Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu perusahaan tidak lepas dari konsumen serta produk yang
dihasilkannya. Konsumen tentunya berharap bahwa barang yang dibelinya akan
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya sehingga konsumen berharap
bahwa produk tersebut memiliki kondisi yang baik serta terjamin. Oleh karena
itu perusahaan harus melihat serta menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan
terjamin serta diterima oleh konsumen serta dapat bersaing di pasar.Pengendalian
kualitas pada perusahaan baik perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur
sangatlah diperlukan.
Dengan kualitas jasa ataupun barang yang dihasilkan tentunya perusahaan
berharap dapat menarik konsumen dan dapat memenuhi kebutuhan serta keinginan
konsumen.Pengendalian kualitas yang dilaksanakan dengan baik akan
memberikan dampak terhadap mutu produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kualitas dari produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan ditentukan
berdasarkan ukuran-ukuran dan karakteristik tertentu. Walaupun proses-
proses produksi telah dilaksanakan dengan baik, namun pada kenyataan masih
ditemukan terjadinya kesalahan-kesalahan dimana kualitas produk yang dihasilkan
tidak sesuai dengan standar atau dengan kata lain produk yang dihasilkan
mengalami kerusakan atau cacat pada produk.

Menurut Tanjong (2013), kualitas barang yang dihasilkan ditentukan oleh


produk yang dihasilkan berkualitas baik. Pada kenyataannya sebaik-baiknya
kegiatan kegiatan yang dilakukan pada saat awal proses produksi hingga barang
jadi. Agar produksi yang dilakukan perusahaan masih dijumpai produk yang rusak
atau menyimpang dari standar yang telah ditetapkan perusahaan.

1
Kurangnya pengawasan standar kerja yang jelas mengakibatkan sering
terjadinya kecacatan produksi. Adanya kecacatan tersebut akan berdampak pada
proses produksi yang dapat menimbulkan penambahan biaya sehingga dianggap
pemborosan dan tidak dapat menggunakan sumber daya secara baik

Pengawasan kualitas adalah usaha memastikan apakah kebijakan dalam mutu


atau kualitas dapat tercerminkan dalam hasil akhir kualitas sebagai jaminan. Dengan
kata lain pengawasan kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas
dan barang-barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan kebijaksanaan perusahaan , Assáuri (2004).

Faktor-faktor penting yang terdapat dalam kegiatan pengawasan kualitas yaitu


menentukan atau mengurangi volume kesalahan dan perbaikan, menjaga menaikkan
kualitas sesuai standar serta mengurangi keluhan konsumen. Untuk mengetahui
apakah kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan maka
diperlukan adanya pengawasan setiap proses dari awal sampai dengan produk akhir.

Selain itu Indriyono Gitosudarmo (2000:182) yang menyatakan bahwa“dengan


adanya pengawasan kualitas yang efektif akan dapat menekan jumlah produk yang
rusak dan apabila jumlah kerusakan dapat ditekan maka biaya kualitas dapat ditekan
seefisien mungkin”.Untuk mengukur seberapa besar tingkat kerusakan produk yang
dapat diterima oleh suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan cara menentukan
batas toleransi cacat produk yang dihasilkan.

Dengan menggunakan statistical quality control evaluasi, perencanaan dan


hasil akhir dapat diketahui sehingga kebijakan yang akan diambil berdasarkan
objektivitas fakta. Untuk pelaksanaan proses produksi perusahaan harus
menetapkan standar kualitas yang diperoleh dan hasil riset pasar, namun
kenyataannya kegiatan produksi perusahaan mengalami hambatan-hambatan hal ini
tercermin dengan adanya penyimpangan produk yang dihasilkan (defective), rusak
atau cacat yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan permintaan

2
konsumen. Statistic Quality Control (SQC) sebagai alat pengawasan kualitas
produksi dapat membantu perusahaan apakah produk yang dihasilkan masih berada
dalam batas-batas control atau tidak dari proses awal kualitas bahan, proses produk,
produk akhir.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan suatu pokok
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pengawasan kualitas produksi pada perusahaan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengawasan kualitas
pada perusahaan ?
3. Dengan menggunakan diagram kontrol p, apakah proses produksi di
perusahaan berada dalam kontrol?

C. Tujuan dan kegunaan penelitian


a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam pelaksanaan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pengawasan kualitas produksi di perusahaan
yang sudah berlangsung.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pengawasan kualitas produksi di perusahaan Untuk mengetahui proses
pengawasan kualitas produksi di perusahaan berada dalam kontrol atau
tidak.

b. Kegunaan penelitian
1. Bagi mahasiswa.

3
Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik untuk dijadikan
pelatihan dalam usaha mengaplikasikan ilmu teori manajemen
operasional dan teori pengawasan kualitas produk.
2. Bagi Perusahaan UD. Bali Sari.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan kritikan yang
berguna bagi pihak perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil
suatu kebijakan untuk menuju arah perbaikan.

A. Sistematika penulisan

Sistem penulisan penelitian ini disusun ke dalam enam (6) bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang, perumusan masalah,


tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini terdiri dari landasan teori meliputi pengertian


manajemen operasional , pengertian pengawasan kualitas serta
pengertian kerajinan tas anyaman.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari identitas penelitian perusahaan UD. Bali Sari
yang meliputi : tempat perusahaan, waktu penelitian, objek
penelitian, subjek penelitian, populasi dan sampel serta jenis
data.

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4
Bab ini menguraikan sejarah singkat berdirinya Perusahaan UD.
Bali Sari.

BAB V DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan data dan pembahasan mengenai pengawasan


kualitas pada perusahaan UD. Bali Sari.

BAB VI PENUTUP

Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan dari bab – bab
sebelumnya dan saran kepada pihak perusahaan yang berkaitan
dengan analisis pengawasan kualitas.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN MANAJEMEN OPERASIONAL

Manajemen operasional adalah suatu bentuk pengelolaan terhadap suatu


permasalahan di bidang produksi yang meliputi tenaga kerja, alat, mesin, bahan baku,
barang atau produk apapun secara menyeluruh dan optimal untuk menghasilkan sebuah
barang atau jasa yang pastinya dapat diperjual belikan. Manajemen operasional juga
dapar diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan mengenai kegiatan
produksi dalam rangka penggunaan sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa
sehingga dapat mencapai sasaran yaitu tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu, serta
alokasi biaya yang efektif dan efisien. Di dalam sistem manajemen operasioanl terdapat
manajer operasional yang memiliki tanggung jawab dalam menghasilkan suatu barang
atau jasa, mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan fungsi operasi dan sistem
transformasi, mempertimbangkan serta memutuskan pengambilan keputusan dan
fungsi operasi.

6
Ciri - Ciri Manajemen Operasional
Ciri-ciri manajemen operasional menurut Zulian Yamit (2003) yaitu sebagai berikut:

 Adanya sebuah kegiatan dalam proses transformasi.


 Adanya sebuah tujuan untuk menghasilkan sebuah barang atau jasa.
 Adanya mekanisme yang mengatur suatu proses produksi barang atau jasa.

Tujun Manajemen Operasional

Ada 5 tujuan manajemen operasional, diantaranya yaitu:

1. Untuk meningkatkan efektivitas dalam perusahaan (Productivity).


2. Untuk mengurangi biaya dalam kegiatan perusahaan (Economy).
3. Untuk meningkatkan efisiensi dalam perusahaan (Efficiency).
4. Untuk meningkatkan kualitas perusahaan (Quality).
5. Untuk mengurangi waktu proses produksi pada sebuah perusahaan (Reduced
Processing Time).

Fungsi Manajemen Operasional

1. Fungsi Perencanaan
Manajemen operasional mempunyai fungsi untuk menentukan tujuan
subsistem operasi dari sebuah perusahaan dan organisasi dan mengembangkan suatu
program, prosedur dan kebijakan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan tersebut.
Perencanaan dalam manajemen operasional meliputi perencanaan produk barang atau
jasa, perencanaan penggunaan sumber daya produksi, dan perencanaan fasilitas.

2. Fungsi Pengorganisasian
Manajemen operasional mempunyai fungsi untuk menentukan sebuah struktur
organisasi yang meliputi individu, kelompok, divisi atau departemen, bagian, serta

7
seksi-seksi dalam mencapai tujuan operasi sebuah perusahaan atau organisasi. Selain
itu, untuk mengatur wewenang dan tanggung jawab dalam sebuah perusahaan,
manajemen operasional mempunyai perananan penting dalam menentukan kebutuhan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan operasi.

3. Fungsi Penggerakan
Menajemen operasional mempunyai fungsi untuk memimpin, mengawasi dan
memberikan motivasi terhadap karyawan dalam melaksanakan tugas.

4. Fungsi Pengendalian
Manajemen operasional memiliki fungsi untuk mengembangkan sebuah
jaringan komunikasi yang dibutuhkan agar semua fungsi dan tujuan manajemen
operasional sebuah perusahaan atau organisasi dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.

Ruang Lingkup Manajemen Operasional

Terdapat 3 ruang lingkup manajemen operasional, diantaranya yaitu perencanaan


sistem produksi, pengendalian produksi, dan sistem informasi.

1. Perencanaan Sistem Produksi


Pada ruang lingkup ini, perencanaan sistem produksi dimulai dari proses
perencanaan produksi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa yang
diperlukan, serta sesuai dengan permintaan atau kebutuhan para konsumen, baik
berupa kuantitas, harga, kwalitas dan waktu. Dalam ruang lingkup ini, ada 4 hal tentang
perencanaan sistem produksi yang harus diperhatikan:

 Penentuan tata letak fasilitas pabrik

8
 Penentuan lokasi pabrik
 Perencanaan lingkungan kerja
 Permasalahan yang standar

2. Pengendalian Produksi
Pada ruang lingkup ini, pengendalian produksi berdasar pada perencanaan yang
sudah dibuat sebelumnya. Perencanaan produksi merupakan dasar dalam
melakukan pengendalian produksi. Di dalam perencanaan produksi terdapat
berbagai kebijakan dan standar yang harus dipenuhi, termasuk adanya
pengawasan terhadap proses produksi yang sedang dijalankan agar proses
terkendali sesuai yang diharapkan dan tidak melenceng dari perencanaan yang
telah ditentukan. Adanya pengendalian produksi bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan yang dapat diperoleh suatu perusahaan dengan
meminimalisir berbagai kesalahan yang dapat merugikan. Pengendalian
produksi dibagi menjadi 5 bagian yaitu sebagai berikut:
a. Pengendalian Bahan Baku : mengatur tentang pemindahan, pengemasan,
dan penyimpanan bahan baku dari berbagai macam bentuk.
b. Pengendalian Biaya Produksi : adanya analisa biaya produksi yang
digunakan untuk mencari atau mendapatkan keuntungan secara maksimal.
Pada proses produksi terdapat 2 jenis biaya produksi yaitu biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel dibagi menjadi 2 yaitu biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya overhead dapat meliputi
biaya variabel, biaya tetap dan biaya semi variabel. Beberapa jenis biaya
tersebut dalam pengendalian biaya produksi harus diketahui dengan jelas
karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap keuntungan atau laba
perusahaan.
c. Pengendalian Tenaga Kerja : pengendalian terhadap kuantitas dan kualitas
tenaga kerja bagi suatu perusahaan, sehingga proses produksi dapat berjalan
lancar dan maksimal.

9
d. Pengendalian Kualitas : sebuah alat bagi manajemen operasional yang
digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas produksi barang
atau jasa yang dihasilkan, mengurangi kuantitas barang yang rusak atau
gagal diproduksi, serta memeriksa apakah proses produksi telah sesuai
dengan prosedur atau standar mutu yang sudah ditetapkan dalam menjaga
kualitas. Pengawasan terhadap kualitas juga diperlukan dalam menentukan
ukuran, cara atau persyaratan fungsional dari suatu produk dan
spesifikasinya.
e. Pemeliharaan Alat Produksi: bertujuan untuk mencegah terjadinya
kerusakan produk yang dihasilkan atau produk yang dihasilkan tidak sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan dalam proses produksi akibat
kerusakan pada alat produksi. Pergantian alat produksi juga diperlukan
apabila suatu produk yang dihasilkan masih ada cacat atau rusak.

3. Sistem Informasi Produksi


Pada umumnya, sistem informasi produksi terdiri dari tiga bagian, diantaranya
yaitu:

1. Struktur Organisasi : pengorganisasian merupakan suatu proses dalam


membangun hubungan antara komponen organisasi (berupa pembagian tugas
dan jabatan) dengan tujuan organisasi agar semua kegiatan dapat mencapai
sasaran.
2. Produksi Atas Dasar Pemesanan : produksi barang yang disesuaikan dengan
permintaan konsumen.
3. Produksi Untuk Pasar : Produksi untuk pasar pada umumnya ditentukan oleh
permintaan konsumen, baik konsumen lama ataupun konsumen baru.
Perusahaan yang sudah memiliki basis pasar yang baik akan melakukan
aktivitas produksi secara regular. Selain itu terdapat beberapa ruang lingkup
manajemen operasional berdasarkan keputusan mengenai proses pengoperasian

10
sistem produksi, pemilihan serta persiapan sistem operasional, diantaranya
yaitu:

 Perencanaan bangunan pabrik, desain tata letak fasilitas, dan layout.


 Perencanaan jumlah kapasitas produksi secara optimal.
 Pengendalian dan Pengawasan Kualitas.
 Manajemen proyek.
 Manajemen persediaan.
 Desain proses transformasi.
 Desain aliran kerja.
 Membuat Skedul Kerja.
 Pemeliharaan Fasililitas Produksi.

Ruang Lingkup Manajemen Operasional

Ada beberapa aspek yang saling berhubungan erat dalam ruang lingkup manajemen
operasional, antara lain :

 Aspek Struktural, merupakan aspek mengenai pengaturan komponen yang


membangun suatu sistem manajemen operasional yan saling berinteraksi antara
satu sama lainnya.
 Aspek Fungsional, yaitu aspek yang berkaitan dengan manajerial dan
pengorganisasian seluruh komponen struktural maupun interaksinya mulai dari
perencanaan, penerapan, pengendalian maupun perbaikan agar diperoleh
kinerja optimal.
 Aspek Lingkungan, sistem dalam manajemen operasional yang berupa
pentingnya memperhatikan perkembangan dan kecenderungan yang
berhubungan erat dengan lingkungan.

11
Ruang lingkup manajemen operasional berhubungan keputusan tentang proses
pengoperasian sistem produksi, pemilihan dan persiapan sistem operasional yang
meliputi :

 Perencanaan jumlah kapasitas produksi yang optimal


 Perencanaan bangunan pabrik, layout, desain tata letak fasilitas
 Desain proses transformasi
 Desain aliran kerja
 Manajemen persediaan
 Manajemen proyek
 Membuat Skedul Kerja
 Pengendalian dan Pengawasan Kualitas
 Pemeliharaan Fasililitas Produksi

Peranan Manajer Operasional dalam Fungsi Manajemen

Peranan dan fungsi dari manajer operasional sangat strategis dalam


mengembangkan sistem proses produksi yang tangguh untuk menciptakan produk atau
jasa lebih efisien dan efektif.
Beberapa tugas pokok Manajer Operasional dalam proses produksi adalah :

 Perencanaan kualitas dan kuantitas bahan baku dalam proses produksi;


 Menentukan dan mengatur letak layout pabrik
 Menentukan dan mengatur lokasi gudang persediaan dan peralatan mesin yang
efisien agar penghematan waktu dalam mobilisasi;
 Melakukan pemeliharaan peralatan pabrik untuk menjamin keandalan dan
kontinuitas operasional;
 Menciptakan strategi produk yang berkualitas dan unik agar dapat bersaing di
pasar dengan biaya yang efektif;

12
 Menentukan skedul kerja yang efisien dengan mengevaluasi biaya tenaga kerja
jika ada penambahan tenaga kerja baik di lapangan maupun di area kantor, dan
mengurangi biaya lembur.
 Bertanggungjawab terhadap kontiniutas hasil produksi baik dari sisi kualitas
maupun kuantitas.

B. PENGERTIAN PENGAWASAN KUALITAS

C. PENGERTIAN KERAJINAN ANYAMAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. IDENTITAS PENELITIAN PERUSAHAAN

Nama perusahaan : Perusahaan

Pendiri :

Alamat :

Jenis perusahaan : Perusahaan manufaktur

Jenis usaha : Kerajinan tas anyaman

Tahun pendirian :

B. TEMPAT, WAKTU DAN OBJEK PENELITIAN

1. Tempat penelitian

13
Tempat penelitian ini adalah

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu

3. Objek Penelitian

Adapun objek penelitian yaitu

4. Subjek Penelitian

C. POPULASI DAN SAMPEL

D. JENIS DATA

Merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk
menjawab pertanyaan riset atau penelitian. Data primer dapat berupa pendapat
subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian.
Manfaat utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup
terhadap sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan
kebenaran yang dilihat. Bagaimana pun, untuk memperoleh data primer akan
menghabiskan dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif
lebih lama.
Dalam penelitian ini data primer yang dipergunakan yaitu :

14
 Wawancara, yaitu merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan
berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara
adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan
pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
 Observasi, yaitu Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan
pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang
akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan
pencatatan mengenai pelaksanaan penelitian tersebut.

BAB IV

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah singkat berdirinya Perusahaan

15
BAB V

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Pengawasan Kualitas pada Perusahaan

16
BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

B. SARAN

17
Perusahaan perlu menggunakan metode statistic untuk dapat mengetahui
jenis kerusakandan faktor yang menyebabkan kerusakan itu terjadi. Dengan demikian
perusahaan dapat melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi produk
rusak untuk produksi berikutnya.

Secara umum faktor yang paling mempengaruhi kerusakan proses produksi


adalah faktor manusia. Seperti yang telah dibahas pada bagian diagram sebab-
akibat, faktor manusia sering muncul sebagai faktor yang menyebabkan
kerusakan itu terjadi. Suhu ruangan yang panas menyebabkan kinerja /moodkaryawan
dalam bekerja menjadi terganggu, sehingga menyebabkan kesalahan-kesalahan
lain muncul, seperti operator kurang cermat dalam menyetting mesin, kurangnya
koordinasi, dan hal lainnya. Oleh sebab itu peneliti menyarankan untuk mengantisipasi
suhu udara yang panas dengan menambahkan fasilitas-fasilitas seperti kipas angin
agar operator lebih nyaman dalam bekerja.

18

Anda mungkin juga menyukai