Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PRAKTEK INDUSTRI

ANALISIS SIX SIGMA PADA PT INDOFOOD

Disusun oleh :
Nama

: Donny Dharmawan

NPM

: 32413640

Jurusan

: Teknik Industri

Pembimbing :

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2015

I.

JUDUL
ANALISIS SIX SIGMA PADA PT INDOFOOD Tbk. UNTUK PRODUK

KEMASAN INDOMIE GORENG.


II.

LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan manufaktur yang menghasilkan jumlah produk yang besar,

banyak permasalahan yang sering terjadi. Hal tersebut disebabkan proses produksi
merupakan sebuah sistem yang melibatkan banyak elemen sistem yang kompleks.
Sebagai salah satu perusahaan yang menghasilkan produk secara massal, PT
Indofood juga tidak lepas dari berbagai permasalahan yang ada. Permasalahan ini
terkait dengan adanya kecacatan atau ketidaksesuaian produk yang dihasilkan dengan
spesifikasi yang diinginkan. Berdasarkan data pada bulan Agustus 2015 diketahui
bahwa produk yang mengalami kecacatan minor sebesar 5,35% dan kecacatan mayor
sebesar 33,82%.
Persentase produk yang besar menunjukkan bahwa terjadi masalah pada
proses produksi sehingga mengakibatkan kecacatan pada produk. Masalah pada
proses produksi dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti penggunaan material yang
kurang baik atau komposisi yang tidak sesuai, kerusakan pada mesin, operator yang
kurang ahli, metode kerja yang salah, dan sebagainya. Karakteristik kecacatan dapat
berbeda sesuai dengan masalah yang dialami pada proses produksinya sehingga perlu
diidentifikasi penyebab dan akibat dari proses produksi tersebut.
Pengidentifikasian masalah tidak dapat dilakukan dengan hanya menebak saja
tetapi perlu pengetahuan mengenai akar penyebab masalah tersebut. Penyebab dari
kecacatan dapat berbeda-beda seperti komponen yang rusak akan menyebabkan
kecacatan produk berupa tidak simetrisnya bagian kiri dan kanan dari botol,
sedangkan penyetelan mesin yang kurang baik akan menyebabkan karakterisrik
kecacatan yang berbeda, maka analisis terhadap masalah tersebut perlu dilakukan
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dari masalah yang terjadi.

Kecacatan produk adalah akibat dari suatu proses, dan sebuah akibat pasti ada
penyebabnya. Mencari penyebab masalah tidak dapat dilakukan apabila tidak
diketahui bagaimana proses terjadi, sehingga untuk menganalisis suatu kecacatan
produk diperlukan pengetahuan mengenai proses produksi.
Masalah yang terus terjadi dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahun
mengenai akar penyebab masalah tersebut, sehingga tindakan yang benar tidak dapat
dilakukan. Adakalanya akar penyebab masalah sudah diketahui namun karena
kurangnya pengendalian maka masalah tersebut terjadi kembali. Oleh karenanya
perlu adanya analisis mengenai penyebab masalah dan bagaimana cara untuk
mencegah masalah tersebut terulang kembali.
Salah satu teknik pengendalian kualitas yang menganalis proses dari tahap
awal yaitu mendefinisikan masalah hingga pengendalian untuk mencegah masalah
tersebut terulang adalah dengan menggunakan enam sigma lima fase. Metode ini
berusaha menganalisis mengenai menyebab kecacatan produk sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan memberikan konsep pengendalian agar kesalahan dapat
dicegah. Pada tahap awal dari metode lima fase adalah mendefinisikan masalah,
tujuan pada tahap ini untuk memberikan gambaran awal mengenai proses produksi
yang dilakukan dan jenis kecacatan apa yang terjadi pada proses serta jenis kecacatan
apa yang sering terjadi.
Pada tahap kedua adalah mengukur, tahap ini mencoba untuk memberikan
gambaran mengenai bagaimana kestabilan proses sehingga dapat diketahui apakah
proses mampu atau tidak. Hasil dari tahap mendefinisikan masalah dan pengukuran
dapat dijadikan bahan untuk melakukan analisis dan kemudian dapat ketahui apa
yang sebaiknya dilakukan untuk memperbaiki proses dan mengendalikan proses
tersebut.
III.

TUJUAN PRAKTEK INDUSTRI

Praktek industri yang dilakukan memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.
Adapun tujuan dari praktek industri ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengendalian kualitas yang dilakukan PT Indofood
2. Menganalisis penyebab kecacatan yang terjadi pada produk yang dihasilkan.
3. Mengukur kestabilan proses
4. Mendeskripsikan tingkat sigma PT Indofood
5. Mendeskripsikan perbaikan yang perlu dilakukan.
6. Mendeskripsikan pengendalian yang perlu dilakukan untuk mencegah masalah
terulang kembali.
IV.

BATASAN MASALAH
Pembatasan masalah pada penelitian ini terbatas pada analisis enam sigma

untuk produk kemasan indomie goreng, penelitian dilakukan di PT. Indofood, produk
yang dihasilkan menggunakan mesin DKM - B10 D, data yang digunakan adalah data
kecacatan untuk bulan Agustus 2015

V.

LANDASAN TEORI

V.1

Definisi Kualitas
Dalam perkembangan ilmu kualitas, banyak definisi yang diberikan oleh par

ahli mengenai kualitas. Kualitas dapat diartikan sebagai jumlah keistimewaan atau
keunggulan produk yang memenuhi keinginan konsumen sehingga memberikan
kepuasan atas penggunaan produk itu (Mutis dan Gaspersz, 2004: 4). Menurut
Feighenbaum

(1991),

mengatakan

bahwa

kualitas

merupakan

keseluruhan

karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, manufaktur, dan perawatan
dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan
kebutuhan atau harapan pelanggan.
V.2

Tujuan Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas adalah aktivitas pengendalian proses untuk mengukur


ciri-ciri kualitas produk, membandingkannya dengan spesifikasi atau persyaratan dan
mengambil tindakan penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara
penampilan yang sebenarnya dan yang standar (Purnomo, 2003: 242). Dalam
melakukan suatu kegiatan agar dapat terarah tentu harus terdapat tujuan sehingga
segala sesuatunya mengarah untuk mencapai tujuan tersebut, dalam hubunganya
dengan kualitas maka tujuan dari kualitas dapat dikatakan sebagai suatu target yang
berorientasi pada kualitas (Juran, 1995: 29).
Suatu perusahaan industri melakukan pengendalian kualitas bertujuan untuk
menyediakan produk dan jasa yang berkualitas yang dirancang, dibuat, dipasarkan
dan dipelihara dengan biaya yang sangat ekonomis agar pelanggan dapat kepuasan
penuh (Feigenbaun, 1996: 5). Sedangkan Purnomo (2003: 242), mengatakan bahwa
tujuan dari pengendalian kualitas adalah untuk mengendalikan kualitas produk atau
jasa yang dapat memuaskan konsumen. Aktivitas pengendalian kualitas pada
umumnya meliputi pengamatan terhadap performansi produk atau proses,
membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku,
mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup
signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan untuk mengoreksinya.
V.3

Alat dan Teknik Perbaikan Kualitas


Ada beberapa alat yang sering digunakan dalam memperbaiki kondisi

perusahaan untuk dapat meningkatkan mutu produk atau jasa yang dihasilkannya.
Teknik dan alat tersebut dapat berwujud 2 jenis, yaitu yang menggunakan data verbal
dan yang menggunakan data numerik.
Alat-alat yang mengunakan data verbal antara lain diagram alir, wawancara,
dan diagram sebab akibat (Ariani, 2004: 17). Diagram alir adalah gambaran skematik
atau diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses dan
menunjukkan bagaimana langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Diagram alir

digambarkan dengan simbol-simbol dan setiap orang yang bertanggung jawab untuk
memperbaiki suatu proses harus mengetahui seluruh langkah dalam proses tersebut.
Alat-alat yang mengunakan data numerik antara lain lembar pengecekan,
diagram pareto, histogram, diagram penyebaran, peta kontrol (Ariani, 2004: 17).
Lembar pengecekan adalah alat yang sering digunakan untuk menghitung seberapa
sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan pencatatan
data. Diagram pareto dikembangkan oleh seorang ahli yang bernama Vilfredo Pareto
merupakan alat yang digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian
yang disusun menurut ukurannya untuk menentukan pentingnya atau prioritas
kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang akan dianalisis, sehingga
dapat memusatkan perhatian pada sebab-sebab yang mempunyai dampak terbesar
terhadap kejadian tersebut.
V.4

Peta Kontrol
Peta kontrol pertama kali diperkenalkan kepada industri oleh Walter Shewhart

pada pertengahan 1902-an di Amerika Serikat. Peta kontrol membantu menjamin


bahwa hanya barang atau jasa yang memenuhi syarat yang diproduksi dengan cara
memantau rata-rata proses yang diharapkan berada didalam batas atas dan batas
bawah secara statistik. Peta kontrol merupakan alat untuk mengawasi kualitas dengan
mudah sehingga mudah untuk menentukan keputusan apa yang harus diambil jika
terjadi produk yang menyimpang (Purnomo, 2003: 254).
Didalam peta kontrol terdapat garis tengah yang merupakan nilai rata-rata
karakteristik kualitas yang berkaitan dengan keadaan terkontrol, dan garis garis
mendatar yang dinamakan batas kontrol atas (BKA), dan batas kontrol bawah (BKB).
Suatu proses dikatakan terkendali apabila titik sampel terletak diantara kedua garis
BKA dan BKB sehingga tidak ada satupun titik yang berada diluar batas kontrol
tersebut, sebaliknya jika suatu titik terletak diluar batas pengendali maka proses

tersebut tak terkendali dan diperlukan tindakan penyelidikan untuk mengetahui


penyebabnya dan seterusnya dilakukan tindakan perbaikan. Sumber: Gaspersz (2001)
V.5

Enam Sigma
Enam sigma adalah sebuah sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk

mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis (Pande dkk, 2003).


Enam sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis
statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan menanamkan
kembali proses bisnis. Enam sigma juga dapat dikatakan sebagai tingkat ekivalen
kinerja proses untuk memproduksi hanya 3,4 cacat untuk setiap juta peluang operasi
(Pande dkk, 2003: 440).
Kata sigma merupakan istilah yang secara statistik berarti standar deviasi,
yang menggambarkan seberapa jauh variasi proses dan nilai rata-ratanya dalam arah
positif dan negatif (Ariani, 1999: 156). Hubungan antara sigma dengan kualitas
proses manufaktur adalah bahwa standar deviasi dapat digunakan untuk menekan
jumlah yang rusak yang diharapkan dalam proses produksi. Caranya adalah dengan
menggunakan perencanaan dan pengendalian mutu enam sigma. Hal ini dapat
dibandingkan seperti ditunjukkan Tabel 1.1 berikut (Ariani, 2004).
Level sigma
1
2
3
4
5
6

Tabel 1.1 Level 6 sigma


Produk baik
68,27 %
95,45 %
99,73 %
99,9937 %
99,999943 %
99,9999998 %

Produk cacat
31,73 %
4,55 %
0,27 %
0,0063 %
0,000057 %
0,0000002 %

Enam sigma dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Enam sigma adalah cara
mengukur proses, tujuannya mendekati sempurna, disajikan dengan 3,4 cacat per
sejuta kesempatan. Sebuah pendekatan untuk mengubah budaya organisasi,
sekalipun demikian yang paling tepat enam sigma didefinisikan sebagai sebuah

sistem yang luas dan komprehensif untuk membangun dan menopang kinerja,
sukses dan kepemimpinan bisnis (Pande dkk, 2002: 82).

V.6

Metode Lima Fase


Salah satu metode enam sigma yang banyak digunakan dewasa ini adalah

menggunakan sistem perbaikan lima fase. Metode lima fase ini terdiri dari
mendefinisikan masalah, mengukur, menganalisis, perbaikan, dan pengendalian.
Metode lima fase mencoba untuk memperbaiki proses yang ada dengan cara mencari
penyebab masalah pada suatu proses lalu menganalisis masalah tersebut hingga
akhirnya didapat teknik perbaikan dari masalah yang dihadapi. Alur perbaikan proses
enam sigma dengan metode lima fase dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut (Pande dkk,
2002).
Tabel 1.2 Garis besar jalur perbaikan proses dan perancangan atau perancangan ulang
proses dalam model 5 fase
Tahapan
Perbaikan Proses
Desain / Desain Ulang Proses
Mendefinisikan
Identifikasi masalah.
Identifikasi msalah spesifik atau garis besar.
Masalah
Menentukan persyaratan.
Menentukan tujuan atau mengubah visi.
Menetapkan tujuan.
Klarifikasi jangkauan dan persyaratan
pelanggan.
Mengukur
Validasi masalah atau proses. Mengukur penampilan untuk persyaratan.
Menyaring masalah atau Mencari proses efisiensi data.
tujuan.
Mengukur langkah kunci
atau input.
Analisis
Identifikasi beberapa akar Identifikasi praktek terbaik.
masalah penting.
Menaksir proses desain.
Menyaring persyaratan.
Pengembangan
Mengembangkan ide untuk Mengembangkan ide untuk mengurangi akar
meniadakan akar masalah.
masalah.
Standarisasi
solusi
atau
mengukur hasil.
Pengendalian
Membuat
prosedur Membuat prosedur pengendalian proses
pengendalian
proses produksi.
produksi.

VI.

METODE PENELITIAN

VI.1

Jenis Penelitian
Berdasarkan judul, permasalahan, dan tujuan penelitian maka jenis penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
merupakan pengungkapan suatu fakta. Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi
(2002 : 44) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data yang ada, jadi penelitian ini
menganalisis dan menginterpretasi.
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai masalah
kecacatan produk yang dihadapi PT. Indofod. Dengan menggunakan enam sigma,
dapat dilakukan analisis mengenai kestabilan proses,kecacatan produk, level sigma
hingga akhirnya memberikan saran berdasarkan fakta yang ada dilapangan mengenai
perbaikan yang perlu dilakukan.
VI.2

Jenis Data
Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer berupa hasil wawancara dengan berbagai pihak yang mengerti
mengenai permasalahan yang terjadi. Data sekunder yang digunakan adalah data
hasil rekapitulasi kecacatan produk kemasan indomie goreng dalam waktu satu bulan
kerja.
VI.3

Populasi dan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan hasil rekapitulasi

kecacatan produk kemasan indomie goreng untuk proses menggunakan mesin DKM
B-10D. Data yang digunakan untuk menganalisis yang diambil sebagai sampel adalah
data rekapitulasi kecacatan produk kemasan indomie goreng untuk jangka waktu satu
bulan produksi.

VI.4

Teknik Pengumpulan Data


Data yang diambil akan digunakan sebagai bahan untuk menganalisis

kecacatan produk dan menganalisis kestabilan proses. Data yang diperlukan


ditunjukkan oleh Tabel 1.3 berikut
Data
Data kecacatan produk

Wawancara

Tabel 1.3 Data yang dibutuhkan untuk penelititan


Sumber
Teknik Pengumpulan Data
PT Indofood Tbk.
Diperoleh
dengan
cara
menggunakan
rekapitulasi data kecacatan produk kemasan
indomie goreng untuk waktu produksi satu
bulan.
PT Indofood Tbk.
Melakukan wawancara kepada berbagai pihak
yang mengerti terhadap permasalahan yang
terjadi untuk mendapatkan gambaran mengenai
penyebab dari masalah tersebut dan bagaimana
cara mengatasi permasalahan yang ada.

VI.5

Teknik Pengolahan Data

VI.5.1

Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Informasi yang dibutuhkan


didapat dari hasil pengamatan secara langsung terhadap proses produksi yang
berjalan. Dari hasil pengamatan didapat berbagai masalah yang perlu dianalisis.
VI.5.2

Metode Lima Fase


Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan metode lima fase.

Metode lima fase merupakan metode yang menganalisis permasalahan mulai dari
tahap mendefinisikan masalah hingga tahap pengendalian, adapun urutan metode
lima fase ini ditunjukkan oleh Gambar 1.4 berikut

Gambar 1.4 Pengolahan data dengan metode lima fase

Tahap awal metode lima fase adalah dengan mendefinisikan masalah,


yaitu masalah apa yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap kualitas produk.
Pada tahap ini digunakan diagram pareto dan diagram aliran proses, diagram pareto
digunakan untuk mendeskripsikan kecacatan yang ada pada produk kemasan indomie
goreng, sedangkan diagram aliran proses digunakan untuk mendeskripsikan aliran
proses produksi kemasan indomie goreng.
Tahap kedua dalam metode lima fase adalah tahap pengukuran data,
dimana pada tahap ini dilakukan uji normalitas dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak SPSS. Pembuatan peta kendali digunakan untuk mengetahui apakah
proses berada pada batas kontrol atau tidak, mengukur kapabilitas proses untuk
mengetahui kemampuan proses, dan mendeskripsikan tingkat sigma PT. Indofood.
Tahap ketiga dalam metode lima fase adalah tahap analisis data, pada
tahap ini dilakukan analisis mengenai penyebab kecacatan dengan menggunakan
diagram sebab akibat, membuat tabel analisis kegagalan untuk mengetahui pola
kegagalan dari produk kemasan indomie goreng. Pembuatan tabel analisis kegagalan
didasarkan atas data hasil wawancara dengan pihak yang mengerti bagaimana
terjadinya kecacatan pada proses.

Tahap perbaikan merupakan tahapan untuk menguraikan apa yang


sebaiknya dilakukan agar kecacatan dapat diminimalisir atau bahkan dihilangkan,
tahap perbaikan ini didasarkan atas keterangan-keterangan yang didapat dari hasil
wawancara dengan pihak terkait yang mengerti mengenai permasalahan yang ada
pada proses. Tahap pengendalian merupakan tahapan untuk mengidentifikasi suatu
konsep perbaikan, misalnya dengan memperbaiki prosedur standar operasi yang
sudah ada sehingga kecacatan pada produk dapat dihindari.
VII.

JADWAL PENELITIAN
Jadwal kegiatan penelitian pada PT. Indofood Tbk berlangsung selama satu

bulan penuh yaitu pada bulan Agustus 2015. Rincian lengkap dari jadwal penelitian
selama satu bulan penuh terdapat pada lampiran.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Dorothea Wahyu. 1999. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: Universitas
Atmajaya Yogyakarta. ANDI.
.

,2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif

Dalam Manajemen Kualitas). Yogyakarta: ANDI.


Feigenbaum, A.V. 1996. Kendali Mutu Terpadu. Jakarta: Erlangga.
Garrity, Susan M. 1993. .Basic Quality Improvement. New Jersey: Prentice Hall.
Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Ishikawa, Kaoru. 1986. Pedoman Pengendalian Mut. Jakarta: Idayus.
Juran, J.M., Gryna, Frank M. 1993. Quality Planning and Analysis, Third Edition.
New York: Mcgraw Hill.
Mutis, Thoby dan Vincent Gaspersz. 2004. Nuansa Menuju Perbaikan Kualitas dan
Produktivitas. Jakarta: Universitas Trisakti.

Nasrullah, Reza dan Suryadi. 1996. Pengantar Teknik Industri. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
Purnomo, Hari. 2003. Pengantar Teknik Industri. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Tunggal, Amin Widjaja. 1993. Manajemen Mutu Terpadu Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pande, dkk. 2002. The Six Sigma Way Bagaimana GE, Motorola dan Perusahaan
Terkenal Lainnya mengasah Kinerja Mereka. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai