2018
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
Tim Penyusun
Anggota Dewan Riset Nasional Periode 2015-2018
Tim Penyunting
Sudharto P. Hadi
Iding Chaidir
I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Pengertian Inovasi .............................................................................................. 3
1.3. Posisi Inovasi Indonesia ..................................................................................... 6
1.4. Inovasi dan Tantangan ....................................................................................... 9
1.5. Langkah-langkah Pembangunan Sistem Inovasi Nasional ................................ 9
a. Perlunya Visi Bangsa Sebagai Platform Pembangunan ................................. 9
b. Mengubah Orientasi Dari Membangun Iptek menjadi Membangun
Sistem Inovasi .............................................................................................. 10
c. Mengedepankan Peran Dunia Usaha ........................................................... 10
d. Membentuk Lembaga dan Instrumen Inovasi Yang Efisien ......................... 11
i
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
e. KAJIAN SISTEM INOVASI VS EKOSISTEM INOVASI ............................... 42
Oleh Prof. Dr. Suyanto Pawiroharsono dan Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU .. 42
f. PARADOKS INOVASI ................................................................................... 47
Oleh Ir. Utama Kajo ...................................................................................... 47
g. EKO-INOVASI DALAM INDUSTRI .............................................................. 58
Oleh Prof. Sudharto P. Hadi, Ph.D ............................................................... 58
h. MEMBANGUN SUMBERDAYA MANUSIA BERBASIS
PENDEKATAN NEUROSCIENCE .............................................................. 66
Oleh Dr. Trisa W Putri, M.Kes ...................................................................... 66
iii
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
d. MODEL IMPLEMENTASI MODAL SOSIAL DAN MANAJEMEN
RANTAI PASOK USAHA KECIL DAN MENENGAH UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING PRODUK LOKAL DALAM
SEKTOR E-COMMERCE .......................................................................... 204
Oleh Emyana Ruth Eritha Sirait dan Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA .... 204
e. INOVASI PRODUK PANGAN BERBASIS RUMPUT LAUT
UNTUK MEMENUHI DINAMIKA GAYA HIDUP MASYARAKAT
MODERN.................................................................................................... 212
Oleh Ir. Sakri Widhianto, S.Teks, MM ........................................................ 212
f. INOVASI DAN PENGEMBANGAN UMBI-UMBIAN LOKAL
SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL UNTUK MENINGKATKAN
DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN .................................................... 221
Oleh Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc ...................................................... 221
EPILOG ...................................................................................................................... 231
v
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
Gambar 25. Siklus Litbang, Alih dan Difusi Teknologi Balitbang PUPR .................... 132
Gambar 26. Logam emas yang terdapat pada bijih dari papua ................................. 143
Gambar 27. Pabrik smelter tembaga .......................................................................... 144
Gambar 28. Hampir 70% penggunaan nikel digunakan untuk membuat
baja stainless.......................................................................................... 145
Gambar 29. Pembangunan Infrastruktur Nasional membutuhkan baja
dalam jumlah yang besar serta berkualitas ........................................... 146
Gambar 30. Skema Peningkatan Nilai Tambah Bauksit ............................................ 146
Gambar 31. Pertumbuhan Industri Alat Kesehatan .................................................... 157
Gambar 32. 10 Jenis Industri Alat Kesehatan Terbanyak di Indonesia ..................... 157
Gambar 33. Ekspor Impor Alat Kesehatan Indonesia Tahun 2013-2017 .................. 158
Gambar 34. Upaya Kemenkes ................................................................................... 158
Gambar 35. Arah Pengembangan E-Katalog ke Depan ............................................ 159
Gambar 36. Harapan Industri Alkes Dalam Negeri .................................................... 159
Gambar 37. Roadmap pengembangan material nano berbasis SDA
Indonesia dan aplikasinya pada industri. ............................................... 162
Gambar 38. Peningkatan nilai tambah pasir besi melalui pengolahan
menjadi berbagai material turunan untuk bahan baku industri .............. 166
Gambar 39. Beberapa contoh produk komersial yang memanfaatkan
material nano dari SDA hayati Indonesia yang telah
dihasilkan ............................................................................................... 168
Gambar 40. Buku-buku tentang nanoteknologi (atas) dan alat peraga
Nano Edu untuk pelajar di usia dini (bawah) ......................................... 169
Gambar 41. Tanaman Cabe Rawit ............................................................................. 174
Gambar 42. BISMPA PK ............................................................................................ 175
Gambar 43. Market Entry ........................................................................................... 177
Gambar 44. Metoda Tanam rapat HIPOH .................................................................. 179
Gambar 45. Perluasan Rangkaian Produk ................................................................. 181
Gambar 46. Mini GH metoda HIPOH ......................................................................... 182
Gambar 47. Format dan tampilan pertunjukan musik dengan perangkat
digital (Sumber: www.google.com/ekagustiwana) ................................. 192
Gambar 48. Penampilan Chrisye diiringi Orkestra dalam konser Kidung
Abadi Chrisye 2012 (Sumber: EG Production, 2012) ............................ 193
vii
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
DAFTAR TABEL
Menulis, kata seorang penyair adalah bekerja untuk keabadian. Terlebih jika
yang ditulis adalah persoalan crucial seperti inovasi, tulisan dimaksud akan menjadi
fundamen pembangunan bangsa dan menjadi catatan sejarah untuk generasi yang
akan datang.
Selama dua tahun terakhir, Dewan Riset Nasional (DRN) terus berjuang
menggelorakan pentingnya inovasi dalam mewujudkan daya saing dan kemandirian
bangsa baik melalui revisi UU no 18 tahun 2002 maupun penyusunan naskah
akademik untuk mencari kemungkinan diterbitkanya Undang- Undang tentang inovasi
sendiri. Pemikiran-pemikiran tentang inovasi dibedah baik melalui kajian pustaka dan
diskusi internal maupun pertemuan dengan berbagai stakeholder eksternal mulai dari
Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN), Asosiasi Ilmuwan Muda, Forum
Profesor Riset Nasional, Ikatan Alumni Program Habibie (AOBIE), Ikatan Alumni
Jerman (IAJ), Ikatan Alumni BPPT, Ikatan Alumni Lemhanas, Komite Ekonomi Industri
Nasional (KEIN), Deputi KSP, Pansus Revisi UU 18 tahun 2002 maupun berbagai
fraksi di DPR. Pemikiran-pemikiran yang berserak tersebut perlu dihimpun agar tidak
hilang dari pusaran sejarah.
Isi buku ini dimuai dari uraian tentang the state of the art inovasi mengalir
dengan latar belakang pentingnya inovasi, pengertian inovasi, posisi Indonesia dalam
inovasi dan tantangan mewujudkan ekosistem inovasi. Bagian kedua berisi pergulatan
pemikiran inovasi dari berbagai perspektif. Sub kedua bagian pertama dimulai dengan
pemikiran tentang kebijakan, kelembagaan dan strategi inovasi dari berbagai
perspektif. Sub kedua bagian kedua uraian khusus kebijakan inovasi dibidang industri
dan sub kedua bagian ketiga berisi uraian tentang praktek baik (good practices) dari
berbagai bidang mulai dari pertanian dan pangan, I.T, kesehatan sampai dengan
lingkungan dan sosial.
Pemikiran-pemikiran yang bergulir di DRN dikompilasi dalam bentuk Bunga
Rampai yang sesungguhnya menjadi basis penyusunan peraturan per undangan yang
sedang digodog..
Semoga kumpulan tulisan ini menginspirasi dan bermanfaat untuk anak
bangsa dalam upayanya mewujudkan kemandirian dan daya saing.
Sudharto P. Hadi
Iding Chaidir
ix
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
KATA PENGANTAR KETUA DRN:
URGENSI UNDANG-UNDANG INOVASI
Gerakan bangsa
Dalam pertemuan dengan Pansus DPR yang menyiapkan RUU Sisnas Iptek
pada tanggal 13 Februari 2018 lalu, Dewan Riset Nasional (DRN) mengingatkan
bahwa Inovasi itu bukan hanya persoalan isu yang digemborkan di semua media oleh
berbagai kalangan dan status, namun inovasi menjadi penting karena merupakan
cara membangkitkan ekonomi suatu bangsa, contohnya? Findlandia, mengalihkan
dan melipat gandakan dana riset, merubah fokus ekonomi dari kayu hutan menjadi
fokus inovasi telepon seluler. Maka, selain menghasilkan industri kayu hutan,
Finlandia melesat menjadi negara termakmur di dunia dengan produk Nokia. Contoh
lain yang polanya mirip, Korea Selatan, membangun inovasi telepon seluler berbasis
android, dan menghasilkan Samsung yang saat ini bisnisnya menyumbang ekonomi
Korea Selatan sebesar 27%. Dan, Samsung mengalahkan Nokia, seketika.
Sengaja diambil contoh inovasi telepon seluler untuk menggambarkan
dengan cepat bahwa inovasi itu selain memuat persaingan ekonomi juga persaingan
teknologi yang amat ketat. Di area mana sebenarnya pertarungan antara Finladia
dan Korea Selatan dalam menggunakan inovasi sebagai strategi? Areanya terdiri 2
medan, yaitu invensi (temuan, riset) dan pemasaran (komersialisasi) hasil riset.
Hubungannya adalah inovasi = invensi X komersialisasi. Formulasi ini ditemukan
oleh Edward Robert ilmuwan dari Massachuset Institute of Technology (MIT), Amerika
Undang-Undang Inovasi
Beberapa tahun terakhir ini, kalau ada masalah keuangan dan negara
membutuhkan efisiensi pemotongan anggaran, maka pemerintah selalu
menggunakan pemotongan dana riset. Tak tanggung-tanggung cara memotongnya
juga tidak pilih kasih atau ada prioritas, potong semua dana riset. Mulai riset ketela
pohon sampai dengan riset untuk roket bahkan sampai riset Stem Cell. Pusat Riset
Stem Cell di Universitas Indonesia pernah mendemonstrasikan kemampuan
menyembuhkan anak umur 10 tahun yang terkena kanker tulang. Melalui video
diperlihatkan kepada anggota DRN anak itu dioperasi tulang kakinya, ditaburi stem
cell dan luar biasa ! Anak itu sembuh, ditunjukan mulai jalan tatih pakai tongkat, jalan
tanpa tongkat dan akhirnya bisa bermain bola. Pada saat team DRN diskusi di Pusat
Stem Cell dilaporkan bahwa rencana membangun laboratorium stem cell tertunda
karena dana yang disiapkan dipotong. Mengapa Pemerintah bisa memotong
anggaran riset sembarangan, karena tidak ada undang-undang yang bisa melarang.
xi
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
Karena itulah, dengan adanya UU Inovasi, pemotongan-pemotongan itu tidak pernah
akan terjadi.. UU Inovasi memberi jaminan hasil invensi akan terus mencapai pasar
menjadi sumber komoditas ekonomi baru.
Membangkitkan inovasi sebagai sumber pembangunan ekonomi baru
membutuhkan suatu undang-undang, buktinya apa? Negara-negara yang masuk 5
atau 10 besar dalam inovasi di region masing-masing, selalu memiliki undang-
undang. Republik Korea: (Special Law for S&T Innovation, Tahun 1997). India (The
National Innovation Act, 2008; Malaysia: Agensi Inovasi Malaysia Act, 2010. ;
Thailand: The National Competitive Enhancement Act for Targeted Industries, 2017).
Singapura (Standard, Productivity and Innovation Board Act, 2002). Uni Eropa
(Innovation Law and Policy in the European Union, 2012.) . USA (Innovation Act of
th
the 113 Congress, 2013). Pertanyaan berikutnya, apakah Indonesia memiliki
Strategi Inovasi, jawabannya tidak. Padahal Negara-negara berikut ini memiliki road
map inovasi; UK ( Competing in the Global Economy; the innovation Challenge,
2004). Irlandia (Strategy for Science, Technology & Innovation, 2006). Finlandia (
Research & Innovation Council, National Innovation System dan Innovation Strategy
Focal Point & Key Directions, 2008)
Mereka juga memiliki dana Inovasi (Canada, India). Yang sangat jelas juga
mereka memiliki Dewan Inovasi Nasional (Amerika, Korea, Thailand).
Menjadi sangat penting, ketika Indonesia bertekad mengembangkan inovasi
sebagai tulung punggung bangunan ekonomi untuk meningkatkan daya saing, maka
yang diselesaikan pertama sebagai fondasinya adalah Undang-undang Inovasi,
strategi, road map, Dewan Riset dan Inovasi Nasional dan dana Inovasi. Kalau hal-
hal itu tidak dilengkapi dan disiapkan, kita hanya membuat inovasi sebagai isu yang
berputar-putar hanya untuk kepentingan sesaat dan mungkin kita tersesat, karena kita
tidak memiliki cara meningkatkan kesejahteraan bangsa, terutama apabila
sumberdaya alam menipis atau bahkan habis.
Saya menyambut gembira terbitnya buku Bunga Rampai Inovasi yang
merupakan kristalisasi pemikiran bersama seluruh pimpinan dan anggota DRN
periode 2015-2018. Semoga pemikiran-pemikiran dan praktek baik yang tertuang
dalam buku ini menginspirasi dan membantu tumbuhnya ekosistem inovasi yang pada
giliranyanya membawa bangsa ini sejahteara, adil dan makmur
Bambang Setiadi
Ketua DRN Periode 2015-2018
xiii
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
Rendahnya HDI (human development index) mendorong pemikiran untuk
membangun manusia Indonesia dengan pendekatan neuroscience. Pendekatan
neuroscience merubah paradigma berpikir melalui cara kerja otak secara etimologi
dengan pendekatan multisiplin. Tumbuh dan berkembangnya inovasi memerlukan
sistem dan ekosistem inovasi yang kondusif. Namun selalu saja terjadi paradoks,
terutama di Negara berkembang. Adalah sebuah kenyataan bahwa inovasi menjadi
wahana menuju kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, namun demikian begitu
banyak hambatan mulai dari rendahnya aperesiasi terhadap temuan-temuan hasil
riset sampai pada komitmen yang rendah.
Selanjutnya mari kita simak kebijakan inovasi industri. Disektor pertahanan
dan keamanan, dirasakan perlunya revolusi ekosistem industri pertahanan untuk
memacu tumbuh berkembangnya industri manufaktur pertahanan, baik untuk
pertahanan dan kedaulatan bangsa serta menjaga ketertiban. Terwujudnya industri
pertahanan yang mandiri, kompettitif dan unggul merupakan simbol eksistensi
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Untuk itu diperlukan riset dan
inovasi industri pertahanan sehingga mampu mewujudkan produk, proses, metode
dan pelayanan yang memadai dan mampu bersaing. Diperlukan pula arsitek
kebijakan yang bisa menjadi rujukan dan sinergi antar pemangku kepentingan.
Kebijakan dimaksud termasuk didalamnya dalam bentuk fasilitasi penelitian,
pengembangan, rekayasa agar mampu menghadapi tantangan akan keterbatasan
teknologi, modal, pengalaman maupun konflik kepentingan internal sendiri antara
mengimpor atau memproduksi sendiri. Syarat-syarat tersebut juga diperlukan untuk
mengembangkan kemandirian teknologi pesawat tempur sebagai bagian dari industri
pertahanan. Dalam kaitan dengan pesawat termpur, sejauh ini kemandirian masih
pada tataran pengoperasian dan pemeliharaan meskipun UU 26 tahun 2012 tentang
Industri Pertahanan mengamanatkan perlunya kemandirian dalam prioduksi. Reverse
engineering merupakan strategi lompatan untuk mengejar ketetinggalan teknologi.
implementasi reverse engineering yang tertata dan terpadu bisa merubah Imitator /
Lisensor melalui tahap Modificator menjadi Innovator. Korea Selatan sebagai sebuah
negara dan Pindad sebagai sebuah perusahaan bisa mengambil keuntungan (Bisnis
dan Teknis) yang maksimal dari tahapan Reverse Engineering dalam melakukan
transformasi penguasaan Teknologi.
xv
BUNGA RAMPAI INOVASI
PERGULATAN PEMIKIRAN BERBAGAI PERSPEKTIF
Pemanfaatan I of T (Internet of Things) untuk pemeliharaan perkebunan
kelapa sawit melalui wireless sensir network dimana sekumpulan sensor dipasang
pada lahan untuk memonitor besaran-besaran lingkungan untuk kemudian dikirimkan
ke server untuk diolah menjadi informasi untuk pengambilan keputusan atau aksi yang
diprogramkan. Bentuk inovasi dalam e.commerce bisa mensinergikan I.T dengan
modal sosial untuk memberdayakan usaha kecil dan menengah (UMKM) dalam
meningkatkan daya saing nya.
Rumput laut memiliki kandungan gizi alami, mineral, protein nabati dan
vitamin diprediksi akan menjadi produk pangan istimewa dimasa depan terutama
karena tuntutan gaya hidup masyarakat modern terhadap tersedianya makanan
sehat. Di perlukan aktifitas riset dan inovasi dan di arahkan baik untuk diversifikasi
jenis-jenis rumput laut sebagai sumber bahan baku maupun untuk diversifikasi produk
pangan jadinya. Inovasi senada juga diperlukan untuk mengembangkan umbi-umbian
lokal dalam rangka meningkatkan diversifikasi pangan.
1
Oleh Dr. Ir. Utama H. Padmadinata
PENDAHULUAN
Diskusi panel ekonomi yang digelar oleh harian Kompas tanggal 6 Juni 2018
bertema “Mengantisipasi dan Menghadapi Kondisi Ekonomi yang Bergejolak” yang
dimuat di Kompas tanggal 7 Juni 2018, disebutkan Indonesia sebagai negara besar
membutuhkan banyak dana untuk membangun dan berekspansi. Sementara sumber
pendanaan dalam negeri hanya berasal dari pajak, dana pensiun, dana perbankan,
dana asuransi, dan dana-dana lembaga keuangan lainnya yang relatif terbatas,
sehingga sebagian dana pembangunan dan ekspansi bergantung pada pembiayaan
luar negeri. Lebih lanjut utang luar negeri Indonesia per Januari 2018 berjumlah 357,5
miliar dollar AS, sehingga untuk membayar cicilan dan utang jatuh tempo
membutuhkan dollar, yang akan mengurangi devisa. Dalam tulisan tersebut juga
disebutkan Indonesia memiliki sejumlah sektor yang berpotensi menghasilkan valuta
asing antara lain industri pariwisata dan manufaktur. Namun kedua sektor tersebut,
masih menghadapi kendala-kendala sehingga belum bisa berkontribusi untuk
menghasilkan devisa yang memadai.
Kita harus mulai membangun kekuatan nasional dalam inovasi teknologi,
untuk menghilangkan semua kendala industri dalam negeri dan menghasilkan devisa.
Inovasi sudah terbukti menjadi syarat kemajuan ekonomi negara-negara industri maju.
Inovasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing produk industri dalam era
persaingan global yang serba cepat berubah. Zulkifli Hasan dalam tulisannya yang
berjudul “Urgensi Reindustrialisasi” di harian Kompas tanggal 7 Mei 2018,
menyebutkan kontribusi industri manufaktur terhadap produk domestik bruto terus
merosot dari 28,3 persen pada 2004, menjadi 21,01 persen pada tahun 2014, dan
menjadi 20,16 persen pada tahun 2017.
1
Ketua Komisi Teknis Material Maju, Dewan Riset Nasional 2015-2018
2
Oleh Kuskridho Ambardi, PhD.
Pengantar
Berbagai data yang dirilis lembaga-lembaga multilateral memberikan
gambaran suram tentang kemampuan dan hasil inovasi Indonesia dibandingkan
dengan puluhan negara lain di dunia. The Global Innovation Index (GII) yang
memberikan penilaian kemampuan dan kesuksesan inovasi berbagai negara sejak
tahun 2007 adalah salah satu contohnya. Dalam laporan paling mutakhir yang
dipublikasikan GII tahun 2017, Indonesia hanya menempati peringkat 87 dari 127
negara yang dinilai. Posisi Indonesia kalah jauh dengan negara-negara maju yang
umumnya masuk dalam daftar 20 besar. Bahkan dalam perbandingan yang lebih
terbatas di antara negara-negara ASEAN, berdasar laporan mutakhir tersebut,
gambaran yang sama suramnya muncul lagi.
Dalam laporan pertama GII yang dipublikasikan tahun 2007, dari delapan
negara ASEAN yang dievaluasi, Indonesia berada di peringkat 4 (48), di bawah
Singapura (7), Malaysia (26), dan Thailand (34); tetapi masih berada di atas Vietnam
(65), Filipina (66), dan Kamboja (95). Sementara, tiga anggota ASEAN lainnya tidak
tercatat dalam pemeringkatan tersebut karena kurangnya ketersediaan data – Brunei
Darussalam, Laos, dan Myanmar.Sepuluh tahun kemudian, dalam laporan yang
bertarikh 2017 tersebut, posisi Indonesia merosot di antara negara sesama ASEAN.
Hanya Kamboja (101) yang berposisi di bawah Indonesia. Kecuali Laos dan Myanmar
yang lagi-lagi tak tercatat karena problem ketidaktersediaan data, peringkat negara
ASEAN lainnya melampaui Indonesia: Filipina (73), Brunei Darussalam (71), Thailand
(51), Vietnam (47), Malaysia (37), dan Singapura (7) yang selalu berada di orbit atas.
Mengapa pemeringkatan itu penting untuk kita perhatikan? Mengapa laju
inovasi di Indonesia kalah jauh – bahkan jika dibandingkan dengan sesama negara
ASEAN? Manakah faktor terpenting yang menghambat laju inovasi di Indonesia?
2
Anggota Komis Teknis Sosial Humaniora Dewan Riset Nasional 2015-2018, Dosen Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Penutup
Artikel pendek ini membatasi diri untuk hanya menyoroti indikator tata
kelembagaaan dari kompleksitas isu inovasi di Indonesia – satu dari tujuh indikator
yang menentukan kapasitas dan output inovasi sebuah negara versi GII. Faktor
kelembagaan yang seharusnya menjadi pendorong suburnya inovasi di negara ini
justru menjadi salah satu beban yang penghambat proses penciptaan inovasi.
Sebuah studi perbandingan tata kelembagaan yang mampu mendorong dan
mempercepat proses inovasi Indonesia diperlukan. Belajar dari best practices yang
telah dijalankan dan menghasilkan sistem inovasi yang sukses di negara-negara lain
Referensi:
Atkinson, Robert; Stephen Ezell, and Luke Stewart. 2012. The Global Innovation
Policy Index: Information Technology and Innovation Foundation.
Dutta, Soumitra (ed). 2011. Global Innovation Index 2011: Accelerating Growth and
Development.
_________ 2012. Global Innovation Index 2011: Stronger Innovation Linkages for
Global Growth.
Dutta, Soumitra and Bruno Lanvin (eds.). 2013. Global Innovation Index 2012: The
Local Dynamics of Innovation
Dutta, Soumitra; Bruno Lanvin, and Sacha Wunsch-Vincent (eds.). 2014. Global
Innovation Index 2013: The Human Factor in Innovation.
_________ 2015. Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for
Development.
_________ 2016. Global Innovation Index 2016: Winning with Global Innovation.
_________ 2017. Global Innovation Index 2017: Innovation Feeding The World.
INSEAD. 2009. Global Innovation Index 2008-2009.
_______. 2010. Global Innovation Index 2009-2010.
OECD. 2013. Innovation in Southeast Asia (OECD Reviews of Innovation Policy).
Sindakis, Stavros and Christian Walter. 2015. The Entrepreneurial Rise in Southeast
Asia: The Quadruple Helix Influence on Innovation. New York: Palgrave-
McMillan.
World Business/INSEAD. 2007. The Power of Innovation.
3
Oleh Prof. Dr. H. Achmad Syahrani, MS,Apt
Tidak terasa sudah lebih dari 20 tahun (1998 – 2018), Indonesia mengalami
Krisis Moneter, yang berdampak besar bagi Negara dan Bangsa Indonesia, ditandai
dengan mundurnya Presiden RI Soeharto tanggal 16 Januari 1998.
Jenderal Soeharto sebagai Presiden RI, terlihat terpaksa tunduk dan
membungkuk, menandatangani Perjanjian (LoI) RI dengan IMF, dengan disaksikan
oleh Ketua IMF - Camdessus, yang terlihat sangat jumawa dan pongah, dengan
berdiri tegap dan bersendakep, menyaksikan penandatanganan itu, sebagaimana
nuansa yang terlihat pada foto-foto saat penandatangan yang sampai sekarang masih
ada, dan bisa diakses melalui internet.
Kita semua harus senantiasa bersyukur, karena hingga saat ini Negara
Kesatuan Republik Indonesia, masih utuh, tidak mengalami dampak sehingga tidak
bubar seperti Negara Uni Sovyet dan Yugoslawakia, walaupun sekarang ada prediksi
bahwa Indonesia akan bubar di Tahun 2030. Perlu RISET untuk mengkaji apakah
prediksi tersebut memang memiliki data pendukung yang merupakan hasil RISET,
untuk segera disikapi agar bisa dicegah sehingga kita Rakyat Indonesia tetap bersatu,
sebagai pelaksanaan Soempah Pemoeda – 28 Oktober 1928 yang menginspirasi
Para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan Indonesia, untuk membentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Apakah
Indonesia Bubar di Tahun 2030, hanya ramalan saja, yang digunakan sebagai bahan
kampanye.
Sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945, pasal 8, walaupun ada yang
berpendapat lain, maka Wakil Presiden yang ketika itu, dijabat oleh Bapak B.J.
Habibie naik menjadi Presiden menggantikan Pak Harto. Alhamdulillah, berkat
kehendak dan ketentuan dari ALLAH SWT, BJ Habibie sebagai Presiden RI yang ke
3, dalam waktu singkat bisa mengembalikan nilai rupiah terhadap USD, yang semula
saat Krisis Moneter, berada diatas Rp. 16.800, pada akhir masa pemerintahannya,
bisa turun menjadi Rp. 6.500, tetapi walaupun dengan prestasi yang hebat seperti itu,
BJ Habibie sebagai Presiden pengganti Pak Harto, tidak bisa lanjut menjadi Presiden
RI lagi pada masa jabatan dan pemilihan berikutnya, karena Laporan
Pertanggungjawaban sebagai Presiden RI, ditolak oleh DPR, yang diketuai oleh Akbar
3
Anggota Komisi Teknis Kesehatan dan Obat, Dewan Riset Nasional 2015-2018
4
Oleh Dr. Ir. Iding Chaidir, M.Sc
Abstrak
PENDAHULUAN
Negara-negara di dunia dengan kesejahteraan terbaik adalah negara yang
industrinya maju ditopang oleh keunggulan iptek dan inovasi hasil riset dan
pengembangan (R&D) di dalam negeri. Sektor industri yang terus menerus
melakukan inovasi akan mampu menguasai pasar dan meraih keuntungan maksimal
dengan meciptakan produk barang dan jasa mutakhir sesuai permintaan pasar.
Majunya sektor industri berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat,
karena selain mampu menghasilkan devisa melalui ekspor, juga memberikan
4
Sekretaris Jenderal, Anggota Komisi Teknis Pangan dan Pertanian Dewan Riset Nasional 2015-2018
PERMASALAHAN POKOK
Akar penyebab rendahnya pertumbuhan Indonesia adalah masih
dominannya perekonomian yang mengandalkan perdagangan produk mentah atau
setengah jadi yang bernilai tambah rendah. Data BPS menunjukkan bahwa 95,57%
volume ekspor Indonesia tahun 2016 adalah produk mentah atau setengah jadi,
antara lain batu bara (311 juta ton), minyak kelapa sawit (24 juta ton), minyak bumi
mentah (17 juta ton), biji tembaga, karet remah, rumput laut, ikan segar dll. Bentuk
produk ini tidak memberikan nilai tambah dan dampak multiplier luas terhadap
perekonomian domestik. Para pelaku usaha masih cenderung mengandalkan sektor
perdagangan untuk meraih keuntungan jangka pendek daripada membangun industri
yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dalam jangka panjang.
Potensi pasar domestik yang sangat besar (250 Juta penduduk) belum dapat
dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi produk lokal, tetapi
masih banyak dikuasai produk impor. Data BPS rata-rata tahun 2014-2016
menunjukkan 53,4 % volume impor Indonesia merupakan produk jadi yang
Gambar 3. Kerangka Konseptual Sistem Inovasi Nasional menurut Arnold dan Kuhlman
(2001)
Gambar 4. Diagram posisi capaian Indonesia pada 12 pilar daya saing global
dibandingkan rata-rata capaian negara di Asia Timur dan Pasifik
REFERENSI
Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia, 2017. Diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik.
International Monetary Fund (2016). World Economic Outlook,October 2016.
http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo
International Monetary Fund, 2016. World Economic Outlook, April 2016. Too Slow
for Too Long. IMF Publication Services, Washington, DC 20090, USA.
John Breslin, 2016. Innovation and Entrepreneurship: Tiks, Tool and Tricks.
http://www.slideshare.net/Cloud/innovation-and-entrepreneurship-tips-tools-and-trick
5 6
Oleh Prof. Dr. Suyanto Pawiroharsono dan Dr. Ir. Bambang Setiadi, IPU
1. Pendahuluan: Inovasi
Terminologi kata inovasi sangat beragam dan tergantung pada kondisi
setempat dimana proses inovasi dapat terjadi pada lingkungan yang spesifik. Hal
inilah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan terminologi, dimana terjadinya
inovasi di suatu tempat atau negara berbeda dengan terjadinya inovasi di tempat lain.
Pada UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sisnas Iptek yang sekarang ini sedang
dalam proses perubahan dan pembahasan di DPR RI, yakni dalam bentuk usulan
perubahan RUU Sisnas Iptek, mempunyai definisi sebagai berikut “Inovasi adalah
kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan
mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru,
atau cara baru untuk menerapkan iptek yang telah ada ke dalam produk atau proses
produksi. Sedang terminologi dari OECD (1995), pengertian inovasi lebih hilir dimana
tercakup pula kegiatan bisnis atau wirausaha yang maknanya berarti adalah
keuntungan.
Definisi lengkap inovasi menurut OECD (1995) adalah sebagai berikut
“Innovation is the implementation of a new or significantly improved product (good or
service), process, new marketing method or a new organisational method in business
practices, workplace organisation or external relations”. Selanjutnya inovasi
diformulakan secara eksplisit oleh E.B. Robert (2007) dalam bentuk persamaan
sebagai berikut: Inovasi = Invensi*Komersialisasi.
5
Staf Profesional, Dewan Riset Nasional 2015-2018
6
Ketua Dewan Riset Nasional 2015-2018
4. Pembahasan
Sistem inovasi dan ekosistem inovasi mempunyai makna yang sama, dimana
pada dasarnya bagaimana memanfaatkan iptek menjadi suatu produk yang dapat
dipasarkan untuk memenuhi kebutahan masyarakat luas. Namun demikian dalam
proses terjadinya inovasi dapat mengalami perbedaan-perbedaan, oleh karena
pengaruh dari lingkungan. Lingkungan terjadinya inovasi inilah yang membedakan
antara sistem inovasi dan ekosistem inovasi. Disamping itu dalam hal ekosistem
inovasi lebih menekankan pada persoalan bisnis yang berkelanjutan dan masa
depannya.
Lingkungan mempunyai makna yang luas dari hulu-hilir terjadinya proses
inovasi, baik pengaruh terhadap material, terhadap manusia maupun organisasi, yang
harus berorientasikan pada suatu bisnis berkelanjutan di masa mendatang.
5. Kesimpulan
Sistem inovasi adalah suatu sistem yang dikembangkan untuk mendukung
terjadinya proses inovasi, sedang ekosistem inovasi, disamping berfokus pada
terjadinya inovasi, juga berorientasi pada pertimbangan keberlangsungan suatu bisnis
dan perkembangan ekonomi di masa mendatang.
Daftar Pustaka
1. E.B. Robert (2007)
2. Jackson, D.J. 2011. What is as Innovation Ecosystem? National Science
Foundation, Arlington, Virginia.
3. Lakitan, B. 2012. Kajian Dewan Riset Nasional di Negara Maju. Dokumen Kajian
DRN, 2012.
1. Niosi, J. Bas, T.G. dan Zjegu, M. 2005. Canada’s System Innovation. The
Innovation Journal: The Public Sector Innovation Journal Vol. 10 (2), 2005.
7
Oleh Ir. Utama Kajo
7
Anggota Komisi Teknis Pangan dan Pertanian, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Tidak satu pun dari saran dalam dimensi ini yang mudah dibuat atau dikelola.
Perpustakaan :
Menurut KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA : "paradoks"memilki arti ;
"pernyataan yang bertentangan dengan kebenaran, namum pernyataan itu juga
mengandung kebenaran" . Paradoks juga bisa diartikan sebagai sesuatu hal yang
benar benar terjadi walau secara logika umum tidak dapat dibenarkan (tidak masuk
akal). Secara sederhana , paradoks adalah suatu situasi dimana dua arus logika
8
Oleh Prof. Sudharto P. Hadi, Ph.D
Pendahuluan
Bisnis dan lingkungan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang dikotomis.
Para pengusaha memandang jika mereka menginvestasikan uangnya untuk
menanggulangi pencemaran lingkungan dari kegiatan yang dilaksanakan akan
menjadi beban dan menambah biaya produksi yang pada giliranya akan mengurangi
tingkat kompetitifnya. Disisi lain, perusahaan yang hanya mengejar profit akan
mengorbankan lingkungan dan kepentingan masyarakat. Namun demikian,
perusahaan yang turut dalam Proper (program penilaian peringkat perusahaan)
menunjukkan bahwa dengan melakukan inovasi dalam pengelolaan lingkungan dan
pemberdayaan masyarakat justru dapat meningkatkan keunggulan kompetitifnya
karena bisa menghemat air, energi, bahan baku, mencegah timbulan sampah dan
memperoleh akses pasar yang lebih luas serta mendapatkan citra baik perusahaan
dimata masyarakat. Untuk mencapai peringkat hijau, Perusahaan peserta Proper
harus menerapkan produksi bersih yakni mengelola dari tahapan bahan baku, proses
poduksi sampai pada produk dan distribusinya berwawasan lingkungan. Untuk
mencapai peringkat Emas, perusahaan harus melaksanakan pemberdayaan
masyarakat atau community development (comdev) sehingga terwujud kemandirian
masyarakat (self-reliance community)
Proper
Proper (Program penilaian peringkat perusahaan) merupakan program
unggulan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang ditujukan untuk
mewujudkan ketaatan lingkungan (environmental compliance) dan keunggulan
lingkungan (environmental excellence). Proper juga disebut sebagai bentuk
pengelolaan lingkungan insentif-diinsentif dan pengawasan. Disebut sebagai insentif,
jika perusahaan memperoleh peringkat Emas atau Hijau dan diumumkan melalui
media cetak dan eletronik akan meningkatkan citra perusahaan (naming). Bentuk
insentif lain adalah bahwa dengan peringkat hijau dan emas, akan memperoleh akses
perbankan dan lembaga keuangan serta pasar lebih luas. Bentuk disinsentif jika
perusahaan memperoleh peringkat merah atau hitam akan memperburuk citra
8
Wakil Ketua, Anggota Komisi Teknis Sosial Humaniora Dewan Riset Nasional 2015-2018
Eko-efisiensi
Eko inovasi (eco-innovation) adalah penggunaan sumber daya yang lebih
baik untuk mencegah kerusakan lingkungan. Sumber daya dimaksud meliputi proses,
peralatan, produk dan teknologi serta sistem manajemen. (Kemp, R., Arundel, A.,
Smith, K., 2001 in Liao, 2016; OECD, 2009).
Sinergi Ekonomi-Ekologi
Proper diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tahun 2013. Tabel
berikut menunjukkan peserta Proper tahun 2013 sampai tahun 2015 yang terus
meningkat kemudian terjadi penurunan tahun 2016.
Gambar diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2015, terdapat 151 inovasi
yang dihasilkan oleh 323 industri yang dikategorikan sebagai kandidat peringkat hijau
dan emas. Tahun 2016, terdapat 260 inovasi yang dihasilkan oleh 247 industri calon
peringkat hijau dan emas. Mari kita lihat beberapa contoh inovasi dari beberapa
perusahaan yang berhasil meraih peringkat emas beberapa kali.
P.T Badak Ltd NGL Bontang, Kalimantan Timur telah berhasil meraih
peringkat Emas tiga kali berturut-turut dengan menerapkan metode start up dan shut
down untuk mengurangi emisi dengan zero flare. Proses start-up kilang NGL dengan
mengalirkan gas pendingin kedalam sistem liquefaction plant sehingga dapat
menghemat energi sebesar 7.176 MWh dan mengurangi emisi sebesar 1.200 ton
CO2e. Inovasi shut-down kilang NGL dengan modifikasi suhu untuk memperlambat
pemanasan dan mencegah thermal shock (kejut thermal) yang menghasilkan
efisiensi energi sebesar 17.072 MWh dan pengurangan emisi mencapai 5.887 ton
CO2e. Disamping itu, P.T Badak NGL juga mendayagunakan air IPAL (Instalasi
Pengolahan air limbah) sebagai umpan dan sirkulasi air fire truck yang menghasilkan
penghematan air sebesar 15,432 meter kubik /tahun. Perusahaan ini juga melakukan
optimasi pengolahan sisa sampel a MDEA dengan mendayagunakan bahan titanium
dari cell bekas Chlorine Generator, sehingga a MDEA dapat dipergunakan kembali
sebanyak 219 liter per tahun.
P.T Pertamina Refinery Unit, Balongan, Indramayu juga memperoleh
peringkat Emas tahun 2016 dengan menggunakan streamer dan autoclave untuk
mengurangi emisi sebesar 0,000154 ton CO2 setara /tahun. Perusahaan farmasi
Biofarma melakukan inovasi dengan mendayagunaakan condensate cooling coil
sebagai media pendingin mengganti bahan baku air yang mampu mengurangi
konsumsi energi sebesar 4,5 MWh/tahun. Inovsi yang lain diantaranya perbaikan
volume batch size vaccine pentabio yang bisa menghemat 1600 liter solar,
mengkonservasi air dan mengurangi beban pencemaran serta menghasilkan efisiensi
air sampai 17,32% dari volume air yang dipergunakan, mengurangi beban
pencemaran air sampai 0,14 ton per tahun, penggunaan kembali air limbah mampu
mengurangi konsumsi air sebesar 240 meter kubik per tahun.
Berkaitan dengan program pemberdayaan masyarakat atau community
development (copmdev) inovasi mempersyaratkan bahwa kegiatanya harus
mencakup tiga aspek yang meliputi bidang ekonomi (penciptataan lapangan kerja dan
berusaha, peningkatan pendapatan), sosial (peningkatan kohesi sosial, perbaikan
pendidikan, kesehatan) dan lingkungan (kontribusi pada keberlanjutan lingkungan).
References
Arundel, A., & Kemp, R. (2009). Measuring eco-innovation (No. #2009-017).
Maastricht, The Netherlands.
D’Hont, L. (2014). Justice Seeking Process in Cases of Industrial Waste Pollution in
Indonesia; The Role of Citizens, their Representatives and Government
Institutions. In Workshop on Legal Empowerment, Power and Regulation
Conference. Semarang, Indonesia: Jointly Organized by Leiden University,
University of Amsterdam and Diponegoro University.
Di Falco, S. (2012). Economic Incentives for Pollution Control in Developing
Countries : What Can We Learn from the Empirical Literature ? Pagri, 1(2), 7–24.
Retrieved from http://purl.umn.edu/139637
ICEL. (2008). Environmental Compliance and Enforcement in Indonesia. Governance,
Risk, and Compliance Handbook. Jakarta.
Pendahuluan
Salah satu cita-cita bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan
10
bangsa, Bahkan W.R Soepratman dalam syairnya berbunyi: membangun jiwanya,
membangun badannya untuk Indonesia Raya, menggelorakan semangat membangun
manusia Indonesia. Komitmen besar dan tegas, nampak di setiap dokumen negara di
mana hal penting ini selalu ada penjabarannya. Tujuannya adalah membangun
sumberdaya manusia berkualitas, agar tercipta manusia Indoensia yang dapat
bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Permasalahannya adalah apakah kita sudah berhasil mewujudkannya? Mewujudkan
bangsa yang cerdas, adalah soal pilihan prioritas. Membangun sumberdaya manusia
layaknya investasi, tidak pernah mudah terwujud, dan tidak pernah instan, karena
butuh proses, butuh tahapan, butuh metodologi tepat, butuh lingkungan yang baik,
butuh banyak hal yang harus dikemas dengan instrumentasi yang baik dan terukur
Hasil Pembangunan Nasional hingga saat ini, tentu telah dapat mewujudkan
berbagai keberhasilan, Salah satu ukuran keberhasilan terkait dengan sumberdaya
manusia dapat dilihat dari hasil pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Indonesia
(IPM) yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data terakhir
menunjukkan Indonesia berada pada urutan ke-113 dari 188 negara. Namun jika
dibandingkan dengan beberapa
negara, Indonesia harus meningkatkan
dan mempercepat peningkatannya. Gambar ini
menunjukkan percepatan pencapaian Thailand
dan China melampaui Indonesia. Nawacita ke-5
juga mengirim pesan tentang pembangunan
manusia Indonesia berkualtas yang diwarnai
dengan semangat revolusi mental sebagai
bentuk nyata perubahan mental atau karakter
bangsa. Maka konsepsinya menjadi semakin
lengkap.
Gambar 8. Pencapaian
Pembangunan Manusia
9
Anggota Komisi Teknis Kesehatan dan Obat, Dewan Riset Nasional 2015-2018
10
Pembukaan UUD 1945: Tujuan Negara Indonesia,UUD 1945
BRAIN
HEALTHY
LIFESTYLE
KECERDASAN
MAJEMUK
MODALITAS
BELAJAR
DETEKSI &
STIMULASI
KOGNITIF
DETEKSI &
STIMULASI
SENSOMOTORIK
BRAIN
BOOSTER
11
Harun (2003)
L
a
h
i
r
12
Taufik Pasiak 2012
13
Taat Putra : Penguatan Karakter Bangsa Menuju Kejayaan Iptek : Dewan Riset Nasional 2015
14
Oleh Drs. Bambang Tejasukmana, Dipl.Ing
Abstrak
Industri pertahanan nasional akan mampu memenuhi kebutuhan TNI dan Polri
secara optimal apabila berkembang dalam ekosistem yang mendukung
pertumbuhannya. Perbaikan ekosistem industri pertahanan mulai dilaksanakan secara
mendasar dengan berlakunya undang-undang No. 16 tahun 2012 tentang industri
pertahanan namun rapat Komtek dan FGD masih menemukan indikasi masih
banyaknya tantangan sistemik dalam pengembangan industri pertahanan. Solusi
untuk mengatasi berbagai tantangan itu dicari dengan menyusun ekosistem penting
industri pertahanan sehingga terlihat jelas tantangan dan bakat alamiah industri
pertahanan pada era industri 4.0. Revolusi ekosistem menjadi satu-satunya pilihan
untuk memposisikan industri pertahanan sebagai pimpinan untuk menciptakan
keunggulan industri nasional.
1. Pendahuluan
Industri pertahanan adalah komponen utama dalam sistem pertahanan
nasional. Karena penting dan strategisnya industri pertahanan, pemerintah Indonesia
sejak Indonesia merdeka sampai saat ini menempatkan pengembangan industri
pertahanan sebagai prioritas dalam program kerja pemerintah. Undang-undang No.
16 tahun 2012 tentang Industri pertahanan mengatur lebih konkrit azas, tujuan serta
langkah dan kebijakan yang wajib dilaksanakan untuk membangun industri
pertahanan. Dinyatakan dalam pertimbangan undang-undang industri pertahanan
bahwa pengembangan industri pertahanan merupakan bagian terpadu dari
perencanaan strategis pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan negara.
Tumbuh dan berkembangnya industri pertahanan sangat bergantung pada
ekosistem yang menjadi sumber daya perkembangannya. Ekosistem industri
pertahanan terus berkembang dan selalu berubah terhadap waktu. Mengingat
pentingnya ekosistem industri pertahanan pada era industri 4.0, tulisan untuk Buku
14
Ketua Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, Dewan Riset Nasional 2015-2018
d. Dukungan Pemerintah
Implementasi undang-undang industri pertahanan dalam memprioritaskan
produk hasil industri pertahanan dalam negeri telah dilaksanakan oleh pemerintah.
Produk industri pertahanan dalam negeri telah menjadi bagian dari Alutsista TNI dan
Polri. Pemerintah memberi dukungan penuh terhadap program pengembangan yang
telah dicanangkan seperti program pengembangan kapal selam, tank medium dan
propelan. Program-program tersebut sudah selesai dilaksanakan. Pemerintah masih
menjadwal ulang program pengembangan pesawat tempur yang penyelesaiannya
memerlukan waktu lebih lama.
f. Pencabutan Embargo
Pencabutan embargo militer Amerika terhadap Indonesia membuka peluang
tidak hanya lebih lancarnya pasokan Alutsista dan suku cadangnya namun memberi
peluang juga bagi pasokan teknologi dari Amerika dan sekutunya. Dengan dibukanya
embargo maka tantangan pengembangan teknologi dapat diatasi dengan kerjasama
produksi dengan negara-negara yang industri pertahanannya lebih maju. Peluang itu
telah dimanfaatkan dalam pengembangan Tank Medium dengan Turki dan
pengembangan kapal selam dengan Korea Selatan.
h. Anggaran Negara
Anggaran untuk pertahanan dan keamanan walaupun selalu masuk pada
sektor-sektor yang mendapatkan anggaran paling tinggi namun alokasinya masih
fokus pada biaya operasional. Biaya untuk penyediaan dan pengembangan produk
Alpalhankam sangat terbatas. Dengan anggaran terbatas seperti itu industri
pertahanan sulit untuk mendapatkan pesanan sesuai skala ekonomi yang dibutuhkan.
4. Revolusi Ekosistem
Untuk menciptakan industri pertahanan yang mampu memasok Alpalhankam
moderen yang dibutuhkan maka revolusi terhadap ekosistem industri pertahanan
harus dilakukan karena langkah evolusi tidak akan mampu mengejar ketertinggalan.
Langkah revolusi ekosistem tersebut adalah:
a. Membangun strategi baru dan kemauan politik negara yang kuat untuk
mengembangkan sistem inovasi dan meningkatkan daya saing bangsa
dengan mendorong industri menuju ekonomi berbasis pengetahuan.
b. Membangun sistem pertahanan berbasiskan industri untuk menghadapi
gempuran barang dan jasa dari luar negeri dan sekaligus mengembangkan
kemampuan untuk melakukan invasi barang dan jasa nasional ke luar negeri.
c. Seperti sistem pertahanan militer maka sistem pertahanan baru harus
dibangun dengan membentuk formasi pertahanan dengan Presiden sebagai
panglima tertinggi untuk memimpin seluruh komponen bangsa dan
menempatkan TNI dan Polri sebagai bagian penting di dalam formasi itu.
Barisan terdepan sebagai ujung tombak dalam formasi itu adalah industri
nasional.
d. Menempatkan BUMN strategis sebagai pimpinan dalam formasi industri.
e. Pendidikan bela negara diarahkan kepada penguasaan teknologi untuk
membangun generasi yang siap menjalankan industri inovatif,
mempertahankan budaya Indonesia dan berketuhanan YME.
f. Sinergi Pengelolaan dilakukan dengan membuat perencanaan yang matang,
organisasi kerja yang tepat, pelaksanaan yang terukur dan pengawasan
15
Oleh Prof. Dr. Sigit Riyanto, SH, LLM
Abstrak
Industri Pertahanan Nasional, merupakan bagian dari ekosistem pertahanan
nasional suatu Negara. Industri pertahanan nasional yang mandiri dan unggul,
menjadi simbol eksistensi Indonesia sebagai Negara-Bangsa yang merdeka dan
kompetitif di hadapan lanskap komunitas bangsa-bangsa. Untuk membangun industri
pertahanan nasional Indonesia yang andal, mandiri dan kompetitif, diperlukan
arsitektur kebijakan yang menjadi rujukan dan kerangka kerja yang memungkinkan
terjadinya sinergi di antara para pemangku kepentingan yang relevan. Pembangunan
industri pertahanan memerlukan “Industrial Analysis Capabilities” yang akurat dan
relevan serta “Implementation Plan” yang koheren dan konsisten. Tulisan ringkas ini
menguraikan beberapa aspek yang relevan untuk mendukung pengembangan industri
pertahanan nasional sesuai dengan konteks di Indonesia.
I.Pendahuluan
“Si vis pacem, para bellum”
(Jika anda ingin damai, bersiaplah untuk perang).
Demikianlah adagium kuno yang dikenal dalam bahasa dan budaya Romawi
Latin, dan juga dikenal dalam naskah kuno China (Shi Ji). Frasa tersebut dimunculkan
untuk menegaskan suatu prinsip atau ajaran tentang cara efektif mempertahankan
eksisitensi Negara atau bangsa. Adagium ini mengajarkan, bahwa untuk menjaga dan
menjamin perdamaian bagi rakyatnya, Negara harus selalu mempersiapkan diri
dengan persenjataan dan cara serta sarana untuk mempertahankan, membela dan
melindungi diri. Bagi suatu Negara, cara dan sarana untuk mempertahankan diri
sangat diperlukan untuk menjaga harmoni serta untuk membela diri dan
mempertahankan diri dari serangan pihak eksternal maupun internal.
Sudah jamak dipahami, bahwa semua Negara ingin selalu hidup
berdampingan secara damai dengan Negara lain. Namun, kemampuan untuk
membela diri dan mempertahankan diri juga merupakan keniscayaan bagi eksistensi
Negara di hadapan komunitas internasional. Negara harus memampukan dirinya
untuk mempertahankan diri, menjamin kedaulatan dan integritas wilayahnya di
15
Anggota Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, Dewan Riset Nasional 2015-2018
II. Analisisis
Industri pertahanan nasional merupakan bidang yang spesifik dan khas serta
strategis bagi suatu Negara. Karena mempunyai posisi strategis dan karakter yang
khas itulah, maka ketika negara merancang program pembangunan dan
pengembangannya perlu mempertimbangkan beragam faktor yang relevan. Saat ini
Indonesia menghadapi tantangan, dan punya kesempatan untuk mengembangkan
industri pertahanan nasional yang mandiri, unggul dan kompetitif. Uraian berikut ini
merumuskan faktor-faktor yang relevan bagi pembangunan industri pertahanan yang
mandiri, unggul dan kompetitif.
Visi Kebangsaan
Rujukan fundamental tentang filosofi dan visi sistem pertahanan nasional
Indonesia mengacu pada tujuan pembentukan negara-bangsa Indonesia
sebagaimana tertuang dalam Konstitusi Nasional Republik Indonesia ( UUD 1945).
Dalam Konstitusi Nasional Indonesia tersebut ditegaskan bahwa Negara Indonesia
17
Ada beberapa perusahaan BUMN dan institusi lain yang relevan dan potensial bagi pembangunan
ekosistem industry pertahanan nasional seperti : Mabes TNI , Balitbang Kemhan,Dislitbangad ,
Dislitbangal, Dislitbangau, Lapan,PT PINDAD, PT PAL, dan lain lain. Mereka semua harus diberdayakan
dan dikembangkan untuk mendukung pengembangan industri pertahanan nasional. Dalam hal ini ada juga
perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam industri pertahanan nasional. Kehadiran perusahaan
swasta nasional ini juga sangat penting, mereka merupakan asset nasional yang harus dibina dan
diberdayakan untuk mendukung sinergi pembangunan industry pertahanan nasional yang mandiri dan
unggul.
III. Penutup
Saat ini industri pertahanan Indonesia belum sepenuhnya mandiri. Faktanya,
dalam hal pengadaan alat utama sistem pertahanan atau alutsista; sebagian besar
masih bergantung pada produsen di Negara lain. Indonesia masih tergolong sebagai
Negara konsumen dalam hal pengadaan instrumen pertahanan tersebut.
Konsekuensinya, ketika terjadi perubahan kebijakan di Negara pengekspor atau asal
produsen alutsista tersebut, Indonesia mengalami kesulitan bahkan kewalahan untuk
menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi berkaitan dengan instrumen
pertahanan ini. Situasi ini harus dimaknai sebagai tantangan dan kesempatan untuk
mengembangkan industri pertahanan yang mandiri, unggul dan kompetitif.
Pengembangan industri pertahanan nasional meniscayakan komitmen politik
yang tegas dan berkelanjutan dari penyeleggara Negara serta tidak termarjinalisasi
oleh proses rotasi politik otoritas nasional yang terjadi secara berkala. Pengembangan
industry pertahanan nasional yang unggul memerlukan peta jalan ( road map) yang
jelas, “Industrial Analysis Capabilities” yang akurat dan relevan, serta
“Implementation Plan” yang konsisten dan didukung oleh kebijakan anggaran yang
memadai.
Perlu transformasi kebijakan dan strategi pengembangan instrumen
pertahanan yang mandiri dan berbasis kepada industri nasional yang andal dan
unggul. Negara harus didorong untuk melakukan “mainstreaming” kebijakan nasional
dalam hal pengembangan industri pertahanan nasional. Tanpa kemauan politik untuk
melakukan transformasi kebijakan pengembangan industri pertahanan nasional,
Indonesia akan terjebak pada ketergantungan dan berkutat pada masalah yang sama
dari waktu ke waktu.
18
Oleh Ir. Agus Suyarso
ABSTRAK
Dibuat/disusunnya Undang-Undang sampai dengan terbitnya Peraturan-
Peraturan di bawahnya (Peraturan Pemerintah/Presiden/Menteri, dsb) di Republik
Indonesia ini tentunya untuk lebih menjabarkan lagi tercapainya tujuan Negara seperti
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945; seperti yang diamanatkan dalam
teks Proklamasi 1945 ataupun guna realisasi tercapainya suatu sistem dari nilai-nilai
luhur bangsa dan Negara yang sebenarnya menjadi tekad/passion atau komitmen dari
suatu bangsa yang besar dan berani, yang kita handalkan dan kita cintai ini.
Adalah ironis jika hasil suatu seminar, Forum/Focus Group Discussion,
tulisan, analisis, kajian atau proposal hanya dapat menyimpulkan sesuatu yang
seharusnya dapat dilakukan ataupun seharusnya dibangun oleh bangsa, pemerintah
atau Negara ini, namun tidak pernah ditindak lanjuti, tidak pernah dilakukan atau tidak
terealisasi.
Itulah sebabnya dibuatnya Undang-Undang atau Peraturan haruslah mampu
mewujudkan suatu sistem dari keinginan, keberanian dan/atau komitmen masyarakat
dengan Pemerintahannya yang harus pula mampu menindak-lanjuti, menegakkan
dan/atau menjalankannya.
Demikian halnya dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang
Industri Pertahanan. Bahwa untuk mewujudkan ketersediaan alat peralatan
pertahanan dan keamanan Negara yang memadai sangatlah membutuhkan biaya
atau anggaran pemerintah yang relative sangat besar disetiap tahunnya. Sedangkan
disisi lain pembangunan pertahanan dan keamanan Negara juga harus sejalan
dengan pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat atau bangsa, sehingga
senantiasa perlu diupayakan realisasinya melalui kemandirian yang didukung dari
kemampuan industri pertahanannya yang berdaya saing. Hal tersebut juga tentunya
memerlukan sinergitas pengelolaan/ manajemen dari pemerintah, perusahaan dan
User-nya sendiri yang visioner, penuh semangat dan tanggungjawab dengan terus
memperhatikan tata kelola pemerintahan yang baik, mampu mengoptimalkan
18
Anggota Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Registrasi, ijin dan larangan-larangan yang harus dipatuhi untuk turut serta
dalam riset, pengembangan, perekayasaan sampai dengan memproduksi Alat
Peralatan Pertahanan dan Keamanan sesuai Undang-Undang diatur oleh Menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan.
Adapun tahapan untuk pembangunan suatu Industri Pertahanan dengan
produk Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan yang akan menjadi produk andalan
dan bisa dikatakan menjadi benar-benar karya anak bangsa atau sejajar dengan State
of The Art, bisa saja menempuh keseluruhan proses industrialisasinya mulai dari
proses rancang bangunnya seperti halnya yang dilakukan pada rencana kerjasama
pembuatan pesawat tempur KF-X/IF-X antara Indonesia dengan Korea (Selatan) :
a. Study Kelayakan (Feasibility Study : Market, Mission, Technology,
Customer Interest, Risks)
Penulis mohon maaf apabila judul paragraph ini memang mejadi sensitive,
khususnya di lingkungan User TNI dan Polri untuk dibahas dan memang harus
berhati-hati untuk meresponnya; namun memang hal ini bisa menjadi satu alternative
untuk penguasaan dan pengembangan Industri Pertahanan Nasional, yang disatu sisi
yang lain tidak mustahil dan logis banyak berkeinginan/berkehendak dari Negara lain
untuk berinvestasi dan memiliki Industri Pertahanan di dalam negeri Indonesia, baik
100 % murni milik asing dan/atau Joint Venture dengan banyak pihak di dalam negeri.
Namun dengan terbitnya Undang-Undang No 16/2012 tentang Industri Pertahanan
yang sejak awal utamanya untuk kerahasiaan, Security Clearence dan pengendalian
inventory, keberadaan produk Alutsista yang ada di Indonesia (di TNI, Polri, Industri,
Pedagang/Trader, Peneliti, Pengembang dan Perekayasa) telah ditetapkan bahwa
untuk Industri Alutsista TNI dan/atau Alpalsus Polri yang sudah menjadi satu barang
lengkap sebagai Alutsista untuk TNI atau Alpalsus untuk Polri hanya diberikan ijin dan
registrasinya dari BUMN Industri Pertahanan atau sebagai Industri Tier-1/ Pemadu
Utama.
Oleh sebab itulah sebagai alternative untuk membangun dan/atau
mengembangkan Industri Alutsista dan/atau Alpalsus diajukan saran dapat dari
privatisasi atau dari alih status Institusi Pemeliharaan, Perbaikan tingkat IV yang ada
di TNI atau Polri yang selama ini juga sudah melakukan banyak kegiatan Retrofit
dan/atau Modifikasi serta pembuatan suku cadang terbatas. Hal ini bisa menjadi
alternative pilihanpun tentunya harus melalui suatu pemikiran, pertimbangan dan
kebijakan; utamanya dari dalam internal TNI dan Polri terlebih dahulu. Walaupun
disisi lain Negara/pemerintahpun tentunya harus pasti diuntungkan dengan adanya
privatisasi/alih status Institusi Pemeliharaan dan Perbaikan milik TNI dan Polri
tersebut, yang sedapatnya/setidaknya juga harus dapat berkorporasi mengakomodasi
pihak swasta yang selama ini juga sudah berkecimpung dalam Pemeliharaan,
Perbaikan, Penelitian, Pengembangan dan Perekayasaan Alutsista TNI dan Alpalsus
Polri.
Dari banyak hal tersebut di atas, memang diharapkan melalui sinergitas Team
Work yang handal, baik, Expert, dan solid dari Pemerintah, KKIP, User TNI dan Polri,
serta dari Industri Pertahanannya sendiri yang Active dan Progressive, optimis
19
Oleh Dr. Ir. Anne Kusmayati
Abstrak
Pesawat tempur merupakan wahana yang dapat dihadirkan dengan cepat di
wilayah perbatasan dan wilayah yurisdiksi, oleh karena itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang berbentuk kepulauan memerlukan kemandirian teknologi
pesawat tempur. Upaya pencapaian kemandirian tersebut memerlukan peta jalan
agar dapat terlaksana sesuai dengan kondisi di Indonesia.
I. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih
dari 17.000 pulau dan kebudayaan yang berbeda. Letaknya sangat strategis diantara
dua benua dan dua samudera yang dipergunakan sebagai jalur perdagangan
20
internasional . Lebih dari 70% wilayah negara adalah laut dimana 13 dari 15 batas
negara berada dilaut. Sebagai konsekwensi dari UNCLOS 82, Indonesia sebuah
negara kepulauan terbesar di dunia, diwajibkan untuk menyediakan Alur Laut yang
dapat digunakan oleh penerbangan dan pelayaran internasional. Lebih jauh,
Indonesia juga dibebankan tanggung jawab untuk menjaga keamanannya.
Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah dan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia, banyak negara-negara di dunia yang menjadikan
Indonesia sebagai incaran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warga negara
masing-masing. Hal ini harus menjadi perhatian tersendiri bagi Pemerintah Republik
Indonesia sebagai regulator yang diberi mandat oleh Undang-Undang untuk
mengelola semaksimal mungkin kekayaan alam agar dapat digunakan dalam rangka
mensejahterakan warga negara Indonesia. Oleh karenanya, kehadiran negara secara
cepat dan berkesinambungan sangat dibutuhkan. Alat Utama Sistem Senjata
(Alutsista) sebagai salah satu wahana yang dapat dengan cepat melakukan hal
tersebut adalah Pesawat Tempur karena memiliki kecepatan dan didukung oleh
sebuah sistem yang sarat dengan teknologi tinggi yang mana pengoperasiannya tidak
terbatas pada wilayah pertahanan darat atau laut. Untuk mengamankan wilayah NKRI
yang begitu luas, saat ini TNI AU hanya memiliki 3 Skadron Udara Tempur Strategis
19
Anggota Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, Dewan Riset Nasional 2015-2018
20
Letak Geografis Wilayah Indonesia, http://www.ilmusiana.com/2015/08/letak-geografis-wilayah-
indonesia.html, 28 Juni 2018)
II. Analisis
a. Tinjauan Strategis
Sebagai salah satu peralatan dalam sistem pertahanan di NKRI,
pesawat tempur memiliki fungsi yang sangat strategis karena dapat
dihadirkan dalam waktu yang cepat terutama di pulau-pulau dan batas negara
yang sebagian besar berada di laut. Dalam pengoperasiannya sebagai unsur
pertahanan, pesawat tempur harus dapat menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pertahanan di darat, laut dan udara sehingga
teknologi yang dibutuhkan harus dapat menaungi berbagai macam sistem
pertahanan yang sudah ada serta memiliki fleksibilitas tinggi untuk
mengakomodir teknologi-teknologi peperangan yang akan datang khsususnya
untuk melaksanakan Operasi Serangan Udara Strategis (OSUS), Operasi
Lawan Udara Ofensif (OLUO), Operasi Pertahanan Udara (Opshanud),
Operasi dukungan Udara (Opsdukud) dan Operasi Informasi (Opsinfo).
Parameter-parameter ini yang selalu digunakan oleh negara-negara tetangga
untuk menghitung sistem pertahanan sebuah negara dalam menghadapi
ancaman yang akan di petakan menjadi klasifikasi kemampuan sebuah
negara. Klasifikasi tersebut akan menimbulkan daya gentar.
Dewasa ini TNI AU memiliki pesawat tempur Jenis F-16, Su-27/30, F-
5 T-50i, Hawk 100/200 dan Super Tucano yang mana beberapa pesawat
21
Paparan Waasops Kasau, Pembekalan Tim Engineering KF-X/IF-X, 25 Mei 2011
b. Tinjauan Teknologi
Pesawat Tempur merupakan sebuah wahana yang membutuhkan
teknologi yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena teknologi yang
terpasang bukan hanya untuk pesawat itu sendiri akan tetapi juga harus dapat
didukung dengan sistem logistik seperti pangkalan dan pemeliharaan. Adapun
kemampuan yang wajib dimiliki diantaranya mampu untuk lepas landas dan
mendarat pada landasan pangkalan aju, bersifat Multi peran (Multirole) untuk
dapat digunakan pada misi air to air dan air to ground, dapat menjangkau
sasaran strategis didalam dan diluar wilayah yurisdiksi Nasional, mampu
menghacurkan target-target terpilih di permukaan maupun dibawah
permukaan, dapat melaksanakan misi dan pertempuran pada waktu siang
dan malam, memiliki radius of action medium range dengan kemampuan air
refueling, memiliki kekampuan dalam peperangan elektronika, memiliki
kemampuan interoperability dengan Alutsista lain dan Network Centric
22
Republik Indonesia, ‘Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan”, Pasal 3
butir c
23
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Rencana Induk Riset Nasional 2015-2040 th 2016.
24
Baitbang Kemhan, Laporan Kajian Kesiapan Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X, tanggal 10-12
Januari 2014
c. Tinjauan ekonomi
Bidang Pertahanan memiliki ikatan yang tidak dapat dipisahkan
dengan ekonomi sebuah negara karena situasi perang atau konflik akan
secara langsung mempengaruhi penurunan pada sektor ekonomi. Akan tetapi
pada masa damai, Alutsista yang menjadi kekuatan utama pada sistem
pertahanan memiliki kesan selalu menghamburkan keuangan negara tanpa
kontribusi. Paradigma ini mungkin akan sedikit bergeser saat kita memiliki
kemampuan dalam mendesain, menguji, memproduksi, memelihara,
memperbaiki, memodifikasi dan mengembangkan pesawat tempur karena
kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan kebutuhan tenaga ahli
dan tenaga kerja dan secara tidak langsung kepada perekonomian negara.
Data sebaran pesawat tempur sesuai dengan Flight Global Insight
dalam World Air Forces tahun 2011-2012, jumlah pesawat tempur di dunia
sekitar 15.700 unit, negara-negara yang menduduki peringkat 10 besar
pengguna pesawat tempur adalah Amerika Serikat 2.818 unit, Rusia 1.485
unit, China 1.452 unit, India 653 unit, Korea Utara 574 unit, Syria 483 unit,
Mesir 458 unit, Korea Selatan 413 unit, Pakistan 373 unit dan Perancis 363
unit dengan jenis yang populer adalah F-16, F-18, F-15, Mig-21, Mig-29,
Sukhoi Su 27/30 dan Su 24. Pesawat-pesawat tempur tersebut merupakan
generasi 4+ yang sebentar lagi akan diganti karena kemajuan teknologi,
sementara negara-negara produsen seperti Amerika Serikat bekerjasama
dengan beberapa negara lainnya memproduksi F-35 yang harganya mahal.
Sehingga potensi pasar pesawat tempur untuk generasi 4++ sangat terbuka
khususnya bagi negara-negara berkembang di Asia.
III. Penutup
Kemandirian Teknologi Pesawat Tempur (mendesain, menguji, memproduksi,
memelihara, memperbaiki, memodifikasi dan mengembangkan) dibutuhkan oleh NKRI
yang berbetuk kepulauan karena pesawat tempur merupakan wahana yang dapat
dihadirkan dengan cepat di wilayah perbatasan dan wilayah yurisdiksi.
Upaya peningkatan kemampuan bagi kesiapan teknologi nasional menuju
kemandirian Teknologi Pesawat Tempur dapat dilakukan bertahap dengan didukung
oleh peta jalan sebagai referensi agar dapat berjalan secara komprehensif bersama
dengan pengembangan klaster industri lainnya.
Potensi pasar pesawat tempur dan bonus demografi pada tahun 2020-2030
dapat dimanfaatkan untuk mencapai kemandirian teknologi pesawat tempur dan
membuka peluang untuk ekspor teknologi.
25
G. Sanders & S. Cohen, Designing and Managing Successful International Joint Development Programs,
2017
26
Kementerian PPN/Bappenas, Pemanfaatan Demografi Indonesia Di Sektor Kepariwisataan, Kebaharian,
27
oleh Dr. Ir. Ade Bagdja, MME
Abstrak
Banyak negara menerapkan Reverse Engineering untuk mengejar
ketertinggalan Teknologi. Tetapi sedikit yang berhasil. Korea Selatan memberikan
sebuah contoh bagaimana Reverse Engineering yang tertata dan terstruktur berhasil
menjadikan Korea Selatan sebagai New Emerging Country (NEC) di Asia. Proses
yang serupa diterapkan di PT Pindad (Persero) juga bisa membawa Pindad berubah
dari Lisensor menjadi “Inovator”. Tulisan ini menguraikan Proses serta Kendala dalam
pelaksanaan mengejar ketertinggalan teknologi menggunakan Reverse Engieering
serta langkah – langkah masukan yang harus dilakukan supaya penerapan Reverse
Engineering bisa memberikan hasil yang lebih baik dalam membentuk budaya inovasi
dalam skala Nasional kedepannya.
1. Pendahuluan
Pada era tahun 1970an, Reverse Engineering
dipercaya oleh banyak negara digunakan mengejar
ketinggalan tenologi. Berbagai negara di Asia, Amerika
Selatan, Timur Tengah, dan Afrika yang menerapkan
Reverse Engineering berharap bisa membuat lompatan
sehingga bisa sejajar dengan negara maju. Sejarah
membuktikan dengan hadirnya New Emerging Countries
(NEC), dimana salah satunya Korea Selatan yang secara
terus menerus bisa mempertahankan laju
perkembangannya dan sekarang menjadi bagian dari
Negara Industri Maju.
Pada tahun 80an dan 90an, produk dari Korea
Gambar 11.
Selatan – peralatan rumah tangga, mobil, peralatan Perkembangan Hyundai
elektronik –dipandang sebelah mata sebagai produk
kelas dua.
27
Anggota Komisi Teknis Pertahanan dan Keamanan, Dewan Riset Nasional 2015-2018
1.400 30,0
1.200 27,5
1.000 25,0
800 22,5
GDP
% Manuf
600 20,0
400 17,5
200 15,0
0 12,5
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
Gambar 12. Pertumbuhan %Manuf & GDP
increasing building
enhancing intensity knowledge-base: knowledge-base:
of effort: * reviewing literatures * reverse brain drain
* plant construction * observation tech. tour increasing * R&D invesments
* assimilating prod. (literature reality) knowledge-base: (Korea,US,JPN,GER)
know-how * reverse engineering * equity for technologies * 1st 11 month trial-error
(dis- & re-assembl * technical assistances * acquires licenses * 324 test engine final
1 B, 1T & 2 Pc) & hire foreign experts (54 from 6 countries) (outperformed Jap’s eng.)
I II III IV V
1968-1973 1973- 1976 1978- 1986 1987- 1996 1997-on
Imitate production: Assimilate Technology: Improve Manufacturing.: Go Independent: Competing on Innovation:
* independent path * based on Gov’s need * 2nd oil crisis * successfull penetration!! * extensive R&D centers
* prior knowledge-base * proposed to produce * add 300.000 more sustain competitiveness?? (global network)
recruit experienced 80.000 “local car” turn to export-oriented * M. unwilling to share tech. * Full line Royalty-free
assembly agreement good quality to export H. lacked of capability (subcompact luxury)
(test export to BE/ND) dev. its own product/tech.
indepedency
Gambar 13. Pengembangan Penguasaan Teknologi Otomotif di Hyundai
Reverse Engineering
Definisi dari Reverse Engineering dari Collin
Dictionary adalah “the process of analysing the
workings of an existing product or system, often in
= Bentuk = = Fungsi =
order to create similar products or systems”. “Mengatasi “Mengejar
Keterbatasan Ketertinggalan
Sebelum membahas Reverse Engineering Teknologi” Teknologi”
lebih dalam, kita lihat Pengunaan dari Reverse Physical Model Model/Part
Sebagai akhir dari sub judul ini, kesalahan yang sering dilakukan oleh
perusahaan atau tingkat pemerintah dalam mengimplemantasikan Reverse
Engineering adalah adanya perbedaan dan pemahaman antara Konsep Penerapan
Reverse Engineering dengan implementasi tahapan yang dilakukan, seperti yang
ditunjukan pada Gambar 19 disamping kanan ini. Konsep yang ingin dicapai adalah
Mengejar ketertinggalan teknologi sebagai negara berkembang yang ingin ikut
berkiprah dalam pasar internasional, tetapi malah implementasi yang dilakukan
mengikuti tata cara untuk Mengatasi Keterbatasan Teknologi yang sering dilakukan
oleh negara maju. Hal ini seringkali dikarenakan pemilihan dari Konsultan / Tenaga
Ahli salah diambil dari negara maju yang tidak berkepentingan dalam mengejar
ketertinggalan teknologi. Saat ini lebih banyak industri dan atau negara yang gagal
dalam penerapan tahapan Reverse Engineering, sehingga pada akhirnya Reverse
Engineering ditinggalkan.
Tahapan Reverse
Banyak NEGARA BERKEMBANG telah Mencoba
Engineering membawa SEDIKIT yang Berhasil
konsekuensi proses yang berjalan
tidak sederhana. Aktivitas yang KENAPA ?
berjalan secara bertahap dalam
tahapan ini, dilihat dari sudut KONSEP IMPLEMENTASI
pandang bagaimana Organisasi
Catch-Up Over-Ride
Belajar (Organisation Learning) dan
Tingkat Inovasi (Innovation Level)
Gambar 19. Kesalahan Implementasi Reverse
seperti yang terlihat pada Gambar
20 dibawah melibatkan aktivias
yang diantaranya adalah:
Duplicative Imitation dengan Learning by Reading dan Learning by
Seeing: produk dikembangkan berdasarkan informasi yang dikumpulkan
dari membaca literatur – buku – brosur atau mengunjungi pameran
ataupun menghadiri uji coba,
Creative Imitation dengan Learning by Doing: produk dikembangkan
berdasar pada analisa dan sintesa serta pengalaman yang dipunyai
sebelumnya, dituangkan menjadi produk yang berbeda (baik secara
Bentuk Geomitri maupun Fungsinya) sehingga memberikan keunggulan
atau nilai tambah,
Innovation dengan Learning by Researching:
Yang harus diperhatikan pada proses iterasi tahapan pembelajaran ini adalah
apa yang disebut dengan Batas Pembelajaran (Learning Limit). Garis / Batas ini
menunjukan bahwa selama ada dalam sebuah tahapan, tidak peduli sebanyak
apapun aktivitas dilakukan, proses penguasaan teknologi dari hasil pembelajaran
akan tetap tidak bertambah. Proses pembelajaran akan bertambah apabila tahapan
berubah ke tingkat selanjutnya. Tahapan yang dilalui pun tidak kaku terdiri dari 3
tahapan, tetapi setiap proses pembelajaran (Learning Types) memberikan kontribusi
pada proses Pembelajaran Organisasi.
c
a b
PELAKU (Actor)
1983 2006
Perjalanan Pindad dalam proses Penguasaan Teknologi ini bisa dilihat pada
Gambar 56 diatas, tidak hanya untuk senapan serbu, tetapi juga untuk produk lainnya.
Diperlukan sekitar 23 tahun (1983 – 2006) untuk Pindad supaya bisa
menguasai teknologi persenjataan (dari assembling – manufakturing – desain). Begitu
SS2 bisa dikeluarkan, maka bisa dikatakan, dengan Go Independence ini, Pindad
mempunyai kemampuan untuk memenuhi tantangan dan tuntutan yang diperlukan
oleh TNI / Polri dan bahkan Instansi Keamanan lainnya.
Peran DRN kedepannya harus menjadi lebih besar lagi apalagi dikaitkan
dengan Undang Undang Inovasi yang sedang dalam proses pembahasan.
Implementasi Reverse Engineering yang tertata dan terpola merupakan salah satu
cara untuk mempercepat proses penguassaan teknologi dalam menciptakan
kemampuan inovasi yang akan meningkatkan daya saing bangsa.
8. Kesimpulan
9. Referensi
Data dan informasi yang ada pada tulisan ini dikumpulkan dari berbagai
sumber. Apabila ada kesalahan data, maka tidak ada maksud apapun dari kesalahan
tersebut.
Tulisan ini dibuat untuk tujuan berbagi pengetahuan serta diharapkan bisa
membantu pihak terkait yang ingin memperoleh manfaat maksimal dari penerapan
Reverse Engineering dalam proses penguasaan teknologi.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada semua civitas Pindad, baik secara
sadar maupin tidak, yang telah menjalani proses penguasaan teknologi sehingga bisa
dihasilkan berbagai produk Pindad. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
berbagai pihak eksternal Pindad, yang secara umum tidak menyadari program
Reverse Engineering yang tertata di Piindad, tetapi telah memberikan kontribusi yang
tidak sedikit.
28
Oleh Dr. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng.,Sc
Abstrak
Balitbang PUPR memiliki sejumlah tuntutan peran utama sebagai scientific
backbone, techno-structure pembangunan infrastruktur nasional, serta clearing house
dengan pemberian masukan atas inovasi teknologi untuk mengatasi masalah
infrastruktur sumber daya air, jalan, perumahan, dan permukiman. Untuk itu Balitbang
PUPR dituntut untuk memberikan solusi sistematis dan terarah serta
berkesinambungan, sehingga produk litbang yang dihasilkan dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan stakeholder. Namun kontribusi produk litbang saat ini belum
signifikan dalam memberikan nilai tambah pada pelaksanaan pembangunan
infrastruktur. Dengan adanya gap antara harapan dan kondisi eksisting tersebut,
maka diperlukan suatu reformasi, khususnya perubahan visi dan paradigma serta
proses kegiatan litbang di lingkungan Balitbang PUPR.
Kata kunci: Balitbang PUPR, Teknologi Terapan, Infrastruktur, Reformasi Proses
Litbang,
PENDAHULUAN
Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berperan penting
dalam pembangunan nasional melalui pengembangan ekonomi wilayah, penurunan
kesenjangan wilayah, pemacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Untuk mendukung peran tersebut, Balitbang PUPR memiliki sejumlah
kontribusi pokok sebagai scientific backbone, techno-structure pembangunan
infrastruktur nasional, serta clearing house dengan pemberian masukan atas inovasi
teknologi untuk mengatasi masalah sumber daya air, jalan, perumahan, dan
permukiman. Badan Litbang PUPR dituntut untuk memberikan solusi sistematis dan
terarah serta berkesinambungan, sehingga produk litbang yang dihasilkan dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan dinamika pembangunan.
Selain itu, peran Balitbang Kementerian PUPR juga dituntut untuk mampu
menjadi “pencerah” dalam mendukung pembangunan infrastruktur PUPR. Hal ini
28
Anggota Komisi Teknis Transportasi Dewan Riset Nasional 2015-2018;
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR
Gambar 25. Siklus Litbang, Alih dan Difusi Teknologi Balitbang PUPR
PENUTUP
Motto Kementerian PUPR, yaitu “bekerja keras, bergerak cepat dan bertindak
tepat“, harus dapat diwujudkan dalam pelaksanaan tugas sehari hari, sehingga Badan
Litbang PUPR dapat menjadi lembaga yang “Elit dan Membanggakan”. Upaya
percepatan pembangunan infrastruktur PUPR melalui lima terobosan, dimana salah
REFERENSI
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (2015), Rencana Strategi
Balitbang PUPR 2015 – 2019, Jakarta
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, (2015), Rencana Strategi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2015 – 2019, Jakarta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2017), Rencana Induk Riset
Nasional Tahun 2017-2045, Jakarta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2015), Peraturan Menteri
Ristekdikti Nomor 13 Tahun 2015 tentang Renstra Kemen Ristekdikti
Pemerintah Republik Indonesia (1945), Undang-Undang Dasar Tahun 1945
The World Bank (2010), Innovation Policy A Guide for Developing Countries,
Washington DC
29
Oleh Prof. Widodo Wahyu Purwanto
Abstract
Indonesia as an archipelagic state with more than 17,000 islands and
possesses abundant renewable resources. Despite the fact that reliance on fossil fuels
has increased in recent years, has begun inserting more renewable to its energy
supply mix. The country aims to achieve policy target of 23% renewable energy use by
2025 and 31% by 2050. This policy brief aims to assess the current status of
renewable energy deployment in Indonesia, to identify barriers and opportunities the
development in the aspects of policy and regulation, market design and technical, and
proposes key recommendation of innovation policy to harness the potential in
expanding use of renewable energy to meet the target.
Status
Indonesia is an archipelago state possesses sizable fossil and abundant
renewable energy (RE) sources with many of its people living on small islands and
remote areas has significant challenges in providing equitable access to modern
energy services. The current of energy supply reliance on fossil energy of 92.3 % with
70% of the supply are imported, especially for petroleum fuels and LPG. Currently, 9%
of the populations are still without access to electricity and many of those who are
suffer frequent supply electricity interruptions.
With its large economy activity in Southeast Asia, in 2016, Indonesia’s total
primary energy supply is 1,205.65 million BOE. The current share of RE in total
primary energy supply mix is 7.7%. For electricity, RE share is around 13.6% of 59 GW
capacity, including biomass for industrial uses, with average growth rate of 4.8%
annually (2007-2015) and is dominated by small hydropower, geothermal, and
biomass, and tend decline for the last 2 years with grow rate only 2% annually, and
most additions were in small hydropower, geothermal power and biomass power.
29
Member of the Technical Commission on Energy, National Research Council of Indonesia (DRN);
Professor in Sustainable Energy at Faculty of Engineering Universitas Indonesia
Barriers
In general, the main barriers faced by renewable energy deployment in
Indonesia are geographic characteristics, uncertain policies and regulation, unclear
market entry, and technical aspects. This leads to a high cost of renewable energy
development due to the higher risk. On the other hand, the development of energy
policy in Indonesia is mostly based on least cost objective and less consider the
environmental externalities of fossil energy that reflects the true the cost to society.
Although KEN and RUEN already mandated consideration to social and environmental
to value renewable energy. For off-grid planning doesn't apply the optimization but
rather uses a deterministic approach. For renewable energy electricity tariffs (PP
50/2017) that based on benchmark on the regional electricity production cost (BPP), it
seems unrealistic since an immature renewable electricity price is forced to compete
Opportunities
Indonesia already has ambitious targets to increase the use of modern
renewable energy. Therefore, stringent policy on environment by aligning renewable
energy deployment strategy between national energy policy and GHG reduction law
can be promising to accelerate renewable energy development to meet the target. This
can be done by, adopts renewable energy portfolio standard to enforced renewable
energy deployment for IPPs and simplifies the license procedures for renewable
energy business at the central government and most especially at the local
government. For geographical characteristics, the country encourage the off-grid and
mini-grid deployment by using renewables energy in rural areas or remote areas to
increase the energy access. This can also be supported by improving the limit
capacity of off-grid renewables project by establishing larger off-grid working areas
and larger capacity to improve an economic scale of the project. Afterwards, allowing
integrated business electricity with productivity zones or small-scale economic
activities can be an opportunity to develop a more sustainable electricity supply for
rural and remote areas. Then, integrate grids plans across the country for with
potential to absorb VRE and equip the electricity grid with energy storage to stabilize
it while absorbing levels of VRE, especially in Jamali region. Furthermore, increasing
government fund for renewable energy projects by gradual reallocating from fossil
Key Recommendations
Several key recommendations to accelerate the deployment of renewable
energy in Indonesia are:
References
This policy brief is adopted from “Analysis of Indonesia’s Renewable Energy
Policy. Status, Barrier, & Opportunities” by Widodo Wahyu Purwanto and Yoga
Wianda Pratama, Jakarta. UI Press, 2017. ISBN 978-979-456-700-5.
30
Oleh Dr. Ir. Ahmad Sobandi, M.Eng
Abstrak
Gegap gempita pembangunan infrastruktur nasional diberbagai daerah saat
ini harus dimanfaatkan dan diikuti dengan kegiatan ekonomi untuk menciptakan
keuntungan yang lebih besar bagi bangsa ini. Indonesia memiliki sumber daya mineral
logam yang sangat melimpah dan strategis, namun sampai saat ini pemanfaatannya
menjadi komoditi logam yang benilai tambah tinggi didalam negeri masih terbatas.
Dengan telah tersedianya berbagai infrastruktur, diharapkan bisa mendorong
meningkatnya progress pembangunan smelter yaitu pengolahan tambang mineral
menjadi logam yang bernilai tambah tinggi.
PENDAHULUAN
Masih sulitnya merealisasikan pembangunan pengolahan sumber daya
mineral menjadi logam berharga di dalam negeri mendorong Pemerintah terus
melakukan upaya-upaya yang sungguh-sungguh seperti menerbitkan undang-undang
minerba pembatasan ekspor bahan tambang mentah, membangun infrastruktur yang
dibutuhkan dan lain-lainnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penguasaan industri logam merupakan kekuatan strategis yang harus dimiliki bangsa
dan negara Indonesia, sehingga ke depan bangsa dan negara Indonesia bisa tetap
bertahan atau bahkan mendominasi kehidupan modern..
Pemerintah saat ini sedang giat-giatnya membangun infrastruktur seperti
jalan, pelabuhan, bandara, pembangkit listrik, toll laut, dan infrastruktur lainnya.
Pembangunan infrasatruktur ini harus diikuti dengan pemanfaatannya. Proses
pengolahan mineral tambang yang selama ini mengalami kesulitan karena
terbatasnya infrastruktur diharapkan bisa bangkit dan berkembang dengan baik
sehingga mineral tambang dalam negeri bisa diolah menjadi logam didalam negeri
dan bisa memberikan manfaat yang sebesar-besarnya buat bangsa ini.
30
Anggota Komisi Teknis Material Maju, Dewan Riset Nasional 2015-2018
1. Emas
Emas merupakan logam mulia yang sangat disukai umat manusia dari sejak
dulu sampai saat ini. Banyaknya kepemilikan emas akan menunjukkan tingkat
kekayaan, tingkat stabilitas dan tingkat kekuasaan dari pemiliknya. Saat ini USA
merupakan negara dengan kepemilikan emas paling besar didunia dengan
kepemilikan emas resmi: 8.133 ton. Bandingkan dengan Indonesia dengan
kepemilikan emas Bank Indonesia saat ini sekitar 80 ton. Emas selain digunakan
sebagai perhiasan, saat ini digunakan sebagai salah satu instrumen dalam
menentukan kebijakan moneter. Nilai mata uang suatu Negara akan relatif stabil jika
mempunyai cadangan emas yang banyak.
Indonesia memiliki banyak lokasi sumber emas. Jumlah cadangan mineral
emas di tambang Grasberg Freeport Papua saat ini diperkirakan masih tersisa 2,1
miliar ton. Jika kandungan emas dalam mineral tersebut sebesar 2 ppm, maka total
kandungan emasnya bisa mencapai 4 ribu ton. Belum lagi ditambah kandungan emas
dari beberapa tempat lainnya. seperti di Sumatera, Maluku, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Halmahera dll.
Namun untuk eksplorasi dan eksploitasi mineral emas ini tidak mudah, sangat
berisiko dan butuh investasi besar. Ditambah lagi cadangan berada di lokasi-lokasi
terpencil yang minim infrastruktur, tersembunyi di hutan dan pegunungan.
Dengan pembangunan infrasatruktur jalan yang saat ini tengah dikerjakan di
Papua lebih dari 4 ribu kilometer maupun daerah terpecil lainnya secara besar-
Gambar 26. Logam emas yang terdapat pada bijih dari papua
2. Tembaga
Tembaga telah digunakan dalam peradaban manusia sejak 8000 SM. Jenis
logam ini merupakan logam yang tergolong penting untuk industri modern. Logam
dengan warna merah-oranye yang khas ini memiliki karakteristik yang tidak biasa.
Selain sifat yang mudah dibentuk, tembaga juga memiliki sifat tahan karat, tahan
temperatur tinggi, dan mampu menghantarkan listrik serta panas yang baik. Dalam
sebuah survai yang dilakukan oleh salah satu korporasi dunia, 66% tembaga yang
dikonsumsi tiap tahun penggunaannya adalah untuk peralatan listrik seperti kabel,
microwave, sakelar, rectifier, transistor.
Pada 2016, total konsumsi tembaga dunia sekitar 23 juta ton, dan ini akan
terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi industri kendaraan bertenaga listrik
dan energi terbarukan. Selain itu penyerapan tembaga di sektor infrastruktur juga
semakin kencang. Bahkan diperkirakan pada tahun 2021 nanti akan terjadi defisit
ketersediaan tembaga dunia
Indonesia diperkirakan memiliki sumber cadangan bijih tembaga hingga 4161
juta ton. Jika kandungan tembaga dalam bijih sebesar 2,5%, maka total cadangan
sebagai tembaga Indonesia adalah sebesar 104 juta ton. Jumlah yang sangat besar
untuk dimanfaatkan dalam mendongkrak kemajuan bangsa dan Negara. Selain itu
dapat mempengaruhi pasar global tembaga secara signifikan.
Saat ini, konsentrat tembaga tidak semuanya diolah dalam negeri melainkan
hanya sebagian yang dapat diolah menjadi katoda tembaga oleh PT Smelting.
Dengan adanya pembangunan power plan, jalan dan pelabuhan disekitar
Papua, maka pemerintah perlu terus mendorong kepada pengusaha tembaga untuk
3. Nikel
Nikel merupakan logam yang penting keberadannya yang dapat digunakan
untuk paduan baja dan baterai. Hampir semua produk baja berkualitas dan strategis
mengandung unsur nikel, seperti stainless steel, baja tahan cuaca, dan baja-baja
paduan kekuatan tinggi.
Indonesia memiliki kekayaan nikel yang melimpah. Sumber nikel terbesar di
Indonesia adalah di Sulawesi khususnya di Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah,
dan Halmahera. Estimasi Cadangan nikel Indonesia diperkirakan sekitar 221 juta ton
baik yang berasal dari bijih laterit maupun sulfida. Saat ini kebutuhan nikel dunia
mencapai 4 juta ton. Kebutuhan ini akan terus meningkat sesuai dengan
meningkatnya kebutuhan baja stainless.
Saat ini, produksi nikel dalam negeri menghasilkan produk Nickel matte dan
ferro nikel ataupun pig iron yang mengandung nikel . Mayoritas produknya diekspor ke
Jepang dan negara lain untuk dimurnikan menjadi nikel murni.
Dengan memperhatikan industri logam Nikel yang ada, dapat dikatakan
bahwa ada mata rantai yang terputus karena belum adanya proses
berkesinambungan untuk mengolah nikel sampai dapat dimanfaatkan dalam berbagai
aplikasi. Jika dirunut dari urutannya, bijih Nikel adalah cikal bakal dari industri
stainless steel.
Dalam kehidupan modern, stainless steel sheet banyak diaplikasikan di
berbagai keperluan seperti dalam keperluan rumah tangga karena alasan yang lebih
tahan karat, lebih aman, dan mudah dibersihkan. Hampir seluruh penduduk Indonesia
bahkan dunia menggunakan stainless steel dalam aktivitas sehari-hari seperti pada
Gambar 28. Hampir 70% penggunaan nikel digunakan untuk membuat baja stainless
4. Besi Baja
Industri baja merupakan industri yang sangat penting untuk mendukung
kemajuan peradaban suatu negara. Aplikasi penggunaan baja sangat luas mulai dari
bahan konstruksi bangunan, konstruksi kapal, konstruksi pabrik, infrastruktur,
persenjataan sampai otomotif.
Bijih besi sebagai bahan utama industri baja menduduki nomor wahid dalam
skala prioritas kebutuhan industri baja. Dengan kebutuhan baja nasional yang akan
mencapai 20 juta ton pertahun pada tahun 2025, maka Indonesia akan membutuhkan
bijih besi sekitar 30 juta ton pertahunnya
Indonesia memiliki potensi bijih besi yang cukup melimpah. Akan tetapi
karena karakteristik bijih besi Indonesia secara umum bersifat scatter, terpencar-
pencar dengan kadar besi yang bervariasi, hal ini menyebabkan biaya
pemanfaatannya menjadi lebih mahal.
Bijih besi ini merupakan komoditas dunia yang sangat kompetitif, dengan
pergerakan perpindahan yang cukup besar. Besarnya pergerakan ini menunjukkan
bahwa sumber bijih besi sebagai bahan baku pembuatan baja disuatu negara biasa
diambil dari negara lain. Hal ini dilakukan agar didapatkan biaya produksi baja yang
lebih kompetitif.
Beberapa negara seperti Australia, India dan Brazil memiliki cadangan bijih
besi yang melimpah dengan kualitas yang cukup baik. dan menjualnya ke beberapa
negara di dunia. Beberapa industri besi baja terkemuka dunia telah terbukti mampu
Gambar 29. Pembangunan Infrastruktur Nasional membutuhkan baja dalam jumlah yang
besar serta berkualitas
5. Alumunium
Indonesia merupakan salah satu penghasil bauksit yang besar di dunia.
Berdasarkan data ESDM yang dilakukan pada tahun 2010, Indonesia memiliki total
sumber daya dan cadangan bauksit sekitar 830 juta ton setelah pencucian. Namun,
ada mata rantai yang belum optimal dalam rantai industri alumunium sehingga masih
banyak bauksit yang dijual ke luar negeri. Peran alumunium sangat penting yang
memiliki fungsi substitusi untuk material berbahan besi dan baja seperti blok mesin,
dan konstruksi karena karakteristiknya yang ulet, kuat, dan ringan. Tidak hanya
aplikasi tersebut, logam Alumunium juga digunakan sebagai material dasar dalam
pembuatan badan pesawat terbang, botol minuman, kemasan makanan, dan
substitusi kusen kayu.
Secara umum, peningkatan nilai tambah dari bahan tambang menjadi produk
dapat dilihat pada skema 1. Untuk mendorong kekuatan nasional dan kemandirian
6. Timah
Timah merupakan logam berwarna putih keperakan yang memiliki sifat
konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.Cadangan timah Indonesia semakin
menipis dalam sepuluh tahun terakhir ini. Menurut Asosiasi Industri Timah Indonesia,
cadangan timah Indonesia saat ini sekitar 900.000 ton dan akan habis dalam waktu
10 ton. Meskipun Indonesia mampu memproduksi timah 84.000 metrik ton pertahun
namun mampu berkontribusi sebesar 30% dari total produksi timah dunia. Dengan hal
itu, Indonesia menduduki posisi kedua penghasil timah terbesar setelah Tiongkok
yang produksinya mencapai 110.000 metrik ton (US Geological Survey, 2015).
Beberapa daerah sentra produksi timah di Indonesia adalah pulau Karimun, sebagian
pulau Sumatera, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan.
Untuk meningkatkan cadangan timah nasional, pemerintah diharapkan terus
melakukan eksplorasi sehingga bisa ditemukan cadangan baru. Disamping itu dapat
dilakukan penerapan teknologi baru yang bisa mengolah bijih timah kadar rendah.
Daftar Referensi
1. www.indonesia-investments.com diakses pada tanggal 21 Maret 2018
2. Salim, Zamroni dan Ernawati Munadi. 2016. Info Komoditi Timah. Jakarta : Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan.
3. Metal Bulletin Research. The Indonesian Nickel Industry – Strategic Market
Prospects out to 2020.
4. KajianSupply Demand Mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
5. www.vale.com diakses pada tanggal 13 Maret 201
6. www.kemenperin.go.id diakses pada tanggal 2 Apri 2018
Profil Industri Baja. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia
31
Oleh Dr. Dr. Ratna Sitompul, Sp.M(K)
Latar Belakang
Indonesia tidak dapat menutup mata akan tantangan pelayanan kesehatan
tahun 2020, yaitu healthcare everywhere, mobile health application, telemedicine,
health, remote monitoring, ingestible sensors generate rich stream of data, yang
menyebabkan dokter dan pasien mampu melacak setiap detak jantung, nafas atau
gejala in real time. Tantangan tersebut perlu dijadikan peluang bagi Indoneia dalam
mengatasi maalah kesehatan saat ini dan di masa depan.
Indonesia juga menghadapi triple burden masalah kesehatan dan
membutuhkan dana besar untuk mengatasinya. Masalah penyakit infeksi (TBC,
malaria, dengue, HIV) belum teratasi, sementara penyakit non infeksi (kardiovaskular,
metabolik, degenerative, dan kanker) dan new emerging diseases semakin
meningkat. Masalah ini semakin pelik karena jumlah penduduk Indonesia yang besar,
pergeseran demografi dan pola penyakit serta tingkat keparahan yang bervariasi.
Keadaaan ini membutuhkan dana JKN (jaminan kesehatan nasional) yang semakin
meningkat dan dana untuk membeli berbagai fasilitas diagnostik dan terapi (bahan
habis pakai, alat kesehatan, IVD, obat) yang 96% adalah barang import.
Inovasi dan teknologi adalah jalan keluar untuk mengatasi masalah di atas.
Menjawab tantangan di atas, Indonesia membutuhkan inovasi berupa rekonstruksi
model pemberian pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan inovasi teknologi,
meningkatkan produksi dalam negeri berdasarkan kebutuhan nasional. Kebijakan
pembangunan kesehatan harus memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara luas termasuk penguatan riset
bidang kesehatan dan obat.
Menghadapi masalah ini, Pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden
Republik Indonesia no 6 tahun 2016 yang memerintahkan secara rinci dan bersamaan
kepada 9 menteri Negara, 2 kepala badan dan 1 ketua lembaga tentang percepatan
pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan. Instruksi ini bertujuan
mewujudkan kemandirian, meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat
kesehatan dalam negeri melalui percepatan pengembangan industri farmasi dan alat
kesehatan. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi bertugas: 1.
31
Ketua Komisi Teknis Kesehatan dan Obat, Dewan Riset Nasional 2015-2018
1. Pendidikan Kedokteran
Kunci masa depan dunia kedokteran ditentukan oleh PENDIDIKAN
yang memanfaatkan dan mengajarkan dengan teknologi terbaru. Diusulkan
pembahasan pendidikan sebaiknya dibuat oleh konsorsium pendidikan
kedokteran yang terdiri dari ahli pendidikan kedokteran dari berbagai
Universitas.
5. Pengembangan vaksin dan obat untuk HIV, TBC, malaria dan dengue.
Penyakit INFEKSI tetap masih merupakan masalah, yaitu HIV , Mdr
TBC, Malaria dan Dengue. Indonesia harus mengadakan usaha intensif untuk
mengatasi penyakit INFEKSI ini dengan membentuk konsorsium penyakit
infeksi
7. Teknologi 3D Printing
Dengan teknologi 3D-Printing sekarang bisa dibentuk “ORGANOID”
organ buatan, sehingga di masa depan tidak akan ada kekurangan
transplantasi organ. Sel punca akan memainkan peran yang besar sekali
dalam dunia kedokteran untuk penyembuhan berbagai penyakit. Kita harus
Rekomendasi
Untuk meningkatkan daya saing industri farmasi nasional dapat
direkomendasikan langkah-langkah perbaikan kebijakan maupun dalam implementasi
kebijakan, sebagai berikut :
1. Perkembangan IPTEK dalam Dunia Kesehatan/Kedokteran memberikan
banyak PELUANG dan Tantangan untuk dimanfaatkan.
2. Sembilan (9) program unggulan perlu dipilih dari ratusan program yang
bisa dikerjakan berdasarkan prioritas keadaan dunia Kesehatan Indonesia
3. Perlu dibuat KONSORSIUM ABGC yang dikoordinasi oleh tim DRN
Kesehatan/Kedokteran
Strategi-3
Untuk menghadapi peluang dan tantangan yang ada maka sangat penting
untuk dibuat Timeline serta menugaskan leader di setiap sektor priotitas.
32
Oleh Ir. Titah Sihdjati Riadhie
Abstrak
Kebijakan Iptek & Inovasi harus dapat mendongkrak berkembangnya Industri
Alat Kesehatan Dalam negeri. Selama 73 tahun Indonesia merdeka Industri Alat
Kesehatan DN tidak berkembang bahkan untuk pasar DN, market share hanya ± 6
%. Diperlukan terobosan untuk kebijakan lintas sektor yang terintegrasi dan sinergi
agar dapat terwujud kemajuan dan kemandirian industri alat kesehatan DN
Pendahuluan
Industri alat kesehatan di Indonesia sangat jauh tertinggal bila dibandingkan
dengan Negara-negara lain seperti Cina, Malaysia, Thailand, India bahkan Vietnam.
Data tahun 2017 menunjukkan bahwa ketergantungan pada produk impor, menyedot
cadangan devisa sebesar US$ : 832.376.000. Karena itu diperlukan kebijakan IPTEK
& INOVASI untuk dapat dengan cepat mendongkrak kemandirian indusri alkes DN.
Rumitnya masalah bidang kesehatan sampai Presiden turun tangan dengan INPRES
No. 6 Tahun 2016 yang melibatkan 12 Kementerian/Lembaga/Instansi
Banyak pejabat Menteri Kesehatan (2), Gubernur, Bupati, Kepala Daerah, Kepala
Dinas dll tertangkap KPK karena kasus korupsi alat kesehatan. Kenapa? Coba kita
teropong bisnis alkes.
Permasalahan
Seperti juga obat, alat kesehatan memiliki persyaratan-persyaratan yang
sangat tinggi dan ketat dalam regulasi Pemerintah yang harus memenuhi standar
internasional yang berkaitan dengan kualitas, keselamatan dan afikasi. Persyaratan
lainnya adalah alat kesehatan harus bermanfaat.
Sertifikat-sertifikat yang diperlukan ijin produksi alat Kesehatan Kemenkes
(2) CPAKB (Cara Produksi Alat Kesehatan Yang Baik) Kemenkes (3). ISO 13485 (4).
Sertifikat Produk : ISO/CE/IEC/FDA (5) ijin edar (6). uji klinis
Hasil-hasil riset alat kesehatan sangat terbatas dan pemanfaatan sangat
minim. Hal ini disebabkan oleh kurangnya minat peneliti alat kesehatan, proses
penelitian alat kesehatan sangat lama, hasil prototype terkendala pada ‘uji klinis’ yang
32
Anggota Komisi Teknis Kesehatan dan Obat, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Daftar Referensi
.
5.a.
5.b.
5.d.
5.f.
33
Oleh Dr. Nurul Taufiqu Rochman, B.Eng, M.Eng
33
Anggota Komisi Teknis Material Maju, Dewan Riset Nasional 2015-2018; Pusat Penelitian Fisika, LIPI
2 CuO dari batuan tembaga Electric ark dalam air 20,7 nm Pigmen, tinta
3 ZnO dari logam Zn Electric ark dengan nitrogen cair 50 nm Filer komposit, kosmetik, dll
4 SiO2 dari pasir silika alam HEM diikuti dengan sonikator 70 nm Filer karet, komposit, kongkrit
5 Bentonit dari clay PBM4 diikuti dengan sonikator 96 nm Filer, kosmetik, komposit
6 Fe2O3 dari bijih besi HEM selama 18 jam 70 nm Pigmen, katalis, dll
7 Abu batu bara Sonikator 1 jam 118,5 nm Kongkrit
12 Propolis Ultra fined milling diikuti dengan sonikator 30 nm Pangan fungsional, farmasi
Gambar 38. Peningkatan nilai tambah pasir besi melalui pengolahan menjadi berbagai
material turunan untuk bahan baku industri
Konsentrat mineral pasir besi yang telah melalui magnet separasi, dapat diproses
melalui metode baru dalam reaktor kimia tanpa proses pelarutan asam (Paten No.
27
P00201501179) dan dilanjutkan dengan pembakaran pada sistem terkendali (Paten No.
28
P00201408133) (baik suhu, keasaman, waktu dan atmosfer ruangan) sehingga
memungkinkan dihasilkannya pigmen warna hitam dan merah dengan tingkat kecerahan
yang tinggi mendekati produk pigmen komersial. Dengan teknologi ini dimungkinkan
produksi pigmen dari bahan baku mineral pasir besi lokal atau limbah besi oksida dari
Gambar 39. Beberapa contoh produk komersial yang memanfaatkan material nano dari
SDA hayati Indonesia yang telah dihasilkan
34
Oleh Ir. Budi S. Sadiman
34
Anggota Komisi Teknis Material Maju, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Pasar penggunapun makin luas, tidak hanya digunakan untuk tanaman cabe
juga untuk perbagai tanaman hotikultura seperti sayur2an dan buah-buahan .
Target penggunapun tidak hanya petani kecil tetapi juga pekebun besar, bahkan
sudah ada kerjasama dengan pemerintah daerah kabupaten Tangerang untuk
mengembangkan Agro Bisnis di provinsi Banten.
Juga telah diputuskan menjadi bagian dari program Masaro, tidak hanya
mengolah sampah tetapi produknya digunakan dalam menerapkan aplikasi HIPOH di
IPS Masaro Cilegon.
D. “Lesson Learned”
Dari studi kasus diatas dapat kita tarik
pelajaran sebagai kesimpulan dalam melakukan
Inovasi mulai dari produk invensi hingga masuk
kepasar dan cepat bisa diterima oleh pasar dapat
disimpulkan sebagai berikut:.
1. Pengembangan produk dimulai dengan
adanya masalah serius yang dihadapi
dilapangan yang harus dipecahkan
melalui suatu inovasi. Dalam kasus ini
adanya masalah produktifitas yang
rendah dari petani cabe dengan tingginya
tingkat kematian atau kerusakan pohon
Gambar 46. Mini GH metoda cabe akibat penyakit dan hama tanaman.
HIPOH
2. Tantangan yang paling besar adalah
35 36
Oleh Dr. Ir. Dicky R. Munaf, MS, MSCE dan Ranti Rachmawanti
ABSTRAK
Musik adalah bidang seni dan unsur budaya yang memiliki sifat dinamis
karena mengalami perkembangan, transformasi dan inovasi sesuai dengan
perubahan zaman, kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Inovasi dan
transformasi di dalam musik karena pesatnya teknologi meliputi berbagai bidang
kreatif musik, mulai dari instrumen musik hingga kajian ilmiah dalam bidang musik
teknologi. Media teknologi membuat musik lebih dekat dengan penikmatnya, dan
musik menjadi lebih mudah untuk disajikan dan dimanfaatkan sesuai dengan
kebutuhan. Digitalisasi dalam pertunjukan musik dapat diartikan sebagai transformasi
pertunjukan musik yang direkonstruksi ulang dengan menggunakan perangkat
teknologi digital. Industri musik yang berlandaskan pada kecakapan sosial adalah
unsur penting untuk bersaing dalam era kecakapan 4.0.
I. PENDAHULUAN
Teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang di era digital ini
menuntut adanya berbagai inovasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan umat
manusia. Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan teknologi adalah aspek
seni dan budaya, khususnya dalam bidang musik.
Musik merupakan seni yang membahas mengenai berbagai suara ke dalam
pola-pola tertentu yang dapat dimengerti dan dipahami manusia. Musik berasal dari
kata muse, yaitu salah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi cabang seni dan
ilmu; dewa seni dan ilmu pengetahuan. Musik yang baik adalah musik yang memiliki
unsur-unsur melodi, ritme, dan harmoni (Banoe, 2003: 288). Bernstein & Picker
(dalam Djohan, 2006: 36) menjelaskan bahwa musik adalah suara yang diorganisir ke
dalam waktu. Musik juga merupakan bentuk seni tingkat tinggi yang dapat
mengakomodir interpretasi dan kreativitas individu.
35
Anggota Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dewan Riset Nasional 2015-2018;
Dosen KK. Ilmu Kemanusiaan ITB
36
Asisten Akademik di KK. Ilmu Kemanusiaan ITB
II. PEMBAHASAN
Pendidikan Musik di Indonesia Saat Ini
Musik selalu mengalami progres yang dinamis. Jika beberapa dekade yang
lalu orang tua sangat mengkhawatirkan dan tidak ingin anaknya terjun di bidang
musik, maka saat ini pemahaman tersebut semakin pudar seiring dengan
perkembangan zaman. Musik berkembang menjadi sesuatu yang elegan, trendi,
dinamis dan selalu menarik untuk selalu dimunculkan keberadaannya.
Perkembangan dunia musik dan dunia pendidikan musik di Indonesia akhir-
akhir ini semakin menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Masyarakat
Indonesia mulai menyadari tentang pengaruh musik, dan pentingnya pendidikan
musik untuk mendukung aktivitas berkehidupan. Melalui berbagai penelitian dari
berbagai disiplin ilmu, musik diketahui dapat memberikan manfaat penting bagi
perkembangan jiwa manusia, dimulai dari yang berhubungan dengan inteligensi
hingga fungsi otak dan perasaan. Musik saat ini tidak sekadar sebuah hiburan,
melainkan telah menjadi kebutuhan bahkan telah menjadi salah satu bidang keilmuan
tersendiri yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan akademis.
Pendidikan musik adalah bidang studi terkait dengan pengajaran dalam
musik. Sjukur (2014:106) memberikan gambaran mengenai pendidikan musik yang
diterapkan dari mulai usia 6 sampai 14 tahun, seluruh anak tingkat satuan pendidikan
SD mendapat pelajaran musik secara sistematis dan terpadu dengan program
kurikuler. Program ini dilanjutkan hingga sekolah menengah. Musik digunakan
sebagai sarana pendidikan dengan cermat untuk membentuk kepribadian. Bidang
studi ini mencakup semua aspek pembelajaran, termasuk psikomotor (pengembangan
kemampuan), kognitif (pemerolehan pengetahuan), dan afektif (mempengaruhi
perasaan dan emosi).
Saat ini, masyarakat Indonesia semakin menyadari pentingnya pendidikan
musik. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga dan institusi
pendidikan formal yang menjadikan musik sebagai salah satu bidang studinya,
37
Online Etymology Dictionary: http://www.etymonline.com
38
A Guide to the UK Performing Arts (2006)
39
Principal Conductor: Pimpinan atau dirigen utama di dalam Orkestra.
Gambar 47. Format dan tampilan pertunjukan musik dengan perangkat digital
(Sumber: www.google.com/ekagustiwana)
Pertunjukan pun tidak perlu melibatkan banyak musisi, cukup
dengan kepiawaian komponis atau seorang musisi dalam memainkan
instrumen digital dan beberapa penyanyi atau solis, bahkan
memungkinkan untuk menggabungkan musik dari berbagai genre dalam
satu karya pertunjukan. Penggunaan tata pentas dan artistik pertunjukan
biasanya menggunakan teknologi digital seperti video mapping, CGI, atau
augmented reality (AR).
III. KESIMPULAN
Digitalisasi dalam pertunjukan musik merupakan transformasi pertunjukan
musik yang direkonstruksi ulang dengan menggunakan perangkat teknologi digital.
Penggunaan teknologi digital dalam pertunjukan musik merupakan solusi untuk
meningkatkan kembali minat masyarakat dalam menyaksikan pertunjukan musik.
Digitalisasi dalam pertunjukan musik adalah totalitas dari seniman musik dalam
berkarya di era digital. Peningkatan dalam aspek pendidikan merupakan salah satu
cara untuk memacu kompetensi siswa maupun pendidik musik dalam menghadapi era
4.0 sehingga totalitas pendidikan musik mampu menghasilkan musisi, pengajar, serta
akademisi musik yang terus berinovasi dan berpikir positif terhadap perkembangan
teknologi digital di Indonesia.
40
Oleh Ir. Lukito Edi Nugroho, M.Sc, Ph.D
I. PENDAHULUAN
Internet of Things (IoT) adalah salah satu teknologi yang akan memasuki
masa-masa kematangannya (maturity) dalam waktu 2-5 tahun mendatang [1]. Ini
berarti IoT siap untuk digunakan untuk mendukung sektor-sektor riil dan dimanfaatkan
potensinya secara penuh untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, aksesibilitas,
dan berbagai akselerasi lainnya. Sebelum masa kematangan ini tiba, tentu saja IoT
sudah mulai mempenetrasi sektor-sektor riil tersebut dan mulai bersentuhan dengan
sistem dan mekanisme yang berjalan saat ini.
Di negara-negara yang sedang berkembang yang sering dianggap tertinggal
(lagging) dalam penerapan teknologi, IoT ternyata telah banyak dimanfaatkan untuk
mengatasi persoalan-persoalan riil di sektor-sektor kesehatan, sanitasi, pertanian, dan
deteksi dini bencana alam [2]. Fakta ini menunjukkan bahwa teknologi tinggi
terekspos ke masyarakat yang awam terhadap teknologi pada kurun waktu yang
cukup dini, bahkan sebelum teknologi tersebut (dalam hal ini adalah IoT) mencapai
40
Anggota Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Gambar 49. Skema WSN dalam penelitian smart farming di kebun pembibitan sawit
Pelaihari
Sebuah simpul (node) sensor terdiri dari seperangkat sensor, satu buah
microprocessor, satu modul komunikasi wifi, dan sistem catu daya berbasis energi
surya, semuanya dipasang dalam sebuah tiang yang dapat dipancangkan di tanah. Di
lokasi pemasangan, simpul-simpul sensor dipasang mengikuti petak-petak pembibitan
yang ingin dimonitor, pada area seluas kira-kira 18 hektar. Lokasi pemasangan
simpul-simpul sensor ditunjukkan pada Gambar 50. Pada Gambar 50 juga
diperlihatkan, selain simpul-simpul sensor juga dipasang sebuah gateway yang akan
meneruskan data hasil bacaan sensor ke server melalui koneksi Internet yang
diwujudkan melalui modem.
D7
II.3 Operasionalisasi
Setelah terpasang dan beroperasi, data bacaan sensor akan dikirimkan
secara periodis ke server yang telah disiapkan. Begitu data tersimpan di server, maka
pengguna dapat mengaksesnya melalui aplikasi komputer yang sudah disiapkan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 51.
Aplikasi ini dapat diakses oleh staf perkebunan yang ditugasi untuk
melakukan pemantauan. Mereka belum pernah menggunakan teknologi pemantauan
berbasis WSN sebelumnya, dan telah mendapatkan pelatihan singkat tentang cara
penggunaan aplikasi pemantau. Mereka juga dilatih untuk melakukan pemeriksaan
sederhana secara visual terhadap kondisi peralatan yang terpasang.
Kedua area penerapan IoT tersebut di atas sesuai dengan kajian oleh Bank
Pembangunan Jerman yang menyatakan bahwa penerapan IoT menjadi relevan
ketika ada kebutuhan yang berulang terhadap pengambilan keputusan yang
memerlukan kecepatan [3].
Terkait pengguna teknologi, seperti telah disampaikan pada Bab I, pengguna
yang masih berpandangan tradisional dan menggunakan metode kerja konservatif
mengalami kesulitan dalam menggunakan teknologi IoT, meskipun hanya untuk
kasus-kasus yang sederhana dan untuk itupun sudah dilaksanakan pelatihan. Untuk
memahami sebuah teknologi canggih, diperlukan pengetahuan dasar yang advanced
41 42
Oleh Emyana Ruth Eritha Sirait dan Dr. Ir. Basuki Yusuf Iskandar, MA
A. Pendahuluan
Data menunjukkan bahwa sektor e-commerce di Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Laporan tahunan yang dikeluarkan We Are Social
tahun 2017 menunjukkan jumlah masyarakat Indonesia yang membeli barang/jasa
melalui e-commerce mencapai 24,74 juta orang, dengan tingkat penetrasi sebesar
9%, dan nilai transaksi pada tahun 2016 mencapai US$5.6 miliar (Kemp, 2017).
Namun, dampak dari peningkatan sektor e-commerce bagi perekonomian nasional
masih belum maksimal. Disatu sisi nilai transaksi perdagangan dan konsumsi
masyarakat bertambah dengan adanya e-commerce, namun disisi lain neraca
perdagangan dalam negeri mengalami defisit karena mayoritas komoditas yang
diperjualbelikan secara daring, khususnya melalui marketplace, merupakan produk
impor. Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 93% listing
daring pada marketplace Indonesia didominasi produk impor
(https://ekonomi.kompas.com, 2018). Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) juaga
mencatat hanya sekitar 6-7% kontribusi produk lokal di semua listing marketplace di
Indonesia (www.indotelko.com, 2018). Hal senada berlaku dengan data Deloitte yang
menyebutkan bahwa baru 27% UKM di Indonesia yang sudah memaksimalkan
penggunaan media sosial dan e-commerce (Deloitte Access Economics, 2015).
Kemajuan sektor e-commerce di tanah air ternyata belum mampu mendorong
peningkatan produksi nasional secara signifikan. Akibatnya, dampak yang dirasakan
belum masif, hanya berat pada sekelompok pemain seperti pelaku pada marketplace
dan importir, sementara daya serap terhadap tenaga kerja lokal masih rendah. Hal ini
terlihat pada pola distribusi produk dalam marketplace (Gambar 52). Jika produk lokal
tidak mampu bersaing pada pasar e-commerce, dikhawatirkan produktivitas nasional
akan menurun dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) lokal yang sebelumnya
bertindak sebagai produsen cenderung memilih menjadi reseller produk impor di
marketplace karena akses memperoleh produk asing lebih mudah dan murah. Lebih
41
Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika
42
Ketua Komisi Teknis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Dewan Riset Nasional 2015-2018;
Badan Litbang SDM, Kementerian Komunikasi dan Informatika
C. Model Implementasi Modal Sosial dan SCM Berbasis TI pada Produksi Kaos
Lokal
Dalam tulisan ini akan diambil studi kasus model manajemen rantai pasok
pada produksi kaos lokal. Produksi kaos dipilih karena proses pembuatan kaos relatif
dapat diterapkan pada lingkungan UKM, dan dalam prosesnya menyentuh hingga ke
pemasok bahan mentah (raw material) dari petani kapas lokal.
Terdapat setidaknya dua alasan pentingnya penerapan manajemen rantai
pasok pada produksi kaos lokal. Pertama, dewasa ini konsumen yang menentukan
atribut-atribut produk yang diinginkan. Permintaan konsumen semakin kompleks yang
menuntut berbagai atribut produk yang lebih lengkap dan rinci. Terlebih pada produk
kaos yang sangat bervariasi bahan baku, model, dan desainnya. Sehingga dengan
menerapkan SCM, diharapkan produsen sebagai supplier dapat lebih responsif
terhadap kebutuhan konsumen dengan kebutuhan biaya lebih rendah. Kedua,
konsumsi masyarakat akan produk kaos sangat tinggi, sementara bahan baku tekstil
dalam negeri 70% berasal dari impor. Menurut data Kementerian Perindustrian, impor
bahan baku tekstil periode Januari-Februari 2017 sebesar US$ 1,38 miliar. Impor
bahan baku tekstil tersebut antara lain sutra, serat tekstil, serat stapel, benang
filamen, benang tenunan, benang rajutan, sulaman atau bordir, dan kain lainnya.
Sementara untuk kapas sebagai bahan baku kain katun, Indonesia bahkan
mengimpor sekitar 99,2 persen dari semua kebutuhan kapas nasional 700 ribu ton per
tahun. Padahal tanaman kapas dapat diupayakan diproduksi di Indonesia, karena
hanya membutuhkan masa kering selama empat bulan untuk menghasilkan kapas
yang bagus. Dan data dari Asosiasi Produsen Serat Dan Benang Filament Indonesia
Gambar 55. Model Sistem SCM berbasis TI dengan modal sosila berjejaring pada
Produksi Kaos
43
Oleh Ir. Sakri Widhianto, S.Teks, MM
1. Abstrak
Potensi rumput laut sebagai sumber pangan di Indonesia sangat besar. Jenis
rumput laut yang dibudidayakan masih terbatas dari 555 jenis rumput laut yang
terdapat di Indonesia, hanya 4 jenis rumput laut yang dibudidayakan besar besaran
yaitu jenis Eucheuma Cottonii, Gracilaria, Eucheuma Spinossum,dan Sargassum
disebabkan nilai komersialnya yang besar. Dengan teknologi pengolahan rumput laut
yang tidak terlalu tinggi rumput laut dapat diproses menjadi berbagai produk pangan,
baik berupa pangan jadi atau berupa bahan baku atau bahan pembantu seperti
berbentuk tepung, bubuk, minyak, ekstrak, konsentrat, dsb sebagai bahan tambahan
pembuatan berbagai produk pangan, dsbnya. Rumput laut yang kaya gizi, mineral
dan vitamin diprediksi akan menjadi produk pangan istimewa dimasa depan terutama
karena tuntutan gaya hidup masyarakat modern terhadap tersedianya makanan
sehat. Karenanya riset dan inovasi rumput laut perlu di tingkatkan baik untuk
diversifikasi jenis-jenis rumput laut sebagai sumber bahan baku maupun untuk
diversifikasi produk pangan jadinya. Kerjasama peneliti dengan industri perlu
diciptakan dan difasilitasi oleh pemerintah agar setiap riset dan inovasi rumput laut
mencapai tingkat komersialisasi dan pemasaran hasil produknya.
2. Pendahuluan
Potensi rumput laut di Indonesia sangat besar. Dari sekitar 10,000 jenis
rumput laut yang ada didunia, terdapat 555 jenis rumput laut yang tumbuh di perairan
laut Indonesia1). Dengan potensi tersebut, maka pengolahan rumput laut di Indonesia
sangat besar untuk dikembangkan, tidak saja karena panjang dan luasnya pantai
pesisir wilayah laut Indonesia untuk tempat tumbuhnya rumput laut, juga karena
penguasaan teknik budidaya rumput laut relatif mudah dikuasai oleh masyarakat
banyak, karenanya rumput laut dapat diolah secara massif sebagai bahan baku
industri untuk dibuat berbagai produk pangan, serta berbagai produk lainnya seperti
produk kosmetik, produk pharmasi, produk cat dan sebagainya.
43
Anggota Komisi Teknis Pangan dan Pertanian, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Gambar 56. Kandungan gizi dan vitamin, mineral rumput laut yang bermanfaat bagi
kesehatan (Sumber: Daftar Pustaka no 9)
Dari 555 jenis rumput laut di Indonesia, terdapat 55 jenis yang diketahui
mempunyai nilai ekonomis 14), namun yang dibudidayakan besar-besaran hanya 4
jenis yaitu jenis Eucheuma Cottonii, Gracilaria, Eucheuma Spinossum,dan Sargassum
disebabkan nilai komersial ekonomi yang paling tinggi.
Mengingat prospek rumput laut sebagai sumber pangan nasional sangat
penting di masa depan serta potensinya yang sangat besar sebagai produk komersial
lainnya, dimana teknologi pengolahannya tidak terlalu tinggi dan dapat diperoleh di
dalam negeri, maka perlu adanya strategi dan kebijakan dari pemerintah untuk
mendorong inovasi dan riset produksi rumput laut sebagai sumber pangan nasional
dimasa depan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional maupun perolehan nilai
tambahnya.
Gambar 57. Keterkaitan rumput laut berbagai tren produk pangan dan
minuman masa depan (Sumber: daftar pustaka no 9)
4. Kesimpulan/penutup
1) Dari 555 jenis rumput laut yang terdapat di Indonesia, hanya sebagian kecil
jenis rumput laut yang telah diketahui kegunaan dan manfaatnya sebagai
produk pangan.
2) Rumput laut yang kaya gizi, mineral dan vitamin diprediksi akan menjadi
produk pangan istimewa dimasa depan terutama karena tuntutan gaya hidup
masyarakat modern terhadap tersedianya makanan sehat.
3) Perlu ditingkatkan aktifitas riset dan inovasi penciptaan produk pangan baru
berbasis rumput laut. Aktifitas riset dan inovasi rumput laut perlu di arahkan
5. Daftar pustaka
1) Alamendah, Jenis dan Manfaat Rumput Laut di Indonesia, Alamendah’blog,
16 Agustus 2004, https://alamendah.org/2014/08/16/jenis-dan-manfaat-
rumput-laut-di-indonesia/, diakses 24 Juni 2018, 06.38
2) Cinduatakacauhariujan blog, Kandungan Gizi dan Manfaat Rumput Laut,25 Maret
2010, https://cinduatakacauhariujan.wordpress.com/2010/03/25/kandungan-
gizi-manfaat-rumput-laut/, diakses 18 Juni 2018, 18.26.
3) Kementerian Perindustrian,Telaahan Pengembangan Dan Peningkatan Nilai
Tambah Rumput Laut, 2017. Hal. 5.
4) Rustam, RUMPUT LAUT: Butuh inovasi produk olahan, Industri,15-1-2013,
http://industri.bisnis.com/read/rumput-laut-butuh-inovasi-produk-olahan,
diakses 18 Juni 2018, 18.45.
5) Sucipto,STP.MP, Berharap Pada Pengembangan Industri Hilir Rumput Laut
Nasional, Prasetya online, 11 Jan 2011, https://prasetya.ub.ac.id/ berita/
Berharap-pada- Pengembangan-Industri-Hilir-Rumput-Laut-Nasional-125-
id.html. diakses 18 Juni 2018. 20.20
6) M. Ambari, Industri Rumput Laut Masih Temui Tantangan Berat, Apa Saja?,
Mongabay, 14 Maret 2018, http://www.mongabay.co.id/industri-rumput-laut-
masih-temui-tantangan-berat-apa-saja/,diakses10 Jun 18, 08.35
7) Boedi S. Julianto, Global Standard Rumput Laut, Senin, JASUDA.Net, 04 Apr
2016 , ; http://www.jasuda.net/beritadtl.php?judul=Global%20
Standard%20Rumput%20Laut&hlm=841, diakses 25 Jun, 2018
8) Monica Watrous, Seaweed The Next Superfood, Food Business News, 22
Maret 2016, https://www.foodbusinessnews.net/articles/7662-seaweed-the-
next-superfood-says-mintel, diakses 23 Juni 2018. 20.22
9) Julian Mellentin, New Nutrition Business: Seaweed the Next Big Opportunity
in Snacking , Nutraceuticals world, 30 Sept 2015.
http://www.nutraceuticalsworld.com/issues/2015-11/view_breaking-
44
Oleh Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc
Abstrak
Pendahuluan
Pangan memegang peran penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai
kebutuhan dasar yang pemenuhannya tidak dapat ditunda. Populasi dunia saat ini
mencapai sekitar 7,5 miliar dan diprediksi menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050 (FAO,
2017). Sedangkan penduduk Indonesia saat ini sekitar 260 juta dan diprediksi menjadi
44
Anggota Komisi Teknis Pangan dan Pertanian, Dewan Riset Nasional 2015-2018
Penutup
Umbi-umbian local merupakan komponen diet yang penting yang masih
terabaikan. Selain sebagai sumber karbohidrat, umbi-umbian juga bermanfaat
sebagai pangan fungsional. Konsumsi umbi-umbian dengan proporsi yang sesuai
akan menambah keanekaragaman diet dan memberikan manfaat kesehatan. Umbi-
umbian berpotensi dikembangkan untuk mencegah penyakit-penyakit degenerative
dan meningkatkan ketahanan pangan. Perlu kebijakan pemerintah yang mendukung
pengembangan umbi-umbian sebagai pangan fungsional untuk memperbaiki pola
konsumsi pangan secara proporsional.
Chandrasekara, A. dan Kumar, J. 2016. Roots and tuber crops as Functional Foods:
A Review on Phytochemical Constituents and Their Potential Health Benefits.
International
Journal of Food Science. Vol: 2016 p 1-15.
FAO. 2017. The future of food and agriculture. Fao.org/publications/fofa
Gardjito, M., Djuwardi, A., dan Harmayani, E. 2013. Pangan Nusantara. Karakteristik
dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan. Kencana Media group.
Gurusmatika, S. et al. 2017. Immunomodulatory activity of octenyl succinic anhydride
modified porang (Amorphophallus oncophyllus) glucomannan on mouse
macrophage-like J774.1 cells and mouse primary peritoneal macrophage.
Molecules. Vol 22(7):1-13
Harmayani, E., Veriani, A. Y. Marsono. 2014. Characterization of glucomannan from
Amorphophallus oncophyllus and its prebiotic activity in vivo. Carbohydrate
Polymers. 112 (2014) 475-479
Harmayani, E., Agnes, M., Griyaningsih. 2011. Karakterisasi Pati Ganyong (Canna
edulis) dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Pembuatan Cookies dan Cendol.
Agritech. 31 No.4 : 297 – 304.
Harmayani, E. Ika Dyah Kumalasari, Y. Marsono. 2011. Effect of arrowroot (Maranta
arundinacea L.) diet on the selected bacterial population and chemical
properties of caecal digesta of Sprague Dawley rats Int. Res. J. Microbiol.
2011 2(8): 278-284
Harmayani, E, and Lily Arsanti Lestari, 2010. Arrowroot (Marantha arundinaceae) as
Healthy Food : Effect of Arrowroot Starch on Colonic Microbiota and Short
Chain Fatty Acid Profile of Cecal in Balb/c Mice. Poster Presentation in
International Symposium on Healthy Lifestyle. Yogyakarta 25-26 February
2010.
Harmayani, E., Sri Raharjo, T. Sugahara, and Ika Dyah K., 2009. Evaluation of
Immunostimulation Effect of Arrowroot. Oral Presentation on Perhimpunan
Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Jakarta, 3-4 November 2009.
a a
Kumalasari , I.D., Nishi, K., Harmayani, E., Raharjo, S., Sugahara, T. 2013 . Effect of
bengkoang (Pachyrhizus erosus) fiber extract on murine macrophage-like
J774.1 cells and mouse peritoneal macrophages. Journal of Functional Food.
b b
Kumalasari , I.D.,Nishi, K., Harmayani, E., Raharjo, S., Sugahara, T. 2013 .
Immunomodulatory activity of Bengkoang (Pachyrhizus erosus) fiber extract in
vitro and in vivo. Cytotechnology DOI 10.1007/s10616-013-9539-5.
Jika para pendiri negara meneriakkan semboyan merdeka atau mati sehingga
mengantarkan bangsa ini menjadi merdeka dan berdaulat, tidaklah berlebihan bila kita
sekarang ini perlu menggelorakan semboyan inovati atau mati. Tujuan kemerdekaan
yang diantaranya adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa nampaknya belum sepenuhnya dicapai. Hal ini diindikasikan oleh
berbagai indikator diantaranya masih rendahnya pendapatan perkapita, masih
lebarnya kesenjangan sosial dan antar daerah, masih rendahnya human development
index dan masih rendahnya daya saing. Kondisi ini dipicu oleh rendahnya
kemampuan inovasi kita dalam mendayagunakan hasil riset untuk memproduksi
berbagai komoditas yang dibutuhkan baik untuk pasar domestik maupun global. Mata
rantai riset sampai dengan hilirilisasi dan komersialisasi tersebut memberikan nilai
tambah baik dalam bentuk lapangan pekerjaan maupun peningkatan pendapatan
yang pada giliranya membawa kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Hubungan
linier antara kemampuan inovasi suatu bangsa dengan kemakmuran ditunjukkan oleh
bangsa-bangsa yang telah merengkuh kemakmuran seperti Jepang, Korea Selatan,
Taiwan, Singapura, China dan tentu saja Negara-negara dibelahan Eropa dan
Amerika. China membuktikan bahwa kemampuan inovasinya mampu menguasai
pasar dunia dengan berbagai produk dari yang sophisticated seperti teknologi
informasi sampai peralatan rumah tangga yang sederhana.
Sesungguhnya semangat inovasi itu secara implisit telah diamanatkan oleh
Tri Sakti Bung Karno yang yang diadopsi kedalam Nawa Cita yakni berdikari (berdiri
diatas kaki sendiri) dibidang ekonomi. Pilar Nawacita yang keenam juga dengan jelas
menetapkan perlunya meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
internasional. Berdikari dan daya saing internasional dimaksud rasanya masih jauh
panggang dari api. Ekspor kita masih dalam bentuk barang mentah dan setengah
jadi, sedangkan disisi lain kita harus mengimpor berbagai produk manufaktur dengan
harga yang berlipat. Ketergantungan kita dengan produk dan komponen luar negeri
hampir disemua bidang mulai dari pertanian dan pangan, material, energi, alat
kesehatan dan obat sampai persenjataan pertahanan dan keamanan. Telah diuraikan
pada prolog begitu banyak faktor yang memicu lemahnya inovasi dinegeri ini, mulai
dari tidak selarasnya kebutuhan dunia industri dengan hasil-hasil riset, ketidak
percayaan dunia industri dengan hasil riset, ekosistem inovasi seperti kelembagaan,
dukungan finansial serta komitmen politik yang tidak mendukung. Jika kita tidak ber
hijrah, niscaya kita terus tertinggal dan meskipun secara lahiriah masih eksis tetapi
sesungguhnya mati dalam kreativitas dan inovasi.