Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATA KULIAH

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

OLEH :

NAMA : I PUTU ADI CHANDRA SUDIRGANTARA BONATA

NPM : 1732121542

KELAS : C10 MANAJEMEN

SEMESTER : 7

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020

1
RMK

BAB XIII – XIV

1. Pengadaan dan Pengelolaan persediaan UMKM

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus mempunyai persediaan karena untuk
mengantisipasi ketidakpastian pasar. Sebab tidak semua bahan baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi langsung tersedia. Kenyataannya bahan baku bisa datang terlambat
dan butuh proses pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu sedikit mengakibatkan
tidak terpenuhinya proses produksi, sehingga proses produksi akan terhambat. Selain itu
kondisi kekurangan bahan baku menjadikan UKM lebih sering melakukan pemesanan
bahan baku, padahal frekuensi order yang terlalu sering mengakibatkan bertambahnya
biaya pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak mengakibatkan
bertambahnya biaya penyimpanan dan ketidakseimbangan pengalokasian modal yang
berakibat kekurangan modal pada kebutuhan di luar produksi. Selain itu, kelebihan bahan
baku dapat berakibat pada kerusakan bahan baku.
Pengadaan persediaan menimbulkan biaya-biaya lain yaitu berupa biaya
pemesanan, biaya pembelihan, biaya pemeliharaan, biaya sewa gudang dan biaya
kerusakan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen persediaan yang tepat untuk
menghindari bertambahnya biaya-biaya persediaan dan memaksimalkan pengelolaan
keuangan UKM secara tepat. Kesalahan pengambilan keputusan dalam pengadaan
persediaan bahan baku dapat berakibat pada jumlah barang jadi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar. Hal ini dapat mempengaruhi laba UKM.
Manajemen persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam proses
produksi. Semakin tinggi biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bahan baku, maka
semakin tinggi pula biaya produksi. Persediaan mencakup beberapa jenis persediaan,
yaitu persediaan bahan mentah/ bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan
persediaan barang jadi/ persediaan barang dagangan. Persediaan bahan baku digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi, sedangkan bahan jadi digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Pengertian Persediaan menurut (Assauri, 2004: 169) adalah sebagai bagian dari
suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam proses produksi. Perusahaan bisa memiliki persediaan dalam empat jenis, yaitu:
persediaan bahan mentah, persediaan barang setengah jadi, persediaan maintenance,
repair, and operating materials (MRO) dan barang jadi.

Bahan mentah adalah bahan yang dibeli namun belum melalui proses produksi.
Barang setengah jadi adalah barang yang sudah diproses namun belum selesai. MRO
merupakan persediaan yang diperlukan untuk pemeliharaan mesin dan peralatan agar
proses dapat terus berjalan. Barang jadi adalah bahan yang sudah selesai diproses dan
siap untuk dikirim.
Model yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pembelian bahan
baku adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Model EOQ menghitung
persediaan dengan cara memasukkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Selain
menggunakan model EOQ, UKM juga harus menentukan Reorder Point (ROP) yaitu
langkah UKM untuk menentukan kapan UKM harus melakukan pemesanan kembali
dengan memperhatikan jumlah safety stock (persediaan pengaman) dan jumlah
penggunaan bahan selama lead time (waktu yang dibutuhkan dari pesanan dikirimkan
sampai pesanan datang)

2. Mengelola Proses Produksi UMKM


Proses produksi memang tidak berhubungan langsung dengan konsumen namun
hambatan di bagian produksi dapat mengakibatkan terhambatnya produk/jasa Anda
sampai di tangan konsumen yang akhirnya menimbulkan kekecewaan atau citra yang
buruk. Proses produksi dalam suatu kegiatan usaha meliputi proses perubahan dari bahan
mentah menjadi barang jadi; proses peningkatan sumber daya manusia
dalam menyediakan jasa. Elemen-elemen yang terlibat dalam proses produksi
adalah bahan mentah, bahan setengah jadi, barang jadi, mesin, peralatan, metode
dan lain-lain. Proses produksi yang umumnya banyak dilakukan oleh UKM (Usaha
Kecil Menengah) adalah merubah bentuk bahan mentah menjadi bentuk baru dengan
cara menenun, menyamak, memintal, memotong dan lain-lain. Contohnya industri tekstil,
kerajinan tangan, kulit, furnitur dan lain-lain. Proses produksi lainnya adalah
menggabungkan beberapa bahan mentah menjadi barang baru, seperti industri jasa boga,
obat-obatan tradisional, kosmetik dan lain-lain.

Agar proses produksi tidak terhambat atau berhenti di tengah jalan, bagian dari
manajemen produksi berikut ini harus benar-benar diperhatikan;

1. Pembelian bahan baku


Sebelum melakukan produksi, bagi UKM yang tidak bisa menyediakan bahan baku
sendiri maka harus membeli.
2. Menjaga kualitas
Kualitas produksi merupakan hal sangat penting untuk benar-benar diperhatikan
oleh produsen, dalam hal ini adalah UKM. Bagaimanapun juga kualitas produk
merupakan pertimbangan utama bagi setiap konsumen, karena tanpa kualitas,
konsumen akan enggan untuk membeli produk kita. Lakukan pengecekan pada
setiap produk yang telah selesai diproduksi, dan pastikan tidak ada satupun yang
cacat.
3. Penyimpanan barang yang telah jadi
Stok barang yang cukup memang harus diperhatikan. Dalam manajemen produksi
untuk UKM ini penyimpanan barang juga merupakan bagian penting yang harus
terus terpenuhi. Hanya saja kita harus benar-benar mengetahui rata-rata kebutuhan
barang yang diperlukan oleh konsumen. Jangan sampai kita menimbun barang
terlalu banyak karena bisa mengganggu sirkulasi modal usaha.
4. Melakukan pemeliharaan barang
Barang yang sudah jadi tapi masih disimpan sebagai stok untuk jangka beberapa
waktu, maka barang tersebut membutuhkan perawatan. Perawatan di sini
difungsikan untuk mengantisipasi adanya barang yang rusak atau kotor.
5. Melakukan pengiriman barang
Tahap ini merupakan tahap akhir yang nantinya akan menentukan eksistensi bisnis
kita. Barang yang dikirim dan mendapatkan respon bagus dari konsumen maka
pastinya UKM kita akan melakukan pemesanan lagi. Ini artinya bisnis kita sudah
mulai mendapatkan peluang untuk maju.

3. Manajemen Mutu UMKM


Menurut Taufik (2008), UMKM dituntut untuk menghasilkan produk yang
memiliki daya saing yang tinggi antara lain dengan kriteria: (1) produk tersedia secara
teratur dan sinambung, (2) produk harus memiliki mutu yang baik dan seragam, (3)
produk dapat disediakan secara masal. Bagi UMKM yang berusaha dalam bidang
agrobisnis untuk memenuhi persyaratan ini tidaklah mudah, karena masih besarnya faktor
alam dan terbatasnya teknologi produksi, processing dan sumber daya manusia (SDM).
Salah satu jalan untuk Meningkatkan Daya Saing Usaha Kecil Dan
Menengah adalah dengan meningkatkan mutu produk dan efisiensi produksi dengan
penerapan Manajemen Mutu. Kenyataan tersebut menjadi sebuah ancaman sekaligus
tantangan bagi usaha kecil dan menengah. Satu - satunya jalan untuk meningkatkan
daya saing produk-produk UKM adalah dengan meningkatkan kualitas dan mutu produk
UKM.
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 mendefinisikan bagaimana organisasi
menerapkan praktik-praktik manajemen mutu secara konsisten untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan dan pasar. SMM ISO 9001 merupakan standar mutu yang sudah
diakui secara international, namun saat ini implementasi SMM masih didominasi oleh
perusahaan-perusahaan besar. Masih sedikit usaha kecil yang menerapkan SMM, padahal
perusahaan besar memerlukan keterlibatan pemasok untuk mendukung implementasi
SMM mereka. Kajian SMM di industri alas kaki menunjukkan bahwa ekspor alas kaki
bukanlah hal baru bagi pelaku tetapi rataan tingkat pengembalian masih cukup besar
yaitu 15,9% (Susviarto et al. 2012). Sebagian besar pemasok merupakan usaha kecil dan
menengah (UKM). Sehingga UKM harus proaktif dalam menghadapi persaingan global
dan harus lebih efisien dan efektif untuk dapat bertahan dalam lingkungan bisnis
(Benjamin et al. 2012).
Manajemen mutu bagi perusahaan yang telah berkembang di negara maju
dan negara-negara berkembang adalah ISO 9001:2000. Standard ini merupakan sarana
untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan Total Quality Control, yang tujuan
akhirnya adalah mencapai efektifitas dan efisiensi suatu organisasi. Standard tersebut
meliputi serangkaian prosedur yang mencakup semua proses penting dalam bisnis
diantaranya:
a. Adanya pengawasan dalam proses pembuatan untuk memastikan
bahwa sistem menghasilkan produk-produkberkualitas. Tersimpannya data
dan arsip penting dengan baik.
b. Adanya pemeriksaan barang-barang yang telah diproduksi untuk mencari
unit-unit yang rusak, dengan disertai tindakan perbaikan yang benar apabila
dibutuhkan. Kegiatan dalam Menjamin Mutu pada UKM Sehubungan dengan
tingkat penerapan manajemen mutu yang masih pada tahap awal pada
usaha kecil menengah, maka kegiatan untuk menjamin mutu juga masih
sangat sederhana. Pemeriksaan lebih ditekankan pada pengamatan visual secara
kualitatif.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan menjamin mutu produk pada tiap aspek manajemen
mutu (Suviarto et.al, 2012):

1. Perencanaan mutu
a. Mengetahui kebutuhan dan persyaratan konsumen: melakukan
wawancara langsung dengan konsumen , melihat contoh model produkdi
“mall” dan melihat model produkdari buku/majalah.
b. Merancang proses dan peralatan pembuatan produk: melakukan kunjungan
dan observasi ke industri produk ke yang lebih besar (benchmarking), tetapi
belum membuat prosedur tertulis.
2. Pengendalian mutu
a. Menyusun standar dan spesifikasi: menggunakan acuan model dari
pemesan (pembeli dari dalam maupun luar negeri) dan membuat cetakan
dan pola sesuai ukuran produk
b. Melakukan pemeriksaan dan sortasi secara visual: memeriksa bahan baku
ketika membeli, memeriksa dan sortasi oleh karyawan.
3. Perbaikan mutu
a. Melakukan benchmarking untuk melihat peralatan dan proses pada industri
produk yang lebih besar.
b. Melihat model-modeldi mall, buku dan majalah Standar Nasional
Indonesiadan ISO 9000-2001 Maksud dan tujuan sosialisasi ini sebagai
penerapan standarisasi kepada pelaku usaha di samping untuk melindungi
konsumen juga bertujuan untuk mendukung persaingan perdagangan yang
sehat di dalam negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing produk
khususnya produk Usaha Kecil dan Menengah, untuk menghadapi
persaingan inilah diperlukan adanya perbaikan daya saing UKM melalui
SNI yang diyakini dapat meningkatkan daya saing untuk home industri.

Sistem Manajemen Mutu (SMM) International Organization for Standardization (ISO


9000) menjadi SMM SNI 19-9000-2001 memiliki kriteria sebagai berikut:

 Kepemimpinan,
 Rencana Strategis,
 Fokus Pada Pelanggan,
 Manajemen Pengetahuan, Analisis,Dan Pengukuran,
 Fokus Pada Sumber Daya Manusia (Sdm),
 Manajemen Proses, Dan Hasil Bisnis (Pranata, 2008). Di Indonesia, ISO 9000 Series
diadopsi secara identik oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi Kelompok
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-9000 yaitu dengan cara menerjemahkan seluruh
materi dalam dokumen standar ISO 9000 Series ke dalam bahasa Indonesia.
Penerjemahan ini diupayakan mempertahankan substansi panduan sebagaimana
aslinya dalam Bahasa Inggris. Tujuan dari adopsi ini adalah untuk memenuhi
keinginan masyarakat standardisasi di Indonesia dalam menyediakan dokumen SNI
yang selalu selaras dengan standar Intenasional yang berkaitan.

Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2000ISO 9001:2000 adalah sebuah standar


internasional yang dibuat oleh The International Organization for Standarization (ISO) untuk
memberikan panduan, arahan. Dan acuan sistem manajemen mutu di dalam organisasi.
Menurut ISO (2008), ISO 9001:2000 memiliki delapan prinsip dalam memberikan standar
sistem manajemen mutu, yaitu :

a. Fokus kepada pelanggan;


b. Kepemimpinan;
c. Pelibatan semua pihak;
d. Pendekatan proses;
e. Pendekatan sistem ke manajemen;
f. Perbaikan berkelanjutan;
g. Pendekatan faktual untuk pengambilan keputusan;
h. Hubungan saling menggantung kepada semua pemasokKeuntungan yang didapat
dengan menjalankan ISO 9001: 2000 bagi sebuah organisasi adalah
terpenuhinya kebutuhan sesuai dengan harapan organisasi dan regulasi yang
berlaku.

4. Pengelolaan Modal dan Anggaran Modal UMKM


Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan usaha kecil yang
menggantungkan diri pada uang (tabungan) pemiliknya atau dana pinjaman dari
sumbersumber informal untuk kebutuhan modal kerja (Tambunan, 2002:166).
Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan
keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan baku, pengetahuan
yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM
(pendidikan formal) yang rendah,manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya
pembagian tugas yang jelas,serta sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja
tidak dibayar (Tambunan, 2002:169). Dari berbagai persoalan diatas, persoalan yang
paling mendasar yang dihadapi UMKM adalah kurangnya pengetahuan para pelaku usaha
terhadap perencanaan modal dan tidak ada pemisahan antara modal usaha dengan
kebutuhan pribadi.
Keputusan penganggaran modal adalah yang paling penting untuk kinerja
perusahaan dan prospek masa depan (Rigopoulos, 2015: 1). Beberapa studi telah
menunjukkan pentingnya praktek penganggaran modal sebagai alat untuk mengevaluasi
kelayakan kemungkinan investasi di dunia usaha (Maroyi & Poll, 2012: 2980). Maroyi &
Poll (2012: 2980) menggambarkan penganggaran modal sebagai suatu formulasi dan
pembiayaan rencana jangka panjang untukinvestasi.Penganggaran modal (capital
budgeting) pada dasarnya adalah proses perencanaan anggaran untuk pembelian aset atau
proyek yang sifatnya jangka panjang.
Keputusan penganggaran modal akan menentukkan arah strategis bagi pelaku
UMKM dalam memutuskan investasi yang bergerak ke arah penciptaan produk baru,
pembeliaan peralatan maupun ekspansi pasar baru. Keputusan investasi yang tepat dapat
menghasilkan hasil yang spektakuler dalam hal keuntungan tetapi keputusan keliru dan
tidak benar dapat membahayakan kelangsungan hidup dari bisnis (Singh, Jain, & Yadav,
2012: 96).
Pengganggaran modal mencakup seberapa besar sumber daya yang dimiliki
perusahaan yang akan dialokasikan dalam rangka memaksimalkan keuntungan melalui
keputusan investasi yang tepat. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas kegiatan
bisnis, kegiatan perencanaan perusahaan dan evaluasi proyek UMKM.
Pengelolaan modal kerja dari suatu UMKM juga sangat diperlukan untuk
menjamin kontinyuitas atau menunjang kelancaran usaha. Manajemen modal kerja
pada UMKM digunakan untuk membeli persediaan barang yang diperlukan oleh para
pelanggan, membayar gaji pegawai, membayar hutang dagang, membayar bunga
pinjaman serta untuk mendanai kegiatan lain yang menjadi kegiatan rutin usaha
tersebut. Manajemen UMKM ini atau sebuah Usaha Dagang harus dapat
merencanakan dengan tepat jumlah kebutuhan modal kerjanya, agar berbagai
kegiatan dari usaha dagang dapat dilakukan dengan lancar.
Pengelolaan modal kerja melibatkan kas, piutang usaha, hutang usaha, persediaan
dan pinjaman jangka pendek. Guna memberikan pemahaan kepada para pelaku usaha
yang ingin memperdalam pengetahuan tentang pengelolaan modal kerja, pada
pembahasan selanjutnya lebih dititik beratkan pada usaha manufaktur. Yang dimaksud
dengan usaha yang sifatnya manufaktur disini adalah usaha yang didalam proses kegiatan
operasionalnya terjadi transformasi sejumlah sumber daya seperti bahan baku, bahan
pembantu, tenaga kerja, informasi dan unsur lainnya menjadi barang jadi. Sebagai
contoh, untuk membuat sebuah baju lakik-laki dewasa pada usaha garment, terjadi
transformasi proses pemotongan, ide tentang model penggunaan sejumlah bahan baku
seperti kain, kancing, benang, tenaga yang mengerjakan, penggunaan mesin, listrik,
waktu dan unsur lainnya. Untuk jenis usaha yang memproduksi produk jasa, perlu
dilakukan penyesuaian dan pemahaman seperlunya namun secara prinsip sama

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ahmad & Badrus Sholeh. 2018. “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN


BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DODIK BAKERY”.
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/JRAT/article/download/5245/3913

https://menjadiwirausaha.com/manajemen-produksi-untuk-ukm-pada-sektor-kerajinan/

http://portalukm.com/siklus-usaha/mengelola-usaha/produksi-operasi/

Susilawati, Christine Dwi Karya and Agustina, Lidya and Carolina, Verani (2012) Kajian
Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan
Globalisasi. In: Seminar Nasional dan Call for Paper Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke 4:
"Indonesia Family Business Sustainibility", 13-14 November 2012, Yogyakarta.
http://repository.maranatha.edu/3570/

Linda Elfrida Panjaitan, Muhammad Syamsun & Darwin Kadarisman. 2011. Kajian Tingkat
Penerapan Manajemen Mutu Terhadap Kinerja UMKM Sektor Agro-Industri Pangan Olahan
Nata de Coco di Kota Bogor”. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/3747

http://etheses.uin-malang.ac.id/1140/5/11510015%20Bab%201.pdf

Ananda Setiawan & Achmad Mustofa. ANALISIS KEPUTUSAN PENGANGGARAN


MODAL PERUSAHAAN: STUDI KASUS.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/E3J/article/download/19919/14106

Anda mungkin juga menyukai