Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengawasan mutu mencakup pengertian yang luas, meliputi aspek


kebijaksanaan, standardisasi, pengendalian, jaminan mutu, pembinaan mutu dan
perundang-undangan (Soekarto, 1990). Hubeis (1997) menyatakan bahwa
pengendalian mutu pangan ditujukan untuk mengurangi kerusakan atau cacat pada
hasil produksi berdasarkan penyebab kerusakan tersebut. Hal ini dilakukan melalui
perbaikan proses produksi (menyusun batas dan derajat toleransi) yang dimulai dari
tahap pengembangan, perencanaan, produksi, pemasaran dan pelayanan hasil
produksi dan jasa pada tingkat biaya yang efektif dan optimum untuk memuaskan
konsumen (persyaratan mutu) dengan menerapkan standardisasi perusahaan
/industri yang baku. Tiga kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian mutu yaitu,
penetapan standar (pengkelasan), penilaian kesesuaian dengan standar (inspeksi dan
pengendalian), serta melakukan tindak koreksi (prosedur uji).

Masalah jaminan mutu merupakan kunci penting dalam keberhasilan usaha.


Menurut Hubeis (1997), jaminan mutu merupakan sikap pencegahan terhadap
terjadinya kesalahan dengan bertindak tepat sedini mungkin oleh setiap orang yang
berada di dalam maupun di luar bidang produksi. Jaminan mutu didasarkan pada
aspek tangibles (hal-hal yang dapat dirasakan dan diukur), reliability (keandalan),
responsiveness (tanggap), assurancy (rasa aman dan percaya diri) dan empathy
(keramahtamahan). Dalam konteks pangan, jaminan mutu merupakan suatu program
menyeluruh yang meliputi semua aspek mengenai produk dan kondisi penanganan,
pengolahan, pengemasan, distribusi dan penyimpanan produk untuk menghasilkan
produk dengan mutu terbaik dan menjamin produksi makanan secara aman dengan
produksi yang baik, sehingga jaminan mutu secara keseluruhan mencakup
perencanaan sampai diperoleh produk akhir.

Pada umumnya manajemen mutu dilakukan sebagai tindak lanjut atas sistem
jaminan mutu yang telah diterapkan dan diakui sebagai jaminan untuk konsumen,

1
seperti HACCP atau ISO. Manajemen mutu pada tiga bagian utama penjamin mutu
(quality conrol, quality assurance, quality manajement) menjadi titik kritis dalam
penerapan sistem jaminan mutu di suatu perusahaan.

Quality control (pengendalian mutu) adalah kegiatan untuk memantau,


mengevaluasi dan menindaklanjuti agar persyaratan mutu yang ditetapkan tercapai
(Product, process, service, inspection, testing, sampling, measurement dan
calibration) (Prasetyo, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian QC (Quality Control) ?

1.2.2 Apa langkah-langkah Dalam QC (Quality Control) ?

1.2.3 Apa Fungsi QC (Quality Control) ?

1.2.4 Apa tujuan QC (Quality Control) ?

1.2.5 Apa saja ukuran QC (Quality Control) ?

1.2.6 Apa saja jenis-jenis QC (Quality Control) ?

1.2.7 Apa saja keuntungan dan faktor kegagalan dalam penerapan QC (Quality
Control) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian QC (Quality Control)

1.3.2 Untuk mengetahui langkah-langkah Dalam QC (Quality Control)

1.3.3 Untuk mengetahui Fungsi QC (Quality Control)

1.3.4 Untuk mengetahui tujuan QC (Quality Control)

1.3.5 Untuk mengetahui ukuran QC (Quality Control)

1.3.6 Untuk mengetahui jenis-jenis QC (Quality Control)

1.3.7 Untuk mengetahui keuntungan dan faktor kegagalan dalam penerapan QC


(Quality Control)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Quality Control (QC)

Quality control (QC) adalah suatu kegiatan meneliti, mengembangkan,


merancang, dan memenuhi kepuasan konsumen, memberi pelayanan, yang baik
dimana pelaksanaannya melibatkan seluruh kegiatan dalam perusahaan mulai dari
pimpinan teratas sampai karyawan pelaksana. Pengendalian mutu (quality control)
juga dapat dikatakan sebagai suatu teknik dan aktivitas operasi yang digunakan agar
mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Tujuan QC yaitu untuk mengawasi
dan mengendalikan proses produk sehingga dihasilkan produk jadi yang sesuai
dengan standar mutu atau persyaratan yang telah ditetapkan. Aktivitasnya mencakup
monitoring, mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi penyimpangan atau
perubahan yang tidak perlu seta usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.

Prinsip-prinsip dasar dari QC, yaitu memenuhi keinginan sesuai yang diharapkan
oleh pelanggan, yaitu dengan memberikan barang serta pelayanan yang memuaskan.
Selain itu juga dari tingkat top managemen sampai dengan seluruh karyawan benar-
benar merasakan dan menyadari bahwa quality adalah jiwa dari perusahaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam QC adalah Plan Do Action. Mutu
(kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk
tersebut untuk memuaskan kebutuhan tertentu. Hal ini berarti bahwa diharuskan
untuk dapat mengidentifikasi ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan
mutu dan kemudian membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannnya.

Lingkup kontrol termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa
secara visual, dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop stereo
untuk mendapatkan detail halus sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal.
Seseorang yang bertugas untuk mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan
deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat diterima (tidak

3
dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan permukaan. Kualitas dari
output akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari tiga aspek tersebut
tidak tercukupi.

Berikut ini adalah pengertian Pengendalian Mutu (Quality Control) menurut tiga
orang ahli yang berbeda:

a. Menurut Noor Fitrihana Definisi Quality Control (pengendalian mutu) adalah


semua usaha untuk menjamin (assurance) agar hasil dari pelaksanaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen (pelanggan).

b. Pengendalian kualitas (Quality Control) menentukan komponen-komponen


mana yang rusak dan menjaga agar bahan-bahan untuk produksi mendatang
jangan sampai rusak. Pengendalian kualitas merupakan alat bagi manajemen
untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mempertahankan kualitas
yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah bahan yang rusak (Reksohadiprojo,
1995).

c. Kualitas secara umum adalah membuat produk atau jasa yang tepat pada
waktunya, pantas digunakan dalam lingkungan, memiliki zero defacts dan
memusakan konsumen (pond,1994).

Tujuan pengusaha menjalankan QC adalah untuk memperoleh keuntungan


dengan cara yang fleksibel agar konsumen merasa puas, investasi dapat kembali
serta memperoleh keuntungan dalam jangka panjang.

Dalam upaya mempertahankan mutu produk pangan quality control bertanggung


jawab pada beberapa bagian, diantaranya :

1. Pengadaan bahan baku.

Baik bahan penolong maupun bahan tambahan industri harus direncanakan dan
dikendalikan dengan baik. Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan, yaitu
1) Persyaratan-persyaratan dan kontrak pembelian, 2) Pemilihan pemasok yang
baik, 3) Kesepakatan tentang jaminan mutu, 4) Kesepakatan tentang metoda-
metoda verifikasi, 5) Penyelesaian perselisihan mutu, 6) Perencanaan dan
pengendalian pemeriksaan, dan 7) Catatan-catatan mutu penerimaan bahan.

4
Pengadaan bahan baku, jika melihat kinerja penjamin mutu, merupakan
tanggung jawab dari quality control, yaitu pada bagian produksi. Baik atau
buruknya bahan baku yang digunakan akan berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan sehingga dapat menjadi evaluasi untuk quality control.

2. Pengendalian Produk

Pengendalian produksi dilakukan secara terus menerus meliputi kegiatan antara


lain: 1) Pengendalian bahan dan kemampuan telusur, dengan inti kegiatan adalah
inventory system, dengan tujuan pengendalian kerusakan bahan, 2)
Pengendalian dan pemeliharaan alat, 3) Proses khusus, yaitu proses produksi
yang kegiatan pengendaliannya merupakan hal yang sangat penting terhadap
mutu produk, dan 4) pengendalian dan perubahan proses. Pengendalian produksi
menjadi tanggung jawab dibagian quality control untuk menjamin proses
produksi berjalan dengan baik. Proses yang baik akan menghasilkan produk
yang baik yang sesuai standar perusahaan.

3. Pemeriksaan dan Pengujian Selama Proses dan Produk Akhir.

Tujuan utama adalah untuk mengetahui apakah item atau lot yang dihasilkan
memenuhi persyarakatan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Quality
control memegang peran pada tahap ini, karena pengujian produk akhir akan
menjadi penentu keputusan produk jadi.

2.2 Langkah-langkah Dalam QC (Quality Control)

Dalam melakukan pengendalian kwalitas ada empat langkah yaitu :

a. Penentuan standart.

Menentukan standar kualitas produksi sesuai dengan pesanan/permintaan.

b. Konfirmasi

Membandingkan hasil produksi dengan ukuran standar yang telah ditentukan.

c. Tindakan

Mengambil tindakan (koreksi) bila standar dilampaui.

5
d. Rencana perbaikan

Menggambarkan usaha terus menerus untuk memperbaiki standar harga dan


standar mutu.

2.3 Fungsi QC (Quality Control)

Kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan dan


mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari pengujian
pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan untuk
memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu.

Quality Control (QC) berfungsi untuk mempertahankan mutu/kualitas dari


barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan,tercapai dalam bentuk produk atau hasil akhir dari pabrik. Untuk
menjamin kepercayaan konsumen dari hasil pekerjaan, maka perlu adanya suatu
mekanisme pengontrolan terhadap hasil pekerjaan yaitu dengan mekanisme
pengujian dan pemeriksaan.

Quality control memiliki kewenangan untuk menerima atau menolak produk


yang yang akan dipasarkan. Ketika mereka menemukan cacat pada hasil produksi
mereka berwenang dan dapat mengirimkan produk yang cacat kembali untuk
perbaikan. Inti dari tugas mereka adalah menguji, memeriksa, meneliti, menganalisi
kualitas produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan standar perusahaan
dan layak diedarkan di pasaran.

2.4 Tujuan Metode Quality Control

Tujuan quality control adalah agar tidak terjadi barang yang tidak sesuai dengan
standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus dan bisa
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan
perusahaan tidak rugi. Tujuan Pengusaha menjalankan QC adalah untuk menperoleh
keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar pelanggan merasa
puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka
panjang. Bagian pemasaran dan bagian produksi tidak perlu melaksanakan, tetapi
perlu kelancaran dengan memanfaatkan data, penelitian dan testing dengan analisa

6
statistik dari bagian QC yang disampaikan kepada pihak produksi untuk mengetahui
bagaimana hasil kerjanya sebagai langkah untuk perbaikan. Saat pelaksanaan
pengujian QC dan testing bila ditemukan beberapa masalah khusus, perlu dibuat
suatu study agar dapat digunakan untuk mengatasi masalah di bagian produksi
tersebut.

Di samping tersebut di atas tugas bagian QC yaitu jika terjadi komplain,


mengadakan cek ulang dan menyatakan kebenaran untuk bisa diterima secara
terpisah lalu dilaporkan kepada departemen terkait untuk perbaikan proses
selanjutnya. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pengendalian biaya (Cost Control)Tujuannya adalah agar produk yang


dihasilkan memberikan harga yang bersaing (Competitive price).

b. Pengendalian Produksi (Production Control) Tujuanya adalah agar proses


produksi (proses pelaksanaan ban berjalan) bisa lancar, cepat dan jumlahnya
sesuai dengan rencana pencapaian target.

c. Pengendalian Standar Spesifikasi produk Meliputi aspek kesesuaian keindahan,


kenyamanan dipakai dsb, yaitu aspek-aspek fisik dari produk.

d. Pengendalian waktu penyerahan produk (delivery control) Penyerahan barang


terkait dengan pengaturan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat waktu
pengiriman, sehingga dapat tepat waktu diterima oleh pembeli.

2.5 Ukuran Quality Control

Validasi metode adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,


berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunanya. Suatu metode analisis harus divalidasi
untuk melakukan verivikasi bahwa parameter-parameter kinerjanya cukup mampu
untuk mengatasi problem analisis. Suatu metode harus divalidasi, ketika :

1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.

7
2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyesuaikan perkembangan atau
karena munculnya suatu problem yang mengarahkan bahwa metode baku
tersebut harus direvisi.

3. Penjaminan mutu yang mengindekasikan bahwa metode baku telah berubah


seiring dengan berjalannya waktu.

4. Metode baku digunakan di laboratorium yang berbeda, dikerjakan oleh analisis


yang berbeda atau dikerjakan dengan alat yang berbeda.

5. Untuk mendemonstrasi kesetaraan antara 2 metode,, seperti antara metode baru


dan metode baku.

Beberapa parameter yang diukur dalam validasi metoda analisis:

1. Presisi (keseksamaan)

Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukan derajat kesesuain antara hasil uji
individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen.

2. Akurasi (kecermatan)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan hasil analis


dengan kadar analit yang sebenarnya.

3. Batasa deteksi (LOD)

Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel


yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi.

4. Batas kuantifiksi (LOQ)

Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi
dan akurasi yang diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan.

5. Spesifitas

8
Spesifitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada dalam matrik sampel.

6. Linearitas/ rentang

Lineritas merupakan ukuran kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil


uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan
konsentrasi analit dalam sampel dalam rentang yang digunakan.

7. Ketahanan (Robutnes)

Untuk memvalidasi kekuatan suatu metode perlu dibuat perubahan


metodeloginya kecil dan terus menerus dan mengevaluasi respon analitik dan
efek presisi dan akurasi.

2.6 Jenis-Jenis Qc (Quality Control)

2.6.1 DMAIC

DMAIC adalah metodologi yang dipakai untuk mengontrol kualitas dari


suatu proses yang sudah berjalan (sudah menghasilkan produk baik barang
atau jasa). Penjabaran singkatnya :

Define Menentukan sasaran proyek dan keinginan konsumen untuk


dijadikan penentu objek analisis atau batas spesifikasi,

Measure Menghitung objek analisis untuk menentukan


kemampuannya

Analyze - Menganalisis, menentukan penyebab kecacatan, atau


menyimpulkan hasil dari proses Measure

Improve Memperbaiki proses dengan acauan yang berdasarkan hasil


dari proses Analyze

Control Mengontrol proses yang sudah diperbaiki dengan perhatian


khusus pada penyebab-penyebab cacat yang sudah diketahui.

9
Pada beberapa kasus, DMAIC dapat dimodifikasi menjadi DMAIIC,
dimana I kedua adalah Implement Menerapkan hasil revisi dari proses
Improve. Detail dari langkah-langkah tersebut tidak baku dan
menyesuaikan dengan kebutuhan pemakainya, tinggal mengkombinasikan
alat-alat analisis sesuai dengan tujuan dari analisis.

2.6.2 DFSS

DFSS adalah singkatan dari Design For Six Sigma. Tidak seperti metode
DMAIC, DFSS digunakan untuk mencapai kualitas yang baik dari sebuah
proses yang belum berjalan atau produk maupun jasa baru.

Fase atau langkah dari DFSS tidak ditentukan secara baku hampir
setiap perusahaan menentukan langkah DFSSnya sendiri-sendiri
menyesuaikan dengan kebutuhan sendiri. Beberapa metode DFSS :

a. DMADV

Define Menentukan sasaran proyek dan keinginan konsumen untuk


dijadikan penentu objek analisis atau batas spesifikasi

Measure Menghitung objek analisis untuk menentukan spesifikasi


yang dibutuhkan konsumen

Analyze - Menganalisis, menentukan, dan menyimpulkan hasil dari


proses Measure

Design Merancang proses atau spesifikasi yang sesuai dengan


kebutuhan konsumen

Verify memeriksa, dan mengontrol hasil rancangan sehingga benar-


benar sesuai dengan kebutuhan konsumen.

b. DMADOV

Define Menentukan sasaran proyek dan keinginan konsumen untuk


dijadikan penentu objek analisis atau batas spesifikasi

10
Measure Menghitung objek analisis untuk menentukan spesifikasi
yang dibutuhkan konsumen

Analyze - Menganalisis, menentukan, dan menyimpulkan hasil dari


proses Measure

Design Merancang proses atau spesifikasi yang sesuai dengan


kebutuhan konsumen

Optimize Optimalisasi, dan simulasikan desain dan


kemampuannya dengan menggunakan alat-alat dan pemodelan
statistika

Verify memeriksa, dan mengontrol hasil rancangan sehingga benar-


benar sesuai dengan kebutuhan konsumen.

c. DCCDI

Define Tentukan tujuan proyek

Customer Analisa spesifikasi konsumen

Concept Ide proyek dikembangkan, direvisi, dan dipilih yang


terbaik untuk proyek

Design - Rancang desain proyek berdasarkan ide yang telah dipilih


untuk memenuhi spesifikasi-spesifikasi kebutuhan bisnis dan
konsumen

Implementation menerapkan rancangan proyek ke proses


produksi.

d. IDOV

Identify mengidentifikasi konsumen dan spesifikasi produk yang


dibutuhkan oleh konsumen

11
Design menerjemahkan spesifikasi yang dibutuhkan konsumen
kedalam beberapa rancangan produksi, dari beberapa rancangan ini
lalu dipilih atau (bisa juga) digabungkan menjadi rancangan terbaik,

Optimize Optimalisasi, dan simulasikan desain dan


kemampuannya dengan menggunakan alat-alat dan pemodelan
statistika

Validate Pastikan desain yang dibuat telah memenuhi spesifikasi


yang dibutuhkan konsumen.

e. DMEDI (dikenalkan oleh Pricewaterhouse Coopers)

Define Menentukan sasaran proyek dan keinginan konsumen untuk


dijadikan penentu objek analisis atau batas spesifikasi

Measure Menghitung objek analisis untuk menentukan spesifikasi


yang dibutuhkan konsumen

Explore melakukan analisis lebih dalam guna mendapat


pemahaman yang lebih baik tentang spesifikasi produk yang
dibutuhkan konsumen

Develop merancang dan mengembangkan ide mengenai proses


produksi berdasarkan hasil dari tahap explore

Implement menerapkan hasil rancangan kedalam proses produksi.

Sekali lagi hanya mengingatkan, detail dari langkah-langkah tersebut tidak baku
dan menyesuaikan dengan kebutuhan pemakainya, tinggal mengkombinasikan alat-
alat analisis sesuai dengan tujuan dari analisis.

2.7 Keuntungan dan Faktor Kegagalan dalam Penerapan QC (Quality Control)

2.7.1 Keuntungan penerapan Quality Control meliputi:

a. Pembinaan / pengembangan porsenel

b. Membina rasa kebersamaan

12
c. Perbaikan kualitas

d. Pengurangan biaya

e. Perbaikan sikap mental

f. Membangun Team yang tangguh

g. Membangun kata sepakat dan motivasi

h. Menumbuhkan sikap kreatif dalam memecahkan masalah

i. Penghargaan terhadap karyawan

2.7.2 Kegagalan dalam penerapan Quality Control dapat disebabkan oleh:

a. Meremehkan anggota team yang lain

b. Tidak mendengarkan

c. Suka interupsi

d. Menggurui

e. Mengabaikan kemampuan yang positif

f. Gagal berbicara

g. Gagal berpraktik

h. Seakan dirinya tidak terpakai

i. Seakan dirinya nomor satu

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Quality Control (QC) adalah teknik operasional dan kegiatan yang digunakan
untuk memenuhi persyaratan kualitas. Quality Control dimaksudkan agar kegiatan
yang direncanakan dirancang untuk memberikan produk yang berkualitas.. Secara
keseluruhan QC adalah aktifitasnya (pelaksanaa dari prosedur tsb) yang dibuktikan
dengan record-record. Secara singkat QC terfokus pada pemenuhan persyaratan
mutu (produk/service). Atau dengan kata lain, pemastian mutu dengan QC
memastikan output dari sistem itu memang benar-benar memenuhi persyaratan
mutu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, D. W. Manajemen Kualitas, Penerbit Erlangga, Jakarta 1999.

Carlos M Lopez. Jaminan Mutu Dan Pengendalian Mutu (QA / QC). ISO 9196:1994.
ISO, Geneva, Switzerland.

Efendi, Rahmat 2013. Contoh Bentuk Laporan QC.


http://www.konsultank3.com/contoh-bentuk-laporan-qc-788.html (diakses pada
tanggal 30 September 2016)

Enndri Prasetyo. 2007. Perbedaan QA dan QC. http://www.migasindonesia.


com/files/article/Perbedaan_QA_dan_QC.doc. (diakses pada tanggal 30 September
2016).

Hubeis,M. 1999. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi - IPB
dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bogor.

Kadarisman,D. 1994. Sistem Jaminan Mutu Pangan. Pelatihan Singkat Dalam Bidang
Teknologi Pangan, Angkatan II. Kerjasama FATETA IPB - PAU Pangan & GIZI IPB
dengan Kantor Meneteri Negara Urusan Pangan/BULOG Sistem Jaminan Mutu
Pangan, Bogor.

Kadarisman,D. (1999). ISO (9000 dan 14000) Sertifikasi. Pelatihan Pengendalian Mutu
dan Keamanan Bagi Staf Penganjar. Kerjasama Pusat Studi Pangan Pangan & Gizi -
IPB dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Bogor.

Rachan, Taufiqur. 2013. Statistik Quality Control. http: //www. academia. edu/ 7608134/
STATISTIC_QUALITY_CONTROL_SQC (diakses pada tanggal 30 September
2016)

Ranchman Prawiraamidjaja, Beberapa Pokok-Pokok Pelaksanaan Quality Control Dan


Storage Control Pada Suatu Perusahaan. Tarsito. Bandung 1998.

15

Anda mungkin juga menyukai