A. ANATOMI FISIOLOGI
Kulit Kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu; skin atau kulit,
connective tissue atau jaringan penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika,
loose conective tissue atau jaringan penunjang longgar dan pericranium.
Sistem persarafan terdiri dari otak, medula spinalis, dan saraf perifer.
Struktur-struktur ini bertanggung jawab untuk kontrol dan koordinasi aktifitas sel
tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut melalui
serat-serat saraf dan jaras-jaras secara langsung dan terus menerus. Responnya
seketika sebagai hasil dari perubahan potensial elektrik, yang mentransmisikan
sinyal-sinyal.Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai
bentuk bervariasi.Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.Dalam
kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara
reseptor dan efektor.Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya
yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam
tubuh.Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap
rangsangan.Saraf merupakan sistem koordinasi pada tubuh kita.Sistem saraf
merupakan sistem kontrol tubuh yang memberitahukan bagian-bagian tubuh.Sistem
saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf. Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang
berfungsi untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan
koordinasi kegiatan tubuh
b. Sirkulasi serebral
Otak memerlukan aliran darah sekitar 750 mL/mnt agar dapat berfungsi
penuh. Artei dan cabangnya di dalam otak menerima suplai darah dari arteri
karotis interna kanan dan kiri, pembuluh arteri karotis memasuki cranium
dibagian anterior pada setiap sisinya melalui basis kranii, kemudian bercabang
membentuk arteri serebri anterior dan media yang menyuplai bagian anterior dan
medial hemisfer serebri. Bagian posterior hemisfer serenri yang meliputi lobus
oksipitalis, batang otak dan serebrum mendapat supali darah dari dua buah arteri
vertebralis yang memasuki foramen magnum untuk membentuk arteri
basalis.Arteri basalis ini, kemudian bercabang membentuk dua buah arteri
serebri posterior.Arteri komunikan anterior dan posterior bergabung dengan dua
sirkulasiini membentuk lingkaran pembuluh darah yang disebut siklus
wilisi.Siklus ini memungkinkan pembentukan sirkulasi kolaterar jika terjadi
okulasi pembuluh darah serebral.Autoregulasi didalam arteriola serebral
memungkinkan distribusi aliran darah regional yang tepat pada bagian daerah
otak.Drainase darerah vena terjadi secara langsung dari jaringan otak melalui
pembuluh vena ke dalam sinus venosus yang berada diantara dua lapisan
durameter, selanjutnya mengalirkan darah vena ke vena jugularis eksterna.
c. Cairan Serebrospinal
Merupakan cairan bersih dan tidak berwarna dengan berat jenis 1,007.
diproduksi didalam pleksus koroid pada ventrikel lateral ketiga dan keempat.
Sistem ventrikular dan subarakhnoid mengandung kira-kira 150 ml air, 15
sampai 25 ml dari CSS. Terdapat di masing-masing ventikel lateral. CSS
mengandung protein, glukosa dan klorida, juga mengandung immunoglobulin.
Secara normal CSS mempunyai sedikit sel-sel darah putih dan tidak
mengandung sel darah merah.
d. Medulla Spinalis
Penghubung otak dan saraf perifer,
seperti kulit dan otot. Panjangnya rata-rata 45
cm dan menipis pada jari-jari.
Saraf-saraf Spinal medula Spinalis,
tersusun dari 33 segmen yaitu 7 segmen
Servikal , 12 segmen Torakal, 5 Lumbal, 5
Sakral dan 5 segmen koksigeus. Medula Spinalis, mempunyai 31 pasang saraf
spinal.
Kolumna vertebra melindung medula Spinalis, memungkinkan gerakan
kepala dan tungkai, dan menstabilkan struktur tulang untuk ambulasi. Vertebra
terpisah oleh potongan-potongan kecuali servikal pertama dan kedua, sakral dan
tulang belakang koksigius.
Fungsi sumsum tulang belakang adalah :
1. Penghubung impuls dari dan ke otak
2. Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks
3. Organ ini mengurus persyarafan tubuh, anggota badan dan bagian kepala
e. Jaras Visual
Serabut-serabut yang berhubungan dengan saraf optik berakhir pada
pangkal masing-masing hemisfer. Sel-sel penerima ini bertanggunga jawab
terhadap penglihatan. Pengkajian penglihatan pasien dilakukan melalui uji
ketajaman penglihatan dengan menggunakan kartu snellen dan cara biasa
dengan membaca koran. Penglihatan pasien harus diperiksa dengan dan tanpa
koreksi lenda.
f. Saraf Motorik Atas dan Bawah
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua
kombinasi sel-sel syaraf. Salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-
serabutnya berada tepat pada traktus. Piramida atau penyilangan traktus
piramida, dan serat lainnya berjalan menuju otot. Yang pertama disebut sebagia
neuron motorik atas (upper motor neuron [UMN]) dan yang terakhir disebut
sebagai neuron motorik bawah (lower motor neuron (LMN)). Setiap syaraf
motorik yang menggerakkan setiap otot merupakan komposisi gabungan ribuan
saraf-saraf motorik bawah.
Jaras motorik dari otak ke medulla spinalis dan juga dari sereberum ke
batang otak dibentuk oleh (UMN). UMN mulai di dalam korteks pada sisi yang
berlawanan di otak, menurun melalui kapsul internal, menyilang ke sisi
berlawanan di dalam batang otak. Menurun melalui trakrus kartikospinal dan
ujungnya berakhir pada sinaps LMN.
UMN seluruhnya berada dalam sistem syaraf pusat (ssp). LMN
menerima impuls di bagian ujung posterior dan berjalan menuju sambungan
mioneural. Berbeda dengan UMN, LMN berakhir didalam otot. Ciri-ciri klinik
pada lesi di UMN dan LMN dibicarakan pada bagian sebelumnya yang terdapat
dalam tabel berikut :
Akibat lesi Neuron Motor Atas (UMN) versus Neuron Motor Bawah (LMN)
LESI UMN LESI LMN
Kehilangan kontrol volunter Kehilangan kontrol volunter
Peningkatan tonus otot Penurunan tonus otot
Spastisitas otot Paralisis flaksid otot
Tidak ada atrofi otot Atrofi otot
Refleks hipertaktif dan abnormal Tidak ada / penurunan refleks
C. Etiologi
a. Trauma oleh benda tajam
Menyebabkan cedera setempat, seperti luka tembus peluru, pisau.
b. Trauma oleh benda tumpul
Contoh : Pukulan, tabrakan mobil, terjatuh, cedera saat berolah raga, dan
lain-lain yang dapat menyebabkan cedera menyeluruh (difus). Kerusakan
terjadi ketika energi atau kekuatan diteruskan ke substansi otak. Energi
diserap oleh lapisan pelindung yaitu rambut, kulit, kepala, tengkorak dn
otak.
E. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan letak perdarahan tanda dan gejalanya sebagi berikut :
a. Epidural hematoma
Perdarahan di ruang epidural diantara tulang tengkorak dan durameter.
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak dan duramater akibat
pecahnya pembuluh darah atau cabang-cabang arteri meningeal media yang
terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri
karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2
hari. Lokasi yang paling sering yaitu dilobus temporalis dan parietalis.
Gejala-gejala yang terjadi :
1) Penurunan kesadaran 6) Pernapasan dalam cepat
2) Nyeri kepala kemudian dangkal irregular
3) Muntah 7) Penurunan nadi
4) Hemaparesis 8) Peningkatan suhu
5) Dilatasi pupil ipsilateral
b. Subdural hematoma
Perdarahan di ruang subdural antara durameter dengan
araknoid.Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat
terjadi akut dan kronik.Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
vena/jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan
lambat dan sedikit.Periode akut terjadi dalam 48 jam – 2 hari atau 2 minggu
dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Gejala yang terjadi yaitu :
1) Nyeri kepala 5) Berpikir lambat
2) Bingung 6) Kejang
3) Mengantuk 7) Odem perut
4) Menarik diri
c. Subaraknoid hematoma
Perdarahan di ruang subaraknoid antara araknoid dengan
piameter.Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya
pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala
yang hebat.
Gejala yang terjadi yaitu :
1) Nyeri
2) Penurunan kesadaran
3) Hemiparese
4) Dilatasi pupil ipsilateral
5) Kaku kuduk
d. Hematoma intraserebral
Perdarahan pada jangka otakkarena pecahnya pembuluh darah arteri, kapiler,
vena.Gejala yang terjadi yaitu :
1) Nyeri kepala
2) Penurunan kesadaran
3) Perubahan tanda-tanda vital
4) Dilatasi pupil
F. PATHOFISOLOGI
CEDERA KEPALA RINGAN
Cedera kulit kepala
Karena bagian ini banyak mengandung pembuluh darah, kulit kepala
berdarah bila mengalami cedera dalam.Kulit kepala juga merupakan tempat
masuknya infeksi intrakranial.Trauma dapat menimbulkan abrasi, kontisio,
laserasi atau avulsi.
CEDERA KEPALA SEDANG
Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak adalah rusaknya kontinuitas tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma.Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan
otak.Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan
yang kuat.Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup.Bila fraktur
terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah
kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan karena alasan yang
kurang akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur
dasar tengkorak cenderung melintas sinus paranasal pada tulang frontal atau
lokasi tengah telinga di tulang temporal, juga sering menimbulkan hemorragi
dari hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur
dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung.
Cidera otak
Kejadian cedera “ Minor “ dapat menyebabkan kerusakan otak bermakna.
Otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sampai derajat tertentu yang
bermakna sel-sel cerebral membutuhkan supalai darah terus menerus untuk
memperoleh makanan.Kerusakan otak tidak dapat pulih dan sel-sel mati dapat
diakibatkan karena darah yang mengalir tanpa henti hanya beberapa menit saja
dan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. CT-Scan : untuk menentukan tempat luka atau jejas, mengevaluasi gangguan
strukrutal
b. MRI : mengidentifikasi kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi
c. X-Ray : mendeteksi dan mengidentifikasi fraktur
d. AGP : menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan sirkulasi
e. Cerebral Anglography : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma.
f. Lumbal fungsi : untuk menentukan ada atau tidaknya darah dalam CSS.
g. Analisa Gas Darah: medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
h. Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat
peningkatan tekanan intrakranial.
i. EEG : untuk memperlihatkan keadaan atau berkembangnya gelombang
patologis.
j. BAER(Brain Auditory Evoked Respon) : menentukan fungsi korteks dan
batang otak.
k. PET (Positron Emission Tomography) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak.
l. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggungjawab
terhadap penurunan kesadaran.
I. PENATALAKSANAAN
Semua terapi diarahkan untuk mempertahankan hemastatis otak dan
mencegah kerusakan otak sekunder. Tindakan ini mencakup stabilisasi
kardiovaskuler dan fungsi pernafasan untuk mempertahankan perfusi serebral
adekuat. Hemoragi terkontrol, hipovotemia diperbaiki, dan nilai - nilai gas darah
dipertahankan pada nilai yang diinginkan.
a. Pedoman Resusitasi dan Penilaian Awal
1) Menilai jalas nafas : Bersihkan jalas nafas dari debris atau muntahan,
lepaskan gigi palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan
memasang kolar servikal, pasang guedel bila ditolerir, jika pasien cedera
orofasial mengganggu jalan nafas, maka pasien harus diintubasi.
2) Menilai pernafasan : tentukan apakah pasien bernafas spontan atau tidak.
Jika tidak beri oksigen melalui masker oksigen. Jika pasien bernafas
spontan, selidiki dan atasi cedera dada berat seperti pneumotorak. Pasang
oksimetri nadi jika tersedia dengan tujuan menjaga saturasi oksigen
minimun 95%.
3) Menilai sirkulasi : otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya, perhatikan secara khusus
adanya cedera intraabdomen atau dada, ukur dan catat frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG. Pasang jalur
intravena yang besar, ambil darah vena untuk meperiksaan darah perifer
lengkap, ureum, elektrolit, glutosa dan analisa gas darah arteri.
4) Menilai tingkat kesadaran :
a) Cedera kepala ringan (GCS13-15)
b) Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
c) Cedera kepala berat (GCS 3-8)
b. Mengontrol TIK pada cedera kepala :
1) Tinggikan kepala tempat tidur sampai 30 derajat
2) Pertahankan kepala dan leher pasien dalam kesejajaran sentral (tidak
memutar).
3) Memberikan medikasi yang diserarkan untuk menurunkan TIK (misal :
diuretik, kortikosteroid)
4) Mempertahankan suhu tubuh normal
5) Hiperventilasi pasien pada ventilasi mekanik : memberikan O2
6) Mempertahankan pembatasan cairan
7) Memberikan sedasi untuk menurunkan kebutuhan metabolik
c. Glasgow Coma Scale (GCS)
1) Membuka mata (E)
4 : spontan atau membuka mata spontan.
3 : terhadap rangsang suara atau membuka mata bila dipanggil atau
diperintah.
2 : terhadap rangsang nyeri membuka mata bila ada tekanan pada jari.
1 : tidak ada atau mata tidak membuka terhadap rangsang apapun.
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume II.Edisi
8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah
Kolaborasi.Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hudak dan Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Volume II.Edisi 6.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Marion Johnson, dkk. 2014. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. 2014. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. Mosby.