sukai.
5. Minum teh atau kopi hangat.
6. Berkebun.
7. Pijat.
8. Terapkan gaya hidup sehat
Gaya hidup sehat tak hanya baik untuk kesehatan fisik semata, tapi juga bermanfaat
untuk kesehatan mental Anda. Oleh sebab itu, Anda bisa melakukan metode ini untuk
manajemen stress yang efektif. Mulailah dengan menerapkan pola makan sehat, karena
dengan gizi yang seimbang, Juga bisa lebih kuat dan positif dalam menghadapi
berbagai penyebab stress, dan memperbanyak istirahat

22
III.V Jaringan Suportif
Seberapa mandirinya seorang mahasiswa, seberapa pintarnya dia menentukan
tujuan belajarnya sendiri, seberapa besarnya ke-otonomi-annya dalam belajar;
belumlah cukup untuk mengantarnya menjadi mahasiswa yang berhasil. Mahasiswa
masihlah membutuhkan orang lain yang dapat mendukung, membantu, mensupport,
memberikan informasi, sebagai teman berbagi, sebagai teman bertanya, dsb.
Dengan perkataan lain, seorang mahasiswa seyogyanya memiliki kemauan dan
kemampuan untuk menemukan dan mengembangkan jaringan suportif – yaitu
jaringan orang-orang yang ada di sekitarnya yang diperkirakan dapat mensupport
kegiaatan belajarnya nya sendiri.
Mengenali dan memiliki jaringan supportive saja .belumlah cukup. Tidak
semua hal membutuhkan dukungan sumber yang sama. Hal yang berbeda tentunya
membutuhkan sumber dukungan yang berbeda pula. Oleh karenanya mahasiswa perlu
mengenali, dukungan apa yang dia butuhkan. (Instruktur bisa meminta mahasiswa
untuk menurunkan dukungan apa yang dia butuhkan pada saat itu. Mintalah mereka
menuliskannya pada buku catatan mereka)
Penting bagi mahasiswa untuk mengenali jenis dukungan macam apa yang
mereka butuhkan. Setiap jenis dukungan membutuhkan dukungan dari sumber
yang berbeda. Ada yang membutuhkan dukungan lebih bersifat akademik, yaitu
dukungan yang ada hubungannya dengan studinya, dukungan yang berkaitan dengan
bidang studinya, dsb. Selain itu, ada pula .jenis dukungan untuk sesuatu yang lebih
bersifat berguna langsung, misalnya uang, memberikan informasi tempat pondokan,
bea siswa dsb; dukungan semacam ini termasuk dukungan untuk fungsi
instrumental . Sementara ada dukungan lain yang bersifat emosional, dan juga
sosial, misalnya dukungan moral, dukungan psikologis dsb.

Membangun jaringan supportive


Untuk dapat membangun jaringan supportive ini, kita seyogyanya dapat
mengenali siapa sumber dukungan di sekitar kita, yang bisa amat beragam.
Misalnya keluarga, teman, sahabat, dosen, ahli, lembaga formal, komunitas di bidang
ilmu tertentu, dsb. Siapa-siapa saja yang dapat kita masukkan dalam jaringan
supportive kita, tentunya adalah mereka yang sudah kita kenal dan sering
berhubungan denganya. Kalaupun tidak, sumber ini dimungkinkan untuk
dihubungi, artinya ada akses untuk mengontaknya. Selain itu, tentu saja sumber
ini bisa diandalkan, jangan memilih sumber yang ternyata kurang bisa diandalkan.
Dan yang terpenting adalah, kita respek terhadap sumber tersebut. Setelah mengenali
dan mengidentifikasi sumber, kita perlu merencanakan langkah-langkah untuk

23
membangun hubungan dengan sumber tersebut. Langkah-langkah perencanaan
disusun secara sistimatik dan masuk akal serta managable. Dan yang penting juga
dengan cara-cara yang dapat berterima pada semua pihak.
Beberapa tahun belakangan ini, teknologi informasi berkembang sangat pesat.
Bukan tidak mungkin berhubungan dengan sumber ini dilakukan dengan bantuan
teknologi berbasis infor masi, misalnya internet, email dsb. Komunikasi lewat media
ini dimungkinkan, misalnya dalam komunikasi dengan pakar yang berada di tempat
lain, di kota lain bahkan di Negara lain. Selain itu, menjadi anggota komunitas milis
yang berkaitan dengan apa yang ingin kita pelajari dan kembangkan. Namun
demikian,menurut hemat saya, hubungan antar pribadi masihlah penting, dan
bahkan sulit untuk tergantikan. Oleh karenanya apabila memang komunikasi lewat
media ini dibutuhkan, tetap harus memperhatikan etika dan kesantunan dalam
berhubungan antar pribadi. Kombinasi dari teknologi dan hubungan pribadi
membuat kita lebih bertanggung jawab selain atas hasil belajar kita, tetapi juga
kualitas hubungan antar pribadinya. Meski interaksi yang dilakukan jarak jauh dan
dengan bantuan teknologi informasi, proses bimbingan, refleksi, pemberian umpan
balik masih tetap terjadi. Tujuan dan fungsi dari belajar melalui relasi tetap
terjaga, yang berbeda hanyalah modusnya.
Jaringan Supportive yang terbangun dengan baik, akan memiliki ciri-ciri :
- trust yang seimbang - komitmen yang terpelihara - punya tujuan -
masing-masing menjaga loyalitas pada tujuan relasi
- menunjukkan sikap appresiatif yang sehat - dengan demikian bisa
terjalin kolaborasi yang indah

24
III.VI Pentingnya motivasi dalam perkuliahan
Berdasarkan analisis data lebih jauh dapat dikemukakan bahwa meskipun persentase
(62,89%) mahasiswa (sebagian besar) telah me- miliki motivasi tinggi dalam hal
mempersiapkan diri mengikuti perkulihan, namun masih terdapat 37,11% mahasiswa
yang masih memiliki moti- vasi yang rendah.
Mengetahui motivasi dan kemandirian belajar sejak dini bagi mahasiswa yang baru
mengenyam studi di Perguruan Tinggi menjadi salah satu upaya untuk membentuk
lulusan yang profesional (Hidayati & Listyani, 2010). Tinggi rendahnya motivasi yang
dimiliki seorang mahasiswa akan memengaruhinya untuk mandiri dalam belajar. Oleh
karenanya, peran penting motivasi belajar dan kemandirian belajar bagi mahasiswa
baru menjadi tujuan penelitian ini. Hipotesis penelitian ini adalah: 1) terdapat
hubungan positif antara motivasi belajar dan kemandirian belajar; 2) terdapat pengaruh
motivasi belajar terhadap kemandirian belajar; 3) terdapat perbedaan kemandirian
belajar ditinjau dari data demografi mahasiswa.
Hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa motivasi
belajar memberikan pengaruh terhadap kemandirian belajar sebesar R2 = 0,592, hal ini
menunjukkan bahwa kontribusi motivasi belajar dalam memengaruhi kemandirian
belajar mahasiswa baru adalah sebesar 59.2 %, sedangkan sisanya yaitu 40.8% dapat
dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Oleh
karenanya, hal ini menjadi saran untuk peneliti berikutnya jika ingin meneliti dengan
topik yang serupa, maka dapat menambahkan faktor-faktor lain yang dirasa penting
memengaruhi kemandirian belajar. Peran penting motivasi belajar juga dibuktikan oleh
hasil penelitian Mulyaningsih (2014) bahwa siswa dengan kemandirian belajar yang
baik umumnya memiliki motivasi belajar yang baik dan interaksi positif dari keluarga,
sehingga berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar.
Motivasi juga berperan penting sebagai alasan mengapa mahasiswa memilih satu
perilaku diantara perilaku-perilaku lainnya, misal terdapat beberapa mahasiswa yang
memilih jalan-jalan ke mall bersama temannya setelah perkuliahan berakhir, namun
didapati juga sebagian mahasiswa yang lebih memilih pulang ke rumah sehingga lebih
banyak waktu baginya untuk dapat menyelesaikan tugas, atau beberapa mahasiswa
lebih memilih berdiskusi berkelompok untuk membahas tugas.
Implikasi penelitian ini adalah pentingnya kekuatan diri seperti motivasi dalam
membantu proses belajar di perguruan menjadi lebih baik, dengan cara menstimulasi
diri, seperti: membaca buku biografi seorang tokoh agar dapat memaknai jatuh
bangunnya perjuangan hidup, membuat daftar diri agar dapat mengenal kekuatan dan
kelemahan diri, berdiskusi dengan orang tua dan dosen pembimbing terkait masalah

25
yang sedang dihadapi, berkumpul dengan teman-teman yang mampu membawa
dampak positif.
Oleh karenanya, peran penting motivasi belajar dan kemandirian belajar bagi
mahasiswa baru menjadi tujuan penelitian ini. Hipotesisny sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan kemandirian
belajar.
2. Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap kemandirian belajar
3. Terdapat perbedaan kemandirian belanjar ditinjau dari data demografi
mahasiswa

26
BAB III

PENUTUP
III.I Kesimpulan
Stres merupakan suatu gejala yang dimiliki oleh setiap orang dimana hal tersebut dipengaruhi
diri sendiri maupun lingkungan sekitar mereka. Stres juga terjadi dalam kerja dimana stres tersebut
dapat bersumber dari empat hal yaitu tingkat individu, tingkat kelompok, tingkat organisasi dan
ekstraorganisasional. Keempat hal tersebut dapat menghasilkan stres yang berbeda pada setiap
individu tergantung bagaimana individu itu merespon stressor tersebut. Setelah adanya respon
barulah dapat ditentukan bagaimana stres yang dialami seseorang tersebut.
Stres yang terjadi dapat berupa stres positif maupun negatif dimana stres itu akan memberikan
dampak tersendiri bagi orang yang mengalami stres. Stres-stres yang dialami pekerja tersebut
masih dapat diatasi atau dikurangi dengan banyak metode sehingga diperlukannya suatu
manajemen stres dalam pekerjaan suatu organisasi. Serta adanya usaha dari pekerja tersebut untuk
dapat mengurangi stres yang mereka alami.
Pada dasarnya stres terjadi karena terlalu beratnya beban pikiran seseorang serta adanya tekanan
yang membuat kurangnya konsentrasi. Namun semua itu masih dapat dicegah bahkan
dimanajemen untuk dapat mengurangi pengaruhnya dalam bekerja.

III.II Saran

- Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan pada umumnya.


- Semoga dengan adanya materi pada makalah ini bisa menunjang pembelajaran dan diskusi
di dalam kelas.
- Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kelancaran dan
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abd.Latief Toleng & Dyah Kusmarini. 2018. Jaringan Supportive, Jakarta : Modul : Hal 3-7

Diamastuti, E. (2015) ‘Paradigma Ilmu Pengetahuan Sebuah Telaah Kritis’, Jurnal Akuntansi
Universitas Jember, 10(1), p. 61. doi: 10.19184/jauj.v10i1.1246.

Fajhriani, Dyla.N. 2020. Manajemen Waktu Belajar Di Perguruan Tinggi Pada Masa Pandemi
Covid- 19. Universitas Islam Negri Imam Bonjol Padang. Jurnal Of Islamic Educattional
Manajemen. (Hal 2-4)

Fahlevi, D. (2016). Paradigma Awal dari Kesuksesan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, p. 24

Hidayati, K., & Listyani, E. 2010. Pengembangan Instrument Kemandirian Belajar Mahasiswa.
Jurnal Peneitian dan Evaluasi Pendidikan. 14 (1), 84-99.

Mulyaningsih, I.E. (2014). Pengaruh Interaksi Sosial Keluarga, Motivasi Belajar, Dan
Kemandirian Belajar Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 20
(4). 441-451.

Muyana, S. (2018). Prokrastinasi Akademik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Bimbingan


Dan Konseling. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 8(1), 45-52.

Riyono, B. 2012. Motivasi Dengan Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta: Quality


Publishing.

Suhadianto dan pretitis,N. 2019. Eksplorasi Faktor Penyebab, Dampak, dan Strategi untuk
Penanganan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa, Jurnal RAP UNP.10 (2). Hal 204
– 223.

28

Anda mungkin juga menyukai