Di Susun Oleh:
Nurmayanti/ 1613015050
PENDAHULUAN
Kemasan adalah salah satu komponen penting dari bentuk sediaan farmasi.
Menurut ketentuan yang berlaku di seluruh dunia, pengujian stabilitas sediaan farmasi
harus dilakukan dalam kemasan akhir yang akan dipasarkan. Kemasan terdiri dari
bermacam material (gelas, logam,plastik, material multi lapis, karet dan elstomer
sintetik) yang tidak selalu inert terhadap obat yang dikemas, karena secara sederhana
dapat menyebabkan terjadinya adsorpsi dan desorpsi dari pengemas menuju obat
disamping kemungkinan terjadinya interaksi.
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan barang
menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai.
Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di samping itu
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industriagar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi termasuk produk sediaan farmasi.
Tahap pengemasan adalah tahapan yang penting untuk produk sediaan farmasi
agar produk tersebut terlihat bagus dan menarik. Menurut Peraturan perundang-
undangan nomor 72 tahun 1998 tentang pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan Bab. VI yang mengatur tentang kemasan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pasal 1 ayat 6 yang berbunyi kemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan
adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi atau membungkus sediaan farmasi
dan alat kesehatan baik yang bersentuhan langsung ataupun tidak. Dan pasal 24 ayat
1 yang berbunyi pengemasan sediaan farmasi dan alat kesehatan dilaksanakan dengan
menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau
dapat mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
a. Gelas
Gelas merupakan barier yang bagus untuk semua jenis gas, cair dan
kontaminan mikroba. Gelas dapat berwarna. Kelemahan pengguanaan gelas untuk
pengemas adalah pada tutup (kecuali pada ampul), apabila tutup yang digunakan
tidak tersegel secara rapat, maka dimungkinkan kontaminan bisa masuk. Terlalu
seringnya tutup dibuka dan atau kurang rapatnya tutup, juga akan memungkinkan
kontaminan masuk ke dalam gelas.
Contoh : botol, vial, ampul, syringe.
b. Metal
Metal merupakan barier yang bagus untuk semua jenis gas, cairan dan
kontaminan mikroba. Kelemahan metal sebagai pengamas adalah pada tutup,
beberapa dapat berkarat pada kondisi lembab dan adanya oksigen. Contoh : kaleng,
tutup, foil.
c. Kertas dan karton
Kertas dan karton lebih banyak digunakan untuk bahan pengemas sekunder
dan tersier seperti label, leaflet, karton dan kotak.
d. Plastik
Sifat barier sangat beragam bergantung pada jenis plastiknya. Sebelum
menggunakan plastik untuk pengemas, harus diketahui bagaimana sifat barier
terhadap kelembaban, uap dan gas agar diperoleh pilihan pengemas yang tepat.
Contoh : botol, jar, ampul, tutup, film, sheet, label, shrink sleeve, tube.
PEMBAHASAN
1. Kemasan harus dalam kondisi baik dan kuat menahan benturan saat
melakukan proses pengiriman.
2. Kemasan memiliki 3 ketentuan utama yaitu anti bocor untuk pengiriman yang
berupa cairan tahan endapan/ robekan (untuk pengiriman bermaterial padat),
antibocor untuk kemasan sekunder (Kemasan terluar), kemasan terluar harus
memiliki daya tahan yang kuat dengan desain test (1.2 meter drop test)
3. Untuk pengiriman produk cair, kemasan primer (Wadah utama/kemasan
terdalam) atau kemasan sekunder (kemasan terluar) harus mampu menahan
jika terjadi perbedaan internal sebesar 95Kpa.
4. Material serap (Absorbent material) harus mampu menyerap seluruh cairan
yang terdapat dalam kemasan
5. Sebuah data detail mengenai pengiriman dan produk yang dikirim harus
dicantumkan pada bagian terluar kemasan sekunder.
6. Jika terdapat produk “biologial substance, category B” pada sisi terluar
kemasan
7. Dimensi minimum sebesar 100mm.
2. Absorbent Material
a.Letakkan material yang bersifat menyerap cairan diantara kemasan primer
dan sekunder
b.Gunakan material penyerap yang cukup menyerap seluruh cairan
pengiriman barang
pada kemasan tersebut. Material penyerap dapat menggunakan gumpalan
kapan, bola kapan, superabsorbent packets, atau tisu.
5. Dried Samples
Letakkan sampel kering, namun selain rambut, penyeka atau darah yang
dikeringkan, didalam sebuah kertas tau amplop plastik dengan ukuran 6 inch x 8 inch
atau lebih besar dari amplop surat. Bantalan gabung pada kaca atau plastik dan
kemasan dikemas dengan benar, tanpa menyisakan ruang kosong pada bagian dalam
antara kemasan primer dan sekunder, supaya kemasan tetap kokoh beri bantalan, atau
busa styrofoam diantara kemasan primer dan sekunder untuk mencegah kerusakan,
dan benturan selama proses pengiriman.
b. H-Tapping Method
1. Pastikan semua bagian kemasan sudah dilakukan penyegelan H-Tapping Method.
2. Tambahkan 1 lapisan perekat sepanjang sambungan utama pada kemasan.
3. Tambahkan 2 lapisan perejat pada kedua tepi kemasan
4. Tambakan lapisan perekat lebih khusus pada kemasan lebih berat.
5. Ulangi H-Metod hingga kemasan kuat terutama pada bagian atas dan bawah
kemasan.
c. Labeling
Semua produk farmasi/obat-obatan yang harus di identifikasi menggunakan
label, sesuai perseyaratan dan ketentuan yang diatur oleh undang-undang nasional,
dan IATA, harus mengikuti panduan informasi sebagai berikut :
1.Nama produk farmasi/obat yang akan dikirim
2.Cantumkan daftar penulisan bahan aktif (jika terdapat, dengan International
Nonpropriertary Names (INNs)), untuk menunjukan kejelasan dari masing-
masing produk, dan cantumkan data detail dari isi kemasan yang akan dikirim,
seperti, isi bersih, jumlah/tingkatan dosis, massa atau volume.
3.Cantumkan Batch Number yang telah di sediakan oleh pihak produsen
sebelum pengiriman
4.Tanggal kadaluarsa produk dalam bentuk uncoded form.
5.Mencantumkan ketentuan penyimpanan atau penanganan khusus, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pengiriman, dan
ketentuan lain yang mungkin di perlukan.
6.Panduan Penggunaan, dan tata cara penggunaan obat perlu dicantumkan
untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
7.Nama dan alamat tujuan produsen atau perusahaan, atau orang yang
bertanggung jawab atas barang yang dikirim untuk kegiatan menyebar luaskan
ke pasar.
Spesifikasi label yang digunakan untuk obat yang dikirim harus didefinisikan sesuai
panduan WHO dan GMP untuk produk farmasi. Label yang perlu dicantumkan pada
kemasan bertuliskan sebagai berikut :
1. Izin identifikasi untuk masing-masing bahan aktif yang telah di
tentukan oleh INN, dan harus mencantumkan trademark. Segala
informasi mengenai obat didalam kemasan tersebut, sesuai ketentuan
undang-undang nasional, seperti nama produk farmasi, penulisan
bahan aktif, data detail isi dalam kemasan dll harus di cantumkan pada
kemasan.
2. Stabilitas produk farmasi harus dijaga sesuai dengan panduan tentang
tata cara penyimpanan yang harus di lakukan, setelah semua stabilitas
dilakukan, salah satu rekomendasi berikut yang diperlukan untuk
kondisi penyimpanan harus dengan jelas tertera pada label kemasan :
a.Penyimpanan antara 2 hingga 8oC (Dengan pendingin, tanpa freezer)
b.Penyimpanan dibawah 8oC (Dengan Pendingin)
c.Penyimpanan antara -5 hingga -20oC (Didalam Freezer)
d.Penyimpanan dibawah -18oC (Didalam Freezer)
3. Izin untuk menindak lanjuti produk farmasi/ obat tertentu sesuai
dengan bacth number pada label. Hal tersebut dapat menjadi panduan
untuk mengikuti alur distribusi produk dari proses manufaktur hingga
proses administrasi untuk pasien dengan tujuan untuk mengidentifikasi
produk yang berpotensi mengalami resiko saat pengiriman seperti
sample darah, kantong darah, atau produk yang berhubungan dengan
darah
4. Identitas produk farmasi harus tertutup jika digunakan dalam studi
klinis, hal ini sangat penting untuk dilakukannya studi klinis dengan
tujuan menentukan keberhasilan nyata dari sebuah obat yang layak
pakai dengan dilakukannya blinded studies /eksperiment mengenai
obat. Jika Identitas tertutup oleh kode, hal tersebut harus segera di di
identifikasi sesegera mungkin jika dalam keadaan medical emergency.
a. Kemasan Pot
Kemasan pot dapat terbuat da ri bahan plastik, logam, atau kaca.
Umumnya kemasan pot digunakan untuk sediaan semisolid yang dapat
digunakan berulang dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan
mengoleskan sediaan ke bagian tubuh yang dituju.
b. Kemasan Tube
Kemasan tube dapat dibagi berdasarkan tipe mulut dan bahan pembuat
tube. Berdasarkan tipe mulutnya, tube terbagi menjadi tube dengan mulut
konvensional, tube dengan mulut panjang dan meruncing sebagai aplikator,
dan tube dengan penutup berupa lapisan membran tipis yang terbuat dari
logam. Sedangkan berdasarkan bahan pembuat tube, tube terbagi menjadi tube
plastik dan tube logam.
Tube juga memiliki beberapa tipe penutup seperti yang dapat dilihata pada gambar
berikut.
c. Kemasan Sachet
Kemasan sachet umumnya dibuat dari bahan plastik yang dilapisi
dengan logam seperti aluminium atau timah dan digunakan sebagai kemasan
sediaan semisolid dengan volume yang relatif kecil.
d. Kemasan Botol
Kemasan botol umumnya dibuat dari bahan plastik dan bahan gelas
dan digunakan sebagai kemasan sediaan semisolid dengan volume cukup
besar.
High Density Semi fleksibel – keras, tahan terhadap bahan kimia dan
Poliethylene kelembapan, permeabel terhadap gas, permukaan berlilin (waxy),
(HDPE) buram, mudah diwarnai, diproses, dan dibentuk, melunak pada
suhu 750 C
Polyvinyl chloride Sulit didaur ulang, lebih tahan terhadap senyawa kimia, tidak
(PVC) untuk mewadahi sediaan yang mengandung lemak/minyak,
alkohol, dan dalam kondisi panas
Low Density Mudah diproses, kuat, fleksibel, kedap air, permukaan berlilin,
Polyethylene tidak jernih tapi tembus cahaya, melunak pada suhu 700 C
(LDPE)
Polypropylene Keras, kuat, permukaan berlilin, tidak jernih, tahan terhadap
(PP) bahan kimia, panas, dan minyak, melunak pada suhu 1400
Polystyrene Jernih seperti kaca, kaku, mudah terpengaruh lemak dan pelarut
(PS) seperti alkohol, mudah dibentuk, melunak pada suhu 950 C
Tipe II Kaca soda kapur Resistensi hidrolisis relatif ↑ Sediaan parenteral, asam, netral,
(memerlukan dealkalisasi) dan sediaan alkalli yang sesuai