Anda di halaman 1dari 28

KARYA TULIS ILMIAH

DAMPAK KESEHATAN MENTAL TERHADAP


INTENSITAS PELANGGARAN DI PONDOK
PESANTREN

Pembimbing:

M. Risyad Rahaf Faldi,S.Pd.

Disusun Oleh:

1. Rohimatun Nailis Sa’diyah ( 0057683582 )


2. Riska Leila Amaria ( 0044276520 )
3. Umi Zuhriya ( 0044115738 )

MAI AMANATUL UMMAH PACET

2021
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:

1. Judul : Dampak Kesehatan Mental Terhadap Intensitas Pelanggaran di


Pondok Pesantren
2. Sub Tema : Permasalahan/ keadaan mental health di tengan pandemi Covid-
19
3. Ketua Tim
Nama Lengkap Ketua : Rohimatun Nailis Sa’diyah
NISN : 0057683582
Email : rohimatunnailis82@gmail.com
No.HP : 085772769368
4. Anggota Tim:
 Nama Anggota 1 : Riska Leila Amaria
 Nama Anggota 2 : Umi Zuhriya
5. Guru Pembimbing
 Nama dan Gelar : Muhammad Risyad Rahaf Faldi
 No. HP : 082139154024
6. Sekolah : MA Istimewa Amanatul Ummah

Guru Pembimbing Ketua Tim

(M. Risyad Rahaf Faldi, S.Pd.) (Rohimatun Nailis Sa’diyah)

Mengetahui,
Kepala Sekolah/Waka Sekolah

(Dr. Mujiono, M.Pd.)

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | i


KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kami bimbingan dan
kemudahan untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Dampak Kesehatan
Mental Terhadap Intensitas Pelanggaran di Pondok Pesantren” ini sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah untuk merealisasikan karya
kami dalam keikutsertaan pada lomba IMSCO 2021 yang diselenggarakan oleh
Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dalam karya ilmiah ini kami memaparkan hubungan kesehatan mental
terhadap tingkat pelanggaran santri sebelum dan saat terjadi pandemi Covid-19,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi santri untuk melakukan sebuah
pelanggaran.
Kami dengan penuh kesadaran, menyadari bahwa karya tulis ini masih
sangat jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran sebagai masukan
bagi kami kedepan dalam pembuatan karya ilmiah sangatlah berarti. Akhir kata
peneliti mengucapkan mohon maaf bila ada kata-kata dalam penyampaian yang
kurang berkenan. Sekian dan terima kasih.

Mojokerto, 9 Januari 2021

Peneliti

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | ii


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................... 2
1.3 TUJUAN................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT .............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 4
2.1 KESEHATAN MENTAL ........................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Kesehatan Mental ................................................................ 4
2.1.2 Prinsip Kesehatan Mental ................................................................. 4
2.1.3 Aspek-aspek Kesehatan Mental ........................................................ 5
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental ..................... 6
2.2 COVID-19 ................................................................................................ 7
2.2.1 Pengertian Covid-19.......................................................................... 7
2.3 PESANTREN ........................................................................................... 8
2.2.2 Pengertian Pesantren ......................................................................... 8
Tabel 2.2 ........................................................................................................ 10
Tabel 2.3 ........................................................................................................ 11
BAB III.................................................................................................................. 12
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 12
3.2 Metode Penelitian ........................................................................................ 12
3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ..................................................... 12
3.3.1 Studi Kepustakaan ................................................................................ 12
3.3.2 Angket ................................................................................................... 13
3.3.3 Observasi .............................................................................................. 13

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | iii


3.3.4 Dokumentasi ......................................................................................... 13
BAB IV ................................................................................................................. 14
PEMBAHASAN ................................................................................................... 14
4.1 TINGKAT INTENSITAS PELANGGARAN SANTRI SEBELUM
PANDEMI ......................................................................................................... 14
Gambar 4.1 Diagram jawaban angket terbuka no.1 ..................................... 14
4.2 TINGKAT INTENSITAS PELANGGARAN SANTRI SAAT
PANDEMI ......................................................................................................... 15
Gambar 4.2 Diagram jawaban angket terbuka no.2 ..................................... 15
BAB V ............................................................................................................... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16
5.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 16
5.2 SARAN........................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | iv


ABSTRAK

Kesehatan mental merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang


baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi,
berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti
dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan
mental yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak
sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya
pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan
kesehatan mental itu sendiri. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif.
Berdasarkan metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data berupa wawancara. Peneliti memberikan angket terbuka kepada
10 orang yang berisi 3 butir pertanyaan. Dari jawaban angket tersebut terlihat,
bahwa kondisi mental setiap santri di era pandemi ini berbeda-beda. Sebagian besar
santri merasa bosan dan jenuh, dan sebagian kecil merasa biasa saja. Santri yang
merasa jenuh dan bosan melampiaskan kebosanannya mealui hal-hal yang
cenderung negatif, diantaranya melanggar peraturan pondok karena mereka ingin
melakukan hal-hal yang berbeda dari lingkaran aktivitas sehari-hari mereka selama
di pesantren. Diharapkan dari penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk para santri.
Tetapi juga, diperuntukkan untuk para pelajar yang juga mengalami kebosanan
karena seluruh aktivitas yang harus selalu dilakukan di dalam rumah seperti adanya
sekolah daring (online).

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | v


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan mental merupakan suatu keadaan emosional dan
psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan
kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari kesehatan mental sendiri adalah
lebih pada keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat. Akan tetapi,
dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak sedikit praktisi di
bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya pada
gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan
kesehatan mental itu sendiri. (Dewi,2012)
Ada banyak faktor yang bisa memicu terjadinya gangguan mental,
mulai dari menderita penyakit tertentu sampai mengalami stres akibat
peristiwa traumatis, seperti kehilangan pekerjaan, terisolasi untuk waktu
yang lama, dan lain sebagainya. Mengingat peristiwa-peristiwa traumatis
tersebut kerap dialami banyak orang akhir-akhir ini, maka tak heran adanya
pandemi COVID-19 jika sering dikaitkan dengan munculnya gangguan
mental pada seseorang.
Wabah ini cukup berdampak besar bagi kehidupan masyarakat
Indonesia, tak terkecuali bagi santi-santri yang terpaksa harus terisolasi di
pondoknya masing-masing. Seperti yang diketahui, wabah ini membuat
pemerintah bekerja keras membuat peraturan peraturan baru mengenai
protokol kesehatan. Segala upaya telah dilakukan untuk mengurangi korban
covid-19. Pemerintah telah melakukan lockdown dan PSBB(Pembatasan
Sosial Berskala Besar) di beberapa wilayah Indonesia terutama bagi wilayah
yang berstatus zona merah, seperti Jakarta, Surabaya dan kota kota besar
lainnya.
Peraturan ini juga diterapkan kepada seluruh warga pondok
perantren. Sejak pandemi berlangsung beberapa bulan lalu, kegiatan
sambangan telah ditiadakan dan agenda perpulangan santri masih belum

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 1


diputuskan. Hal ini tentu sangat berdampak pada kehidupan dan kesehatan
psikis para santri yang harus diisolasi di pondok mereka. Tidak banyak dari
santri yang mulai stress karena jenuh akan aktivitas yang mereka lakukan di
pondok dan kurangnya komunikasi dengan orang tua mereka membuat
mereka semakin stress dan tidak bisa mengendalikan emosi mereka terlebih
lagi pada santri yang baru masuk pondok. Tidak sedikit dari mereka yang
mulai melampiaskan emosi mereka dengan melanggar peraturan-peraturan
yang telah diterapkan. Hal ini membuat pihak pesantren mulai prihatin dan
dibuat berfikir dengan tindakan santri-santri mereka yang mulai
memberontak karena merasa jenuh dengan kegiatan mereka di pondok
selama pandemi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan dari latar belakang yang telah kami uraikan diatas. Kami
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pelanggaran santri sebelum pandemi?
2. Bagaimana tingkat pelanggaran santri saat terjadi pandemi?

1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah kami sebutkan, tujuan kami
dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini adalah :
1. Mengetahui seberapa banyak tingkat pelanggaran santri yang terjadi di
pondok pesantren sebelum adanya Covid-19.
2. Mengetahui seberapa banyak tingkat pelanggaran santri yang terjadi di
pondok pesantren saat terjadi Covid-19.

1.4 MANFAAT
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terkait, antara lain:
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat menambah pengalaman dan wawasan dalam hal
menyusun karya tulis ilmiah.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 2


2. Bagi guru
Guru dapat mengetahui perbedaan intensitas terkait pelanggaran
yang terjadi.
3. Bagi lembaga
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dalam
meningkatkan kualitas santri dengan penurunan intensitas pelanggaran
yang terjadi.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KESEHATAN MENTAL


2.1.1 Pengertian Kesehatan Mental
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mental
adalah tabiat atau sifat bathin manusia yang mempengaruhi segala
perilaku atau budi pekerti. Menurut Pieper dan Uden (2006),
kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki
estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima
kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan
sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang tahan
terhadap sakit jiwa atau terbebas dari sakit dan gangguan jiwa.
Vaillaint (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakan bahwa
kesehatan mental atau psikologis itu “as the presence of successfull
adjustmet or the absence of psychopatology”.
2.1.2 Prinsip Kesehatan Mental
Prinsip-prinsip pengertian kesehatan mental adalah sebagai
berikut:
a. Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku
abnormal. Prinsip ini menegaskan bahwa yang dikatakan
sehat mentalnya tidak cukup kalau dikatakan sebagai orang
yang tidak megalami abnormalitas atau orang yang normal.
Karena pendekatan statistik memberikan kelemahan
pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih
bermakna positif daripada makna keadaan umum atau
normalitas sebagaimana konsep statistik.
b. Kesehatan mental adalah konsep yang ideal. Prinsip ini
menegaskan bahwa kesehatan mental menjadi tujuan yang

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 4


amat tinggi bagi seseorang. Apalagi disadari bahwa
kesehatan mental itu bersifat kontinum. Jadi sedapat
mungkin orang mendapatkan kondisi sehat yang paling
optimal dan berusaha terus untuk mencapai kondisi sehat
yang setingi-tingginya.
c. Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas
hidup. Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup
seseorang salah satunya ditunjukkan oleh kesehatan
mentalnya. Tidak mungkin membiarkan kesehatan mental
seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya, atau
sebaliknya kualitas hidup seseorang dapat dikatakan
meningkat jika juga terjadi peningkatan kesehatan
mentalnya.
2.1.3 Aspek-aspek Kesehatan Mental
Kartono (1989) menyatakan bahwa orang yang memiliki
mental sehat ditandai dengan sifat-sifat khas, antara lain mempunyai
kemampuan kemampuan untuk bertindak secara efisien, memiliki
tujuan-tujuan hidup yang jelas, punya konsep diri yang sehat, ada
koordinasi antara segenap potensi dengan usaha - usahanya,
memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian, dan batinnya selalu
tenang. Orang yang sehat mentalnya menurut Marie Jahoda
memiliki karakter utama sebagai berikut:
a. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalam
arti ia dapat mengenal dirinya dengan baik
b. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri yang
baik.
c. Integrasi diri yang meliputi keseimbangan mental,
kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan-
tekanan yang terjadi.
d. Otonomi diri yang mencakup unsur-unsur pengatur
kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 5


e. Persepsi mengenai realitas, bebas dari penyimpangan
kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan sosial.
f. Kemampuan untuk menguasai lingkungan dan
berintegrasi dengan lingkungan secara baik.
Bastaman (2001) memberikan tolak ukur kesehatan mental,
dengan kriteria- kriteria yang terdapat didalam Al Qur’an sebagai
berikut :
a. Bebas dari gangguan dan penyakit-penyakit kejiwaan
(Al Baqarah: 75-76).
b. Mampu secara luwes menyesuaikan diri dan
menciptakan hubungan antar pribadi yang bermanfaat
dan menyenangkan (Al Isra’: 23).
c. Mengembangkan potensi-potensi pribadi (bakat,
kemampuan, sikap, sifat, dan sebagainya) yang baik dan
bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan (Al Maidah:
9).
d. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berupaya
menerapkan tuntutan agama dalam kehidupan sehari-
hari (Al Mukminun: 1-7).
Dari berbagai aspek kesehatan mental di atas, aspek
kesehatan mental dalam penelitian ini adalah aspek menurut
Bastaman (1995).
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
Kesehatan mental dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
eksternal maupun internal. Yang termasuk faktor internal adalah
faktor biologis dan psikologis. Beberapa faktor biologis yang secara
langsung berpengaruh terhadap kesehatan mental, di antaranya:
otak, sistem endokrin, genetika, sensori, dan kondisi ibu selama
kehamilan. Faktor psikologi yang berpengaruh terhadap kesehatan
mental, yaitu: pengalaman awal, proses pembelajaran, dan
kebutuhan (Muhyani, 2012). Faktor eksternal yang memengaruhi
kesehatan mental yaitu sosial budaya, diantaranya:

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 6


a. Stratifikasi Sosial
b. Interaksi Sosial
c. Keluarga
d.Sekolah

2.2 COVID-19
2.2.1 Pengertian Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus
2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-
19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem
pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia).
Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran
pernapasan, misalnya ketika berada di ruang tertutup yang ramai
dengan sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak langsung
dengan droplet.
Infeksi virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease
2019) dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir
Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan telah
menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya
dalam waktu beberapa bulan.
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga
termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari
kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 7


beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal
kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-
2) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru
dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang
siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut), orang dewasa, anak-
anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui.
Hingga saat ini, Covid-19 masih menyerang Indonesia
hingga bertambahnya angka korban jiwa. Dan Angka itu menjadi
penambahan kasus harian tertinggi, setelah sebelumnya pada 3
Desember 2020, rekor harian mencapai 8.369 kasus. Dengan
demikian, hingga Rabu, 6 Januari 2021 masih tercatat ada 788.402
kasus Covid-19 di Tanah Air. Kemudian, pasien Covid-19 sembuh
bertambah 6.767 orang, sehingga jumlahnya menjadi 652.513
orang.
Disisi lain, pemerintah juga masih berupaya untuk mengatasi
kasus tersebut dengan mempertegas protokol kesehatan yang
semakin menurun, memberlakukan lockdown dan PSBB di berbagai
daerah dikarenakan meningkatnya Covid-19, dan meninjau kembali
pelaksanaan 3M ( Mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga
jarak) yang sangat penting. Selain itu, melakukan pembatasan
kegiatan masyarakat di Jawa dan Bali selama 15 hari, sejak 11-25
Januari 2021.

2.3 PESANTREN
2.2.2 Pengertian Pesantren
Pesantren berasal dari kata “santri” , dengan awalan “pe” dan
akhiran “an” yang mempunyai arti asrama tempat santri atau tempat
murid belajar mengaji. Santri adalah orang yang mendalami agama
Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, dan orang
yang saleh.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 8


Johns yang dikutip Dhofier berpendapat bahwa istilah santri
berasal dari bahasa Tamil artinya guru mengaji. C.C. Berg
berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang
dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku suci agama Hindu,
atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu.
Santri dalam Soegarda mengartikan orang yang belajar agama
Islam, sehingga pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul
untuk belajar agama Islam. Nurcholish Madjid menyatakan bahwa
kata santri berasa dari bahasa Jawa yaitu “cantrik” yang berarti
seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana beliau pergi.
Pesantren secara terminologi didefinisikan sebagai lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami,
mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari.
Dengan demikian, pesantren juga memiliki kegiatan-kegiatan
selain keagamaan, seperti kegiatan belajar mengajar menggunakan
kurikulum nasional, dan lain sebagainya. Sebagaimana yang tertera
dalam tabel berikut:

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 9


Waktu kegiatan Kegiatan

Sholat malam dan sholat shubuh


03.00-04.30
berjamaah
Pengajian kitab kunig bersama
04.30-05.45
pengasuh Pondok Pesantren

05.45-06.45 Sarapan dan persiapan apel pagi

Apel pagi dan istighotsah serta


06.45-07.30
penyampaian informasi

07.30-08.50 Muadalah

Kegiatan Belajar Mengajar kurikulum


09.00-12.10
nasional
ISHOMA(Istirahat, sholat dan makan)
12.10-13.10
dan persiapan apel siang.

13.10-13.30 Apel siang dan Istighotsah

Kegiatan Belajar Mengajar kurikulum


13.30-16.10
nasional

16.00-1700 ISHOMA(Istirahat, sholat dan makan)

17.00-17.30 Majelis Dzikir

Sholat maghrib berjamaa, pengajian


17.30-19.20
kitab, dan sholat Isya’ berjamaah

19.20-21.00 Makan malam dan tidur

Tabel 2.2 Kegiatan Santri di Pondok Pesantren


Seperti yang kita ketahui pesantren dikenal dengan sebuah
hal yang identik dengan kiai dan pengajian. Namun, pada saat ini
pesantren mulai berevolusi menjadi pesantren modern. Banyak
pesantren yang tidak hanya mengedepankan ilmu agama, tetapi
kecanggihan teknologi juga menjadi prioritas mereka. Berikut
adalah tabel perkembangan santri dari abad 16 hingga abad 2020.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 10


Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia
Dari Abad Ke-16 Hingga 2020
NO. TAHUN JUMLAH
1. Abad Ke-16 613 Pesantren
2. Abad Ke-19 (Pemerintahan Belanda) 1.835 Pesantren
3. Tahun 1942 (Pemerintahan Jepang) 1.871 Pesantren
4. Tahun 1970an (Setelah Merdeka) 3.745 Pesantren
5. Tahun 1980 4.200 Pesantren
6. Tahun 1985 6.239 Pesantren
7. Tahun 1998 (Setelah Reformasi) 9.700 Pesantren
8. Tahun 2001 13.078 Pesantren
9. Tahun 2003 14.067 Pesantren
10. Tahun 2006 16.000 Pesantren
11. Tahun 2009 25.785 Pesantren
12. Tahun 2012 27.230 Pesantren
13. Tahun 2020 28.194 Pesantren
Tabel 2.3 Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia
Tabel tersebut menunjukkan perkembangan pesantren di
Indonesia yang semakin lama semakin meningkat. Saat ini,
menuntut ilmu di pondok pesantren atau yang lebih dikenal
dengan istilah “mondok” bukanlah hal yang dianggap norak atau
kampungan. Tetapi, saat ini mondok telah dianggap sebagai hal
yang keren dan tidak ketinggalan zaman. Bahkan, banyak dari
anak pejabat Indonesia yang mondok di beberapa pesantren. Hal
itu menunjukkan bahwa mondok juga dianggap penting dalam
dunia pendidikan.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 11


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020 sampai
Januari 2021, kurang lebih dua minggu, di Pondok Pesantren Amanatul
Ummah Desa Kembangbelor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

3.2 Metode Penelitian


Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan
metode penelitian kualitatif, penulis menggunakan teknik pengumpulan
data berupa wawancara. Desain penelitian kualitatif pada umumnya tidak
mengemukakan hipotesis, tetapi lebih sering berupa pertanyaan penelitian
yang lebih mengarahkan pada ketercapaian pengumpulan data secara
langsung. Penelitian kualitatif sendiri berbeda dengan penelitian
kuantitatif.Penelitian kuantitatif datanya berupa angka atau perhitungan
terhadap objek yang diteliti. Sementara itu, penelitian kualitatif berdasarkan
tinjau lapangan secara langsung.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik
kepustakaan, observasi, angket, dan dokumentasi. Setelah terkumpul semua
data, maka data tersebut akan ditarik kesimpulannya.
3.3.1 Studi Kepustakaan
Mardalis berpendapat bahwa studi kepustakaan merupakan suatu
studi yang digunakan dalam mengeumpulkan informasi dan data dengan
bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya (Dalam
Mirzaqon, 1999). Menurut Nazir, studi kepustakaan juga berarti teknik
pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap buku, literatur,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkan (Dalam Mirzaqon,1988). Sugiyono mengatakan studi

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 12


kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah
lainnya yang berkaitan “Dampak Kesehatan Mental Terhadap Intensitas
Pelanggaran di Pondok Pesantren” dengan budaya, nilai dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Dalam Mirzaqon, 2012).
3.3.2 Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh
responden(Zuriah, 2002). Angket merupakan kumpulan pertanyaan-
pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang ia ketahui(Arikunto, 2006).
Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai
suatu masalah, tanpa merasa khawatir bila responden memberi jawaban
yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.
Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang
diminta(Riduwan, 2013).
3.3.3 Observasi
Adler & Adler (1987: 389) menyebutkan bahwa observasi merupakan
salah satu dasar fundamental dari semua metode pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku
manusia(Dalam Hasanah, 2017). Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
dampak kesehatan mental terhadap intensitas pelanggaran di pondok
pesantren. Observasi ini juga dilakukan untuk memperkuat hasil angket
yang diberikan kepada responden.
3.3.4 Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau oleh orang lain oleh subjek. Dokumentasi merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran
dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan(Haris,
2010).

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 13


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 TINGKAT INTENSITAS PELANGGARAN SANTRI


SEBELUM PANDEMI

Sebelum Pandemi

20%

80%

Rendah Tinggi

Gambar 4.1 Diagram jawaban angket terbuka no.1


Sebelum terjadi pandemi, pelanggaran yang dilakukan oleh santri putri
relatif lebih rendah karena beberapa sebab antara lain, para santri masih
diperbolehkan untuk melakukan sambangan ataupun bertatap muka dengan
orang tua mereka. Mereka juga bisa membuka akun sosial media mereka
ketika mereka sambangan untuk berkomunikasi dengan saudara ataupun
teman mereka yang berada di luar pondok. Hal itu dirasa membuat santri
menjadi lebih tenang dan tidak stress karena melakukan dan bertemu
dengan orang yang berbeda dari keseharian mereka di pondok. Sebaliknya,
pelanggaran yang dilakukan oleh santri putra relatif lebih tinggi karena
banyak dari mereka yang kabur dari pesantren. Hal itu disebabkan tidak
adanya rasa takut akan terkena virus seperti saat terjadi pandemi.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 14


4.2 TINGKAT INTENSITAS PELANGGARAN SANTRI
SAAT PANDEMI

Saat Pandemi

Rendah
20%
Tinggi
80%

Rendah Tinggi

Gambar 4.2 Diagram jawaban angket terbuka no.2


Saat terjadi pandemi, pelanggaran yang dilakukan oleh santri putri
relatif lebih tinggi karena beberapa sebab antara lain, bertambahnya
peraturan yang semakin memperkacil ruang gerak mereka. Contohnya,
seperti peraturan selalu memakai masker setiap keluar dari kamar, jam tidur
yang semakin dipercepat sedangkan tugas yang diberikan tidak berkurang,
dan lain sebagainya. Para santri tidak dapat membuka akun sosial mereka
karena diberlakukannya peraturan yang melarang santri untuk sambangan.
Akhirnya, mereka membuka akun sosial media mereka menggunakan
fasilitas pondok yang seharusnya tidak diperbolehkan. Sebaliknya,
pelanggaran yang dilakukan santri putra relatif lebih rendah karena mereka
merasa takut akan terjangkit virus corona.
Hal ini tidak terlepas dari teori Balitbang sebagaimana fungsi gadget
antara lain: 1) sebagai alat komunikasi agar tetap terhubung dengan teman
ataupun keluarga, 2) Sebagai penunjang bisnis, 3) sebagai pengubah batas
sosial masyarakat, dan 4) sebagai alat penghilang stress.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 15


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang bersumber dari hasil jawab
lembar angket responden dan hasil observasi:
1. Terlihat bahwa kondisi mental setiap santri di era pandemi ini berbeda-beda.
Sebagian besar santri merasa bosan dan jenuh, dan sebagian kecil merasa
biasa saja. Santri yang merasa jenuh dan bosan melampiaskan
kebosanannya mealui hal-hal yang cenderung negatif, diantaranya
melanggar peraturan pondok karena mereka ingin melakukan hal-hal yang
berbeda dari lingkaran aktivitas sehari-hari mereka selama di pesantren.
Untuk itu, penting bagi pengurus pondok untuk memenuhi fasilitas yang
dibutuhkan santri seperti alat komunikasi yang sangat diperlukan untuk
menghubungi orang tua mereka selama tidak adanya sambangan.
2. Dengan adanya pemenuhan fasilitas yang dilakukan oleh pihak pengurus
dan adanya outdoor activity ,rasa bosan yang melanda santri sedikit
berkurang dan para santri menjadi lebih bersemangat dalam menjalani
aktivitas lainnya. Dengan demikian, adanya pemenuhan fasilitas dan
penambahan outdoor activity berdampak positif pada kesehatan mental para
santri di era pandemi.
5.2 SARAN
1. Diharapkan penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk para santri. Tetapi
juga, diperuntukkan untuk para pelajar yang juga mengalami kebosanan
karena seluruh aktivitas yang harus selalu dilakukan di dalam rumah seperti
adanya sekolah daring(online).
2. Lebih dimaksimalkan dalam penataan kata, literatur, dan pencarian sumber
dengan cakupan atau lingkup yang lebih luas dan juga observasi yang lebih
terperinci. Sehingga peneliti dapat mmeberikan hasil yang terbaik.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 16


DAFTAR PUSTAKA
al-Ghifari, A. M., 2020. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren di Indonesia. 9
November.
Alwi , B. M., 2013. PONDOK PESANTREN. LENTERA PENDIDIKAN, 16(2), pp. 205-
219.
Bastaman, H. D., 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam. Dalam: Menuju Psikologi Islami.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bukhori, B., 2006. Kesehatan Mental Santri Ditinjau Dari Intensitas Mengikuti Pembinaan
Keagamaan Islam dan Dukungan Sosial. PSIKOLOGIKA, 11(22).
Daradjat, Z., 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Depdikbud, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewi, K. S., 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Edisi 1 penyunt. Semarang: UPT UNDIP
Press Semarang.
Dr. Riduwan, M., 2013. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Dalam: Bandung: Alfabeta,
pp. 99-102.
Herdiansyah, H., 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Dalam: Jakarta: Salemba
Humanika, p. 143.
Kartono, K., 1989. Hygine Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung: Mandar
Maju.
Langgulang, H., 1896. Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta: Radar Jaya Offset.
Mirzaqon, A. & Purwoko, B., t.thn. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan
Praktik Konseling Expressive Writing. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nasional, D. P., 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nasution, 2003. Metode research. Dalam: Jakarta: Bumi Aksara, p. 54.
Nazir, M., 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pane, M. D. C., 2021. Virus Corona. 7 Januari.
RI, D., 2005. Al-qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Amani.
RI, D., 2005. Al-qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Pustaka Amani.
Semium, Y., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kasinius.
Zed, M., 2008. Metodologi Penelitian Kepustakaan. Dalam: Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, pp. 10-16.
Zuriah, N., 2002. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Dalam: Jakarta: Bumi
aksara, p. 182.
Khusna,M., 2019. PENGARUH PENGGUNAAN GADGET TERHADAP MINAT
BELAJAR DAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VI MI ROUDLOTUT
THOLIBIN BANJAREJO REJOTANGAN.Tulungangung: IAIN Tulungagung.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 17


LAMPIRAN

Hukuman atau takziran santri putra Hukuman atau takziran santri putri

Ustadzah mengisi angket

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 18


Angket terbuka studi pendahuluan:

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 19


Nama Lengkap : Rohimatun Nailis Sa’diyah

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal Sekolah : MA Istimewa Amanatul Ummah

Kelas : XII

Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 11 Mei 2005

Alamat : Jl. Raya Kepatihan Rt.4 Rw.2 , Menganti, Kab.


Gresik

No. HP/WA : 085772769368

Email : rohimatunnailis82@gmail.com

Nama Pembimbing : Muhammad Risyad Rahaf Faldi, S.Pd.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 20


Nama Lengkap : Riska Leila Amaria

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal Sekolah : MA Istimewa Amanatul Ummah

Kelas : XII

Tempat/Tanggal Lahir : Jombang, 5 Maret 2004

Alamat : Jl. Kiai Ali Kasim Rt.13 Rw.6 , Pandaan, Kab.


Pasuruan

No. HP/WA : 085852127325

Email : riskaleila05@gmail.com

Nama Pembimbing : Muhammad Risyad Rahaf Faldi, S.Pd.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 21


Nama Lengkap : Umi Zuhriya

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal Sekolah : MA Istimewa Amanatul Ummah

Kelas : XII

Tempat/Tanggal Lahir : Tarakan, 25 Maret 2004

Alamat : Jl. H. Syukur Rt.20 Rw.9 , Sedati, Kab. Sidoarjo

No. HP/WA :

Email : umi.zuhriya25@gmail.com

Nama Pembimbing : Muhammad Risyad Rahaf Faldi, S.Pd.

MAI AMANATUL UMMAH 2021 | 22

Anda mungkin juga menyukai