Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

A DENGAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN : DI RUANG MAWAR

RSJ ERNALDI BAHAR TAHUN 2021/2022

Di susun Oleh :
1.Faras Aqila Friska (20020008)
2.M. Dodi Mahendra (20020013)
3.Rozak Kurniawan (20020025
4.Sintia Wati (20020029)

Tingkat/Semester : II/IV
Nama Ruangan : Ruang PDL:Ahmad Dahlan
Dosen Pembimbing: Inne Yelisni,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas laporan ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Resiko perilaku kekerasan kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa
Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang. Penulis
sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan asuhan keperawatan jiwa ini di masa yang akan datang
dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Palembang, maret 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................6
PENDAHULUAN............................................................................................................6
A. Latar Belakang.....................................................................................................6
B. Rumusan Masalah................................................................................................7
C. Tujuan...................................................................................................................7
BAB II...............................................................................................................................9
KONSEP PENYAKIT.....................................................................................................9
A. Definisi...................................................................................................................9
B. Etiologi...................................................................................................................9
C. Manifestasi Klinis...............................................................................................12
D. Patofisiologi.........................................................................................................13
E. Pathway...............................................................................................................14
F. Komplikasi..........................................................................................................14
G. Penatalaksanaan.................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................16
ASKEP TEORITIS.......................................................................................................16
A. Pengkajian...........................................................................................................16
B. Diagnosa..............................................................................................................16
C. Intervensi.............................................................................................................17
D. Implementasi.......................................................................................................19
E. Evaluasi...............................................................................................................19
F. Discharge Planning...............................................................................................19
BAB III...........................................................................................................................20
PENUTUP......................................................................................................................20
A. Kesimpulan.........................................................................................................20
B. Saran....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Klien dengan perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan
untuk melukai diri sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku
tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi
(Kusumawati & Hartono, 2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendefinisikan kekerasan sebagai
penggunaan sengaja fisik kekuatan atau kekuasaan, terancam atau aktual, melawan diri
sendiri, orang lain atau terhadap kelompok atau komunitas yang baik menghasilkan atau
memiliki kemungkinan tinggi yang mengakibatkan cedera, kematian, kerugian
psikologis, malfungsi pembangunan atau kekuran pembangunan atau kekurangan.
Departemen Kesehatan dan WHO pada tahun 2020 memperkirakan masalah gangguan
jiwa tidak kurang dari 450 juta penderita yang ditemukan di dunia.
Khususnya Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari pasien
pasien resiko perilaku perilaku kekerasan. kekerasan. Setiap tahunnya tahunnya lebih
dari 1,6 juta orang meninggal dunia akibat perilaku kekerasan, terutama pada laki-laki
yang berusia berusia 15-44 tahun, sedangkan sedangkan korban yang hidup mengalami
mengalami trauma fisik, seksual, reproduksi dan gangguan kesehatan mental. Indikator
taraf kesehatan mental masyarakat semakin memburuk (Hawari 2021).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset kesehatan dasar (2021) prevalensi
prevalensi gangguan gangguan jiwa berat pada penduduk penduduk Indonesia Indonesia
1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan,
Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat
14,3 persen dan terbanyak terbanyak pada penduduk penduduk yang tinggal tinggal di
perdesaan perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks
kepemilikan terbawah (19,5%).
Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6 persen.
Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Yogyakarta, 2 dan Nusa Tenggara Timur.
Sedangkan provinsi Sumatera Barat merupakan peringkat peringkat kesembilan
kesembilan mencapai mencapai angka 1,9 juta. Di Sumatera Sumatera Barat gangguan
gangguan jiwa dengan perilaku perilaku kekerasan kekerasan juga mengalami
mengalami peningkatan peningkatan dari 2,8 % meningkat menjadi 3,9 %
(RISKERDAS, 2021).
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart
dalam Yusuf, 2021).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan pada
diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam
bentuk penelantaran diri. penelantaran diri. Perilaku kekerasan Perilaku kekerasan
pada orang pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk melukai atau
membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan,
melempar kaca, genting dan semua yang ada di lingkungan. Perilaku kekerasan
merupakan bagian dari rentang respons marah y bagian dari rentang respons marah
yang paling mala ang paling maladaptif, yaitu amuk. daptif, yaitu amuk Klien dengan
perilaku kekerasan akan memberikan dampak baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang lain. Dampak perilaku kekerasan yang dilakukan klien terhadap dirinya sendiri
adalah dapat mencederai dirinya sendiri atau merusak lingkungannya. Bahkan dampak
yang lebih ekstrim yang dapat ditimbulkan adalah kematian bagi klien sendiri (As'ad &
Soetjipto, 2020). Perawat adalah orang yang paling sering dilibatkan dalam peristiwa
perilaku perilaku kekerasan kekerasan pasien, pasien, Sehingga Sehingga perawat
perawat beresiko beresiko memiliki memiliki pengalaman pengalaman tindakan
perilaku kekerasan dari klien. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ellyta
(2021) terhadap 61 responden di RSJ Tampan Pekan Baru didapati bahwa terjadi
tindakan perilaku kekerasan berupa ancaman fisik kepada perawat (79%), penghinaan
kepada perawat (77%) dan kekerasan verbal (70%). Lebih dari separuh responden
(51%) melaporkan mengalami kekerasan fisik yang cedera ringan dan sebagian kecil
responden (20%) melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan
cedera serius (Ellyta, 2021).
3 Dampak perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan perilaku kekerasan masih melakukan masih melakukan intervensi dengan
intervensi dengan menggunakan metode menggunakan metode intervensi yang alami
seperti pengikatan, dan belum melakukannya berdasarkan standar dan st berdasarkan
standar dan strategi dalam memberikan rategi dalam memberikan asuhan keperawatan
klien asuhan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan (Darsana, 2020).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis ingin memberikan
asuhan keperawatan jiwa khususnya perilaku kekerasan dengan peayanan pelayanan
secara holistic holistic dan komunikasi komunikasi terapeutik dalam meningkatkan
kesejahteraan mencapai tujuan yang diharapkan mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan Jiwa dengan Resiko Perilaku Kekerasan?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Resiko Perilaku
kekerasan.
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien Resiko
Perilaku kekerasan.
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien Resiko
Perilaku kekerasan.
4. Mahasiswa mampu melakukan implimentasi keperawatan pada pasien Resiko
Perilaku kekerasan.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Resiko
Perilaku kekerasan.
6. Mahasiswa mampu melakukan dischange planning pada pasien Resiko
Perilaku kekerasan.
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki
tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan – perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Dermawan dan Rusdi,
2019).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk bentuk yaitu
saat sedang berlangsung berlangsung perilaku perilaku kekerasan kekerasan atau
riwayat riwayat perilaku perilaku kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2019)
Suatu keadaan di mana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan
klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang–barang (Fitria, 2020)

B. Etiologi

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis Neurologi Neurologi faktor, faktor, beragam beragam
komponen komponen dari sistem syaraf mempunyai mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan
mempengahuri sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulus
timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif.
1. Genetik faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, 7 menjadi
potensi perilaku agresif.
2. Cyrcardian Rhytm, pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan tentu
manusia mengalami peningkatan cortsiol terutam n cortsiol terutama pada jam-jam
jam-jam sibuk seperti seperti menjelang menjelang masuk kerja dan menjelang
menjelang berakhirnya berakhirnya pekerjaan pekerjaan sekitar sekitar jam 09.00
dan jam 13.00. pada jam tertentu tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk
bersikap agresif.
3. Biochemistry faktor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak
(epinephrine, norephinephrine, asetikolin dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam fan dalam tubuh.
4. Brain Area Disorder Disorder , gangguan pada sistem limbik dan lobus
temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis,
epilepsi di temukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindakan
kekerasan.
b. Faktor Psikologis
1) Teori psikonalisa Agresivitas dan kekerasan dapat di pengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase
oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan
pemenuhan kebutuhan air susu yanag cukup cenderung mengembangkan sikap
agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konpensansi ketidakpuasannya.
Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
2) Imitation, modeling and information processing theory, menurut teori ini
perilaku perilaku kekerasan kekerasan bisa berkembang berkembang dalam
lingkungan lingkungan yang menolerir menolerir kekerasan.
3) Learning theory, menurut teori ini perilaku kekerasan merupakan hasil belajar
dari individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ibu
saat marah.
c. Faktor Sosial Budaya
1) Latar Belakang Budaya 8
a. Budaya permissive : Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
akan menciptakan seo kekerasan akan menciptakan seolah-olah peril lah-olah
perilaku kekerasan diterima. aku kekerasan diterima.
2) Agama dan Kenyakinan
a. Keluarga yang tidak solid antara nilai keyakinan dan praktek, serta tidak kuat
terhadap nilai-nilai baru tidak kuat terhadap nilai-nilai baru yang rusak. yang rusak.
b. Kenyakinan yang salah terhadap nilai dan kepercayaan tentang marah dalam
kehidupan. Misal Yakin bahwa penyakit merupakan hukuman dari Tuhan.
3) Keikutsertaan dalam Politik
a. Terlibat dalam politik yang tidak sehat
b. Tidak siap menerima kekalahan dalam pertarungan politik
4) Pengalaman sosial
a. Sering mengalami kritikan yang mengarah pada penghinaan.
b. Kehilangan sesuatu yang dicintai ( orang atau pekerjaan )
c. Interaksi sosial yang provaktif dan konflik
d. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
e. Sulit memperhatikan hubungan interpersonal.

5) Peran sosial
a. Jarang beradaptasi dan bersosialisasi.
b. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
c. Perubahan status dari mandiri ketergantungan (pada lansia)
d. Praduga negatif.
6) Adanya budaya atau norma yang menerima suatu ekspresi marah.

d. Faktor Presipitasi Yosep (2011) faktor-faktor yang dapat Yosep (2011) faktor-
faktor yang dapat mencetuskan p mencetuskan perilaku keerasan erilaku keerasan
seringkali berkaitan dengan :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal
perkelahian massal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalammengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga sert arga serta tidak
a tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat Ketidaksiapan seorang ibu dalam
merawat anaknya dan anaknya dan ketidakmampuan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku ant Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyal
i sosial meliputi penyalahgunaan obat dan ahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpent Kematian anggota keluarga yang
terpenting, kehilang ing, kehilangan pekerjaan, perubahan an pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

C. Manifestasi Klinis
Fitria (2020) mengungkapkan fakta tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :
1. Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata – kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/oranglain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam jengkel,
jengkel, tidak berdaya, berdaya, bermusuhan, bermusuhan, mengamuk mengamuk,
ingin berkelahi, berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual : mendominasi cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral
dan kreativi bermoral dan kreativitas terhambat. erhambat.
7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran. 8.
Perhatian : bolos, melarikan diri dan Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan
pen melakukan penyimpangan sosial
D. Patofisiologi
Resiko perilaku kekerasan dapat terjadi karena tidak mampu untuk melakukan
perlawanan terhadap stres, tidak mampu mengenali tanda yang mengakibatkan
seseorang menjadi marah, sehingga tidak mampu mengendalikan perilaku kekerasan
(volavka&citrome, 2019). Proses dapat terjadinya perilaku kekerasan pada pasien
skizofrenia dijelaskan dengan konsep stress adaptasi stuart yang meliputi faktor
predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi menuju ke hal yang menimbulkan
perilaku kekerasan tersebut. Misalnya kekerasan dalam rumah atau dalam keluarga.
Pendapat seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang mengalami hambatan akan
menimbulkan dorongan agresif yang akan memotivasi terjadinya perilaku kekerasan.
Sedangkan faktor presipitasi ialah rasa marah jika seseorang merasa terancam baik
fisik, psikis, maupun konsep diri. Faktor yang menyebabkan adalah penghinaan,
kehilangan orang yang di cinta, adanya pernasalahan, kelemahan fisik, dan lain
sebagainya (Yosep, 2021).
E. Pathway

F. Komplikasi
Skizofrenia yang tidak terawat dapat membuahkan masalah emosional,
perilaku kesehatan, hukum dan keuangan yang berdampak disetiap sendi
kehidupan. Komplikasi yang disebabkan atau dikaitkan dengan skizofrenia
termasuk (Suhantara, 2020):
1.Bunuh diri.
2.Perilaku merusak diri, serta melukai diri sendiri.
3.Depresi.
4.Penyalahgunaan alkohol, obat atau resep obat.
5.Kemiskinan.
6.Tidak punya tempat tinggal.
7.Masalah dengan keluarga.
8.Ketidakmampuan bekerja atau hadir di sekolah.
9.Masalah kesehatan akibat pengiobatan antipsikotik.
10.Menjadi korban kekerasan atau menjadi pelaku.
11.Penyakit jantung, kerap dikaitkan dengan perokok berat
G. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan untuk mengontrol perilaku kekerasan yaitu dengan
cara medis dan non medis. Terapi medis yang dapat di berikan kepada pasien yaitu
Haloperidol 5 mg (2x1), Trihexyphenidyl 2 mg (2x1), Risperidone 2 mg (2x1), dan
Chlorpromazine 1 mg (1x1) (Silvia & Kartina, 2020). Untuk terapi non medis seperti
terapi generalis, untuk mengenal masalah perilaku kekerasan serta mengajarkan
pengendalian amarah kekerasan secara fisik : nafas dalam dan pukul bantal, minum
obat secara teratur, berkomunikasi verbal dengan baik-baik, spritual : beribadah sesuai
keyakinan pasien dan terapi aktivitas kelompok, (Hastuti, Agustina, & Widiyatmoko
2019).
BAB III

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian
Langkah pertama dalam proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan
data, pengolahan data yang akurat yang di dapat dari pasien guna mengetahui
berbagai permasalahan, seperti :
1. Identitas dan biodata klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register,
dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
b. Riwayat kesehatan sekarang, didapatkan adanya resiko perilaku kekerasan.
c. Riwayat kesehatan dahulu, penyakit apa saja yang pernah diderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga. Kaji adakah riwayat penyakit menurun dalam
keluarga.
3. Pemeriksaan Fisik

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017), adapun diagnose
yang biasa muncul adalah :
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
C. Intervensi
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan oleh pengetahuan dan penilaian klinis untuk pencapaian luaran
(outcome) yang diharapkan.

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Risiko Perilaku Klien dapat Ketika di .1.Membina hubungan
Kekerasan. membina hubungan evaluasi pasien saling percaya dengan
Definisi : saling percaya. mampu cara menjelaskan
Berisiko membalas salam, maksud dan tujuan
membahayakan tersenyum, ada interaksi,jelaskan
secara fisik, kontak mata tentang kontrak yang
emosi dan /atau serta akan di buat, beri rasa
seksual pada menyediakan aman dan sikap empati.
diri sendiri atau waktuuntuk 2.Diskusi bersama
orang lain kunjungan Klien tentang
berikutnya Perilaku kekerasan,
penyebab,tanda dan
gejala perilaku yang
muncul dan Akibat
dari
perilaku tersebut
1. Mampu Mengidentifikasi
Gangguan 1. mengidentifikasi
Klien dapat kemampuan dan
Konsep Diri mengidentifi kasi aspek positif dan aspek positif yang
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien
: Harga Diri kemampuan yang dimiliki
Rendah dimiliki 2. Klien a. Menilai
mampu menilai kemampuan
Definisi : 2. kemampuan yang
Klien yang dapat
Evaluasi atau dimili ki digunakan
dapat menilai
untuk b. Menetapkan
perasaan negatif kemampuan yang dilaksanakan atau memilih
terhadap diri 3. Klien dapat kegiatan
dimiliki
merencanakan sesuai
sendiri atau
untuk kegiatan sesuai kemampuan
kemampuan klien dengan c. Melatih
dilaksanakan
kemampuan yang kegiatan
lien seperti tidak
dimiliki sesuai
berarti, tidak 4. Klien kemampuan
yang dipilih
berharga, tidak
berdaya yang
berlangsung dalam
waktu lama dan
terus menerus.
dapat
melakukan
3. Klien kegiatan
dapat sesuai rencana
yang dibuat
merencanakan
kegiatan
sesuai dengan
kemampuan yang
dimiliki

4. Klien
dapat melakukan
kegiatan
sesuai
rencana
yang dibuat

D. Implementasi
Suatu tindakan atau pelakasanaan dari sebuah rencana keperawatan yang sudah
disusun secara matang dan terperinci

E. Evaluasi
Dilakukan berdasarkan penilaian untuk melihat keberhasialan atas susatu
tindakan berdasarkan SOAP.

F. Discharge Planning
1. Melatih keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien perilaku
kekerasan
2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada klien
3. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat
4. Mejelaskan follow up klien setelah pulang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan timbul karena adanya campuran perasaan frustasi dan benci
atau marahyang bersatu dalam suatu keadaan emosi yang secara mendalam dari
setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat
diproyeksikan. Akibat yang ekstrim yang ditimbulkan dari perilaku kekerasan
adalah amarah atau ketakutan (panic).
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai
suatu rentangyang dapat menimbulkan kerusakan yang dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Sebagai perawat ataupun tenaga kesehatan
lain hendaknya memberikan saran, motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan
dan bahkan mencegah terjadinya amuk dan perilaku kekerasan pada klien sehingga
klien dapat menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situsai yang benar dan
positif sehingga tidak membahayakan pasien sendiri maupun orang lain. Perawat
juga bisa memberikan aktivitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari
tingkat amuk dan kemarahan klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi. Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat
berpengaruhpada timbulnya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh klien.

B. Saran
Asuhan Keperawatan jiwa ini masih sangat sederhana untuk itu penyusun
berharap sumbang saran dari para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah
ini. Penyusun menyarankan agar makalah ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Aka Hawari, 2022, Guru Yang Berkarakter Kuat, Jogjakarta : Laksana


As’ad. 2000. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri, Edisi Keempat.
Yogyakarta: Liberti.

Darsana, W. (2020). Tingkat pengetahuan perawat dalam memberikan tindakan


keperawatan pada pasien dengan masalah uta keperawatan pada pasien dengan masalah
utama perila ma perilaku kekerasan. Diakses ku kekerasan. Diakses

Fitria, N. (2019). Prinsip Dasar Fitria, N. (2019). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penul Dan
Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan. isan Laporan Pendahuluan.

Iyus, Y. (2010). Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Iyus, Y. (2021). Keperawatan Jiwa.
Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama. ndung: PT Refika Aditama.
Iyus, Y. (2011). Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta: PT Refika Aditama.

Iyus, Y & Sutini, T. (2021). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika


Aditama.
Keliat, B.U., Akemat, & Tiar, E. (2019). Model Praktek Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Kemenkes Ri. 2021. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes Ri

Kusumawati F & Hartono, Y, 2020. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :


Salemba Medika

Kusmawati, F., & Hartono, Y. (2021). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Muhith, A. (2020) Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi offset.


RSUD Banyumas. (2019). Rekam Medis Bulanan Data Penyakit 2019.
Banyumas: RSUD Banyumas.

Stuart,G.W.,Sundden, S. J. (2021). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed.).


jakarta: EG

Anda mungkin juga menyukai