PENGEMASAN
SEMESTER GANJIL 2022/2023
PENDAHULUAN
CAIRAN
PASTA
TEPUNG
Sebagai Identitas Produk
Sebagai Media Komunikasi
Meningkatkan Efisiensi
Meningkatkan Daya Tarik
FREKUENSI PEMAKAIAN
KLASIFIKASI
SISTEM KEKAKUAN BAHAN
KEMASAN KEMASAN
SIFAT PERLINDUNGAN
TERHADAP LINGKUNGAN
b. Kemasan sekunder
2. Struktur kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok
kemasan lain.
sistem Contoh : kotak karton untuk wadah udang kering dalam kaleng,
kotak kayu untuk buah yang dibungkus.
kemasan
c. Kemasan tertier, kuartener
kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder
atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan,.
Contoh : ikan yang sudah dikemas dalam kaleng, dimasukan ke
dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah
itu ke dalam peti kemas.
a. Kemasan fleksibel
bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak
atau patah
Contoh : plastik, kertas, foil
4. Sifat
perlindungan b. Kemasan tahan cahaya, yaitu wadah yang tidak bersifat transparan.
Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan
terhadap vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi, karena cahaya
dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.
lingkungan Contoh : logam, kertas, foil
5. Tingkat
b. Wadah siap rakit atau wadah lipatan, yaitu kemasan yang
kesiapan masih memerlukan tahap perakitan sebelum diisi.
pakai keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah
penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan
ukuran.
Contoh : Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan
silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau
plastik.
JENIS-JENIS KEMASAN
Jenis kertas ini mempunyai permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai
daya tahan yang tinggi terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan
terhadap air walaupun permukaan dilapisi dengan bahan tahan air
seperti lak dan lilin.
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46-74oC dan
dicampur polietilen (titik cair 100-124oC) atau petrolatum (titik
cair 40-52oC).
Kertas ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan
daya rekat panasnya baik.
Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan, sabun,
tembakau dan lain-lain.
d. Kertas Container board e. Kertas Chipboard
Kertas daluang banyak digunakan Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan
dalam pembuatan kartun beralur. sisa-sisa kertas. Jika
Ada kertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka
dua jenis kertas daluang, yaitu, line disebut bogus yaitu jenis
board disebut juga kertas kraft yang kertas yang digunakan sebagai pelindung
berasal dari kayu cemara dan atau bantalan pada barang
corrugated medium yang berasal pecah belah. Kertas chipboard dapat juga
dari digunakan sebagai
kayu keras dengan proses sulfat. pembungkus dengan daya rentang yang
rendah. Jika akan dijadikan
karton lipat, maka harus diberi bahan-bahan
tambahan tertentu.
f. Kertas Tyvek
Penggunaan peti kayu untuk kemasan di beberapa negara juga masih lebih
murah dibandingkan bahan pengemas lain.
Enamel buah Buah-buahan berwarna gelap dan buah-buahan lain yang Oleoresin
memerlukan perlindungan terhadap garam metal
Enamel C Jagung, kacang polong dan bahan pangan lain yang Oleoresin dengan pigmen seng
mengandung senyawa belerang termasuk bahan pangan oksida yang disuspensikan
yang berasal dari laut
Enamel jeruk Produk-produk dari jeruk dan konsentrat Oleoresin yang dimodifikasi
Enamel makanan laut Produk-produk dari ikan dan pasta daging Phenol
Enamel daging Daging dan produk-produk dari daging Epon yang dimodifikasi
dengan pigmen aluminium
Enamel susu Susu, telur dan produk-produk lain dari susu Epon
Enamel minuman tidak Sari sayuran, sari buah berwarna merah, buah-buahan yang Sistem dua lapis yang terdiri
berkarbon sangat korosif, minuman yang tidak mengandung gas dari oleoresin yang dilapisi lagi
karbon dengan vinyl
Enamel bir Bir dan minuman penyegar yang mengandung gas karbon Sistem dua lapis yaitu oleoresin
atau polibutadiena yang
dilapisi lagi dengan vynil
Kemasan Logam Penampang melintang badan logam komposit
Komposit
Umumnya
berbentuk kaleng dan Keterangan :
1. Plastik PE
merupakan hasil Bagian Bagian 2. Aluminium Foil
1 2 3 4
gabungan dua atau Dalam Luar 3. Kertas Kraft
lebih bahan kemasan : 4. Art Paper
plastik, aluminium
foil, papan kertas
bergelombang atau
logam.
5. Kemasan Plastik
Kemasan pangan plastik ini juga mempunyai kelemahan antara lain tidak tahan
panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer pada
pangan dan menimbulkan bahaya pada kesehatan, bahan kemasan pangan
plastik juga bermasalah pada lingkungan karena merupakan bahan tidak dapat
dihancurkan dengan cepat dan alami (non biodegradable), sehingga dapat
mencemari lingkungan dan dapat memenuhi tempat pembuangan. Oleh sebab
itu perlu digalakkan daur ulang (recycling) plastik untuk mengatasi hal tersebut.
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu, plastik dibagi menjadi
2, yaitu :
Pembuatan ALAMI
Damar
SINTETIS
Polietilena
Kemasan Oleoresin Polipropilena
Terpentin Polivinil khlorida
Plastik
BAHAN PEMBANTU Bahan Dasar
Filler Plastik
Plasticizer
Lubricant
Pelet atau Granula
Coloring agent
(dalam perdagangan)
Antioxidant
KEMAS PLASTIK
Film < 100m
Sheet > 200m
Rigid (kaku)
JENIS DAN SIFAT KEMASAN PLASTIK
a. Polietilen
Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi
dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara.
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan
dan kekuatan sobek yang baik.
Pemanasan polietilen akan menyebabkan plastik ini menjadi lunak dan cair pada suhu 110oC.
Sifat permeabilitasnya yang rendah dan sifat mekaniknya yang baik, maka polietilen dengan
ketebalan
0.001 – 0.01 inchi banyak digunakan unttuk mengemas bahan pangan.
Plastik polietilen termasuk golongan termoplastik sehingga dapat dibentuk menjadi kantung
dengan derajat kerapatan yang baik.
b. Polipropilen
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai
penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak
dan zat terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif
dan atau untuk meningkatkan penanganan makanan.
Komponen penyusun edible coating dan film
mempengaruhi secara langsung bentuk morfologi
maupun karakteristik pengemas yang dihasilkan.
Komponen utama penyusun edible packaging
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu hidrokoloid
(protein, karbohidrat), lipid (asam lemak, asil
gliserol), dan komposit (campuran hidrokoloid dan
lipid).
Kemasan Hermetis
PERUBAHAN
BIOKIMIA KERUSAKAN
PENURUNAN MIKROBIOLOGI
KUALITAS/PERUBAHAN
PADA BAHAN PANGAN
SELAMA DALAM
PENGEMASAN
KERUSAKAN
PENGARUH MEKANIS
CAHAYA
KADAR AIR
PERUBAHAN DAN GAS
SUHU
1. Perubahan Biokimia
P
e
r
u
b
a
h
a
n
w
a
r
n
a
,
t
e
k
st
u
r,
a
r
o
m
a
,
d
a
n
n
il
a
i
g
iz.
D
a
g
i
n
g
i
k
a
n
s
e
g
a
r
y
a
n
g
r
u
s
a
k
b
e
r
w
a
r
n
a
k
u
s
a
m
d
a
n
b
e
r
b
a
u
b
u
s
u
k
.
2. Perubahan Kimiawi dan Unsur-unsur
Plastisizer yang aman untuk kemasan bahan pangan adalah heptil ptalat,
dioktil adipat, dimetil heptil adipat, di-N-desil adipat, benzil aktil adipat, ester
dari asam sitrat, oleat dan sitrat.
Selain monomer plastik, timah putih (Sn) juga dapat bermigrasi pada
makanan kaleng dengan batas maksimum 250 mg/kg. Sn merupakan mineral
yang secara alami terdapat pada bahan pangan yaitu sebesar 1 mg/kg dan
dibutuhkan oleh manusia dalam jumlah kecil.
Produsen membutuhkan
pengetahuan bahan Konsumen perlu
kemasan yang dapat mengetahui bahan
melindungi produk yang kemasan yang mampu
dihasilkan, membuat mempertahankan produk,
produk lebih menarik, dan aman
ekonomis, dan aman
Faktor yang mempengaruhi kemasan
Sadar
Dibius (Imotilisasi) : suhu rendah, minyak cengkeh, MS-222/
Methanesulphonate
contoh : pada lobster 8-11 oC
24 oC 10 oC
Pemingsanan pingsan
Sistem Pengangkutan :
Terbuka
- alat kemas : bak fiber, sterofoam
- perlu tabung oksigen untuk aerasi
- transportasi : darat
Tertutup
- alat kemas : plastik, sterofoam
- volume oksigen ± 2/3 bagian
- transportasi : darat & udara
Pengemasan dan Pengangkutan Ikan Konsumsi
• PENGEMASAN VAKUM
oksigen yang tersisa digunakan oleh bakteri aerob yang ada untuk menghasilkan karbondioksida
Kondisi ini cenderung menyebabkan potensial oksidasi-reduksi permukaan (Eh) menjadi negatif.
Nitrogen, dapat memberikan kondisi atmosfer yang nyaris sama dengan vakum,
namun kekurangannya dapat mempengaruhi jaringan otot (bila daging yang
dikemas)dan komposisi mikroflora.
1. Bahan kemasan yang dapat menyerap oksigen Absorber oksigen yang dapat dicampur dengan film
polimer adalah sulpit logam, asam asakorbat dan besi.
2. Bahan kemasan degan antioksidan antioksidan berfungsi sebagai barrier bagi difusi O 2 serta
mentransfernya ke produk yang dikemas untuk mecegah reaksi oksidasi. Vitamin E dapat digunakan sebagai
antioksidan, serta dapat dimigrasikan ke bahan pangan. Pelepasan vitamin E dari kemasan ke bahan pangan
dapat menggantikan antioksidan sintesis.
3. Bahan kemasan enzimatis Enzim yang dapat merubah produk secara biokimia dapat digabung dengan
bahan kemasan.
4. Antimikroba di dalam bahan kemasan Bahan yang mempunyai pengaruh antimikroba, misalnya nisin yang
diproduksi oleh Lactococcus actis, asam organik, ester dan sorbat, serta bahan kemasan yang mengandung
kitosan, allilisotiosianatt . Bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai antimikroba adalah etanol dan
alkohol lain, asam organik, garam (sorbat, benzoat, propionat), bakteriosin dan lain-lain.
Mekanisme Pengontrolan
Kelebihan
1. Daya tahan produk yang dikemas menjadi lebih lama.
2. Memperlambat fase pematangan dan kerusakan pada produk segar.
3. Mengurangi pemakaian bahan kimia yang biasanya terdapat pada kemasan.
4. mengurangi produksi gas etilen.
5. Tidak membutuhkan penyetingan untuk komposisi gas.
6. komposisi udara didalam kemasan tidak berubah atau sama pada saat awal dikemas.
Kekurangan
1. Tidak cocok untuk kemasan tray individu pada daging, karena dapat menyebabkan
perubahan warna pada daging.
2. Membutuhkan peralatan yang khusus, dan pekerja yang terlatih.
3. Biaya mesin dan peralatan yang relatif mahal.
MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING (MAP)
• Biaya tambahan
• Memerlukan kontrol suhu
• Diperlukan formulasi gas yang berbeda
• Peralatan dan training khusus
• Perhatian terhadap kemananan pangan
• Meningkatkan volume kemasan
• Keuntungan akan hilang jika kemasan terbuka atau bocor
PENENTUAN KONSENTRASI O2 DAN CO2 OPTIMUM
Contoh :
Campuran gas : 1-3% O2 dan 5-7% CO2
1-3% O2 dan 8-10% CO2
3-5% O2 dan 5-7% CO2
3-5% O2 dan 8-10% CO2
Udara biasa sebagai kontrol
Suhu : 0; 5 dan 10oC
Lama Penyimpanan : 5,10,15 and 20 hari
PENENTUAN JENIS FILM KEMASAN
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih jenis kemasan untuk MAP
adalah koefisien permeabilitas dari film kemasan.
Yang paling banyak digunakan adalah LDPE dan PVC.
REGULASI PENGEMASAN
PANGAN
Peraturan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan label dan iklan produk
pangan,
yaitu informasi-informasi produk yang harus ditulis pada label, yang tidak boleh
dilakukan dalam
pembuatan label hingga cara pembuatan label pada kemasan pangan.
Informasi tentang produk yang harus dicantumkan, secara lengkap terdapat pada
peraturan ini, termasuk juga cara mengiklankan produk.
Apabila suau perusahaan yang memproduksi bahan pangan menyalahi aturan dalam
peraturan ini, maka dapat dikenakan sanksi administratif, berupa :
a. peringatan secara tertulis;
b. larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk menarik
produk pangan dari peredaran;
c. pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia;
d. penghentian produksi untuk sementara waktu;
e. pengenaan denda paling tinggi Rp 50.000.000,00 (limapuluh juta rupiah), dan atau;
f. pencabutan izin produksi atau izin usaha.
PERATURAN KEMASAN KAYU
Italia memberi batas maksimum nigrasi tidak boleh boleh lebih dari
50 ppm untuk kemasan makanan berukuran 250 ml ke atas, sedangkan
untuk kemasan kecil batas maksimumnya 8 mg per dm2 lembaran
film. Syarat lain harus tidak ada komponen kemasan yang
membahayakan kesehatan, plastik harus diuji migrasinya dengan cara
yang sudah ditentukan, pewarna tidak boleh termigrasi ke dalam
makanan, Pb 0.01 %, As 0.005%, Hg 0.005%, Cd 0.2%, Se 0.01%,
amin primer 0.05% dan Ba 0.01%.
Peraturan lain yang digunakan untuk pengemasan bahan pangan
adalah peraturan yang dibuat oleh CODEX Alimentarius
Commission (CAC), yaitu suatu badan di bawah naungan Food
and
Agricultural Organization (FAO) dan World Healtd Organization
(WHO) yang bertugas menangani standard bahan pangan.
Active
Packaging
Absorber
Emmiters
Active Packaging
O2 absorber
Moisture regulators
Tujuan dari kemasan
CO2 absorber
aktif atau interaktif
adalah untuk Aldehyde scavengers
mempertahankan Sulfite scavengers
mutu produk dan
Heat releasers
memperpanjang masa
simpannya. Antimicrobial-releasing systems
Antioxidant releasers
Flavor releasers
Color releasers
SMART/INTELLIGENT PACKAGING
Absorber CO2 terdiri dari asam askorbat dan besi karbonat sehingga
mempunyai fungsi ganda dapat memproduksi CO2 dengan volume yang
sama dengan volume O2 yang diserap.
Akumulasi air pada kemasan dapat disebabkan oleh keluarnya air dari
jaringan pada daging atau fluktuasi suhu pada kemasan yang kadar airnya
tinggi.
Absorber ini akan menyerap air serta mencegah perubahan warna dari produk dan
kemasan. Polimer yang sering digunakan untuk menyerap air adalah garam
poliakrilat dan kopolimer dari pati. Polimer superabsorben ini dapat menyerap
100-500 kali dari beratnya sendiri.
Alat yang sama dengan skala yang lebih besar digunakan untuk menyerap lelehan es
pada transportasi ikan segar dan hasil laut lain melalui udara.
Keuntungan generator uap etanol adalah memperpanjang umur simpan, menghambat proses
staling pada produk bakery, dan mencegah tumbuhnya mikroba.
Oleh karena itu produk yang mengandung ethanol emitters hendaknya dipanaskan terlebih
dahulu sebelum dikonsumsi.
E. BAHAN KEMASAN AKTIF
Penggunaan bahan penyerap oksigen yang dimasukkan ke dalam sachet dan ditempatkan di
dalam kemasan produk pangan, mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
- konsumen harus hati-hati, agar sachet tersebut tidak sampai dimakan, dan ini
mengharuskan pihak produsen untuk membuat label ”Jangan Dimakan” pada sachet absorber.
- sachet harus dibuat dari bahan yang tidak mudah sobek
Kelemahan ini dapat diatasi dengan membuat absorber oksigen sebagai bagian dari kemasan,
dengan cara mengintegrasikan absorber oksigen dengan film polimer, adhesif, tinta atau bahan
pelapis (coating).
Substrat yang mengkonsumsi oksigen dapat berupa polimer itu sendiri atau komponenkomponen
lain pada kemasan yang mudah teroksidasi. Absorber oksigen yang dapat dicampur dengan film
polimer adalah sulpit logam, asam asakorbat dan besi.
2. Bahan Kemasan dengan Antioksidan
Kehilangan bau dan flavor pada bahan pangan dapat disebabkan oleh kemasan
itu sendiri. Bahanbahan aditif dan monomer kemasan dapat bermigrasi ke dalam
bahan pangan yang menyebabkan perubahan nilai organoleptik yang tidak
diinginkan.
Cara untuk menutupi flavor yang tidak diinginkan, adalah dengan menambahkan
flavor yang tajam ke dalam bahan kemasan, dalam bentuk aroma yang
dienkapsulasi, dan aroma ini akan keluar ketika kemasan dibuka.
G. FILM YANG SENSITIF TERHADAP SUHU
Permeabilitas film akan meningkat dengan meningkatnya suhu, dan hal ini perlu
diperhitungkan dengan teliti sebelum memilih jenis film kemasan yang akan digunakan.
Pembuatan lubang perforasi dengan ukuran beberapa mikron akan memberikan kondisi
yang diinginkan pada beberapa produk segar, atau dengan membuat film dari dua lapisan
film yang sama, atau dari dua lapisan film dengan ketebalan yang berbeda tapi bahannya
sama. Jika suhu meningkat atau turun, lapisan-lapisan akan berekspansi pada laju yang
berbeda.
H. KEMASAN YANG DAPAT MENGENDALIKAN SUHU
Saat ini di pasaran telah tersedia jenis kemasan yang dapat meningkatkan
sendiri suhu di dalamnya, misalnya pada kemasan minuman.
Prinsip pemanasan didasarkan pada teori bahwa jika bahan-bahan kimia
tertentu tercampur maka akan dihasilkan panas.
Kemasan self cooling digunakan untuk kemasan bir dan minuman ringan. Teknologi
Crown/Tempra menggunakan panas laten penguapan air untuk menghasilkan pengaruh
mendiginkan. Air terikat pada lapisan gel yang dikemas terpisah dari kaleng minuman, dan
panasnya dapat langsung mengenai minuman.
Konsumen memutar dasar kaleng untuk membuka katup yang akan menyentuh desikan yang
berada terpisah di bagian luarnya. Kemudian akan terjadi penguapan air pada suhu ruang, dan
penurunan suhu hingga 16.7oC terjadi dalam waktu 3 menit.
Metode lain adalah dengan memasukkan bahan berupa amonium klorida dan amonium nitrat
yang dimasukkan ke dalam ruang kosing dari kaleng. Jika amonium klordan dan amonium
nitrat tercampur dengan air, maka campuran ini akan menyerap panas dan menurunkan suhu
produk.
Cara ini memerlukan pengocokan kemasan sebelum diidnginkan, sehingga tidak cocok
digunakan untuk minuman berkarbonasi dan bir.
TEKNIK INTELLIGENT PACKAGING
Teknik kemasan pintar yang ada saat ini mempunyai indikator untuk
suhu dan indikator O2.
1. Time-Temperature Indicators
Alat ini menunjukkan jika terjadi kesalaham dalam suhu penyimpanan, dan juga menduga
sisa umur dari produk pangan.
Pengertian kemasan aseptis pengemasan suatu bahan dalam suatu wadah yang harus
memenuhi 4 syarat:
1. Produk harus steril
2. Wadah pengemas harus steril
3. Lingkungan tempat pengisian produk ke dalam wadah harus steril
4. Wadah pengepak harus rapat untuk mencegah kontaminasi
Prinsip pengemasan aseptis
Bahan pangan yang dikemas dan bahan kemasan harus bebas dari
mikroorganise perusak ketika bahan pangan tersebut dikemas
produk pangan yang dikemas merupakan produk yang steril.
Spora bakteri yang tidak tahan panas akan mati pada suhu tersebut,
bahkan sel vegetatif bakteri, kapang dan khamir akan mati pada suhu
80oC selama 10 menit.
Kelebihan: Kelemahan:
• Fleksibel • Tidak tahan panas
• Mudah dibentuk • Mudah robek
• Transparan • Menyebabkan kontaminasi melalui
• Tidak mudah pecah monomernya ke bahan yang dikemas
• Ringan. • Tidak dapat dihancurkan secara
• Murah alami (non biodegradable)
EDIBLE
EDIBLE FILM
COATING
Fungsi edible packaging
KOMPOSIT
(CAMPURAN
HIDROKOLOID DAN
LIPID)
Hidrokoloid berupa protein, turunan selulosa, alginat, pektin,
pati, dan polisakarida lainnya.
Lipid yang umum digunakan antara lain lilin lebah dan asam
lemak.
1. Pencelupan/Dipping
Metode ini merupakan metode aplikasi dari coating, produk yang akan
dilapisi dicelupkan dalam larutan yang akan digunakan sebagai bahan
coating. Metode ini sudah diaplikasikan sebagai pengemas atau pelapis
pada produk daging, ikan, produk ternak, sayur, dan buah-buahan.
2. Penyemprotan/Spraying
Pada metode ini, larutan bahan yang akan digunakan sebagai
coating disemprot, kemudian dikeringkan sehingga lapisan
dapat menempel pada produk dengan baik.
3. Casting
Pembungkusan atau casting, merupakan metode yang digunakan dalam
pembuatan edible film. Metode ini diawali dengan pembuatan larutan bahan
pembentuk film, kemudian dituangkan dalam cetakan dengan ketebalan
tertentu, dilanjutkan dengan pengeringan. Film yang telah kering diangkat dari
cetakan dan siap untuk diaplikasikan. Ketebalan film dapat dikontrol sehingga
dihasilkan film dengan ketebalan yang lebih rata.
Edible packaging dari bahan hidrokoloid seperti protein
merupakan pelindung/penghalang yang baik dari oksigen,
karbondioksida, dan lipid.
1. PLASTICIZER
2. PEWARNA
3. ANTIOKSIDAN
4. PENGAWET
5. FLAVOR
6. ANTIMIKROBA
PLASTICIZER
Adalah substansi non volatil yang mempunyai titik didih tinggi yang jika
ditambahkan ke senyawa lain akan mengubah sifat fisik dan mekanik senyawa
tersebut.
a. Polyols
Efektif sebagai plasticizer karena kemampuannya untuk mengurangi ikatan hidrogen
internal, dapat meningkatkan jarak intermolekuler.
b. Sorbitol (D-glusitol C6H14O6)
Gula alkohol hasil reduksi dari karbohidrat yang memiliki gugus polyol. Sorbitol dapat
menurunkan nilai kuat tarik dan meningkatkan persen pemanjangan edible film.
Sorbitol mudah larut dalam air (sampai 83%), dapat larut dalam methanol,
isopropanol, butanol, sikloheksanol, fenol, aseton, asam asetat, piridin, dan
asetamida.
kelarutan sorbitol baik dalam alkohol panas dan sedikit larut dalam alkohol dingin.
sorbitol juga mempunyai sifat yang sangat stabil terhadap asam, enzim, dan suhu
sampai 140oC.
c. Gliserol
d. Sodium Dosesil Sulfat (SDS)
e. Sukrosa
f. Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Antimikroba yang ditambahkan dalam
pembuatan kemasan edible:
• Asam benzoate
• Natrium benzoate
• Asam sorbat
• Potasium sorbat
• Asam propionat
•Antioksidan yang ditambahkan dalam pembuatan edible film :
Asam sitrat
Asam askorbat
Ester lainnya
Butylated Hydroxyanisole (BHA)
Buthylated Hydroxytoluen (BHT)
Tertiary Butylated Hydroxyquinone (TBHQ)
•Fungsi :
meningkatkan kestabilan
Mempertahankan komposisi gizi dan warna makanan
dengan mencegah oksidasi ketengikan, degradasi,
dan pemudaran warna (discoloration)
Edible film dan coating dapat diberi warna yang diinginkan,
flavor, keasaman, rasa manis, asin dan lainnya.
Edible film dapat diperkaya vitamin dan berbagai zat gizi untuk
melakukan perbaikan gizi tanpa merusak keutuhan produk
pangan tersebut.
Peranan bahan tambahan pangan pada
kemasan edible terhadap produk hasil
perikanan
Memperbaiki kenampakan, warna, tekstur produk
Menghasilkan produk dengan permukaan yang halus
Meningkatkan daya tarik produk yang dikemas
Meningkatkan nilai gizi
Meningkatkan masa simpan
SIFAT MEKANIS EDIBLE FILM
Digunakan untuk :
• memperkirakan daya simpan produk yang dikemas
• menentukan produk atau bahan pangan apa yang
sesuai untuk kemasan tersebut.
• Ketebalan film
• Warna
• Suhu transisi gelas
• aw
• Transmisi uap air
• Permukaan Film dengan Scanning
Electron Microscope (SEM)
Desain Kemasan
Desain adalah konsep pemecahan masalah rupa, warna,
bahan, teknik, biaya, kegunaan dan pemakaian yang
diungkapkan dalam gambar dan bentuk.
a. Bentuk kemasan
b. Ilustrasi dan dekorasi
c. Warna (menunjukkan ciri produk, diferensiasi produk,
menunjukkan kualitas produk)
d. Cetakan kemasan (tata letak, huruf, komposisi standard
dan proporsi masing-masing komponen produk, bentuk
permukaan).
LABELLING
nomor pendaftaran
kode produksi serta petunjuk atau cara penggunaan
petunjuk atau cara penyimpanan
nilai gizi serta tulisan atau pernyataan khusus
Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi
INFORMASI
UMUR
PRODUSEN DISTRIBUTOR
SIMPAN
PENJUAL
KONSUMEN
Konsumen tidak hanya mengetahui tingkat kesegaran
dan keamanan produk, melainkan juga menjadi
KONSUMEN
petunjuk bagi perubahan citarasa, penampakan dan
kandungan gizi produk tersebut.
Industri pengguna
Waktu komoditi kualitasnya turun sampai tidak dapat digunakan
sebagaimana layaknya
Calon pembeli
Waktu komoditi kualitasnya turun sampai tidak sesuai dengan
harapan atau telah adanya cacat yang dapat terlihat secara kasat
mata
Konsumen pengguna
Saat komoditi yang disimpan tidak dapat dikonsumsi
lagi atau tidak dapat memberikan kepuasan yang
diharapkan
Penjual/distributor/pengecer
Waktu komoditi tidak dapat dijual karena berbagai alasan
ISTILAH-ISTILAH DALAM UMUR SIMPAN
– Masa daluarsa
– Kadaluarsa
– Guna sebelum
– Expired
– Expire date
– Use by
– Best before
Tipe Penulisan Umur Simpan
Atribut Kimia
Bilangan peroksida (indikator ketengikan)
Kadar FFA (indikator ketengikan)
Kehilangan atau sisa Vitamin
ATRIBUT PENILAIAN
Analisis Mikrobiologi
Angka Lempeng Total (TPC) standar
Analisis kapang dan khamir
Keberadaan coliform
Sensory Evaluation
Oleh panelis terlatih (uji obyektif)
Oleh konsumen (uji subyektif)
PENDUGAAN UMUR SIMPAN
– Identifikasi faktor kualitas penentu akhir masa simpan
Persamaan Arrhenius
Model Arrhenius
k = k0 e-E/RT
Dasar: laju penurunan mutu mengikuti
persamaan ordo nol atau ordo I
Model Q10
pemanfaatan lanjut model Arrhenius
Model toleransi waktu-suhu
untuk pendugaan pada penyimpanan dengan suhu
berubah-ubah, yang dihitung adalah sisa umur simpan
akibat penyimpanan
Model Arrhenius
Penentuan laju
perubahan warna susu
(browning), dilakukan
pengamatan
perubahan optikal
density dan diperoleh
data seperti tabel di
samping
dengan regresi dihitung laju pencoklatannya (untuk setiap suhu)
Y = 5,17 + 1,34 x
r = 0,95 ; k = 1,34
Persamaan regresi
Y = 2,33 + 0,27x
r = 0,99 ; k = 0,27 Y =a + bx
Y = nilai browning
x = waktu penyimpanan
a = nilai browning awal
b = laju browning
Y = 2,27 + 0,06x
r = 0,99 ; k = 0,06
3 nilai konstanta diplot ke dalam persamaan Arrhenius
(agar lebih mudah dibuat plot ln k terhadap 1/T)
dari plot diperoleh :
nilai E (energi aktivasi browning) = 29208 kal/mol
nilai k0 = 1,58 x 1020
ts (T)
Q10 =
ts (T+10) ts (T) = umur simpan pada temperatur T
ts (T+10) = umur simpan pada temperatur T+10
jika perbedaan suhu bukan 10 oC
ts (T1)
maka Q10 T/10
=
ts (T2)
RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN
PERTEMUAN MATERI KETENGANGAN
1-2 PENDAHULUAN ; RUANG LINGKUP SYNKRONOUS
PEMBELAJARAN DAN KONTRAK PERKULIAHAN
3-4 LITERASI DAN DISKUSI KELOMPOK ASYNKRONOUS
PEMANFAATAN KEMASAN PADA INDUSTRI
PERIKANAN
5 - 15 DISKUSI DAN PRESENTASI KELOMPOK PROJECT SYNKRONOUS
PENGGUNAAN BAHAN DAN SISTEM KEMASAN
PADA HASIL PERIKANAN DAN PRODUK
OLAHANNYA
16 EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN SYNKRONOUS
PEMBAGIAN KELOMPOK BELAJAR
KELOMPOK TOPIK PEMBELAJARAN
1 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN PLASTIK UNTUK PRODUK OLAHAN HASIL
PERIKANAN DI INDONESIA
2 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN KERTAS UNTUK PRODUK OLAHAN HASIL
PERIKANAN DI INDONESIA
3 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN LOGAM UNTUK PRODUK OLAHAN HASIL
PERIKANAN DI INDONESIA
4 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN KACA/GELAS UNTUK PRODUK OLAHAN
HASIL PERIKANAN DI INDONESIA
5 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN DAUN TANAMAN UNTUK PRODUK OLAHAN
HASIL PERIKANAN DI INDONESIA
6 PENGUNAAN BAHAN KEMASAN KAYU DAN BAMBU UNTUK PRODUK
OLAHAN HASIL PERIKANAN DI INDONESIA
7 PENGUNAAN SISTEM KEMASAN VAKUM UNTUK PRODUK OLAHAN HASIL
PERIKANAN DI INDONESIA
8 PENGUNAAN SISTEM KEMASAN MODIFIES ATMOSFIER UNTUK PRODUK
OLAHAN HASIL PERIKANAN DI INDONESIA
PEMBAGIAN KELOMPOK BELAJAR
KELOMPOK TOPIK PEMBELAJARAN
9 PENGUNAAN EDIBLE FILM DAN EDIABLE COATING UNTUK PRODUK
OLAHAN HASIL PERIKANAN DI INDONESIA
10 SISTEM PENGANGKUTAN IKAN HIDUP UNTUK UKURAN BENIH DAN
KONSUMSI DI INDONESIA
11 SISTEM PENGANGKUTAN DENGAN MEDIA KERING UNTUK CRUSTACEA DI
INDONESIA