Disusun Oleh:
GULSHENDEEP KAUR (220519020)
Mahasiswi Fakultas Ilmu Pendidikan PG – PAUD
Universitas Sari Mutiara Indonesia
Sumatera Utara – Kota Medan
gulshendp@gmail.com
Dosen Pengampu:
RAHMI WARDAH NINGSIH, M.Pd
Mata Kuliah:
NEUROSAINS
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang meridhoi saya sehingga dapat memenuhi
dalam penyelesaikan tugas saya untuk menyusun makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun dalam guna memenuhi tugas mata kuliah ‘Neurosains’ oleh dosen pengampu, Rahmi
Wardah Ningsih, M.Pd tentang “Kelainan Sistem Saraf”.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang tercinta, Rahmi
Wardah Ningsih, M.Pd . Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, para
pembaca, agar dapat menambah wawasan dan berguna bagi kita semua.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka saya mohon
maaf jika ada kesalahan dalam makalah ini. Selain itu, saya juga mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca. Terima kasih.
Penulis
Gulshendeep Kaur
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 1
C. Batasan Masalah .......................................................................................... 2
D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
E. Tujuan Penulis ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................................... 3
B. Jenis Kelainan Otak dan Sistem Saraf ........................................................ 5
1) Autisme ............................................................................................. 6
2) Migrain .............................................................................................. 7
3) Vertigo .............................................................................................. 9
4) Epilepsi ............................................................................................. 8
5) Parkinson ........................................................................................... 8
6) Stroke ................................................................................................ 9
7) Meningitis ......................................................................................... 9
8) Ensefalopati ....................................................................................... 9
9) Aneurisma ......................................................................................... 11
10) Hidrosefalus ...................................................................................... 33
11) Skizofrenia ........................................................................................ 22
12) Cerebral Palsy ................................................................................... 22
C. sdsdsd
PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Batasan Masalah
Pada makalah ini akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
peran-peran dan tanggung jawab para pendidik anak usia dini serta cara implementasi
kurikulum PAUD.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Gangguan system saraf dan otak adalah kerusakan yang terjadi di otak atau
saraf pendukung otak, ataupun keduanya, sehingga mempengaruhi fungsi saraf dan otak.
System saraf adalah system penghubung yang sangat kompleks yang dapat
mengirim dan menerima informasi dalam jumlah besar secara bersamaan.
Menurut Widyawinata (2020), gangguan system saraf dan otak adalah
kerusakan yang terjadi di otak atau saraf pendukung otak, ataupun keduanya, sehingga
mempengaruhi fungsi saraf dan otak. System saraf adalah system penghubung yang
sangat kompleks yang dapat mengirim dan menerima informasi dalam jumlah besar
secara bersamaan. System saraf memiliki dua bagian yang bersistem saraf pusarbeda
(otak dan sum sum tulang belakang) dan system saraf perifer (saraf-saraf di luar otak dan
sum sum tulang belakang). Otak dibungkus oleh tulang tengkorak, sedangkan sumsum
tulang belakang dijaga di tulang punggung. Otak berperan mengontrol semua fungsi
tubuh, sementara jaringan saraf mengirimkan pesan dari otak ke berbagai anggota tubuh
melalui saraf tulang belakang. Sementara, jaringan saraf sendiri menjalani peran
kompleks di dalam tubuh manusia
2.2. Peran dan Tanggung Jawab Guru PAUD dalam Pengembangan Kurikulum
PAUD
Belajar adalah suatu proses perubahan yang menyakut tingkah laku atau
kejiwaan. Dalam psikologi belajar, proses berarti cara-cara atau Langkah-langkah khusus
yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri anak. Perubahan tersebut bersifat positif
dalam arti berorientasi kea rah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Guru adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak dalam
upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan kurikulum.
Tetapi menurut Brenner (1990) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam
alat-alat perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak,
3
adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik yang disediakan untuk anak. (M.
Scolehuddin, 1997)
Ada beberapa pendekatan peran guru dalam pembelajaran, antara lain:
1) Guru berperan sebagai pengajar
4
tidak tahu pasti mengapa ia melakukan hal tersebut, misalnya anak
menyusun balok atau menggambar.
➢ Fase Operasional Konkrit
Anak telah mampu memecahkan masalah yang bersifat konkrit
dan masih sulit memecahkan masalah yang bersifat abstrak.
5
Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep
lebih sistematis, logis dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan
seorang penolong yang ahli.
1) Hukum Genetik tentang Perkembangan
Vygotsky berpendapat bahwa belajar dan berkembang
merupakan perubahan kualitatif dalam pandangan yang tidak hanya
diperoleh melalui akumulasi fakta-fakta dan keterampilan-keterampilan,
tetapi juga melewati dua tataran, yaitu tataran social tempat orang-orang
membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan sebagai
interpsikologis atau intermental)
2) Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah istilah Vygotksy
untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian
tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang
lebih mampu, jadi batas bawah dari ZPD adalah tingkat problem yang
dapat dipecahkan oleh anak seorang diri. Batas atasnya adalah tingkat
tanggung jawab atau tugas tambahan yang dapat diterima anak dengan
bantuan dari instruktur yang mampu.
Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan
arti penting dari pengaruh social, terutama pengaruh instruksi atau
pengajaran terhadap perkembangan kognitif anak.
Scaffolding merupakan pemberian bantuan kepada anak secara
bertahap pada awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan tersebut
untuk memberikan kesempatan kepada anak agar mampu mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar, segera setelah mampu mengerjakan
sendiri. Scaffolding erat kaitannya dengan gagasan ZPD. Sebuah teknik
untuk mengubah level dukungan. Selama sesi pengajaran orang yang lebih
ahli, menyusaikan jumlah bimbingan dengan level kinerja anak yang telah
dicapai. Ketika tugas yang akan dipelajari anak adalah tugas yang baru,
maka orang yang lebih ahli dapat menggunakan teknik instruksi langsung.
Saat kemampuan anak meningkat maka semangkin sedikit bimbingan
yang diberikan.
3) Private Speech
Menurut Vygotsky, anak-anak menggunakan Bahasa bukan
hanya untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk merencanakan,
6
memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri. Penggunanaan
Bahasa untuk mengatur diri sendiri ini dinamakan “pembicaraan batin”
(inner speech) atau “pemicaraan privat (private speech)?”. Menurut Piaget
private speech adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak-
kanak (early childhood)
Vygotsky percaya bahwa Bahasa dan pikiran pada mulanya
berkembang sendiri-sendiri lalu bergabung menjadi satu pemahaman yang
utuh. Vygotsky percaya bahwa anak yang banyak menggunakan private
speech akan lebih kompeten secara social ketimbang mereka yang tidak.
Dia berpendapat bahwa private speech merepresentasikan transisi awal
untuk menjadi lebih komunikatif secara sosial.
Struktur mental atau kognitif anak terbentuk dari hubungan antara
fungsi-fungsi mental. Hubungan antara Bahasa dan pemikiran diyakini
sangat penting dalam kaitannya. Kemahiran berbahasa dapat berfungsi
untuk hal-hal berikut:
• Sumber berpikir
• Mengetahui makna dan bentuk konsep
• Konstruktivisme sosial
8
pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan menciptakan, yang merupakan jenjang
kemampuan mulai dari yang rendah sampai yang paling tinggi.
Dimensi proses kognitif (Taksonomi Bloom)
1) Pengetahuan
Meliputi defenisikan , identifikasi, memberi nama, sebutkan, jodohkan,
buat bagan, mengingat kembali, mengenali, memilih, memproduksi kembali,
menyatakan. Contoh: menyebutkan nama suatu benda atau makhluk Tuhan.
2) Pemahaman
Meliputi mengubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan,
menjelaskan, memperluas, generalisasi dan memberikan. Contoh: membedakan
berbagai warna, rasa, aroma dan benda.
3) Penerapan
Meliputi aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan,
manipulasi, modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi,
mengaitkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan. Contoh: menggunakan
jari atau benda untuk berhitung.
4) Analisis
Meliputi analisa, pisahkan, bandingkan, kontras, diagram, memisahkan,
membedakan, identifikasi, gambarkan, ambil kesimpulan, buat bagan, kaitkan,
pilih, pisahkan. Contoh: menggambar suatu benda atau peristiwa.
5) Mengevaluasi / evaluating
Kata kuncinya meliputi kategori, kombinasikan, ciptakan, rancang,
jelaskan, buatlah, modifikasi, organisasikan, rencanakan, atur kembali, susun
kembali, kaitkan, organisasikan, kembali dari potongan balok atau pazel.
6) Menciptakan/ Creating
Meliputi nilai, bandingkan, simpulkan, kontraskan, mengkritik,
mempertahankan, menjelaskan, membedakan, mengevaluasi, menginter-
9
prestasikan, memberikan alas an, menghubungkan, merangkum dan mendukung.
Contoh: memilih gambar yang benar dan gambar yang salah.
10
➢ Inference (inferensi) kemampuan anak untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-
unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi relevan dan mengurangi
konsekuensi yang dimunculkan dari data, pertanyaan, prinsip, bukti, penilaian,
opini, deskripsi, pernyataan, keyakinan, maupun bentuk representasi lainnya.
➢ Interpretation (interpretasi) merupakan kemampuan seseorang untuk memahami
dan menyatakan arti atau maksud dari pengalaman yang bervariasi situasi, data,
peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan aturan, prosedur atau kriteria.
➢ Self Regulation ( pengaturan diri ) ini berkaitan dengan kesadaran seseorang untuk
memonitor kognisi dirinya dengan mengaplikasikan keterampilan untuk
mengevaluasi kemampuan diri dan mengambil kesimpulan dalam bentuk
pertanyaan, konfirmasi, dan validasi.
.
2.5. Teori Metakognisi
12
Metakognisi secara sederhana didefinisikan sebagai berpikir tentang apa yang
dipikirkan sendiri. Metakognisi atau metacognition pertama kali diperkenalkan oleh John
Flavell pada tahun 1976. Metokognisi terdiri dari imbuhan “meta” dan “kognisi”. Meta
merupakan awalan untuk kognisi yang artinya “sesudah” kognisi. Penamabahan awalan
“meta” pada kognisi untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi diartikan sebagai
kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang pengetahuan atau berpikir tentang berpikir
(Syahraini, 2019).
Adapun pengertian metakognisi dari beberapa ahli, sebagaib berikut:
➢ Mernurut Wellman dalam Mulbar, metakognisi merupakan suatu bentuk kognisi
atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap
aktivitas kognitif. Menurut bruning, Schraw dan Ronning, metakognisi secara
umum berkaitan dengan dua dimensi berpikir, yaitu:
1) Self-awareness of cognition, yaitu pengetahuan yang dimiliki anak tentang
berpikirnya sendiri.
2) Self-regulation of cognition, yaitu kemampuan seseorang menggunakan
kesadarannya untuk mengatur proses kognitifnya sendiri.
➢ Menurut Baker & Brown, Gagne, mengemukakan bahwa metakognisi memiliki dua
komponen, yaitu:
✓ Pengetahuan tentang kognisi
✓ Mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif
➢ Menurtu Darma,dkk, pembelajaran metakognisi mengajak anak untuk
mengembangkan konsep belajarnya. Anak bisa menyadari pentingnya penguasaan
sebuah kemampuan matematika, melatih kemandirian untuk belajar, dan
memungkinkan anak untuk menyadari kekurangan dan kelebihannya, sehingga
dapat melakukan control terhadap pengetahuannya.
13
a) Tacit use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan tanpa berpikir tentang keputusan tersebut. Dalam hal ini, anak
menerapkan strategi atau keterampilan tanpa kesadaran khusus atau
melalui coba-coba dan asal menjawab dalam menyelesaikan masalah.
b) Aware use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan kesadaran anak
mengenai apa dan mengapa anak melakukan pemikiran tersebut. Dalam
hal ini anak menyadari bahwa dirinya harus menggunakan suatu Langkah
penyelesaian masalah dengan memberikan penjelasan mengenai alasan
pemilihan Langkah tersebut.
c) Strategic use, yaitu jenis pemikiran yang berkaitan dengan pengaturan
anak dalam proses berpikirnya secara sdar dengan menggunakan strategi-
strategi khusus yang dapat meningkatkan ketepatan berpikirnya. Dalam
hal ini, anak sadar dan mampu menyeleksi strategi atau keterampilan
khusus untuk menyelesaikan masalah.
d) Reflective use, yaitu pemikiran yang berkaitan dengan refleksi anak dalam
proses berpikirnya sebelum dan sesudah atau bahkan selama proses
berlangsung dengan mempertimbangkan kelanjutan dan perbaikan hasil
pemikirannya. Dalam hal ini, anak menyadari dan memperbaiki kesalahan
yang dilakukan dalam langkah-langkah penyelesaian masalah.
14
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Otak merupakan organ yang fundamental dalam tubuh manusia. Otak
merupakan pusat berfikir, perilaku dan emosi manusia yang mencerminkan seluruh
dirinya (selfhood), kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatan. Fungsi otak anak
sampai umur 2 tahun 75% disbanding dengan orang dewasa. Oleh karena itu, masa anak
usia dini disebut dengan masa golden age atau masa kritis. Dari beberapa pendapat para
ahli yang telah dipaparkan di makalah, maka disimpulkan bahwa kognisi sebagai proses
berpikir dimana informasi dari pancaindera ditransformasi, direduksi, dielaborasi,
diperbaiki dan digunakan.
Critical Thinking merupakan proses berpikir kompleks yang terdiri dari
analysis, evaluation, explanation, inference, interpretation, and self regulation.
Sedangkan, berpikir kreatif (Creative Thinking) adalah proses berpikir yang
menghasilkan sesuatu yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Keterampilan
berpikir kritis dan kreatif berperan penting dalam mempersiapkan anak agar menjadi
pemecah masalah yang baik dan mampu membuat keputusan maupun kesimpulan yang
matang dan mampu dipertanggungjawabkan secara akademis.
Berdasar pendapat dari beberapa ahli metakognisi adalah kemampuan
berpikir dimana yang menjadi sasaran berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi
pada diri sendiri. Hal ini berarti bahwa tentang apa yang dipikirkan dalam hal yang
berkaitan dengan kesadaran terhadap kemampuan untuk mengembangkan berbagai cara
dalam memecahkan masalah.
1.2 Saran
Saran saya sebagai penulis terhadap para pembaca agar dapat memahami
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar para pembaca ataupun calon guru dapat
memahami ataupun mampu menganalisa tingkat kemampuan kognitif pada anak sesuai
dengan usianya. Para ahli yang sebelumnya sudah meneliti karakteristik dan hal apa yang
tepat dilakukan untuk mencapai tingkat kemampuan kognitif yang semestinya dalam
mengembangkan kognitif anak usia dini dimasa pertumbuhan dan perkembangannya
sesuai dengan usianya. Terima Kasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ariyana Yoki, MT., Dr.Ari Pudjastuti, M.Pd. dkk. 2003. “Pembelajaran Berorientasi pada
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi”, https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/
Modul Bahan Belajar Pedagogi 2021.pdf. Diakses 12 Oktober 2023 pukul 21.35 WIB.\
Setiawan, Robby Di. 2013. Kritis Dan Kreatif Dalam Berpikir Dan Berbahasa,
https://robbysetyawan.blogspot.com/2013/04/kritis-dan-kreatif - dalam - berpikir dan _12.html,
Diakses 13 Oktober 2023 pukul 21.20 WIB.
Nuraini Yuliani. 2019. Perspektif Baru Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Campustaka:
Jakarta
Warmansyah, Jhoni., Utami, Tri., Faridy, Faizatul,. Syarfina., Marini, Tria,. Ashari,
Novita,.2023. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Bumi Aksara. Jakarta.
16