Anda di halaman 1dari 12

DESAIN PACKAGING PADA PRODUK AMOXICILIN

Disusun Oleh :

Novia Ananda Putri (17613031)

Lisnawati Tiara Putri ( 17613031)

Adrian Muhammad ( 17613032)

Hepelly Meitania (17613033)

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

PRODI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

2018/2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menentuan bentuk packaging yang sesuai dengan produk
2. Mahasiswa mampu mendesain kemasan obat guna menarik perhatian konsumen
3. Mahasiswamampu memahami manfaat dilakukannya packaging

1.2 Latar Belakang


Secara umum, kemasan atau packaging dapat diartikan sebabai bagian terluar yang
membungkus suatu produk dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca,guncangan
dan benturan – benturan terhadap benda lain. Packaging ini di di fungsikan untuk melindungi
produk agar ketika sampai kepada konsumen dalam keadaan yang baik dengan efek yang
menyembuhkan[1].
Kemasan produk farmasi terbagi menjadi beberapa kategori antara lain[2][3]

1. Kemasan primer yaiu kemasan yang lagsung mewadahi atau membugkus produk
farmasi, misalnya strip, botol, vials, closures, blister, dll

2. Kemasan sekunder, yaitu yang fungsiutamanya yaitu untuk melindungi keompok


kemasan lain ( kemasan sekunder) dan tidak bersentuhan langsung dengan produk
obat. Penggunaan kemasan primer dan sekunder tergantung pada tingkatan dimana
perlindungan dan perlakuan khusus diperlukan, kompatibilitas dengan isi, metode
pengisian dan biaya, namun Over the Counter (OTC) atau penanganan khusus
pengiriman obat harus di sertakan, dengan tujuan keamanan dan kenyamaan bagi
kemasan yang dikirim, khususnya dari segi ukuran, berat, tata cara pembukaan/
penutupan kemasan {jika terdapat}, dan tata cara pemakaian. Contoh kemasan
sekunder Lapisan alumunium, kemasan box/kardus.
3. Kemasan tersier, yaitu kemasan yang melindungi kemasan sekunder, biasanya berupa
box besar untuk menampung lebih dari 1 kemasan sekunder.
4. Kemasan kuartener adalah kemasan yang difungsikan untuk menampung kemasan
primer, sekunder, dan tersier. Biasanya berupa kontainer yang di gunakan pada saat
proses pendistribusian produk farmasi.

Table 1.1 bahan pengemas

Berikut material yang pada umum nya digunakan sebagai kemasan primer produk
farmasi : Dalam proses pengemasan terdapat 2 tata cara pengemasa yaitu[2] :
1. Kemasan untuk produk farmasi berbahan cair
Untuk produk farmasi yang berupacairan, proses pengamasannya dapat menggunakan:
a. Primary Watertight Inner Receptacle
- Gunakan kemasan kedap air untuk spesimen cairan dengan penutupan yang
sesuai seperti screw-on, snap-on atau push-on yang tertutup, disegel dengan
perekat tambahan.
- Jika menempatkan kemasan yang mudah mengalami kerusakan/rapuh
dengan bentuk kemasan satuan (botol, vials, closures, blister, dll), didalam
kemasan sekunder, makan harus dibungkus dengan materil kemasan
(Bubblewrap, busa, styrofoam,dll) dengan rapi untuk mencegah benturan
dan gesekan antar produk saat pengiriman.

b. Absorbent Material
- Letakkan material yang bersifat menyerap cairan diantara kemasan primer
dan sekunder
- Gunakan material penyerap yang cukup menyerap seluruh cairan
pengiriman barang pada kemasan tersebut. Material penyerap dapat
menggunakan gumpalan kapan, bola kapan, superabsorbent packets, atau
tisu.

c. Secondary Watertight Inner Receptacle


Gunakan kantong plastik kedap air yang telah disegel, tabung plastik, atau
screw-cap can.

d. Sturdy Outer Packaging


- .Gunakan kemasan terluar dengan material yang kuat terbuat dari papan,
kayu, logam, plastik, atau bahan yang kuat lainnya, termasuk silinder yang
terbuat dari material-material tersebut dan sesuai dengan ukuran isi barang.
- Chipboard atau kardus karton, amplop, kantong plastik yang digunakan
sebagai kemasan terluar tidak dapat diterima.
- Kemasan yang siap akan dikirim harus berkualitas baik, dan cukup kuat
untuk menahan penanganan pengiriman seperti getaran, perubahan suhu,
kelembaban dan tekanan

2. Kemasan untuk produk berbahan kering/ tidak terdapat material berupa cairan
Letakkan sampel kering, namun selain rambut, penyeka atau darah yang
dikeringkan, didalam sebuah kertas tau amplop plastik dengan ukuran 6 inch x 8 inch
atau lebih besar dari amplop surat. Bantalan gabung pada kaca atau plastik dan
kemasan dikemas dengan benar, tanpa menyisakan ruang kosong pada bagian dalam
antara kemasan primer dan sekunder, supaya kemasan tetap kokoh beri bantalan, atau
busa styrofoam diantara kemasan primer dan sekunder untuk mencegah kerusakan, dan
benturan selama proses pengiriman.

Proses pengemasan terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :


- Isi dan susun kemasan
- Lakukan sterilisasi pada kemasan
- Letakkan Label DMK Cargo Pada kemasan
- Simpan produk yang akan dikirim dengan ketentuan pengiriman
Penggunaan material pengemas, harus memperatikan persyaratan dan spesifikasi
bahan pengemas untuk setiap jenis produk berbeda – beda . beriku ini merupakan
persyaratan bahan pengemas antara lain :

1. Memiliki permeabilitas yang baik terhadap udara


2. Bersifat tidak toksik dan tidak innert
3. Mudah di buka dan di tutup, sehingga memudahkan dlam proses penggunaannya

BAB 2

PROSEDUR
2.1 pembuatan kemasan primer

1. kemasan blister dibentuk dengan cara melunakan suatu lembaran resin termoplastik
dengan pemanasan, dan menarik (dalam vakum) lembaran plastik yang lembek
tersebut ke dalam cetakan. Setelah mengalami pendinginan, lembara dilepaskan dari
cetakkan dan berlanjut ke bagian pengisian.

2. Produk obat dimasukkan kedalam ubangan plastik yang telah terbentuk, kemudian
lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai untuk menutup lembar plastik
yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut.

3. Strip dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box
(kemasan sekunder)

2.2 Penyimpanan

Disimpan pada tempat yang sejuk, kering dan terhindar dari paparan sinar matahari
langsung. Serta di simpan pada suhu ruangan.

BAB 3

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


3.1 PEMBAHASAN
1. Bahan pengemas primer yang digunakan
Blister pack atau kemasan primer merupakan kemasan yang terbuat dari plastik
yang di panaskan dan mengalami pemvakuman untuk membentuk lubangan – lubangan
pengisi untuk tepat meletakkan produk obat. Selain penggunaan plastiksebagai wadah
di gunakan pula lembar foil yang telah di lapisi laqur sebagai penutup atau bagian
permukaan untuk menutupi lubang – lubang yang berisikan produk obta tersebut.

2. Alasan pemilihan bahan pengemas primer


Kemasan primer berfungsi untuk menjaga produk dan memastikan produk
terhindar dari zat kontaminan yang dapat mengakibatkan perubahan efek pada produk
obat. Selain itu bahan kemasan yang digunakan tidak innert dan toksik terhadap zat
aktif sehingga aman ketika di gunakan.
Kemasan sekunder yang di gunakan adalah berbahan kertas atau karton ( kotak)
yang di fungsikan untuk melindungi kemasan primer. Alasan penggunaan bahan
tersebut adalah dikarenakan sifatnya yang fleksibel, lebih eramah lingkungan serta
dapat di daur ulang dan cepat terurai ketika menjadi limbah, lebih kaku sehingga
mudah di bentuk atau di desain untukmenambah nilai jual dari produk obat.

3. Bahan pengemas sekunder


Bahan pengemas yang di gunakan adalah berupa kertas atau karton ( kotak) yang di
gunakan untuk melindungi kemasan sekunder.

4. Informasi yang tercantum pada kemasan primer dan sekunder


1. Nama obat
2. Ukurab blizter
3. Komposisi
4. Indikasi
5. kontraindikasi
6. Dosis dan cara penggunaan
7. Efek samping
8. Penyimpanan
9. Nama dan negara produsen
10. Tanggan kadaluwarsa
11. Peringatan atau keterangan .

3.2 KESIMPULAN
1. Bentuk packaging dari produk obat adalah pengemas primer, pengamas sekunder,
pengemas tersier, dan kuartener.
2. Pada proses packaging, diperlukan desain kemasan guna untukmenarik perhatian
konsumen sehingga dapat menimbulkan nilai beli dan nilai estetika dari produk obat.
Selain itu packaging juga dfungsikan untuk melindungi produk obat dari pengaruh
lingkungan luar.
3. Packaging memiliki manfaat antara lainuntukmelindungi produk obat dari
cuaca,guncangan dan benturan – benturan terhadap benda lain. Packaging ini di di
fungsikan untuk melindungi produk agar ketika sampai kepada konsumen dalam
keadaan yang baik dengan efek yang menyembuhkan.

BAB 4

LAMPIRAN

1. Desain kemasan
2. Desain Stiker

3. Brosur
a. Depan
b. Belakang
DAFTAR PUSTAKA

1. Karlinda I, Musfiroh I (Desember 2017). REVIEW: SUHU PENYIMPANAN BAHAN


BAKU DAN PRODUK FARMASI DI GUDANG INDUSTRI FARMASI. Farmaka
Volume 15 (4)
2. DMK. Packing Guidelines ( www.dmkcargo.com)
3. Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th edition, The Pharmaceutocal
Press, London
4. Anonim, 215. Persyaratan teknis kosmetika Nomor 19 tahun 2015. Badan
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai