OLEH :
NPM : 1732121542
SEMESTER : 7
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
2020
1
RMK
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) harus mempunyai persediaan karena untuk
mengantisipasi ketidakpastian pasar. Sebab tidak semua bahan baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi langsung tersedia. Kenyataannya bahan baku bisa datang terlambat
dan butuh proses pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu sedikit mengakibatkan
tidak terpenuhinya proses produksi, sehingga proses produksi akan terhambat. Selain itu
kondisi kekurangan bahan baku menjadikan UKM lebih sering melakukan pemesanan
bahan baku, padahal frekuensi order yang terlalu sering mengakibatkan bertambahnya
biaya pemesanan. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak mengakibatkan
bertambahnya biaya penyimpanan dan ketidakseimbangan pengalokasian modal yang
berakibat kekurangan modal pada kebutuhan di luar produksi. Selain itu, kelebihan bahan
baku dapat berakibat pada kerusakan bahan baku.
Pengadaan persediaan menimbulkan biaya-biaya lain yaitu berupa biaya
pemesanan, biaya pembelihan, biaya pemeliharaan, biaya sewa gudang dan biaya
kerusakan. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen persediaan yang tepat untuk
menghindari bertambahnya biaya-biaya persediaan dan memaksimalkan pengelolaan
keuangan UKM secara tepat. Kesalahan pengambilan keputusan dalam pengadaan
persediaan bahan baku dapat berakibat pada jumlah barang jadi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan pasar. Hal ini dapat mempengaruhi laba UKM.
Manajemen persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam proses
produksi. Semakin tinggi biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan bahan baku, maka
semakin tinggi pula biaya produksi. Persediaan mencakup beberapa jenis persediaan,
yaitu persediaan bahan mentah/ bahan baku, persediaan bahan setengah jadi, dan
persediaan barang jadi/ persediaan barang dagangan. Persediaan bahan baku digunakan
untuk memenuhi kebutuhan dalam proses produksi, sedangkan bahan jadi digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Pengertian Persediaan menurut (Assauri, 2004: 169) adalah sebagai bagian dari
suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam proses produksi. Perusahaan bisa memiliki persediaan dalam empat jenis, yaitu:
persediaan bahan mentah, persediaan barang setengah jadi, persediaan maintenance,
repair, and operating materials (MRO) dan barang jadi.
Bahan mentah adalah bahan yang dibeli namun belum melalui proses produksi.
Barang setengah jadi adalah barang yang sudah diproses namun belum selesai. MRO
merupakan persediaan yang diperlukan untuk pemeliharaan mesin dan peralatan agar
proses dapat terus berjalan. Barang jadi adalah bahan yang sudah selesai diproses dan
siap untuk dikirim.
Model yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan pembelian bahan
baku adalah model Economic Order Quantity (EOQ). Model EOQ menghitung
persediaan dengan cara memasukkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Selain
menggunakan model EOQ, UKM juga harus menentukan Reorder Point (ROP) yaitu
langkah UKM untuk menentukan kapan UKM harus melakukan pemesanan kembali
dengan memperhatikan jumlah safety stock (persediaan pengaman) dan jumlah
penggunaan bahan selama lead time (waktu yang dibutuhkan dari pesanan dikirimkan
sampai pesanan datang)
Agar proses produksi tidak terhambat atau berhenti di tengah jalan, bagian dari
manajemen produksi berikut ini harus benar-benar diperhatikan;
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan menjamin mutu produk pada tiap aspek manajemen
mutu (Suviarto et.al, 2012):
1. Perencanaan mutu
a. Mengetahui kebutuhan dan persyaratan konsumen: melakukan
wawancara langsung dengan konsumen , melihat contoh model produkdi
“mall” dan melihat model produkdari buku/majalah.
b. Merancang proses dan peralatan pembuatan produk: melakukan kunjungan
dan observasi ke industri produk ke yang lebih besar (benchmarking), tetapi
belum membuat prosedur tertulis.
2. Pengendalian mutu
a. Menyusun standar dan spesifikasi: menggunakan acuan model dari
pemesan (pembeli dari dalam maupun luar negeri) dan membuat cetakan
dan pola sesuai ukuran produk
b. Melakukan pemeriksaan dan sortasi secara visual: memeriksa bahan baku
ketika membeli, memeriksa dan sortasi oleh karyawan.
3. Perbaikan mutu
a. Melakukan benchmarking untuk melihat peralatan dan proses pada industri
produk yang lebih besar.
b. Melihat model-modeldi mall, buku dan majalah Standar Nasional
Indonesiadan ISO 9000-2001 Maksud dan tujuan sosialisasi ini sebagai
penerapan standarisasi kepada pelaku usaha di samping untuk melindungi
konsumen juga bertujuan untuk mendukung persaingan perdagangan yang
sehat di dalam negeri sehingga dapat meningkatkan daya saing produk
khususnya produk Usaha Kecil dan Menengah, untuk menghadapi
persaingan inilah diperlukan adanya perbaikan daya saing UKM melalui
SNI yang diyakini dapat meningkatkan daya saing untuk home industri.
Kepemimpinan,
Rencana Strategis,
Fokus Pada Pelanggan,
Manajemen Pengetahuan, Analisis,Dan Pengukuran,
Fokus Pada Sumber Daya Manusia (Sdm),
Manajemen Proses, Dan Hasil Bisnis (Pranata, 2008). Di Indonesia, ISO 9000 Series
diadopsi secara identik oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjadi Kelompok
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-9000 yaitu dengan cara menerjemahkan seluruh
materi dalam dokumen standar ISO 9000 Series ke dalam bahasa Indonesia.
Penerjemahan ini diupayakan mempertahankan substansi panduan sebagaimana
aslinya dalam Bahasa Inggris. Tujuan dari adopsi ini adalah untuk memenuhi
keinginan masyarakat standardisasi di Indonesia dalam menyediakan dokumen SNI
yang selalu selaras dengan standar Intenasional yang berkaitan.
DAFTAR PUSTAKA
https://menjadiwirausaha.com/manajemen-produksi-untuk-ukm-pada-sektor-kerajinan/
http://portalukm.com/siklus-usaha/mengelola-usaha/produksi-operasi/
Susilawati, Christine Dwi Karya and Agustina, Lidya and Carolina, Verani (2012) Kajian
Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil Menengah Menghadapi Tantangan
Globalisasi. In: Seminar Nasional dan Call for Paper Forum Manajemen Indonesia (FMI) ke 4:
"Indonesia Family Business Sustainibility", 13-14 November 2012, Yogyakarta.
http://repository.maranatha.edu/3570/
Linda Elfrida Panjaitan, Muhammad Syamsun & Darwin Kadarisman. 2011. Kajian Tingkat
Penerapan Manajemen Mutu Terhadap Kinerja UMKM Sektor Agro-Industri Pangan Olahan
Nata de Coco di Kota Bogor”. https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/3747
http://etheses.uin-malang.ac.id/1140/5/11510015%20Bab%201.pdf