PENDAHULUAN
Pada umumnya manajemen mutu dilakukan sebagai tindak lanjut atas sistem
jaminan mutu yang telah diterapkan dan diakui sebagai jaminan untuk konsumen,
1
seperti HACCP atau ISO. Manajemen mutu pada tiga bagian utama penjamin mutu
(quality conrol, quality assurance, quality manajement) menjadi titik kritis dalam
penerapan sistem jaminan mutu di suatu perusahaan.
1.2.7 Apa saja keuntungan dan faktor kegagalan dalam penerapan QC (Quality
Control) ?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip dasar dari QC, yaitu memenuhi keinginan sesuai yang diharapkan
oleh pelanggan, yaitu dengan memberikan barang serta pelayanan yang memuaskan.
Selain itu juga dari tingkat top managemen sampai dengan seluruh karyawan benar-
benar merasakan dan menyadari bahwa quality adalah jiwa dari perusahaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam QC adalah Plan Do Action. Mutu
(kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa diharuskan
untuk dapat mengidentifikasi ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan
mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannnya.
Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa
secara visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop stereo
untuk mendapatkan detail halus sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal.
Seseorang yang bertugas untuk mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan
deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat diterima (tidak
3
dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan permukaan. Kualitas dari
output akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga aspek tersebut
tidak tercukupi.
Berikut ini adalah pengertian Pengendalian Mutu (Quality Control) menurut tiga
orang ahli yang berbeda:
c. Kualitas secara umum adalah membuat produk atau jasa yang tepat pada
waktunya, pantas digunakan dalam lingkungan, memiliki zero defacts dan
memusakan konsumen (pond,1994).
Baik bahan penolong maupun bahan tambahan industri harus direncanakan dan
dikendalikan dengan baik. Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan, yaitu
1) Persyaratan-persyaratan dan kontrak pembelian, 2) Pemilihan pemasok yang
baik, 3) Kesepakatan tentang jaminan mutu, 4) Kesepakatan tentang metoda-
metoda verifikasi, 5) Penyelesaian perselisihan mutu, 6) Perencanaan dan
pengendalian pemeriksaan, dan 7) Catatan-catatan mutu penerimaan bahan.
4
Pengadaan bahan baku, jika melihat kinerja penjamin mutu, merupakan
tanggung jawab dari quality control, yaitu pada bagian produksi. Baik atau
buruknya bahan baku yang digunakan akan berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan sehingga dapat menjadi evaluasi untuk quality control.
2. Pengendalian Produk
Tujuan utama adalah untuk mengetahui apakah item atau lot yang dihasilkan
memenuhi persyarakatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Quality
control memegang peran pada tahap ini, karena pengujian produk akhir akan
menjadi penentu keputusan produk jadi.
a. Penentuan standart.
b. Konfirmasi
c. Tindakan
5
d. Rencana perbaikan
Tujuan quality control adalah agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan
perusahaan tidak rugi. Tujuan Pengusaha menjalankan QC adalah untuk menperoleh
keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar pelanggan merasa
puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka
panjang. Bagian pemasaran dan bagian produksi tidak perlu melaksanakan, tetapi
perlu kelancaran dengan memanfaatkan data, penelitian dan testing dengan analisa
6
statistik dari bagian QC yang disampaikan kepada pihak produksi untuk mengetahui
bagaimana hasil kerjanya sebagai langkah untuk perbaikan. Saat pelaksanaan
pengujian QC dan testing bila ditemukan beberapa masalah khusus, perlu dibuat
suatu study agar dapat digunakan untuk mengatasi masalah di bagian produksi
tersebut.
7
2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau
karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi.
1. Presisi (keseksamaan)
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuain antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen.
2. Akurasi (kecermatan)
Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi
dan akurasi yang diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan.
5. Spesifitas
8
Spesifitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada dalam matrik sampel.
6. Linearitas/ rentang
7. Ketahanan (Robutnes)
2.6.1 DMAIC
9
Pada beberapa kasus, DMAIC dapat dimodifikasi menjadi DMAIIC,
dimana I kedua adalah Implement Menerapkan hasil revisi dari proses
Improve. Detail dari langkah-langkah tersebut tidak baku dan
menyesuaikan dengan kebutuhan pemakainya, tinggal mengkombinasikan
alat-alat analisis sesuai dengan tujuan dari analisis.
2.6.2 DFSS
DFSS adalah singkatan dari Design For Six Sigma. Tidak seperti metode
DMAIC, DFSS digunakan untuk mencapai kualitas yang baik dari sebuah
proses yang belum berjalan atau produk maupun jasa baru.
Fase atau langkah dari DFSS tidak ditentukan secara baku hampir
setiap perusahaan menentukan langkah DFSSnya sendiri-sendiri
menyesuaikan dengan kebutuhan sendiri. Beberapa metode DFSS :
a. DMADV
b. DMADOV
10
Measure Menghitung objek analisis untuk menentukan spesifikasi
yang dibutuhkan konsumen
c. DCCDI
d. IDOV
11
Design menerjemahkan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen
kedalam beberapa rancangan produksi, dari beberapa rancangan ini
lalu dipilih atau (bisa juga) digabungkan menjadi rancangan terbaik,
Sekali lagi hanya mengingatkan, detail dari langkah-langkah tersebut tidak baku
dan menyesuaikan dengan kebutuhan pemakainya, tinggal mengkombinasikan alat-
alat analisis sesuai dengan tujuan dari analisis.
12
c. Perbaikan kualitas
d. Pengurangan biaya
b. Tidak mendengarkan
c. Suka interupsi
d. Menggurui
f. Gagal berbicara
g. Gagal berpraktik
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Quality Control (QC) adalah teknik operasional dan kegiatan yang digunakan
untuk memenuhi persyaratan kualitas. Quality Control dimaksudkan agar kegiatan
yang direncanakan dirancang untuk memberikan produk yang berkualitas.. Secara
keseluruhan QC adalah aktifitasnya (pelaksanaa dari prosedur tsb) yang dibuktikan
dengan record-record. Secara singkat QC terfokus pada pemenuhan persyaratan
mutu (produk/service). Atau dengan kata lain, pemastian mutu dengan QC
memastikan output dari sistem itu memang benar-benar memenuhi persyaratan
mutu.
14
DAFTAR PUSTAKA
Carlos M Lopez. Jaminan Mutu Dan Pengendalian Mutu (QA / QC). ISO 9196:1994.
ISO, Geneva, Switzerland.
Hubeis,M. 1999. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi - IPB
dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bogor.
Kadarisman,D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat Dalam Bidang
Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB - PAU Pangan & GIZI IPB
dengan Kantor Meneteri Negara Urusan Pangan/BULOG Sistem Jaminan Mutu
Pangan, Bogor.
Kadarisman,D. (1999). ISO (9000 dan 14000) Sertifikasi. Pelatihan Pengendalian Mutu
dan Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi -
IPB dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bogor.
Rachan, Taufiqur. 2013. Statistik Quality Control. http: //www. academia. edu/ 7608134/
STATISTIC_QUALITY_CONTROL_SQC (diakses pada tanggal 30 September
2016)
15