Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK TEMPE

UD TEMPE GORENG

Oleh :
Kelompok 3

1. Nurhayati Br Padang
2. Diana
3. Salbia
4. Oni Fariana

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
ACEH BARAT
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan dalam usaha disebabkan oleh tingkat produktivitas perusahaan,
rendahnya tingkat harga produk, dan kualitas produk. Untuk menjaga konsistensi
mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar, perlu
dilakukan pengendalian mutu (quality control) atas aktivitas proses yang
dijalani. Hanya perusahaan yang mempunyai daya saing tinggi yang dapat
bertahan di dalam usaha untuk meningkatkan keuntungan (Parwati & Sakti,
2012). Kualitas atau mutu produk dan produktivitas merupakan kunci
keberhasilan bagi sistem produksi dalam industri (Parwati & Sakti, 2012).
Pada saat ini berbagai industri merancang dan mengimplementasikan
sistem pengendalian kualitas utuk mengantisipasi tuntutan persaingan yang
semakin kompetitif serta dapat mengurangi kerugian dari biaya kualitas yang
disebabkan oleh ketidaksesuaian produk. Tujuan dari pengendalian kualitas
adalah untuk mengahsilkan produk yang seragam dengan melakukan identifikasi
terhadap faktor penyebab kecacatan produk, meningkatkan hubungan
dengan pelanggan, kenaikan profit serta mengurangi baiaya pengendalian kualitas
(Gunawan, 2014).
Tempe merupakan makanan berbahan dasar kacang kedelai yang
menjadi salah satu makanan tradisional Indonesia khususnya di Pulau Jawa.
Berdasarkan pra penelitian, setiap proses pembuatan tempe kurang
memperhatikan setiap pengendalian kualitas, hal ini disebabkan oleh proses
pembuatannya masih dilakukan secara manual mulai kecuali proses
penggilingan tempe dengan menggunakan mesin penggilingan, adapun proses
pembuatan tempe dimulai dari perendaman, penggilingan, pemisahan antara
ampas dengan kacang kedelai, lalu diinjak guna melunakkan kacang kedelai
kemudian direbus dan didinginkan lalu pencampuran ragi ke kacang kedelai
selanjutnya dikemas dan di fermentasi. Menurut Desy (2012) dan Varsh (2015),
pengendalian kualitas merupakan aktivitas manajemen dan teknik yang dapat
mengukur ciri-ciri kualitas produk serta dapat membandingkannya untuk
mengambil tindakan penyehatan. Pengendalian kualitas merupakan aktivitas

1
2

keteknikan atau manajemen. Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan


metode seven tools.
Adapun alat-alat statistik yang digunakan dalam metode seven tools untuk
pengendalian kualitas, adalah: Check Sheet, Scatter Diagram, Fishbone
Diagram, Pareto Chart, Flow Chart, Histogram, Control Chart, Check sheet
(Hendra, 2013; Sulaman, 2015; Ade, 2012; Ivanto, 2016) melibatkan proses
pemeriksaan alur produksi selanjutnya disajikan dalam bentuk formulir untuk
memperoleh angka kecacatan pada tempe dengan mudah, sedangkan scatter
diagram digunakan untuk menampilkan sepasang data numerik pada sistem
koordinat Cartesian. Fishbone diagram digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai sebab dari suatu masalah. Pareto chart merupakan bagan yang
menampilkan klasifikasi yang berurutan (maslaah prioritas sampai yang paling
rendah).
Dalam Produk tempe terdapat banyak variabel produk cacat pada tempe
yang membuat kulitas tempe menjadi tidak baik atau cacat produk yang tidak
bisa dijual seperti cacat pada warna kekuningan, kemasan rusak, bentuk tidak rata
dan bau. Hal tersebut merupakan sesuatu yang akan merugikan bagi UD TEMPE
GORENG terhadap kualitas produknya. Maka untuk mengatasi produk cacat
dalam produk tempe UD TEMPE GORENG harus memepunyai sistem
pengendalian kualitas yang baik.
Untuk melihat apakah UD TEMPE GORENG belum memiliki
pengendalian kualitas yang baik maka peneliti akan melakukan pengamatan
sebanyak 10 kali pengamatan dengan 50 sampel per satu kali pengamatan untuk
dapat membuktikan apakah UD TEMPE GORENG sudah memiliki pengendalian
kualitas yang baik.

1.2 Batasan Masalah


Penelitian membatasi tentang produk cacat pada produk tempe untuk
pengendalian kualitas di UD TEMPE GORENG.
3

1.3 Rumusan masalah

Apakah UD TEMPE GORENG sudah memakai sistem pengendalian


kuliatas yang baik?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang dilakukan adalah sesuai dengan perumusan
masalah di atas yaitu :

1. Untuk mengetahui apakah UD TEMPE GORENG sudah menerapkan


sistem pengendalian kulitas pada produk tempe tersebut.
2. Untuk mengetahui jenis kerusakan pada produk tempe.
3. Untuk meminimalkan produk cacat yang terjadi pada produksi tempe di
UD TEMPE GORENG.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas merupakan salah satu teknik yang perlu dilakukan
mulai dari sebelum proses produksi berjalan, pada saat proses produksi, hingga
proses produksi menghasilkan produk akhir. Pengendalian kualitas dilakukan agar
dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar
yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin
mempertahankan kualitas yang telah sesuai. Pengendalian kualitas adalah teknik
dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi standar kualitas yang
diharapkan (Vincent Gasperz ,2005).
Pengendalian dan pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan
apa yang direncanakan dan apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan
tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai Menurut
Sofyan Assauri (Hayu Kartika, 2013).

2.2 Faktor-Faktor Pengendalian Kualitas.


Menurut Zulian (2013) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan adalah :
a. Kemampuan proses.
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
kemampuan proses yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu proses
dalam batas-batas yang melebihi kemampuan atau kesanggupan proses yang
ada.

4
5

b. Spesifikasi yang berlaku.


Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai harus dapat berlaku,
bila ditinjau dari segi kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
konsumen yang ingin dicapai dari hasil produksi tersebut.

c. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima.


Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat mengurangi
produk yang berada dibawah standar seminimal mungkin. Tingkat
pengendalian yang diberlakukan tergantung pada banyaknya produk yang
berada di bawah standar yang dapat diterima.

d. Biaya kualitas.
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat pengendalian kualitas
dalam menghasilkan produk dimana biaya kulitas mempunyai hubungan
yang positif dengan tercapainya produk yang berkualitas.

2.3 Alat Ukur Dalam Pengendalian Kualitas


Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Sta
stical Processing Control) memiliki 7 alat bantu yang sangat berguna dalam
mengukur dan mengendalikan kualitas sebagaimana disebutkan oleh Heizer dan
Render (2006) dalam bukunya Manajemen Operasi (2009: 316), antara lain:
1. Lembar Periksa (Check Sheet)
Lembar periksa adalah suatu formulir yang dirancang untuk mencatat data
(Heizer & Render, 2009). Check Sheet adalah suatu formulir dimana item-item
yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir dengan maksud agar data dapat
dikumpulkan secara mudah dan ringkas (Montgomery, 2009). Tujuan pembuatan
Check Sheet adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat
untuk dilakukan pengendalian proses dan penyelesaian masalah. Data dalam
lembar pengecekan tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisa secara cepat
dan mudah.
6

2. Diagram Pareto(Pareto Diagram)


Diagram pareto adalah grafik yang menunjukkan masalah berdasarkan
urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh
grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan
seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukan olehgrafik
batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Diagram
pareto ini merupakan suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri
ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah.Hal ini dapat
membantu menemukan permasalah yang paling penting untuk 15 segera
diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera
diselesaikan (ranking terendah) diagram pareto juga dapat mengidentifikasikan
masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas
(Besterfield, 2009).

3. Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram)


Diagram sebab-akibat adalah suatu diagram yang menggambarkan garis
dan simbol-simbol yang menunjukan hubungan antara penyebab dan akibat suatu
masalah, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan atas masalah tersebut
(Besterfield, 2009:81).
Berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat
dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan
karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu.
Diagram sebab-akibat ini sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan
(fishbone diagram), karena bentuknya seperti kerangka ikan atau diagram
Ishikawa (Ishikawa’s diagram).

4. Diagram Batang (Histogram)


Histogram merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan
variasi.Histogram menunjukkan cakupan nilai sebuah perhitungan dan frekuensi
dari setiap nilai yang muncul.Histogram dapat dipergunakan sebagai suatu alat
untuk mengkomunikasikan informasi tentang variasi dalam proses dan membantu
manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha
7

perbaikan yang dilakukan secara kontinu atau terus-menerus (Heizer dan Render,
2009:322). Struktur Diagram Sebab-Akibat Untuk memudahkan analisis,
kelompokan terlebih dahulu data yang sekelas, biasanya dilihat secara kelompok
dan kelompok-kelompok dari data tersebut akan bertebaran mulai dari kelas
rendah sampai yang tinggi, namun apabila data yang ada bersifat kualitatif,
pengelompokannya dapat dilakukan secara bebas (Besterfield, 2009).

5. Diagram Tebar (Scatter Diagram)


Scatter Diagram merupakan cara paling sederhana untuk menentukan
hubungan antara sebab dan akibat dari dua variabel. Langkah-langkah yang
diambil pun sederhana. Data dikumpulkan dalam bentuk pasangan titik (x,y). Dari
titik tersebut dapat diketahui antara variabel x dan variabel y, apakah terjadi
hubungan positif atau negatif (Besterfield, 2009).

6. Diagram Alir (Flow Chart)


Diagram alir dilakukan untuk mengidentifikasi urutan aktivitas atau aliran
berbagai bahan baku dan informasi didalam suatu proses. Diagram alir dapat mem
bantu orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut untuk memahaminya secara
lebih baik dan lebih objektif dengan cara memberikan gambaran mengenai
langkah-langkah yang dibutuhkan untuk mengindikasikan bahwa perusahaan
dapat menunjukkan kinerja yang baik dari proses yang dilakukan (Evans &
Lindsay, 2007).

7. Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart)


Peta kendali merupakan sebuah alat grafik yang digunakan untuk
melakukan pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan. Nilai dari
karakteristik kualitas diplot sepanjang garis vertikal, dan garis horizontal
mewakili sampel atau subgrup (berdasarkan waktu) dimana karakteristik dari
kualitas ditemukan (Besterfield, 2009:89)
Peta kendali digunakan untuk membantu mendeteksi adanya
penyimpangan dengan cara menetapkan batas-batas kendali:
8

1. Upper Control Limit atau batas kendali atas (UCL) Merupakan garis
batas atas untuk suatu penyimpangan yang masih diijinkan
2. Central Line atau garis tengah (CL) Merupakan garis yang
melambangkan tidak adanya penyimpangan dari karakteristik sampel.
3. Lower Control Limit atau batas kendali bawah (LCL) Merupakan garis
batas bawah untuk suatu penyimpangan dari karakteristik sampel.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di cv di Gampong Peunaga Pasie, Kecamatan
Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu
tanggal 21 September 2019 pukul 10.00 s/d 12.00 WIB.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Proses produksi dimulai dengan merendam kacang kedelai selama 12 jam,
kemudian dimasukkan pada proses penggilingan, kem udian proses pemisahan
ampas dengan kacang kedelai, setealah itu pengepresan kedelai secara
manual, kemudian kedelai direbus, setelah direbus kedelai di dinginkan,
kemudian diberi ragi dengan takaran yang sesuai 1:3, diaduk hingga merata,
kemudian dikemas dan di fermentasi secara manual. Sampel yang diuji sebanyak
120 sampel dengan 20 kali pengambilan data.

3.3 ANALISIS DATA


Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode seven tools mengikut metode Kusnadi (2012) dan
Yamit (2010) adalah sebagai berikut data kecacatan dengan Check Sheet, S
membuat distribusi frekuensi dengan histogram, membuat control chart,
menganalisa scatter diagram dan menganalisa penyebab dengan fishbone.

9
10

3.4 Tahapan Penelitian

Mulai

Observasi Study pustaka

Identifikasi masalah

Tujuan Peneltian

Pengumpulan Data

Uji Tidak
Keseragaman
Data Ya

Pengolahan Data

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

selesai

Gambar 3.1 Tujuan Penelitian


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Check Sheet


Adapun data sampel dan cacat produk ditampilkan dalam tabel 1. Dari
data jenis ketidaksesuaian produk cacat diambil sampel sebanyak 50 dengan 10
kali pengambilan, sehingga dapat dihitung jumlah produk cacat sebanyak 97.

Tabel 4.1. Data Jenis Ketidaksesuaian Produk Cacat

Jenis Cacat
Jumlah
Data Bentuk
No Warna Kemasan Produk
Sampel Tidak Bau Cacat
Kekuningan Rusak
Rata
1 50 2 3 3 2 10
2 50 3 1 2 2 8
3 50 4 3 4 3 14
4 50 2 3 2 4 11
5 50 3 2 4 3 12
6 50 3 3 2 2 10
7 50 4 2 3 3 12
8 50 3 3 2 2 10
9 50 5 2 3 2 12
10 50 4 2 5 2 13
Σ 500 33 24 30 25 112

Selama 10 kali produksi, diperoleh kecacatan pada produk tempe seperti


cacat produk berwarna kekuningan, kemasan rusak dan bentuk tempe yang tidak
merata (Tabel 4.1). Jumlah produk cacat yang paling banyak adalah berwarna
kekunigan (33 produk), bentuk tidak rata (30 produk), produk yang bau (25
produk) yang diikuti oleh cacat kemasan rusak (24 produk)
Kecacatan tersebut merupakan kecacatan yang disebabkan oleh operator
atau faktor manusia. Menurut Forum Tempe Indonesia (2015) fasilitas dan
kebersihan lingkungan serta keamanan pangan merupakan faktor yang penting
dalam pengembangan produksi tempe.

11
12

Tabel 4.2 Check Sheet

No Data Jumlah cacat Persentase


1 50 10 20%
2 50 8 16%
3 50 14 28%
4 50 11 22%
5 50 12 24%
6 50 10 20%
7 50 12 24%
8 50 10 20%
9 50 12 24%
10 50 13 26%

Tabel 4.3 Persentase kumulatif

jumlah Jumlah persentase


No Jenis cacat persentase
produk cacat kumulatif
1 Warna kekuningan 50 33 29,46 29,46
2 Bentuk tidak rata 50 30 26,78 56,24
3 Bau 50 25 22,32 78,56
4 Kemasan Rusak 50 24 21,42 100

Diagram Pareto
120.00%
100 100%
100.00%
80
78.56% 80.00%
60 60.00%
29.46% 56.24%
40 40.00%
Jumlah cacat
20 20.00% persentase kumulatif
0 0.00%

Gambar 4.1 Diagram Pareto


13

4.2 Peta Kendali


1. Menghitung proporsi kerusakan
Rumus :
𝑋
P=𝑛

Keterangan :
X = jumlah produk cacat
N = jumlah produk sampel

 Hari Pertama
𝑋
P=𝑛
10
P = 50 = 0,2

 Hari kedua
𝑋
P=𝑛
8
P = 50 = 0,16

 Hari ketiga
𝑋
P=𝑛
14
P = 50 = 0,28

 Hari keempat
𝑋
P=𝑛
11
P= = 0,22
50

 Hari kelima
𝑋
P=𝑛
12
P = 50 = 0,24

 Hari keenam
𝑋
P=𝑛
10
P = 50 = 0,2

 Hari ketujuh
𝑋
P=𝑛
14

12
P = 50 = 0,24

 Hari kedelapan
𝑋
P=𝑛
10
P = 50 = 0,2

 Hari kesembilan
𝑋
P=𝑛
12
P = 50 = 0,24

 Hari kesepuluh
𝑋
P=𝑛
13
P = 50 = 0,26

2. Menghitung Central Line (CL)


Rumus :
∑𝑛𝑝
CL = P̅ = ∑𝑛

Keterangan :
∑np = jumlah total yang rusak
∑n = jumlah total yang diperiksa

112
CL = P̅ = 500 = 0,224

3. Menghitung (UCL)
Rumus :
̅)
P̅ ( 1− P
UCL = P̅ + 3√ 𝑛

Keterangan :
P̅ = Rata-rata ketidaksesuaian produk
N= Jumlah Produk yang diproduksi
15

̅)
P̅ ( 1− P
UCL = P̅ + 3√ 𝑛

0,224 ( 1− 0,224)
= 0,224 + 3√ 50

= 0,224 + 0,025
= 0,249

4. Menghitung (LCL)
Rumus :
̅)
P̅ ( 1− P
LCL = P̅ - 3√ 𝑛

Keterangan :
P̅ = Rata-rata ketidaksesuaian produk
N= Jumlah Produk yang diproduksi

̅)
P̅ ( 1− P
LCL = P̅ - 3√ 𝑛

0,224 ( 1− 0,224)
= 0,224 - 3√ 50

= 0,224 - 0,025
= 0,199

Tabel 4.4 Peta kendali


Pengamatan Jumlah Total
P CL UCL LCL
ke- sampel Cacat
1 50 10 0,2 0,224 0,249 0,199
2 50 8 0,16 0,224 0,249 0,199
3 50 14 0,28 0,224 0,249 0,199
4 50 11 0,22 0,224 0,249 0,199
5 50 12 0,24 0,224 0,249 0,199
6 50 10 0,2 0,224 0,249 0,199
7 50 12 0,24 0,224 0,249 0,199
8 50 10 0,2 0,224 0,249 0,199
9 50 12 0,24 0,224 0,249 0,199
10 50 13 0,26 0,224 0,249 0,199
Total 500 112
16

Peta Kendali
0.3
Proporsi Kerusakan
0.25

0.2
P
0.15
CL
0.1
UCL
0.05 LCL
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengamatan ke-

Gambar 4.2 Peta kendali Produk Cacat

4.3 Fishbone Diagram


Dari pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa jenis cacat yang
paling dominan pada tempe disebabkan karena warna kekuningan. Penyebab
terjadinya cacat karena warna kekuningan disebabkan adanya faktor manusia,
material, alat produksi, dan metode kerja.

Gambar 4.3 Fishbone Diagram Pada Cacat Produk Tempe


BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. UD TEMPE GORENG belum menerapkan sistem pengendalian
kualiatas dan belum begitu baik sehingga masih banyak produk cacat
pada tempe goreng
2. Jenis kerusakan pada produk tempe terdapat 4 variabel cacat produk
yaitu warna kekuningan, kemasan rusak, bentuk tidak rata dan bau.
3. Setelah dilakukannya penelitian terdapat 112 produk cacat dalam 10
pengambilan sampel. Oleh karna itu, UD TEMPE GORENG dapat
memperbaiki dan dapat meminimalkan produk cacat pada produk
tempe.

5.2 Saran
Adapun saran dari hasil penilitian untuk UD. TEMPE GORENG yaitu
sebagai berikut :
1. UD.TEMPE GORENG sebaiknya menerapkan sistem pengendalian
kualitas yang baik.
2. Sebaiknya UD TEMPE GORENG Memperbaiki dan mengurangi
produk cacat pada tempe.
3. Sebaiknya UD TEMPE GORENG memperhatikan mesin, metode
lingkungan karyawan dan bahan baku produksi untuk mengurangi cacat
produk tempe yang banyak.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ade, Momon. 2012. Implementasi Sistem Pengendalian Kualitas Dengan Metode


Seven Tools Terhadap Produk Shotblas Pada Proses Cast Wheel Di PT.
XYZ, 10 (21) Ed. Des 2011 - Feb 2012
Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Besterfield, Dale H. 2009. Quality Control. 8 th edition. New Jersey: Pearson
Prentice Hall
Evans, Lindsay. 2007. Pengantar Six Sigma An Introduction To Six Sigma And
Process Improvement. Jakarta: Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. 2005. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced
Scorecard Dengan Six Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemeritah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, C. 2014. Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Metode Statistik
pada Proses Produksi Pakaian Bayi di PT. Dewi Murni Solo. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(2), 1 – 14.
Heizer, Jay dan Barry Render. 2009. Manajemen Operasi. Buku 1 Edisi 9.
Jakarta: Salemba Empat.
Ivanto, M. 2016. Pengendalian Kualitas Produksi Koran Menggunakan Seven
Tools pada PT. Akcaya Pariwara Kabupaten Kubu Raya. Diakses online
pada 01 Agustus 2016 http://download.portalgaruda.org/article.php?article
=32505&val=2312.
Parwati, C., I., & Sakti, R., M. 2012. Pengendalian Kualitas Produk Cacat
dengan Pendekatan Kaizen dan Analisis Masalah dengan Seven Tools.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi Periode III, A-16
–A-24.
Sulaman, M. 2015. Quality Improvement Of Fan Manufacturing Industry By
Using Basic Seven Tools Of Quality: A Case Study. Int. Journal of
Engineering Research and Applications, 5 (4), (Part -4), pp. 30 - 35.
Zulian Yamit. 2013. Manajemen Kualitas Produk & Jasa. Yogyakarta: Ekonisia

18
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4


2.1 Pengertian Pengendalian Kualitas ............................................................ 4
2.2 Faktor-Faktor Pengendalian Kualitas. ...................................................... 4
2.3 Alat Ukur Dalam Pengendalian Kualitas ................................................. 5

BAB 3 METODE PENELITIAN.......................................................................... 9


3.1 Lokasi penelitian ...................................................................................... 9
3.2 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 9
3.3 ANALISIS DATA .................................................................................... 9
3.4 Tahapan Penelitian ................................................................................. 10

BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................... 11


4.1 Check Sheet ............................................................................................ 11
4.2 Peta Kendali ........................................................................................... 13
4.3 Fishbone Diagram................................................................................... 16

BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 17


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
5.2 Saran ....................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkat-Nya praktikan dapat menyelesaikan laporan pengendalian
kualitas ini.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian
Kualitas di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Program Pendidikan
Reguler S1, Universitas Teuku Umar.
Pada kesempatan kali ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Heri Tri Irawan ST., MT selaku dosen
pengampuh mata kuliah Pengendalian Kualitas Kepada semua rekan mahasiswa,
khususnya rekan-rekan mahasiswa di Jurusan Teknik Industri yang telah banyak
membantu penulis baik dari segi materi, tenaga maupun motivasi hingga
selesainya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Semoga laporan ini membawa manfaat bagi para pembaca.

Aceh Barat, 28 September 2019

Penulis

i
ii

1. Cucilah alat yang akan digunakan dalam proses pembuatan seperti tampah,
ayakan, kipas dan cukil kemudian dikeringkan.
2. Bersihkan kacang kedelai putih dari bahan-bahan lain yang tercampur,
kemudian cuci hingga bersih.
3. Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan
air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak
mungkin ). ini sangat berpengaruah terhadap Cara Membuat Tempe
4. Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas
dengan menggunakan air bersih agar tempe yang dihasilkan benar-benar
bersih.
5. Kukus / rebus biji kedelai putih yang sudah di bersihkan tadi sampai
empuk.
6. Setelah biji kedelai putih terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada
tampah yang telah dibersihkan, lalu setelah itu diangin-angin dengan
kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa
hangat.
7. Taburkan ragi tempe (RAPRIMA) yang telah disiapkan sedikit demi
sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg
kedelai).
8. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk
pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus,
berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan
lidi atau garpu. agar mendapatkan udara
9. Masukan kedelai yang telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) ke dalam
pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera
10. Proses fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau
dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.

Anda mungkin juga menyukai