DEFINISI PENGEMASAN
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan)
a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
yang dikemas. Misalnya kaleng susu, botol minuman, strip/blister, ampul, vial dan lain-
lain.
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
kayu untuk buah yang dibungkus dan sebagainya.
c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas (Julianti dan Nurminah
2006).
Berdasarkan proses pengemasannya, kemasan dibedakan atas kemasan aseptik dan non-
aseptik.
1. Pengemasan aseptis
Pengemasan aseptis adalah suatu cara pengemasan bahan di dalam suatu wadah
yang memenuhi empat persyaratan, yaitu : produk harus steril, wadah pengemas harus
steril, lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harussteril, dan wadah
pengepak yang digunakan harus rapat untuk mencegah kontaminasikembali selama
penyimpanan. Sistem pengemasan aseptis digunakan untuk mengemas berbagai macam
produk seperti bahan pangan dan obat-obatan. Dalam sistem pengemasan aseptis,
produk dan wadah pengemas disterilisasi secara terpisah, kemudian dilakukan pengisian
produk ke dalam wadah dalam lingkungan steril sehingga diperoleh produk steril dalam
kemasan yang tahan disimpan dalam jangka waktu lama.
Dalam sistem pengemasan aseptis, sterlisasi yang dilakukan terhadap wadah lebih
bervariasi tergantung dari jenis wadahnya. Beberapa contoh cara sterilisasi terhadap
berbagai wadah yang digunakan dalam pengemasan aseptis . Misalnya untuk wadah
yang terbuat dari metal digunakan uap panas atau udara panas. Untuk wadah yang
terbuat dari plastik dapat digunakan etilen oksida, hidrogen peroksida atau dengan cara
radiasi. Wadah gelas dapat digunakan etilen oksida. Masing-masing cara sterilisasi
tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan.
Sterilisasi dengan uap panas dan udara panas akan menghasilkan suhu tinggi pada
tekanan atmosfir, tetapi mempunyai kelemahan karena mikroorganisme lebih tahan di
dalam uap/udara panas daripada di dalam uap jenuh. Sterilisasi wadah menggunakan
hidrogen peroksida mempunyai keuntungan karena prosesnya cepat dan efisien,
sedangkan radiasi dapat digunakan untuk sterilisasi wadah yang terbuat dari plastik
yang sensitif terhadap panas, tetapi mempunyai kelemahan karena biayanya yang mahal
dan lokasinya terbatas.
Strip packaging merupakan teknik pengemasan yang sudah berlangsung lebih dari
seperempat abad. Semua solid form dibidang farmasi termasuk pill, tablet, capsul, lozenges,
dikemas dengan system ini. Tetapi yang paling umum menggunakan cara ini adalah tablet dan
capsul.
Kemasan ini dapat dibuat dengan berbagai cara, tetapi biasanya dibentuk dengan
menumpuk produk seperti sandwich di antara lapisan tipis plastic yang dapat diberi bentuk
dengan panas, dapat memanjang atau dapat mengerut dengan pemanasan dan bahan yang kaku
untuk bagian belakangnya. Hal ini umumnya dilakukan dengan memanaskan/melunakan
lapisan tipis plastik dan membuat kantung dengan menariknya dalam vakum melalui cara yang
sama seperti pembuatan blister dalam kemasan blister. Produk dijatuhkan ke dalam kantung,
yang kemudian disegel menjadi bahan yang keras seperti piring kertas yang dipanaskan-
disegel-diberi lapisan. Jika memakai bahan yang dapat mengerut karena panas, kemasan
dilewatkan ke dalam corong panas, yang mengerutkan lapisan tipis menjadi gelembung atau
member kulit pada produk, sehingga menempel erat pada karton yang ada di bagian
belakangnya (Lachman, 1994).
Digunakan untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan,
multi wall paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags,
tetapi sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa
lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh
kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai dengan 6
lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah lebih fleksibel dan
kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal. Multiwall paper bag dapat
digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk bubuk (Anonim, 2007).
Konsep ini menggunakan sifat polimer yang dapat mengembang dan mengerut karena
pemanasan, biasanya PVC. Polimer yang dapat mengerut karena panas diproses sebagai pipa
terarah dalam diameter sedikit lebih besar dari tutup dan lingkar leher botol yang akan disegel.
Bahan yang dapat mengerut karena panas dipasok kepada pengisi botol sebagai pipa yang ada
cetakan huruf/gambar dan dapat dilipat, baik sudah dipotong menurut panjang tertentu atau
dalam bentuk gulungan untuk pekerjaan otomatis. Panjang pipa PVC yang sesuai
Gambar. Pengikat yang Mengkerut
diluncurkan melalui botol yang sudah bertutup cukup longgar, sehingga dapat menyatukan
tutup dan lingkar leher botol (Gambar 24-4). Botol kemudian digeser melalui lorong panas,
yang mengerutkan pipa dengan erat di sekeliling tutup dan botol, sehingga ban yang mengerut
akan rusak bila tutup dibuka. Agar mudah membukanya, ban yang mengerut dapat disertai
dengan celah yang dapat dirobek (Lachman, 1994).
Pembungkus dari lapisan tipis telah digunakan secara luas selama bertahun-tahun untuk
produk yang memerlukan kemasan yang utuh, atau perlindungan terhadap keadaan
sekelilingnya. Pembungkus Lapisan Tipis dikategorikan dalam tipe-tipe berikut:
Pembungkus yang ujungnya dilipat
Pembungkus yang disegel seperti sirip ikan
Pembungkus yang dapat mengerut
Untuk menyiapkan tingkat kesempurnaan kemasan yang diperlukan bagi kemasan yang tahan
gangguan pada mesin horizontal maupun vertical, maka haruslah digunakan segel permukaan-
dalam-pada permukaan-dalam. Hal ini memungkinkan pemakaian bahan segel yang efektif
seperti polietilen, etilen vinil asetat (EVA), dari Surlyn, yang bila disegel dengan layak harus
dirobek lebih dulu untuk mendapatkan produknya. Bahan penyegel ini harus digunakan sebagai
bagian dari susunan laminasi supaya diperoleh sifat-sifat yang diperlukan bagi penampilan
bahan kemasan yang layak. Permukaan luar dari laminasi harus merupakan permukaan yang
mudah dicetak dan tahan panas, karena langsung bersentuhan dengan batang-batang pemanas.
3. Wadah plastik
Wadah plastic untuk produk farmasi pada mulanya dibuat dari polimer-polimer berikut
ini : Polietilen, Polipropilen, Polivinilklorida (PPC), Polistiren, dan juga meski tidak begitu
banyak, Polimetil Metakrilat, Polietilen Tereftalat, Politrifluoroetilen, Aminoformaldehid,
dan Poliamida.
Wadah plastik terdiri dari satu atau lebih polimer bersama dengan bahan-bahan
penambah tertentu. Wadah yang dibuat untuk tujuan farmasi harus bebas dari bahan yang
dapat diekstraksi dalam jumlah yang cukup berarti oleh prodk yang terkandung didalamnya.
Dengan demikian dapat dicegah bahaya keracunan atau ketidak stabilan secara fisik dan
kimiawi. Jumlah dan sifat zat penambah ditentukan oleh sifat polimer, proses yang
digunakan untuk mengubah plastik menjadi wadah, dan kegunaan yang diharapkan dari
wadah itu. Untuk wadah-wadah plastik pada umumnya, zat penambah dapat terdiri dari
antioksidan, zat antistatik, warna, pengubah-pengubah sifat benturan, pelincir, plastisator,
dan stabilisator. Bahan-bahan penambah untuk melepaskan cetakan tidak umum digunakan,
kecuali jika diperlukan untuk maksud tertentu.
Beberapa faktor yang menyebabkan industry farmasi semakin banyak menggunakan
wadah plastic :
a. Jika dibandingkan dengan wadah gelas, wadah plastic beratnya ringan dan lebih
tahan terhadap benturan biaya pengankutan lebih murah dan resiko wadah
pecah lebih kecil.
b. Disain wadahnya beragam dan penerimaan pasien terhadap wadah plastic cukup
baik.
c. Penggunaan wadah plastic relatif lebih efektif. Dalam pembentukan wadah botol
plastik gyang dapat dipencet dapat menyebabkan wadah tersebut berfungsi ganda
baik sebagai pengemas maupun sebagai aplikator untuk sediaan-sediaan seperti
obat mata, obat hidung, dan lotio.
artikel plastic diidentifikasi dan dikarakterisasi menggunakan spektroskopi
inframerah dan “differential scanning calorimetry”. Derajat uji berdasarkan pada apakah
wadah kontak langsung dengan sediaan obat atau tidak dan risiko berdasarkan pada rute
pemberian obat.
Plastic yang dibuat dari campuran polimer homolog, mempunyai rentan bobot
molekul tertentu. Plastic dapat mengandung bahan lain seperti sisa proses polimerasi,
plastisizer, penstabil, antioksidan, pewarna, dan pelincir. Semua bahan tersebut harus
memenuhi persyaratan untuk kontak dengan makanan. Factor seperti komposisi plastic,
proses dan prosedur pencucian, penanganan permukaan, media kontak, tinta, perekat,
penyerapan dan permeabilitas pengawet, dan kondisi penyimpanan dapat juga
mempengaruhi kesesuaian plastic untuk penggunaan khusus.
Komponen plastic yang digunakan untuk sediaan resiko tinggi, seperti untuk
inhalasi, sediaan parenteral, sediaan mata, diuji menggunakan uji biologi dalam bagian
metode uji.
Wadah plastic yang dimaksudkan untuk pengemasan produk sediaan parenteral
harus memenuhi persyaratan seperti pada uji biologi dan uji fisikokimia dalam metode
uji. Standar juga berlaku untuk wadah polietilen yang digunakan untuk mengemas
bentuk sediaan oral kering yang tidak ditujukan untuk dikonsitusi menjadi larutan.
4. Wadah polietilen
Standar dan uji dalam bagian ini untuk mengkarakterisasi wadah dan
komponennya dari wadah polietilen kerapatan rendah atau polietilen kerapatan tinggi
dan wadah homopolimer atau resin kopolimer. Semua komponen polietilen diuji secara
spektroskopi inframerah dan “differential scanning calorymetry”. Jika uji stabilitas telah
dibuat untuk menetapkan tanggal kadaluarsa dari suatu bentuk sediaan dalam wadah
polietilen yang sesuai makawadah polietilen lain yang memenuhi persyaratan dapat
digunakan untuk mengemas sediaan tersebut, jika dilakukan uji stabilitas yang sesuai
untuk wadah alternatif, yang bertujuan untuk menjamin bahwa identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian, bentuk sediaan dipertahankan selama periode penggunaan.
5. Wadah polipropilen
Standar dan uji dalm bagian ini untuk karakterisasi wadah polipropilen yang
dibuat dari homopolimer atau kopolimer yang dipertukarkan untuk mesan bentuk
sediaan padat kering dan sediaan cair oral yang sesuai. Jika uji stabilitas telah dilakukan
untuk menatpkan tanggal kadaluwarsa dari suatu bentuk sediaan dalam wadah
polipropilen yang sesuai, maka wadah polipropilen lain yang memenuhi persyaratn
dapat digunakan untuk mengemas sediaan tersebut, jika dilkaukan uji stabilitas yang
sesuai untuk wadah alternatif, yang bertujuan untuk mnjamin bawa identitas, kekuatan,
kualitas dan kemurnian bentuk sediaan dipertahankan selama peirode penggunaan.
6. Wadah Satuan Ganda dan wadah Dosis Satuan Untuk Cairan
Standar dan uji yang diberikan dalam bagian ini untuk mengukur kegunaan dan
kinerja dari wadah plastic yang biasa digunakan untuk kemasan sediaan berbasis air
melalui pengukuran kehilangan bobot cairan air sebagai persen kandungan. Uji ini dapat
juga digunakan untuk menunjukkan kinerja atau fungsi yang dapat diperbandingkan.
Wadah polietilen. Pastikan wadah dengan segel kedap air yang diperoleh dari
botol bersegel panas dengan lembar aluminium berlapis polietilen atau segel yang sesuai.
Wadah polietilen berat jenis rendah yang diuji memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1
dari 10 wadah uji mempunyai permeabilitas kelembaban melebihi 20mg per hari per liter
dan tidak satupun melebihi 30mg per hari per liter
Wadah polipropilen.pastikan wadah dengan segel kedap air yang diperoleh dari
botol bersegel pannas dengan lembar aluminium berlapis polietilen atau segel yang sesuai.
Wadah memenuhi persyaratan jika tidak lebih 1 dari 10 wadah uji mempunyai
permeabilitas kelembaban melebihi 15mg per hari per liter dan tidak satupun melebihi
25mg per hari per liter
8. Wadah satuan tunggal dan wadah dosis satuan untuk kapsul dan tablet
untuk dapat mencantumkan keterangan yang berkaitan dengan pengemasan yang
sesuai untuk tipe produk tertentu dibuat prosedur dan klasifikasi berikut mengevaluasi
sifat permeasi kelembapan wadah satuan tunggal dan wadah dosis satuan.
9. Kemasan unit tunggal
Suatu kemasan sekali pakai di istilahkan dengan kemasan satu dosis. Kemasan obat unit
tunggal dapat ditampilkan pada skala besar oleh pabrik farmasi atau pada skala kecil oleh
apotek yang menyalurkan obat tersebut.
Keuntungan kemasan unit tunggal anatara lain:
Identifikasi positif dari masing-masing unit dosis setelah obat tidak berada di tangan
ahli farmasi atau perawat.
Meneyebabkan berkurangnya kesalahan karena obat
Berkurangnya kontaminasi obat
Mengurangi waktu penyiapan dan penyaluran
Memudahkan pengawasan obat di apotek dan tempat perawatan (Rumah Sakit)
Mengeliminasikan sisa obat
Tipe I,II, dan III dimaksudkan untuk produk parenteral da tipe NP untuk produk
nonparenteral (oral & topikal).
13. Tube yang dapat dilipat-Logam
Tube logam yang dapat dilipat adalah wadah yang menarik perhatian, yang
memungkinkan jumlah yang terkontrol disajikan dengan mudah, mudah dibuka, dan
perindungan produk yang memadai. Resiko kontaminasi dari sisa yang tertinggal dalam
tube adalah minim, karena tube tidak dapat menyerap kembali. Tube ini ringan dan tidak
dapat pecah, serta memungkinkan pelaksanaan pengisian secara otomatis dengan kecepatan
tinggi.
Setiap logam yang dapat dibentuk dalam keadaan dingin cocok untuk pembuatan tube
yang dapat dilipat, tetapi yang paling umum digunakan adalah timah (15%), aluminium
(60%), dan timbal (25%). Timah yang paling mahal dan timbale yang paling murah. Karena
timah paling untuk dibentuk, maka tube-tube kecil sering dibuat dari timah yang lebih
murah, meskipun biaya logamnya lebih tinggi. Lembaran timbal yang diberi lapisan timah
memberikan penampilan dan resistensi terhadap oksidasi dari timah kemasan dengan harga
yang lebih rendah.
Daftar Pustaka:
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). UI press. Jakarta.
Kurniawan, Dhadhang W, dan Sulaiman, Teuku NS. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi.
Purwokerto: Laboratorium Farmasetika Unsoed.
Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia, 1990. Risalah Seminar Pengemasan dan
Transportasi dalam Menunjang Pengembangan Industri, Distribusi dalam Negeri dan Ekspor
Pangan. S.Fardiaz dan D.Fardiaz (ed). Jakarta.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium
Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.
Voight,R.1995.Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Anonim, 2014, Farmakope Indonesia, Edisi V, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.