Anda di halaman 1dari 14

BAHAN AJAR

PRODUK KREATIF DAN KEWIRAUSAHAAN

DISUSUN OLEH:
HANNI ALQILI LAURY, S.T.
MAHASISWA PPG DALJAB KATEGORI 1 GELOMBANG 2

TEMA
MENGANALISIS PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE
PRODUK BARANG/JASA
A. Kompetensi dasar
3.5. Menganalisis Proses Kerja Pembuatan Prototype Produk Barang/Jasa

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.5.1. Menyusun Tahapan-tahapan Pembuatan prototype produk barang/jasa
3.5.2. Membandingkan keunggulan dan kelemahan prototype (C6)
3.5.3. Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa (C4)
4.5.1. Mensketsa macam-macam bentuk prototype (P5)
4.5.2. Menentukan bentuk prototype (P5)

C. Materi
Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk
merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut
keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang.

Tahapan Pembuatan Prototype Dan Kemasan Produk Barang/Jasa


Tahapan prototype sebelum mendesain produk barang atau jasa ada beberapa tahapan
yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut :

a) Pendefenisian produk
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan
perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum yang melibatkan
keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b) Working Model
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruahan dan di buat
pada skala yang sepelunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk, dan
menenmukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah di buat.Working model juga
dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototype rekayasa.
c) Prototipe rekayasa (engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model, namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas
maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu
agar dapat diteruskan menjadi prototype produksi atau untuk dilanjutkan pada tahap produksi.
Prototype rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja opersioanal dan kebutuhan
rancangan system produksi.
d) Prototipe produksi (production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja
dan daya tahan produk dan partnya.
e) Qualifield production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam
jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang
diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu
memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan,
regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus
breakeven dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
f) Model
Model merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look– like–
models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang
diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan
lingkungan produk maupun lingkungan user.
Diagram alur proses produksi ini harus dibuat secara jelas terlebih dahulu sebelum suatu
proses produksi dijalankan. Berdasarkan diagram alur proses produksi tersebutlah pengetesan
dan monitoring atas barang dalam proses produksi (work in process) harus dilakukan agar
produk akhir bermutu sesuai dengan rencana. Seandainya timbul variasi mutu pun, tingkat
toleransinya dari penyimpan masih dalam batas-batas yang dapat diterima. Artinya, melalui tes-
tes pada berbagai tahapan proses produksi harus dilakukan agar bila terjadi komponen atau
barang yang cacat (defect) dapat segera diketahui untuk segera ditindak lanjuti. Masing-masing
jenis industri manufaktur mempunyai diagram alur proses produksi yang berbeda satu sama lain
karena produk yang harus dihasilkan berbeda. Bahkan untuk produk yang sejenis pun, diagram
alur proses produksinya belum tentu persis sama karena masing-masing mempunyai ciri khas
atau spesifikasi sendiri-sendiri.
Diagram alur proses produksi yang berbeda produk, misalnya diagram alur proses
produksi tekstil sama sekali berbeda dengan diagram alur proses produksi pembuatan obat-
obatan (farmasi). Akan tetapi, walaupun sama-sama industri manufaktur farmasi (obat-obatan),
diagram alur proses produksinya dapat berbeda, misalnya yang satu berbentuk tablet, sedangkan
yang lain berbentuk cair.

Prosedur pengawasan mutu produk


Pengawasan atas mutu suatu barang hasil produksi, seyogyanya meliputi pengetahuan
hal-hal berikut :
a. Kerusakan dan Mutu Produk
Seperti telah dijelaskan bahwa suatu barang (jasa) dibuat melalui suatu proses. Proses pembuatan
tersebut disesuaikan dengan bentuk dan mutu barang yang ingin dihasilkan.

b. Mencegah atau Menghindarkan Terjadinya Kerusakan Barang (produk)


Kiat utama dari pencegahan kerusakan suatu produk sebenarnya sangat sederhana saja, yakni
kerusakan harus dicegah sebelum terjadi.
c. Kendali Mutu Terpadu
Uraian di atas menunjukkan bahwa mencegah terjadinya kerusakan produk selama proses
produksi, berarti mengadakan suatu rangkaian kegiatan terpadu dalam pengendalian mutu. Bila
ada pengendalian atau controlling atas mutu tentunya harus dimulai sejak perencanaan
(planning) mutu produk bersangkutan. Antara tahap perencanaan dan tahap seperti
pengorganisasian (organizing) dan pelaksanaan (actuating) harus disertai pengawasan mutu. Hal
ini memberi gambaran bahwa manajemen mutu (quality management) meliputi berbagai apsek
keikutsertaan (participation) dari berbagai pihak di dalam perusahaan yang menghasilkan suatu
produk yang mutunya harus dikendalikan.

Jenis-jenis pengawasan mutu produk


1. Pemantauan Mutu Bahan-Bahan
Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu yang direncanakan? Hal ini perlu
diamati sejak rencana pembelian bahan, penerimaan bahan di gudang, penyimpanan di gudang,
sampai dengan saat bahan baku tersebut akan digunakan.
2. Pemantauan Proses Produksi
Bahan baku yang telah diterima di gudang, selanjutnya akan diproses dalam mesin-mesin
produksi untuk diolah menjadi barang jadi. Dalam hal ini, selain cara kerja peralatan produksi
yang mengolah bahan baku dipantau, juga hasil kera mesin-mesin tersebut dipantau agar
menghasilkan barang sesuai yang direncanakan.
3. Pemantauan Produk Jadi
Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan rencana
ukuran dan mutu atau tidak. Sekaligus untuk mengetes mesin yang mengolah selama proses
produksi. Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan bentuk, ukuran, dan mutu yang
direncanakan maka produk-produk tersebut dapat digudangkan.
Selanjutnya dipasarkan (didistribusikan). Namun bila terdapat barang yang cacat maka barang
tersebut harus dibuang atau remade dan mesin perlu disetel kembali agar beroperasi secara
akurat.
4. Pemantauan Pengepakan
Bungkus dapat merupakan alat untuk melindungi barang agar tetap dalam kondisi sesuai dengan
mutu.

Pemecahan masalah mutu dengan statistik


Metode statistik diketahui telah digunakan sejak lama dalam rangka membantu
perusahaan dalam masalah tertentu yang kompleks. Walaupun demikian, metode statistik
sebenarnya mempunyai ketentuan tertentu dalam pelaksanaannya. Suatu hal yang perlu diketahui
adalah bahwa dalam industri ternyata statistik merupakan salah satu alat untuk pengendalian
mutu, termasuk dalam pencegahan kerusakan barang (defect prevention).
Alasan digunakan metode statistik dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut:
v Ø Menghitung jumlah kerusakan barang dalam proses produksi.
v Ø Kerusakan atau cacatnya barang, sebenamya merupakan akibat terjadinya penyimpangan
(variasi atau deviasi) dalam proses produksi. Metode statistik dapat memberi gambaran tentang
penyimpangan-penyimpangan tersebut.
Misalnya, produk yang dihasilkan dari suatu proses yang tidak mengalami penyimpangan
(deviasi), tentu saja produk tersebut tidak mengalami kerusakan. Akan tetapi, mengingat proses
produksi merupakan kombinasi mesin-mesin dan orang-orang maka bisa terjadi kekeliruan
sehingga produk yang dihasilkan mengalami penyimpangan (deviasi). Dalam hal yang terakhir
inilah peranan statistik untuk mengurangi terjadinya penyimpangan, yang berarti pula
mengurangi kerusakan produk akhir.
Secara umum dari metode statistik dapat diperoleh suatu gambaran tentang data sampel
yang dianalisis. Gambar tersebut dapat memberikan visualisasi dengan jelas tentang data tersebut
sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan (kerusakan) atau tidak.
Dari hal pengendalian mutu, peranan seorang supervisor mutu sangat berperan terutama
dalam hal mengumpulkan data statistik, menganalisis, dan menyimpulkannya. Seorang
supervisor mutu dapat memberikan informasi yang cepat dan tepat kepada pihak manajemen
tentang hasil produk, apakah di bawah atau sesuai dengan standar mutu yang direncanakan.

Alat kendali mutu


Dengan Statistic Quality Control diperoleh alat bantu kendali mutu berupa diagram dan
histogram.
1. Diagram Pengendati Mutu (Quality Control Chart)
Dari tiap jenjang dalam DAP, Anda, dapat membuat suatu rencana kerja pemantauan agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Pada tahap ini Anda, membuat
suatu control chart (diagram pengendali) yang dapat digunakan untuk memperoleh gambar atau
diagram sebab akibat (DSA) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Cause and Effect
Diagram (CED).
2. Histogram
Dari diagram kontrol (diagram kendali) yang dik:umpulkan secara statistik pada berbagai tahap
atau jenjang kegiatan, Anda, kemudian dapat membuat suatu histogram mutu. Bila terdapat
penyimpangan, Anda akan mengetahui berapa besar penyimpangannya dan faktor apa yang
menyebabkannya. Selanjutnya, mungkin perlu dibuat suatu tindakan koreksi atau. perbaikan.
3. Peranan Komputer
Secara umum dapat dikemukakan di sini bahwa berbagai kegiatan pengendalian, terutama pada
perusahaan besar, seyogianya menggunakan program komputer sesuai dengan kebutuhan.
Tetapi, patut Anda ketahui bahwa komputer hanyalah merupakan alat bantu analisis. Adapun
faktor yang penting dalam pengendalian mutu adalah manusia.
Bentuk Prototype
Berdasarkan karakteristiknya prototipe sebuah sistem dapat berupa low fidelity dan high
fidelity. Fidelity mengacu kepada tingkat kerincian sebuah sistem (Walker et al, 2003). Low
fidelity prototype tidak terlalu rinci menggambarkan sistem. Karakteristik dari low fidelity
prototype adalah mempunyai fungsi atau interaksi yang terbatas, lebih menggambarkan kosep
perancangan dan layout dibandingkan dengan model interaksi, tidak memperlihatkan secara rinci
operasional sistem, mendemostrasikan secara umum feel and look dari antarmuka pengguna dan
hanya menggambarkan konsep pendekatan secara umum (Walker et al, 2003).
Prototipe ini mempunyai interaksi penuh dengan pengguna dimana pengguna dapat
memasukkan data dan berinteraksi dengan dengan sistem, mewakili fungsi-fungsi inti sehingga
dapat mensimulasikan sebagian besar fungsi dari sistem akhir dan mempunyai penampilan yang
sangat mirip dengan produk sebenarnya (Walker et al, 2003).
Fitur yang akan diimplementasikan pada prototipe sistem dapat dibatasi dengan teknik
vertikal atau horizontal. Vertical prototype mengandung fungsi yang detail tetapi hanya untuk
beberapa fitur terpilih, tidak pada keseluruhan fitur sistem. Horizontal prototype mencakup
seluruh fitur antarmuka pengguna namun tanpa fungsi pokok hanya berupa simulasi dan belum
dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya (Walker et al, 2003).
Kita bisa menganalisis kegiatan prototyping berdasarkan empat dimensi sebagai berikut :
a. Dimensi Representasi, Dimensi Representasi berarti menggambarkan bentuk prototype,
misalnya potongan lis dan panel gypsum, potongan dempul, dan lainnya.
b. Dimensi Presisi, Dimensi Presisi menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan
dievaluasi; Dalam dimensi tersebut, bentuknya kasar atau halus.
c. Dimensi Interaktif, Dimensi Interaktif menggambarkan sejauh mana hubungan antara
konsumen dengan prototype yang dibuat oleh seorang wirausaha. Misalnya, apakah pihak
pembeli menyukai layanan dan produk kreatif yang ditawarkan.
d. Dimensi Evolusi, Dimensi Evolusi menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu
prototype, misalnya prototype tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.

Tahapan-tahapan dalam Prototyping


Tahap-tahap dalam prototyping boleh dikatakan merupakan tahap-tahap yang dipercepat.
Strategi utama dalam Prototyping adalah kerjakan yang mudah terlebih dahulu dan sampikan
hasil kepada pengguna sesegera mungkin.

Prototyping dibagi ke dalam enam tahapan sebagai berikut :


a. Mengidentifikasi model prototype. Dalam bagian ini, pihak wirausahawan menjadi
mengerti apa saja yang ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
b. Rancang bangun prototype. Dalam rancang bangun bisa dibantu oleh seperangkat
computer serta software CASE (Computer-Aided System Engineering) supaya bisa
mendesain produk yang baru dan kompeten.
c. Uji prototype untuk memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan
demonstrasi.
d. Siapkan prototype USD (User’s System Diagram) untuk mengidentifikasi bagian-bagian
dari produk yang di- prototype-kan.
e. Evaluasi dengan pengguna untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika
diperlukan.
f. Tranformasikan prototype menjadi produk nyata dan dibutuhan konsumen sebagai
sebuah sampel atau contoh.

Faktor-faktor Penentu dalam Proses Strategi Pembuatan Prototype


Berikut ini disajikan berbagai faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping :
1. Prototyping bisa berupa subsistem, serangkaian dari beberapa subsistem, atau
keseluruhan system. Kita akan membuat sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang
bisa dilakukan adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebih kecil yang
masing-masing subsistem dapat dianalisis berdasarkan strategi yang paling optimal.
2. Melakukan Prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan Prototyping
atas satu konsep. Ketika hanya ada satu atau dua konsep produk saja yang
memungkinkan besar akan dipilih untuk dikembangkan, perkembangan prototype dalam
jumlah banyak pada masa awal akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.
3. Pembuatan prototype bisa dilakukan oleh pihak luar atau dilakukan oleh seorang
wirausaha itu sendiri. Melakukan penyerahan urusan pembuatan produk hanya kepada
pihak luar dapat membengkakkan biaya dan waktu sehingga lebih baik dibuat sendiri.
4. Fisik pada suatu prototype dapat dibuat ukuran skala
Ketika kita sedang berurusan dengan produk yang berukuran besar, seperti pilar untuk
bangunan rumah bertingkat, kita tidak akan mungkin membuat prototype yang sama
ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk keperluan uji akhir). Oleh karena itu,
kita bisa membuat skala fisiknya untuk mengetes aspek-aspek tertentu dalam desain
produk tersebut atau bisa dibuat prototype potongan yang bisa disambung saat
pembangunannya.
5. Hasil akhir suatu bentuk usaha dapat dibuat skala lewat prototype.
Mungkin merupakan suatu hal yang bagus apabila perancang dapat merancang prototype
yang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu. Hal ini bertujuan
agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan ada pada produk
tersebut. Dengan adanya skala fungsi, perancang akan merasa lebih mudah dalam
menguji prototype dan produk final yang memiliki sifat lebih kuat

PENGERTIAN KEMASAN PRODUK


Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra,
tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan.
Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan,
mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).
Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas
merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama
dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang
cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132).
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong
penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik
atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk
dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan
kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda
dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

FUNGSI KEMASAN PRODUK


Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka
menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari
pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
o Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran
distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para
konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.
o Fungsi Promosional
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga
digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan
mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat
pemasaran, yaitu :
o Self service.
Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan
harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan
menyeluruh yang mendukung produk.
o Consumer offluence.
Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan
dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
o Company and brand image.
Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang
dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
o Inovational opportunity.
Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi
keuntungan bagi produsen.
o Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain,
yaitu sebagai berikut:
o Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah
untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau
kesalahan penempatan.
o Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk
dan memperkuat citra produk.
o Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk
dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

TUJUAN KEMASAN PRODUK


Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa
tujuan, yaitu:
o Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan
sebagainya.
o Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.
o Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama
dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
o Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang,
atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
o Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik
(menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian.
Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.
o Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan,
pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.
o Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk
membeli produk.
JENIS-JENIS KEMASAN
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu,
botol minuman, dll).
b. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan
lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah
buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
c. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan,
pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung
selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu
kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus,
makanan kaleng.
b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya
tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk
kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap.
c. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk
kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng
susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah
sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan
sebagainya.
b. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum
pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang
terbuat dari kertas, foil atau plastic.

PENGERTIAN SKETSA
Menurut Linda Murray dan Peter, Sketsa adalah rancangan kasar dari suatu komposisi
atau sebagian komposisi dibuat demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini ada beberapa hal yang
menjadi acuan yaitu skala, perbandingan, komposisi, penyinaran dan lain sebagainya.
Sementara menurut H.W Flower, Sketsa adalah begitu saja tanpa persiapan. Merupakan
gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar, ringan dan semata-mata garis besar. Kegiatan
menggambar sketsa pada dasarnya memerlukan alat dan bahan yang sangat sederhana untuk
dapat membuat tanda goresan yang mewakili bentuk sesungguhnya.
Beberapa garis yang digoreskan pada bidang datar dapat memberikan suatu kesan simbol
tentang bentuk yang ada di sekitar kita atau gagasan tentang sesuatu yang terlihat dan terlintas
dalam benak seseorang.
Dengan demikian pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam bentuk visual melalui
kegiatan menggambar, sehingga menggambar termasuk kegiatan mendasar dalam berkarya seni
rupa.
Kegiatan menggambar sketsa dapat dianalogikan dengan kegiatan menulis. Ketika kita
hendak menulis, sebelum dapat menulis kalimat yang baik kita cenderung menulis dan
merangkai beberapa kata terlebih dahulu hingga diperoleh kalimat yang sesuai.
Demikian pula halnya dengan kegiatan menggambar sketsa. Sebelum dapat membuat
karya seni rupa yang utuh, umumnya para seniman membuat sketsa terlebih dahulu.
Menurut Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang paling
menonjol hakiki dalam seni lukis, akan tetapi pada dasarnya terdapat perbedaan antara sketsa
dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman
dan kritikus seni rupa.
Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang
lengkap.
Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis dihadirkan
secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan selektif.
Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun oleh
unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan lengkap, dalam arti
penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang,
gelap-terang, dan warna di samping unsur garis.
Bahkan, dalam lukisan unsur warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya
(Schinneller,1966). Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki keragaman
tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium
pengucapannya.

JENIS-JENIS SKETSA
a. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana tanpa
rincian dan tidak selesai.
b. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk menampilkan
citra suatu sketsa yang sudah selesai.
c. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci hanya
menunjukan bentuk global.
KOMPOSISI UNSUR SKETSA
Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang bagus.
Komposisi atau susunan unsur-unsur dalam seni rupa harus berada pada perbandingan yang tepat
agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-unsur dalam sketsa antara lain :
a. Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk komposisi.
Jenis garis yang dapat membentuk komposisi : komposisi garis lurus; komposisi garis
lengkung.
b. Warna – Meskipun umumnya sketsa terdiri dari satu jenis warna, akan tetapi pengaturan
komposisi warna pada objek sktesa sangat diperlukan agar memberikan kesan harmonis.
Komposisi warna pada sketsa umumnya diatur berdasarkan gelap terang pencahayaan.
c. Bidang dan bentuk – Bidang dan bentuk adalah unsur yang dibentuk melalui garis-garis
yang disusun atau digores sedemikian rupa. Keharmonisan dari komposisi bentuk
ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya yaitu simetris, asimetris, sentral, dan
diagonal.
d. Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam pengkomposisian
warna. Meskipun sketsa cenderung berupa gambar kasar yang tidak selesai, akan tetapi
goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali menghasilkan efek gelap terang sehingga
sebuah objek dapat diamati dengan cukup jelas.
ATURAN DALAM MEMBUAT SKETSA
a. Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal, maupun
lengkung secara tipis.
b. Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak dalam
keadaan tipis
c. Menebalkan garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengan karakter jenis garis
yang diinginkan.
FUNGSI ATAU MANFAAT SKETSA
Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :
 Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema
 Meminimalisir kesalahan
 Mempertajam pengamatan
 Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan tangan.
Jika Anda membaca ini, Anda mungkin sudah memiliki ide untuk produk. Ini mungkin sebuah
sketsa sederhana di belakang serbet, 3D render, atau bahkan sepenuhnya fleshed bukti dari konsep.

Langkah Anda selanjutnya adalah untuk mengubah gambaran kasar ini menjadi prototipe
fungsional. Kami akan berbagi proses untuk membuat prototipe Anda sendiri di bawah ini:

1. Membuat diagram rinci atau sketsa


Langkah pertama dalam menciptakan prototipe adalah untuk menciptakan sebuah konsep sketsa
rinci atau diagram. Tujuan Anda harus menangkap ide sebanyak mungkin dengan cara visual yang.

Idealnya, Anda harus memiliki dua sketsa konsep:

 Sebuah sketsa desain yang menunjukkan bagaimana produk mungkin muncul setelah selesai

 Sebuah sketsa teknis yang menunjukkan dimensi produk, bahan, dan bekerja.
Anda dapat menggunakan perangkat lunak untuk melakukan hal ini, tapi pena dan kertas kerja
yang lebih baik. Anda bahkan dapat beralih ke pena dan kertas gambar-gambar ini ketika Anda
mengajukan paten. Jangan ragu untuk bereksperimen dan menjadi kreatif dalam langkah ini. Kau jauh
dari manufaktur pada saat ini; jangan takut untuk mencoba hal-hal baru.

2. Membuat model 3D (optional)


Selanjutnya (optional) Langkah ini untuk mentransfer sketsa konsep Anda ke perangkat lunak
pemodelan 3D. Ini akan membantu Anda (dan setiap pihak ketiga seperti investor atau mitra)
memvisualisasikan produk yang lebih baik. Anda juga dapat menggunakan model ini untuk membuat
salinan cetak 3D prototipe Anda.

Manfaat lain dari model 3D adalah bahwa Anda dapat menggunakan aplikasi augmented reality
seperti Augment.com untuk memvisualisasikan itu di dunia nyata. Ini bekerja sangat baik untuk
menunjukkan ukuran, bentuk, dan desain sebuah ide produk. Hal ini dapat mahal untuk bisnis kecil yang
belum diluncurkan belum, meskipun.

Ada sejumlah alat yang dapat digunakan untuk membuat model 3D sederhana. Shapeways
memiliki daftar yang baik dari kedua sumber informasi gratis dan berbayar.

Terkait: Bagaimana Menemukan Trending Produk Untuk Dijual Online

3. Buat “bukti dari konsep”


Sekarang tiba bagian menyenangkan: benar-benar membangun ide produk.

Bagaimana Anda membangun bukti pertama Anda dari konsep akan tergantung pada sejumlah
hal. Jika Anda memiliki produk sederhana yang Anda sudah dimodelkan dalam perangkat lunak 3D,
Anda hanya bisa mendapatkannya 3D dicetak untuk menciptakan “bukti dari konsep” Anda.

Namun, jika Anda memiliki produk yang kompleks dengan sejumlah bagian mekanik atau
elektronik, Anda harus berimprovisasi lebih keras.

Ingat bahwa bukti dari konsep tidak harus terlihat baik atau bahkan menyerupai produk akhir. Ini
hanya harus bekerja. Anda bahkan dapat menggunakan produk rumah tangga biasa untuk membuat
model ini tahap awal.

Untuk produk yang lebih kompleks, Anda mungkin harus mencari bantuan dari seorang tukang
atau masinis.
4. Buat prototipe pertama Anda
Bukti dari konsep menunjukkan bahwa produk Anda bekerja. Model 3D Anda menunjukkan apa
yang mungkin terlihat seperti.

Langkah Anda selanjutnya adalah untuk menggabungkan pelajaran dari bukti konsep dan model
3D untuk membuat prototipe pertama Anda.

Ini harus menjadi model yang cukup rinci yang terlihat seperti produk akhir Anda dan memiliki
fungsi yang sama.

Itu tidak selalu mungkin untuk menciptakan detail pertama prototipe ini saja. Tergantung pada
kompleksitas, Anda mungkin ingin mendapatkan bantuan dari masinis atau desainer prototipe khusus.

Anda dapat menggunakan direktori seperti Thomas Net dan Engineering.com untuk menemukan
desainer prototipe.Thomas Net memiliki ribuan desainer prototipe dan produsen untuk memilih.

Karena ini hanya prototipe pertama, Anda tidak perlu khawatir terlalu banyak tentang jenis bahan
yang digunakan atau bahkan biaya. Tujuan Anda adalah untuk mendapatkan model kerja yang
menyerupai produk akhir Anda.

5. Membuat prototipe produksi-siap


Langkah terakhir sebelum Anda sampai ke manufaktur adalah untuk memangkas lemak dari
prototipe pertama Anda dan mendapatkannya untuk negara produksi-siap.

Ini pada dasarnya adalah proses biaya dan kelayakan analisis. Anda harus pergi melalui setiap
bagian dari prototipe dan mencari cara untuk memotong biaya tanpa mengorbankan fungsionalitas.

Pada waktu yang sama, Anda harus melihat cara untuk meningkatkan estetika produk atau daya
tahan.

Misalnya, Anda mungkin mengganti bagian plastik yang sering digunakan dengan logam, dan
bagian logam kecil-digunakan dengan plastik. Ini akan membantu Anda memotong biaya sambil tetap
mempertahankan kualitas.

Ini membantu untuk bekerja dengan produsen dan mencari tahu komponen betapa berbedanya
dalam prototipe mungkin berdampak biaya dan kualitas. Anda juga harus melihat bahan baku yang
berbeda dan melihat mana yang lebih menyenangkan estetis.

Tujuan Anda harus menemukan keseimbangan antara biaya dan kualitas tergantung pada target
pelanggan Anda. Jika Anda menargetkan pembeli mewah, misalnya, kualitas akan lebih penting daripada
biaya. Untuk pelanggan anggaran, itu akan menjadi sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai