Anda di halaman 1dari 22

Makalah

PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran IPA

oleh Ibu Dr. Frida Maryati Jusuf, M.Pd

Oleh :

Nur Afni Hunggaita (433419036)

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENNGETAHUAN ALAM

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala
berkat dan rahmat-nya sehingga makala ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Makala berjudul”Pembelajaran Digital”di susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Inovasi Pembelajaran IPA pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Dr. Frida Maryati Yusuf, M.Pd sebagai dosen pembimbing mata
kuliah Inovasi pembelajaran IPA yang telah banyak memberikan pengetahuan dan
pembelajaran kepada mahasiswa dan mahasisiwi.
Saya telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian makala
ini, namun saya menyadari masih banyak kelemahan baik baik dari segi isi maupun
segi bahasanya. Untuk itu saya mengharapakan kritik dan saran yang bersifat
membangun daripembaca demi sempurnanya makala ini. Kiranya isi makala ini
bermanfaat dalam memperkaya khasana ilmu pendidikan. Terimah Kasih.

Gorontalo, Desember 2020

Penulis

i
ii
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1..................................................................................................................... Latar
Belakang....................................................................................................1
1.2..................................................................................................................... Rumusan
Masalah......................................................................................................1
1.3..................................................................................................................... Tujuan
....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi atau Pengertian Dari Neurosains.............................................3
2.2. Kapasitas dan Fungsi Bagian Otak Manusia.......................................4
2.3. Cara Otak Belajar...................................................................................7
2.4. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Neurosains............................11
2.5. Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Neurosains...............................12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan...............................................................................................15
3.2. Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otak mengatur seluruh fungsi tubuh; mengendalikan kebanyakan perilaku
dasar manusia seperti halnya makan, tidur, dan menghangatkan tubuh. Otak
bertanggung jawab atas penciptaan peradaban, musik, seni, ilmu, dan bahasa.
Terdapat seratus miliar neuron atau sel saraf di dalam otak. Diperkirakan dalam satu
otak manusia, jumlah interkoneksi di antara sel-sel saraf lebih besar dari jumlah
atom di alam semesta.
Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa neuron-neuron yang menuju lapisan
otak paling luar harus menempuh perjalanan panjang. Neuron-neuron ini menempel
pada sel glial, merayap dengan kecepatan 60 per sejuta meter setiap jam, dan
berhenti di berbagai tempat, tidak semuanya menuju lapisan terluar otak. Pada saat
mencapai daerah yang menjadi tujuannya, neuron-neuron ini bergabung dengan
neuron lain, membentuk koloni-koloni neuron dengan masing-masing tugas yang
khas. Terdapat koloni yang berperan sebagai sistem visual, sistem pendengaran, dan
sebagainya.
Profesor Marian Diamond dalam Rakhmat (2005) mengungkapkan bahwa
otak dapat berubah secara positif jika dihadapkan pada lingkungan yang diberi
rangsangan, dan otak akan dapat menjadi negatif jika tidak diberi rangsangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka sangat penting menghadirkan lingkungan yang
mampu merangsang siswa untuk dapat mengaktifkan otaknya. Lingkungan yang
merangsang ini perlu dihadirkan dalam kondisi yang bervariasi. Mekanisme kerja
otak sangat memberikan kedudukan yang penting dalam memahami setiap
perubahan tingkah laku belajar yang dilakukan oleh seseorang. Berkaitan dengan hal
itulah, maka penulis ingin memberikan penjelasan mengenai mekanisme kerja otak
pada teori Neurosains dalam pengaturan informasi yang akan mendukung peran kita
sebagai seorang pendidik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi atau pengertian dari neurosains?
2. Bagaimana kapasitas dan fungsi bagian otak manusia?
3. Bagaimana cara otak belajar?

1
4. Bagaimana prinsip-prinsip pembelajaran berbasis neurosains?
5. Bagaimana Tahap-tahap pembelajaran Berbasis neurosains?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi atau pengertian dari neurosains
2. Dapat mengetahui kapasitas dan fungsi dari bagian otak manusia
3. Dapat mengetahui cara otak belajar
4. Dapat mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran berbasis neurosains
5. Dapat mengetahui Tahap-tahap pembelajaran Berbasis neurosains

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi atau Pengertian Dari Neurosains

cangkupannya. Neurosains juga menelaah penyakit pada otak dengan berbagai macam
bentuk (Wiyani, 2012).
Rianawaty (2011) mengungkapkan bahwa sebagai suatu teori pembelajaran
berbasis kemampuan otak (Neuroscience), tentu saja memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan-kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Memberikan suatu pemikiran baru tentang bagaimana otak manusia bekerja.
2. Memperhatikan kerja alamiah otak si pembelajar dalam proses pembelajaran.
3. Menciptakan iklim pembelajaran dimana pembelajar dihormati dan didukung.
4. Menghindari terjadinya pemforsiran terhadap kerja otak.
5. Dapat menggunakan berbagai model-model pembelajaran dalam
mengaplikasikan teori ini. Dianjurkan untuk memvariasikan model-model
pembelajaran tersebut, supaya potensi pebelajar dapat dibangunkan.
Kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut:
1. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya mengetahui tentang teori
ini (masih baru).
2. Memerlukan waktu yang tidak sedikit untuk dapat memahami (mempelajari)
bagaimana otak kita bekerja.
3. Memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menciptakan lingkungan
pembelajaran yang baik bagi otak.
4. Memerlukan fasilitas yang memadai dalam mendukung praktek pembelajaran
teori ini.
2.2 Kapasitas dan Fungsi Bagian Otak Manusia
Otak manusia dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang besar, contohnya
adalah ingatan seumur hidup dari yang menyenangkan sampai yang menyeramkan dan
bahkan hal yang memalukan. Berdasarkan penelitian oleh ahli yang terkenal
menyatakan bahwa manusia memiliki kapasitas penyimpanan data (memori) setidaknya
sebanyak satu petabyte, 10 kali lipat dari apa yang diperkirakan sebelumnya. Satu

3
petabyte (1 PB) kira-kira sebanding dengan 1000 TB atau satu juta gigabyte (1.000.000
GB).
Otak juga merupakan komponen fisik dan fungsional yang mendasari proses
belajar. Pengetahuan tentang otak tidak saja penting dalam proses pembelajaran tetapi
keseluruhan dalam proses pendidikan. otak manusia terdiri dari tiga bagian penting
yaitu otak besar, otak tengah, dan otak kecil dengan masing-masing memiliki fungsi
yang khas dan unik. Otak besar berfungsi untuk berbahasa, berpikir, belajar,
memecahkan masalah, merencanakan dan menciptakan. Otak tengah berfungsi untuk
interaksi sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang. Otak kecil berfungsi untuk
bereaksi, naluriah, mengulang, mempertahankan diri, dan ritualis.
Otak bertanggung jawab terhadap pengalaman berbagai macam sensasi atau
rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk melakukan gerakan-gerakan sadar, dan
kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental, seperti ingatan atau
memori, perasaan emosional, intelegensia, berkomunikasi, sifat atau kepribadian
a. Otak Besar (Serebrum)
Otak besar memiliki fungsi dalam mengatur semua aktivitas mental,yang
berkaitan dengan kepandaian, ingatan, kesadaran, dan pertimbangan. Serebrum
adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer, yaitu hemisfer
kanan yang berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri, dan hemisfer
kiri yang berfungsi untuk mengontrol tubuh bagian kanan. Masing-masing
hemisfer terdiri dari empat lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal, lobus
oksipital, dan lobus temporal.
b. Otak Kecil (Serebelum)
Otak kecil merupakan otak terbesar kedua otakyang terletak di bawah belakang
kepala, berada di belakang batang otak dan dibawah lobus oksipital, dekat
dengan ujung leher bagian atas. Merupakan pusat tubuh dalam mengontrol
kualitas gerakan. Otak kecil juga memiliki fungsi mengkoordinasi gerakan yang
halus. (Utari, 2013)
c. Batang otak
Berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan
memanjang sampai medulla spinalis. Bertugas mengontrol tekanan darah,
pernafasan, pola makan dan tidur, denyut jantung.

4
Batang otak terdiri dari empat bagian, yaitu :
1. Otak tengah (mesensefalon/mid brain) berfungsi dalam mengontrol respon
penglihatan gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh
dan pendengaran
2. Otak depan (diensefalon) berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan
nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap agresif
3. Jembatan varol (pons varoli) berfungsi menghubungkan otak besar dan
sumsum tulang belakang.
4. Medulla oblongata merupakan bagian paling bawah belakang dari batang
otak yang akan lebih lanjut menjaid medulla spinalis.
Otak memilki peranan penting dalam kecakapan belajar. Pertumbuhan jumlah
jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal tahun
kehidupannya, terutama pengalaman menyenangkan. Pada fase perkembangan ini anak
memilki potensi luar biasa dalam mengembangkan berbagai kemampuannya yang
meliputi kemampuan berbahasa, kognitif, motorik, sosialisasi. Bila lingkungan anak
tidak merangsangnya , maka perkembangan otaknya tidak akan berkembang dan anak
akan menderita. Anak-anak jarang diajak bermain atau jarang di sentuh, perkembangan
otaknya 20% atau 30% lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu.
Adapun fungsi daripada bagian-bagian otak lainnya diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Hipokampus dan Lobus Temporalis berperan dalam ingatan manusia
Menurut Japradi (2002) hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek
dapat diubah untuk disimpan menjadi ingatan jangka Panjang oleh hipokampus.
Hipokampus (terletak diantara lobus temporal otak) dan bagian media lobus
temporal (bagian yang terletak paling dekat dengan garis tengah badan) juga
berperan dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation).
Konsolidasi ingatan yaitu perubahan secara fisik, psikologis yang berlangsung
terus menerus selama terjadinya organisasi otak dan informa siulang yang dapa
tmerupakan bagian dari ingatan permanen. Setelah sebagian informasi masuk
dalam ingatan jangka Panjang, sebagian lagi masih dalam proses transformasi,
dan mungkin sebagian yang lain terlupakan sebelum disimpan secara menetap.

5
Menurut Squire dalam Japradi (2002) pada saat mempelajari sesuatu, bagian
temporal membentuk hubungan dengan tempat penyimpanan memori di daerah
lain otak, terutama bagian lain dikorteks. Interaksi ini membutuhkan waktu
beberapa tahun selama berlangsungnya reorganisasi memori.

b. Cerebelum
Banyak respon belajar yang conditioning disimpan di serebelum,
misalnya kelinci dikondisikan untuk mengedipkan mata karena suara. Dilakukan
latihan dengan menyemprotkan udara langsung kemata kelinci setiap kali ada
rangsangan suara. Jejak memorinya terletak di nucleus serebelar yang dalam
c. Korteks
Untuk mempelajar hal yang sederhana pada habituasi dan kondisi tidak
memerlukan fungsi kortikal yang lebih tinggi. Pada binatang yang lebih tinggi
lapisan kortikalnya lebih tebal dan structural neuralnya lebih rumit. Pada
manusia dimana korteksnya menonjol tejadi pula perubahan tersebut. Adanya
hubungan dengan struktur lain diotak, memungkinkan manusia untuk
memproses informasi dan menyimpan pengalaman di dalam korteks.
2.3 Cara Otak Belajar
Otak merupakan anugerah dari Maha Kuasa yang terdiri dari otak kiri dan otak
kanan. Keseimbangan otak kiri dan otak kanan berpengaruh pada kualitas pemikiran
atau kecerdasan seeseorang.

a. Otak kanan

6
Belahan lain dari otak manusia adalah belahan otak kanan atau yang
biasa disebut hemesfer kanan, berbeda dengan belahan otak kiri, otak kanan
memiliki fungsi yang berbeda, belahan ini lebih berhubungan dengan seni (art),
karena hemisfer kanan ini merupakan tempat dari lagu, pengenalan gambar,
konstruksi, intuisi, holistik, fantasi, imajinasi, acak, dan emosi. Otak kanan
adalah otak yang berada di sebelah kanan dalam otak manusia. Bukan hanya
karena letaknya yang menyebabkan bagian otak ini disebut sebagai otak kanan,
tetapi karena fungsinya. Otak kanan mempunyai fungsi yang sama sekali
berbeda dengan otak kiri, dan karenanya ia disebut sebagai otak kanan.
Pengertian yang sangat sederhana dari definisi otak kanan. Otak kanan
berada di dalam otak besar bagian kanan yang memiliki fungsi dalam khayalan,
kreatifitas, bentuk atau ruang, emosi, musik, warna, dan lain-lain. Otak kanan
merupakan tempat atau kemampuan imajinasi, kreatifitas, estetika, dan inovasi.
Otak kanan merupakan tempat untuk perkembangan hal-hal yang bersifat
artistik, perasaan, emosi, gaya bahasa, irama musik, khayalan, warna,
pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembanan kepribadian.
Bila terjadi kerusakan otak kanan, misalnya pada penyakit stroke atau tumor
otak, maka fungsi otak yang terganggu antara lain kemampuan visual dan
emosi.
Para ahli banyak yang mengatakan, bahwa otak kanan memegang
peranan penting bagi pengembangan EQ (Emotional Quotient) seseorang.
bahwa otak kanan sejauh ini juga diyakini banyak kalangan sebagai otak yang
sangat menentukan terhadap kreativitas seseorang. Dengan otak kanan yang
dominan, banyak sekali dari kita yang menyabet penghargaan sampai tingkat
dunia. Hal ini membuktikan bahwa otak kanan memiliki pengaruh yang sangat
tinggi dalam kesuksesan seseorang.
Biasanya, seseorang yang menggunakan otak kanannya secara optimal
akan lebih kritis dan kreatif. Bahkan ekstremnya lagi, ia akan selalu berada di
posisi yang berseberangan dengan aturan dan realitas yang ada, hal ini bukan
suatu kesenjangan. Tetapi, karena otak kanannyalah yang selalu mengajarkan
demikian dengan ide-ide kreatif dan inovatifnya, yang umumnya tidak

7
didapatkan atau dimiliki oleh orang lain adalah orang yang otak kanannya tidak
berkembang dengan optimal.
b. Otak kiri
Otak yang dikatakan sebagai tempat pengaturan tubuh manusia, memiliki
beberapa belahan, salah satunya adalah belahan otak kiri. Belahan otak kiri ini
merupakan tempat fungsi dari kegiatan manusia ketika berbahasa, membaca,
menulis, melogika, merinci, melakukan pemikiran, berpikir nyata, abstrak.
Fungsi otak kiri merupakan bagian otak yang lebih awal diketahui oleh pakar
dari pada otak kanan. Pada awal ditemukannya otak kiri sebagaimana telah
diketahui bahwa otak kiri mempunyai fungsi yang bertanggung jawab terhadap
bahasa, sedangkan otak kanan hanyalah sebagai tambahan dan kurang
mempunyai fungsi. Adapun otak kiri berfungsi dalam hal perbedaan, angka,
urutan, tulisan, bahasa, hitungan dan logika. Daya ingat otak kiri bersifat
jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri maka
terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika.
Melihat beberapa fungsi diatas, tampaknya otak kiri memang kurang
baik dalam ingatan. Tetapi, bagaimanapun juga kita tidak bisa mengelak bahwa
otak kiri sejauh ini mempunyai tempat dimasyarakat, terbukti hingga saat ini
pendidikan kita masih mengutamakan otak kiri.jika kita lihat kekuatan otak kiri
memang lebih praktis, terutama dalam aplikasinya di dunia kerja. Otak kiri
mempunyai wilayah dalam dunia dan sistem pendidikan serta metode belajar
mengajar. Dan, apa yang disebut sebagai kecerdasan matematis-logis dan
linguistic oleh Horward Garnerd (dua kecerdasan yang berada diwilayah otak
kiri), mempunyai tempat yang sangat istimewa dalam dunia pendidikan kita.
Memang harus kita akui bahwa hanya kedua kecerdasan inilah yang sejauh ini
mendapatkan pelatihan yang optimal dalam dunia pendidikan kita. Seperti yang
terjadi didalam kelas, seorang peserta didik diajarkan bagaimana agar ia
mempunyai keahlian berbicara, menghitung dan menghafal. Hal ini
dimaksudkan supaya siswa tersebut bisa menjadi generasi yang mempunyai
kemampuan handal dalam “dunia kerja” yang memang mempunyai tantangan
cukup besar. Itulah salah satu alasan dari masyarakat yang mengutamakan otak
kiri.

8
Otak kiri yang terasah dibangku pendidikan selama bertahun-tahun
diharapkan mampu menompang kelangsungan hidupnya di dunia kerja, karena
lapangan kerja menginginkan demikian. Oleh sebab itu, otak kiri semakin
mendapat tempat dihati masyarakat. Karena, sistem dunia kerja memang
demikian. Dan ini berbeda halnya dengan otak kanan yang identik dengan
kreativitas yang dipandang oleh mereka sebagai hal yang kurang mempunyai
prospek. Karena, wujud dari kreativitas biasanya tidak bisa langsung tampak
secara kasat mata, meskipun mereka tahu bahwa yang demikian itu tidak
menjamin terhadap kapasitas keilmuan menjadi unggul.
Memang demikianlah adanya, bahwa otak kanan sebenarnya memang
lebih hebat daripada otak kiri. Dengan otak kanan, seorang peserta didik bisa
menjadi lebih pintar daripada gurunya yang menggunakan otak kiri. Seorang
peserta didik yang menggunakan otak kiri hanya tahu bahwa 1 x 1= 1, tetapi
ditangan peserta didik yang menggunakan otak kanan, 1 x 1 bisa mempunyai
hasil yang sama sekali berbeda. Karena pada dasarnya, otak kanan tidak
mengajarkan untuk selalu patuh terhadap ketetapan yang ada, namun harus
mencari kebenaran yang lain melalui kreativitas yang ada.
Cara otak belajar juga berkaitan dengan gaya belajar siswa. Gaya belajar sendiri
adalah suatu cara dalam menerima, mengolah, mengingat dan menerapkan informasi
dengan mudah. Gaya belajar ini terbagi menjadi 3 model diantaranya ada gaya belajar
dengan visual (belajar dengan melihat), auditori (belajar dengan mendengar) dan
Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Selain itu juga cara
otak belajar ini berhubungan dengan bagaimana otak menyimpan informasi . Adapun
kemampuan menyimpan informasi ini ada tiga jenis memori memori sensoris, memori
jangka panjang dan memori jangka pendek
Ingatan jangka Panjang dihasilkan oleh perubahan structural pada system saraf,
yang terjadi karena aktifitas berulang terhadap lingkaran neuron (loop of neuron).
Lingkaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atauhipokampus, kembali lagi
kekorteks. Aktifitas berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan
menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali terjadi
hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel, yang
bilatereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi suatu aktifasi seluruh kumpulan sel

9
tersebut. Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi,
pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel tersebut.
Menurut Hebb perubahan structural tersebut terjadi di sinaps. (Japardi, 2002).
Menurut Japradi (2002) untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil
melaksanakan 3 hal, yaitu mendapatkan informasi, menahan/menyimpannya dan
mengeluarkannya Bila kita melupakan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada
bagian mana saja dari ke 3 proses tersebut. Ingatan atau memori tidaklah sesederhana
seperi ini. Memoria dalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, setelah
diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita. Menurut Bruner manusia
mempunyai kapasitas dan kecenderungan untuk berubah karena menghadapi kejadian
umum. Ingatan mempunyai beberapa fase, yaitu waktu yang sangat singkat/extremely
short term atau ingatan segera (immediate memory) dimana item hanya dapat disimpan
dalam beberapa detik; ingatan jangka pendek (short term) dimana item dapat ditahan
dalam beberapa menit; ingatan jangka Panjang (lobg term) dimana penyimpanan
berlangsung beberapa jam sampai seumur hidup. Ingatan tidak terlokalisir pada struktur
tertentu dari otak.
2.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Neurosains
Ada beberapa prinsip pembelajaran neurosains yang perlu diperhatikan agar
pembelajaran mampu mengoptimalkan potensi kecerdasan otak peserta didik,
diantaranya yaitu:
1. Pembelajaran terkait penyerapan informasi paling baik dilakukan di pagi hari,
sedangkan waktu terbaik untuk pengulangan, pengolahan dan refleksi informasi
paling baik dilakukan di waktu sore hari.
2. Pembelajaran akan membantu otak untuk tetap mempertahankan perhatiannya
jika peserta didik setiap sembilan puluh menit diberi kesempatan untuk
melakukan gerakan peregangan otot atau relaksasi tubuh dengan tenang sekitar
sepuluh menit.
3. Belahan otak kanan dan kiri kita mengalami siklus efisiensi secara bergantian
setiap sembilan puluh sampai seratus menit, dari spasial tinggi-verbal rendah-
verbal tinggi-spasial rendah. Untuk itu pembelajaran sebaiknya menggunakan
bentuk aktivitas yang bervariasi dan setiap anak diberikan kesempatan memilih
bentuk aktivitas tersebut sesuai siklus bio-kognitif dan gaya belajar mereka; 

10
4. Pembelajaran akan lebih optimal apabila mampu mengembangkan belahan otak
kanan dan kiri secara seimbang.
5. Pembelajaran akan mencapai hasil terbaik apabila difokuskan pada pembahasan
materi, dipecah, dan difokuskan kembali pada pembahasan materi
6. Pada saat belajar, otak melibatkan perhatian yang fokus dan persepsi yang
meluas.
7. Pembelajaran akan menarik perhatian otak, jika memperhatikan perubahan
gerakan, cahaya, kekontrasan, dan warna.
8. Proses pembelajaran agar optimal perlu memperhatikan beberapa faktor
lingkungan seperti suhu ruangan, pilihan warna kelas, desain warna tampilan
media, pengaturan ruang kelas, pencahayaan, tanaman, musik, aroma,
ketersediaan air minum, dan media pembelajaran. 
9. Proses pembelajaran akan lebih optimal jika peserta didik memperoleh asupan
gizi dan nutrisi yang cukup, sehingga anak memiliki hemoglobin dalam darah
(HB) yang tinggi.
10. Tingkatkan kondisi emosional positif peserta didik dengan kegiatan-kegiatan
yang menyenangkan, permainan, humor, dan perhatian personal. 
2.5 Tahap-Tahap Pembelajaran Berbasis Neurosains
Jansen (2011) menyatakan ada tujuh tahapan teori belajar berbasis Neurosains,
yaitu :
1. Tahap Pra-Pemaparan
Tahap ini memberikan sebuah alasan kepada otak tentang pembelajaran
baru sebelum benar-benar menggali lebih jauh, pra-pemaparan membantu otak
membangun peta konseptual yang lebih baik. Hal-hal yang dilakukan pada tahap
ini sebelum pembelajaran dimulai adalah guru memajang peta konsep mengenai
materi yang akan dipelajari. Selain itu, guru juga perlu melakukan pendekatan
kepada peserta didik sehingga peserta didik merasa nyaman dalam pembelajaran
dengan guru yang akan mengajar mereka. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran peserta didik untuk melakukan senam otak bisa dengan cara
menyuruh peserta didik menuliskan nama merepa pada kertas dengan
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara bersamaan.
2. Tahap Persiapan

11
Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan awal mengenai materi yang
akan dipelajari dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari – hari. Fase ini
merupakan fase dalam menciptakan keingintahuan atau kesenangan.
3. Tahap Inisiasi dan Akuisisi
Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron –
neuron itu saling berkomunikasi satu sama lain. Pada tahap ini, guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok. Siswa bergabung dengan teman
kelompoknya masing-masing. Kemudian, guru memberikan lembar kerja siswa
pada setiap kelompok untuk dipelajari sebelum diisi. Setelah itu, siswa
berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk mengisi lembar kerja siswa
tersebut.
4. Tahap Elaborasi
Tahap ini memberikan kesempatan kepada otak untuk menyelediki,
menganalisis, menguji dan memperdalam pembelajaran. Pada tahap ini, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas, sedangkan siswa lain
memperhatikan sekaligus memberikan tanggapan atau pertanyaan. Dari hasil
diskusi yang dilakukan, diharapkan siswa mampu menemukan jawaban dari
permasalahan yang ada di lembar kerja siswa. Oleh karena itu, guru harus
membimbing siswa berdiskusi agar proses diskusi berjalan dengan lancar.
Tahap ini merupakan tahap pemrosesan dimana membutuhkan kemampuan
berpikir murni dari pihak pembelajaran.
5. Tahap Inkubasi dan Memasukkan Memori
Fase ini menekankan pentingnya waktu istirahat dan waktu untuk
mengulang kembali merupakan suatu hal yang penting. Pada tahap ini, siswa
melakukan peregangan sambil menonton video yang dapat memotivasi mereka
untuk belajar. Selain itu, guru juga dapat memberikan soal-soal pemahaman
yang berkaitan dengan materi yang dipelajari selama pembelajaran
berlangsung.
6. Tahap Verifikasi dan Pengecekan Keyakinan
Dalam tahap ini, guru mengecek apakah siswa sudah paham dengan
materi yang telah dipelajari atau belum. Siswa juga perlu tahu apakah dirinya
sudah memahami materi atau belum. Tahap ini, guru dapat memberikan soal

12
latihan yang lebih rumit. Setelah itu guru dan siswa mengecek pekerjaan siswa.
Jika siswa belum mengerjakan soal-soal tersebut, biasanya guru menugaskan
siswa untuk menyelesaikan dirumah.
7. Tahap Selebrasi dan Integrasi
Dalam tahap ini sangat penting dalam melibatkan emos, membuat tahap
ini lebih ceria dan menyenangkan. Tahap ini menanamkan semua arti penting
dari kecintaan terhadap belajar. Pada tahap ini, siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Kemudian guru memberikan
PR (pekerjaan rumah) untuk siswa dan memberi tahu siswa mengenai materi
untuk pertemuan selanjutnya. Sebagai penutup, guru bersama siswa melakukan
perayaan kecil, seperti bersorak dan bertepuk tangan bersama.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Neurosains disebut dengan ilmu otak, karena mempelajari seluruh proses
berpikir, sedangkan  proses berpikir itu sendiri terkait ilmu pengetahuan, perilaku,
attitude yang sangat luas cangkupannya. Manusia memiliki kapasitas penyimpanan data
(memori) setidaknya sebanyak satu petabyte. Satu petabyte (1 PB) kira-kira sebanding
dengan 1000 TB atau satu juta gigabyte (1.000.000 GB). Adapun otak manusia terdiri
dari tiga bagian penting yaitu otak besar, otak tengah, dan otak kecil dengan masing-
masing memiliki fungsi yang khas dan unik. Otak besar berfungsi untuk berbahasa,
berpikir, belajar, memecahkan masalah, merencanakan dan menciptakan. Otak tengah
berfungsi untuk interaksi sosial, emosional, dan ingatan jangka panjang. Otak kecil
berfungsi untuk bereaksi, naluriah, mengulang, mempertahankan diri, dan ritualis.
Selanjutnya cara otak belajar berhubungan dengan cara belajar menggunakan otak kiri
dan kanan, gaya belajarnya dan proses menyimpan informasi (memori). Kemudian pada
prinsip-prinsip pembelajaran berbasis neurosains terdiri dari faktor lingkungan, waktu,
penyeimbangan otak kiri dan kanan, obyek yang menarik, fokus pada pembahasan
materi dan lain sebagainya. Adapun tahap-tahap pembelajaran berbasis neurosainsa
terdiri dari Tahap Pra-Pemaparan, Tahap Persiapan, Tahap Inisiasi dan Akuisisi, Tahap
Elaborasi, Tahap Inkubasi dan Memasukkan Memori, Tahap Verifikasi dan Pengecekan
Keyakinan dan Tahap Selebrasi dan Integrasi.
3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman dari masukan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca dalam
penulisan makalah dikemudian hari.

14
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA

Husamah, dkk 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.

Japardi, I. 2002. Learning and Memory. Maklah. Medan: Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatra Utara.

Jansen, Eric. 2011. BRAIN-BASED LEARNING (Pembelajaran Berbasis Kemampuan


Otak). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Kalat, W. J. 2010. Biopsikologi. Bandung: Salemba Humanika.

Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Belajar Cerdas Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC

Stine, Jean Marie. 2003. Double Your Brain Power. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Utari, R. 2013. Taksonomi Bloom: Apa dan Bagaimana Menggunakannya?. Pusdiklat:


KNPK.

Wiyani, N. A. & Barnawi. 2012. Format PAUDI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wade, Carole dan Tavris, Carol. 2008. Psikologi. Jakarta: Erlangga

Winarno, E. M. 1994. Belajar Motorik. Malang: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan IKIP Malang

Anda mungkin juga menyukai