Anda di halaman 1dari 14

Usulan Perbaikan Penyebab Defect Produk Roll Plastic Menggunakan

(FMEA) di PT. Diblestari Djauhari

Muhammad Azis Eka Wijaya Kusuma


Teknik Industri, Fakultas Teknik, UBJ, Jakarta, Indonesia
e-mail: muhammadazis121800@gmail.com

ABSTRACT

PT. Diblestari Djauhari is a company engaged in the manufacture of semi-finished


products in the form of plastic rolls and has the highest defect percentage of 5.65%, while
the allowable defect tolerance is 2%. This study uses the Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA) method. The results of his research were obtained for the highest
defects in April 2022 and July 2022 with the types of speckled plastic roll and plastic roll
defects. Ranking is obtained from the value (RPN) of the speckled plastic roll defect and
shrinking plastic roll with the highest RPN value for the machine failure mode with an
RPN value of 448. Then a recommendation is made to make a recommended action and a
decrease in the percentage of types of defects is obtained, in the speckled plastic roll
process and shrink plastic roll. Spotted plastic rolls have the highest defect percentage of
5.65% to 1.97% and shrink plastic rolls have the highest defect percentage of 5.50% to
1.83%

Keywords: Keywords: Roll Plastic, Defect, FMEA, RPN

ABSTRAK

PT. Diblestari Djauhari adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan produk
setengan jadi berupa roll plastic dan memiliki presentase defect tertinggi sebesar 5,65%,
sedangakan toleransi defect yang di perbolehkan sebesar 2%. Penelitian ini menggunakan
metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Hasil penelitiannya di dapatkan pada
defect tertinggi pada bulan April 2022 dan bulan Juli 2022 dengan jenis defect roll plastic
berbintik dan roll plastic. Di dapatkan ranking dari nilai (RPN) terhadap defect roll
plastic berbintik dan roll plastic menyusut dengan nilai RPN tertinggi mode kegagalan
mesin dengan nilai RPN 448. Lalu dilakukan usulan perbaikan membuat recommended
action dan didapat menurunnya jumlah persentase jenis jenis defect, pada proses roll
plastic berbintik dan roll plastic menyusut. Roll plastic berbintik memiliki presentase
defect tertinggi sebesar 5,65% menjadi 1,97% dan Roll plastic menyusut memiliki
presentase defect tertinggi sebesar 5,50% menjadi 1,83%

Kata Kunci: Roll Plastic, Defect, FMEA, RPN

PENDAHULUAN

Industri manufaktur merupakan sesuatu proses bagian dari cabang industri yang
memakai beberapa peralatan modern semacam mesin industri, program manajemen yang
tertib serta terukur buat melaksanakan transformasi benda mentah menjadi benda jadi
serta layak dipasarkan. Dimana industri manufaktur ialah tolak ukur pertumbuhan
industri di suatu negeri. Konsumen hendak memutuskan buat membeli suatu produk dari
industri tertentu yang lebih bermutu dari pada saing-sainganya. Dengan demikian, mutu
dari aspek dasar keputusan konsumen buat memperoleh suatu produk. Mutu merupakan
bagian yang utama dalam proses produksi, perencanaan untuk memastikan, mutu
merupakan perencanaan dengan memastikan proses tetap konsisten, agar proses dapat
dikendalikan guna meminimumkan barang cacat / defect. Sebuah perusahaan perlu
membangun sistem kualitas secara keseluruhan dimana didalamnya seluruh aktivitas
berinteraksi untuk memproduksi suatu produk sesuai rancangan kualitas dengan biaya
yang minimum. (Anisa, 2010)

PT. Diblestari Djauhari berkomitmen menjaga konsisten mutu dari produk yang di
pasarkan, dalam industri adalah hal utama untuk di perhatikan oleh suatu perusahaan,
dimana produk yang di hasilkan berkualitas dan diolah secara efisien oleh perusahaan.
Tidak hanya mutu yang di berikan kepada konsumen, perihal yang akan di cermati oleh
lain merupakan ke efesienan sesuatu proses dalam pengolahan barang sehingga tidak
hadapi kerugiaan dalam proses tersebut. Faktor-faktor yang tidak efektif dan tidak efesien
dalam suatu proses pembuatan ialah sesuatu perihal yang butuh diduga sehingga industri
tidak membutuhkan pembayaran yang tinggi saat proses pembuatan sebuah barang.
Menurut Vincent Gaspersz (2012), mutu merupakan bagaikan seluruh suatu yang bisa
memnuhi keinginan pelanggan ataupun sama dengan persyratan serta kemauan
pelanggan. Tidak hanya itu di definisikan juga kalau mutu bagaikan tingkatan konsisten
terhdapa beberapa jenis ciri dari sesuatu produk yang di hasilkan, agar tercapai kepuasan
pelanggan internal maupun eksternal.

PT. Diblestari Djauhari adalah perusahaan yang bergerak dalam pembuatan 2


produk yaitu, produk setengah jadi dan produk jadi, pada produk setengah jadi berupa
roll plastic, dan produk jadinya yang dihasilakan yaitu kantong plastik, sarung tangan,
dan kantong plastik buah, yang mempunyai ukuran, warna, dan ketebalan plastik tertentu
menyesuaikan pesanan konsumen dengan menggunakan material HDPE dan LLDPE.
Dalam penelitian ini objek yang di teliti adalah roll plastic. Data pada produksi pada
bulan Februari 2022 – Juli 2022 menunjukan roll plastik memiliki presentase defect
tertinggi sebesar 5,65% sedangkan Departemen Quality Control menetapkan toleransi
defectt yang di perbolehkan sebesar 2% dari keseluruhan defect roll plastik yang di
produksi perbulan. Terdapat selisih 3,65% yang merupakan masalah bagi perusahaan.
Roll plastic yang defect tidak dapat di-rework atau di-repair sehingga menyababkan
pemborosan material, biaya, dan waktu prosees produksi. Hal ini dapat menganggu dan
menurunkan produktivitas perusahaan. Berikut data presentase defect produksi yang
ditunjukkan pada gambar 1

Data Defect Produk Roll Plastic


Periode Februari 2022 - Juli 2022
6

4
5,65 5,5
2
2,52 3,18 2,77 2,94
0
Februari Maret April Mei Juni Juli

Presentase Defect Standar Defect Perusahaan

Gambar 1 Grafik Persentase Defect Produk Roll Plastic


Sumber: PT. Diblestari Djauhari

2 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengatasi permasalahan
tersebut, maka dibutuhkan suatu metode yang tepat untuk mencari akar dari penyebab
defect yang terjadi dan diharapkan dapat menurunkan persentase defect. Dan melakukan
penelitian dengan judul adalah Usulan Perbaikan Penyebab Defect Produk Roll Plastik
Menggunakan (FMEA) Di PT. Diblestari Djauhari. Tujuan penelitian ini untuk
menurunkan nilai defect pada proses produksi roll plastic yang memiliki nilai persentase
paling tinggi dan memberikan usulan pada perbaikan proses blowfilm dengan metode
FMEA.

Penelitian sebelumnya dengan judul Penggunaan FMEA dalam Mengidentifikasi


resiko kegagalan Proses Produksi Sarung Tangan ATM. Hasil penelitiannya terdapat
potential cause dengan nilai RPN terbesar potential cause tidak adanya pemeriksaan
matters sebelum proses produksi dengan nilai 448 Usulan perbaikan potential cause
adalah, terhadap operator mengenai cara kerja mesin, pelatihan penggunaan mesin kepada
operator, operator diberikan buku panduan mesin, diberikannya tools untuk pemeriksaan
komponen mesin. (Sari & Martanto, 2017).

FMEA (failure mode and effect analysis) menurut Gaspers (2002) adalah proses
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah mode kegagalan sebanyak mungkin.
FMEA digunakan untuk mengidentifikasi sumber dan akar penyebab masalahkualitas.
Mode kegagalan mengacu pada konten apapun yang termasuk dalam cacat / kesalahan
desain, kondisi diluar spesifikasi yang ditentukan, atau perubahan produk yang
menyebabkan gangguan dalam fungsionalitas produk. FMEA memiliki dua kegunaan,
yaitu dalam bidang desain (Desain FMEA) dan dalam proses (Proses FMEA). Desain
FMEA akan membantu menghilangkan kegagalan terkait desainm, seperti kegagalan
yang disebabkan oleh kekuatan yang tidak tepat dan material yang tidak tepat. Proses
FMEA akan menghilangkan kegagalan yang disebabkan oleh variabel proses (misalnya
kondisi di luar batas spesifikasi), seperti ukuran yang salah, tekstur dan warna yang salah,
dan ketebalan yang salah. Penelitian proyek akhir ini menggunakan metode proses
FMEA.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah Penelitian ini adalah jenis data penelitian kuantitatif.
Teori yang digunakan berfungsi sebagai masukan sekaligus digunakan untuk pemecah
masalah yang ada. Data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu secara kuantitatif,
penelitian yang bersifat dan cenderung menggunakan analisis dan fokus pada data di
lapangan.
Teknik pengumplan data pada penelitian ini adalah Dmelakukan identifikasi data,
penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati serta
dicatat untuk pertama kalinya. Data primer yang dimaksud terdiri dari:
a. Data umum perusahaan. Yaitu yang berkaitan dengan PT. Diblestari Djauhari
berkenan dengan sejarah perkembangan perusahaan, lokasi perusahaan, dll.
b. Data jumlah produksi di PT. Diblestari Djauhari Februari 2022 – juli 2022.
c. Data jumlah reject PT. Diblestari Djauhari pada periode Februari 2022 – juli
2022.

3 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
d. Data jenis-jenis reject yang terjadi yang terjadi di PT. Diblestari Djauhari
periode Februari 2022 – juli 2022.
2. Data Sekunder
Sementara itu, data sekunder yang dimaskud merupakan data yang diperoleh bukan
dari informasi langsung perusahaan melainkan sumber-sumber lain. Meliputi
informasi dari berbagai buku maupun jurnal ilmiah yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan.
Teknik pengolahan data pada penelitian ini yaitu Pada tahap ini di jelaskan tahap-
tahap dalam melakukan pengolahan data yang telah diambil dari tahap pengumpulan data
dengan menggunakan metode-metode yang dipilih guna memecahkan masalah dnegan
baik. Langkah-langkah dalam pengolahan data sebagai berikut
1. Perhitungan data
Dalam melakukan pengolahan data yang diperoleh, maka digunakan alat bantu
statistik yang dapat pada statistical quality control (SQC) dan statistical proses
control (SPC) yang meliputi diagram pareto, perhitungan proposi cacat,
perhitungan batas kendali proporsi cacat dan membuat peta kendali p.
2. Minitab
Setelah menemukan nilai proporsi (p), nilai control limit (CL), upper control limit
(UCL) dan lower control limit (LCL), lalu Langkah selanjutnya adalah membuat
peta kendali p untuk menentukan apakah defect melampaui upper control limit
3. Brainstorming
Brainstorming merupakan berfikir kreatif oleh sekelompok orang yang dirancang
untuk menghasilkan sebuah ide untuk memecahkan suatu masalah. Menghasilkan
ide-ide pertanyaan, sebelum akses pengetahuan, minat dan menilai masalah.
Metode ini adalah metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan
tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan beberapa pihak.
4. Pembuatan diagram Fishbone
Pada tahap ini analisis permasalahan menggunakan diagram fishbone, melalui
observasi maka peneliti beberapa masalah yang terjadi akibat jenis defect di luar
standar.
5. Identifikasi failure effect pada proses blowfilm
Pada tahap ini dilakukan identfikasi effect kegagalan (failure effect) pada proses
produksi roll plastic dengan melakukan observasi dilapangan dan didukung dengan
data yang sudah ada yang bertujuan untuk mengetahui efek kegagalan yang terjadi
pada setiap proses dan dampaknya bagi proses selanjutnya.
6. Menentukan Nilai severity, occurance, dan detetction
Setelah mengidentifikasi kegagalan potensial dan efek kegagalan, langkah
selanjutnya adalah menentukan nilai severity, occurance, dan detetction
berdasarkan tabel rating severity, occurance, dan detetction. Menghitung nilai Risk
Priority Number (RPN). Langkah selanjutnya adalah menghitung nilai RPN, nilai
RPN digunakan sebagai acuan untuk memprioritaskan penanganan potensial
kegagalan proses yang akan muncul. Nilai RPN merupakan hasil perkalian antara
nilai ketangguhan produk dan kegagalan (severity), nilai kejadian muncul
kegagalan (occurance), dan nilai deteksi kegagalan (detection).
7. Penentuan Peringkat Berdasarkan Nilai Risk Priority Number (RPN)

4 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Berdasarkan hasil perkalian nilai RPN kemudian diurutkan dari nilai terbesar
hingga terkecil. Nilai RPN terbesar merupakan kegagalan potensial dengan
prioritas penanganan pertama.
Analisis data yaitu dengan apabila telah dilakukan pengambilan dan pengolahan
data, tahap selanjutnya yaitu melakukan analisa terhadap hasil yang didapatkan dari
pengolahan data tersebut.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Defect merupakan hasil yang terjadi pada proses produksi dalam keadaan cacat
atau tidak sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Jenis defect ditunjukkan pada
tabel 1

Tabel 1 Macam-macam Defect Pada Proses Blowfilm


No Jenis Defect Gambar

1 Roll plastic terputus

2 Roll plastic berbintik

3 Roll plastic menyusut

4 Roll plastic menyusut

Sumber: PT. Diblestari Djauhari

Diagram Pareto defect pada Roll Plastic yang dimana diagram batang yang berada
paling kiri terlihat bahwa jenis defect yang paling dominan pada bulan Februari 2022 –
Juli 2022 yaitu jenis defect roll plastic berbintik dengan jumlah 1.002 kg dan dengan
persentase sebesar 43,85 % dan roll plastic menyusut dengan jumlah 736 kg dengan

5 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
persentase sebesar 32,21 %, maka jenis defect inilah yang akan menjadi fokus dalam
perbaikan. Selanjutnya penelitan ini akan berfokus pada defect roll plastic berbintik dan
roll plastic menyusut untuk dicari permasalahnya serta penyelesaiannya dengan
menggunakan diagram fishbone. Diagram pareto dapat ditunjukkan pada gambar 2

Diagram Pareto Jumlah Defect Roll Plastic


Februari 2022 - Juli 2022
100 1.200
90
80 1.000
70 800
60
50 600
40
30 400
20 200
10
0 0
Tebal roll
Roll plastic Roll plastic Roll plastic
plastic tidak
berbintik menyusut terputus
sesuai
Jumlah Defect (kg) 1.002 736 277 270
Persentase Kumulatif (%) 43,85 76,06 88,18 100
Gambar 2 Diagram Pareto defect pada Roll Plastic
Sumber: PT. Diblestari Djauhari

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembuatan peta kendali yang telah dilakukan.
Dapat dilihat bahwa ada 2 bulan yang berada pada luar batas pengendalian
(uncontrollable). Hal ini menunjukan bahwa produk defect roll plastic berbintik dan roll
plastik menyusut yang dihasilkan pada masing-masing observasi di luar batas yang
diperbolehkan, maka 2 jenis defect tersebut berada di luar batas kendali. Berikut hasil
Peta Kendali P Roll Plastic yang ditunjukkan gambar 3

Gambar 3 Peta Kendali P Roll Plastic

Pada proses produksi roll plastic ditemukan kejadian yang tidak diinginkan yaitu
masih tingginya defect pada produksinya. Salah satunya adalah defect roll plastic
berbintik. Diagram fishbone digunakan untuk menemukan penyebab-penyebab suatu
masalah, ketidak sesuaian, dan kesenjanganyang terjadi. Berdasarkan defect yang paling

6 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
dominan yang di ketahui, maka selanjutnya dibuat diagram fishbone pada proses untuk
produksi roll plastic dapat ditunjukkan pada gambar 4

Gambar 4 Diagram fishbone defect Roll Plastic Berbintik


Sumber: Data Diolah 2022

Pada proses produksi roll plastic ditemukan kejadian yang tidak diinginkan yaitu
masih tingginya defect pada produksinya. Salah satunya adalah defect roll plastic
menyusut. Diagram fishbone digunakan untuk menemukan penyebab-penyebab suatu
masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjanganyang terjadi. Berdasarkan defect yang paling
dominan yang di ketahui, maka selanjutnya dibuat diagram fishbone pada proses untuk
produksi roll plastic dapat ditunjukkan pada gambar 5

Gambar 4.8 Diagram fishbone defect Roll Plastic Menyusut


Sumber: Data Diolah 2022

Setelah diketahui potential failure mode (kegagalan potensial) yang dapat


berpengaruh pada terjadi produk defect, maka langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi failure effect (efek kegagalan) dari setiap kegagalan proses. Hal ini
bertujuan agar dapat menetukan nilai severity. Failure effect yaitu efek-efek dari
kegagalan yang dapat berpengaruh terhadap proses berikutnya atau pelanggan. Dengan
mengidentifikasi failure effect (efek kegagalan) maka akan di ketahui kegagalan dari

7 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
setiap proses. Failure effect (efek kegagalan) untuk setiap kegagalan yang terjadi dapat
dilihat pada tabel 2

Tabel 2 Failure Effect pada Proses Blowfilm Produksi Roll Plastic


Proses Potential Failure Mode Failure Effect
Roll plastic berbintik tidak
dapat dilanjutkan ke proses
selanjutnya (rolling)
Roll plastic berbintik
kemudian menjadi barang
defect dan tidak dapat di
repair.
Blowfilm
Roll plastic menyusut tidak
dapat dilanjutkan ke proses
selanjutnya (rolling)
Roll plastic menyusut
kemudian menjadi barang
defect dan tidak dapat di
repair.
Sumber: Pengolahan Data, (2022)

Setelah menentukan nilai-nilai skala untuk masing-masing variabel diatas dari setiap
penyebab kegagalan. Maka proses perhitungan dengan menggunkan pendekatan FMEA
ini dapat dilakukan. Hasil yang didapatkan dari proses perhitungan ini adalah untuk
mengetahui nilai RPN dari masing-masing penyebab kegagalan. Nilai RPN diperoleh dari
hasil perkalian severity x occurance x detection, hasil perhitungan nilai RPN dapat dilihat
pada tabel 3 dan tabel 4

Tabel 3 Penentuan Nilai Risk Priority Number (RPN) Roll Plastic Berbintik
Severity

Occurance

Detection
Jenis Efek
Proses Penyebab kegagalan Current Control RPN
Kegagalan Kegagalan

Memberikan pengarahan
Operator maintenance salah mengenai melakukan
8 dalam melakukan 7 pengecekan secara 7 392
maintenance keseluruhan saat
maintenance
Tidak ada jadwal preventive Membuat jadwal
maintenance pada mesin preventive maintenance
8 blowing yang mengakibatkan 7 secara berkala terhadap 8 448
Tidak terjadinya part filterasi pada part filterasi pada mesin
dapat mesin blowing kotor blowing
dilanjutkan
Roll plastic
Blow ke proses
mengalami Kurangnya pencahayaan pada
film rolling dan
berbintik area produksi dan hanya Melakukan pemasangan
roll plastic 8 7 6 336
menjadi mengandalkan cahaya dari lampu di area produksi
scrap sinar matahari

Melakukan pengawasan
kepada operator
Metode maintenance tidak
8 7 maintenance dan briefing 6 336
sesuai SOP
tentang pentingya metode
dalam proses maintenance

Sumber: Pengolahan Data, (2022)

8 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Tabel 4 Penentuan Nilai Risk Priority Number (RPN) Roll Plastic Menyusut

Severity

Occurance

Detection
Jenis Efek
Proses Penyebab kegagalan Current Control RPN
Kegagalan Kegagalan

Operator mesin salah dalam Melakukan pengawasan


menjalankan pengawasan dan briefing tentang
8 7 7 392
produk roll plastik saat proses pentingnya metode dalam
mesin berjalan pengecekan produk

Tidak Membuat jadwal


Kurangnya perawatan pada
dapat preventive maintenance
part dies secara berkala pada
dilanjutkan 8 7 pada part dies secara 8 448
Roll plastic tiap hari sebelum melakukan
Blow ke proses berkala disaat belum
mengalami produski roll plastic
film rolling dan melakukan produksi
menyusut
roll plastic
Kurangnya pencahayaan pada
menjadi Melakukan pemasangan
area produksi dan hanya
scrap 8 7 lampu di area produksi 6 336
mengandalkan cahaya dari
sinar matahari

Memberikan pengarahan
Metode pengecekan pada kepada operator mesin
8 7 6 336
produk tidak sesuai SOP mengenai kualitas

Sumber: Pengolahan Data, (2022)

Tindakan rekomendasi perbaikan berdasarkan dari pengamatan tim brainstorming


tim FMEA di atas diatas berupa tindakan usulan perbaikan untuk mengurangi severity,
occurance, dan detection. Tujuannya, kegagalan (defect) yang terjadi dapat di eliminasi
atau dikurangi

Tabel 5 Usulan Perbaikan 5w+1H Pada Roll Plastic Menyusut


What Why How Why Where When Who
Proses Faktor
(Penyebab) (Tujuan) (Rencana Perbaikan) (Tujuan) (Lokasi) (Waktu) (Penanggung Jawab)
Melakukan Agar tidak terjadi Di
Agar tidak kesalahan dalam bagian
pengawasan dan
terjadi kesalahan pengawasan proses
Operator briefing tentang
dalam ketika proses blow Februari Foreman /
Manusia kurang pentingnya metode
pengawasan produksi berjalan film 2022 Production
pengalaman dalam pengecekan
Ketika proses
produk
produksi berjalan

Agar ketika mesin Di


Agar Ketika Membuat jadwal beroperasi tidak bagian
mesin beroprasi preventive terjadi defect pada proses
tidak terjadi maintenance pada produk roll plastic blow
Part dies Februari Foreman/
Mesin defect pada part dies secara menyusut film
yang kotor 2022 Maintenance
produk roll berkala disaat belum
Blow plastic menyusut melakukan produksi
film

Agar di area Agar di area Di


Foreman /
Minimnya mesin blowing mesin blowing bagian
Melakukan Production
percahayaan mendapatkan mendapatkan proses Februari
Lingkungan pemasangan lampu di &
di area penerangan penerangan blow 2022
area produksi Foreman /
produksi dengan baik dengan baik film
Mesin
Agar pada proses Agar pada proses Di
Proses
pengawasan Memberikan pengawasan bagian
pengawasan
sesuai SOP pengarahan kepada sesuai SOP untuk proses Februari Foreman /
Metode produksi
untuk operator mesin mengurangi blow 2022 Mesin
yang tidak
mengurangi mengenai kualitas kesalahan film
sesuai SOP
kesalahan
Sumber: Pengolahan Data, (2022)

9 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Tabel 6 Usulan Perbaikan 5w+1H Pada Roll Plastic Menyusut
How
What Why Where When Who
Proses Faktor (Rencana
(Penyebab) (Tujuan) (Lokasi) (Waktu) (Penanggung Jawab)
perbaikan)
Agar tidak Memberikan
terjadi pengarahan Di
kesalahan mengenai bagian
Operator Februari
Manusia pada saat melakukan proses Foreman / Production
kurang teliti 2022
preventive pengecekan secara blow
maintenance keseluruhan saat film
berlangsung maintenance
Agar Ketika
Membuat jadwal
mesin
preventive Di
beroprasi
maintenance bagian
Part filterasi tidak Februari Foreman/
Mesin secara berkala proses
yang kotor menimbulkan 2022 Maintenance
terhadap part blow
roll plastic
filterasi pada film
berbintik
Blow mesin blowing
film
Agar di area
Di
Minimnya mesin Melakukan Foreman / Production
bagian
percahayaan blowing pemasangan Februari &
Lingkungan proses
di area mendapatkan lampu di area 2022 Foreman /
blow
produksi penerangan produksi Mesin
film
dengan baik
Agar pada Melakukan
proses pengawasan
Di
Proses preventive kepada operator
bagian
maintenance maintenance maintenance dan Februari Foreman /
Metode proses
yang tidak sesuai SOP briefing tentang 2022 Mesin
blow
sesuai SOP untuk pentingya metode
film
mengurangi, dalam proses
kesalahan maintenance
Sumber: Pengolahan Data, (2022)

Perhitungan nilai RPN baru diperoleh dengan cara yang sama seperti sebelumnya
yaitu dengan severity × occurance × detection. Hasil perhitungan RPN yang baru
ditunjukkan tabel 7 untuk RPN roll plastic berbintik dan tabel 8 roll plastic menyusut.

Tabel 7 Perhitungan RPN Baru Roll Plastic Berbintik


Occurance

Detection
Severity

Jenis Efek
Proses Penyebab kegagalan Current Control RPN
Kegagalan Kegagalan

Memberikan pengarahan
Operator maintenance
mengenai melakukan
8 salah dalam melakukan 5 5 200
pengecekan secara
maintenance
keseluruhan saat maintenance
Tidak Tidak ada jadwal
dapat preventive maintenance
dilanjutkan Membuat jadwal preventive
Roll plastic pada mesin blowing
Blow ke proses maintenance secara berkala
mengalami 8 yang mengakibatkan 5 6 240
film rolling dan terhadap part filterasi pada
berbintik terjadinya part filterasi
roll plastic mesin blowing
pada mesin blowing
menjadi kotor
scrap
Kurangnya
pencahayaan pada area
Melakukan pemasangan lampu
8 produksi dan hanya 3 4 96
di area produksi
mengandalkan cahaya
dari sinar matahari

10 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta


Raya
Occurance

Detection
Severity
Jenis Efek
Proses Penyebab kegagalan Current Control RPN
Kegagalan Kegagalan

Melakukan pengawasan
kepada operator maintenance
Metode maintenance
8 5 dan briefing tentang pentingya 4 160
tidak sesuai SOP
metode dalam proses
maintenance

Sumber: Pengolahan Data, (2022)

Tabel 8 Perhitungan RPN Baru Roll Plastic Menyusut

Occurance

Detection
Severity

Jenis Efek
Proses Penyebab kegagalan Current Control RPN
Kegagalan Kegagalan

Operator mesin salah


Melakukan pengawasan dan
dalam menjalankan
briefing tentang pentingnya
8 pengawasan produk 5 5 200
metode dalam pengecekan
roll plastik saat proses
produk
mesin berjalan

Kurangnya perawatan
Tidak dapat Membuat jadwal preventive
pada part dais secara
dilanjutkan maintenance pada part dais
Roll 8 berkala pada tiap hari 5 6 240
ke proses secara berkala disaat belum
Blow plastic sebelum melakukan
rolling dan melakukan produksi
film mengalami produski roll plastic
roll plastic
menyusut Kurangnya
menjadi
scrap pencahayaan pada area
Melakukan pemasangan lampu
8 produksi dan hanya 3 4 96
di area produksi
mengandalkan cahaya
dari sinar matahari

Metode pengecekan Memberikan pengarahan kepada


8 pada produk tidak 5 operator mesin mengenai 4 160
sesuai SOP kualitas

Sumber: Pengolahan Data, (2022)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat perbandingan RPN sebelum dan sesudah


perbaikan. Setelah dilakukan perbaikan berdasarkan recomended action diperoleh
penurunan RPN yang signifikan untuk roll plastic berbintik dan roll plastic menyusut

Tabel 9 Perbandingan Nilai RPN


Jenis RPN Sebelum RPN Sesudah
Penyebab Kegagalan
Kegagalan Perbaikan Perbaikan

Operator maintenance salah dalam melakukan maintenance 392 200

Roll plastic
Tidak ada jadwal preventive maintenance pada mesin blowing yang
448 240
mengalami mengakibatkan terjadinya part filterasi pada mesin blowing kotor

berbintik
Kurangnya pencahayaan pada area produksi dan hanya mengandalkan cahaya
336 96
dari sinar matahari

11 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta


Raya
Jenis RPN Sebelum RPN Sesudah
Penyebab Kegagalan
Kegagalan Perbaikan Perbaikan

Metode maintenance tidak sesuai SOP 336 160

Operator mesin salah dalam menjalankan pengawasan produk roll plastik saat
392 200
proses mesin berjalan

Roll plastic Kurangnya perawatan pada part dais secara berkala pada tiap hari sebelum
448 240
mengalami melakukan produski roll plastic
menyusut
Kurangnya pencahayaan pada area produksi dan hanya mengandalkan cahaya
336 96
dari sinar matahari

Metode pengecekan pada produk tidak sesuai SOP 336 160


Sumber: Pengolahan Data, (2022)

KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisis pada bab-bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut ditemukan beberapa faktor
terbesar yang menyebabkan terjadinya defect roll plastic berbintik dan roll plastic
menyusut yaitu. Faktor mesin dan faktor manusia adalah faktor terbesar, lalu di ikuti
dengan faktor lingkungan dan faktor metode, usulan perbaikan melalui metode FMEA
ini, dapat menghasilkan perbaikan pada proses produksi yang mana meningkatnya hasil
kinerja mesin dan manusia dengan ditunjukkan dari penurunan jumlah persentase jenis-
jenis defect secara keseluruhan pada proses produksi roll plastic berbintik dari sebelum
dilakukan perbaikan 5,65% dan sudah dilakukan perbaikan menjadi 1,97%. Dan pada
proses produksi roll plastic menyusut dari sebelum dilakukan perbaikan 5,50% dan sudah
dilakukan perbaikan menjadi 1,83%. dan Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk
masalah penyebab kegagalan berdasarkan nilai RPN pada roll plastic berbintik terbesar
adalah dengan membuat Membuat jadwal preventive maintenance secara berkala
terhadap part filterasi pada mesin blowing. Dan kemudian untuk masalah penyebab
kegagalan berdasarkan nilai RPN pada roll plastic menyusut terbesar adalah Membuat
jadwal preventive maintenance pada part dies secara berkala disaat belum melakukan
produksi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa yang diharapkan
dapat memberikan masukan untuk perusahaan. Saran yang dapat diberikan untuk
perbaikan perusahaan sebagai berikut pihak manajemen sebaiknya memberikan arahan
dengan baik dan benar untuk melakukan pengecekan pada mesin blowing khusunya pada
part mesin, melakukan perbaikan dalam pemasangan pencahayaan di area mesin
produksi, memberikan arahan dan pelatihan kepada operator agar memaksimalkan
kinerja, memberikan reward (penghargaan) jika defect yang didapatkan di bawah standar
perusahaan dan iharapakan pihak manajemen dapat mempertahankan perbaikan yang
telah dilakukan dan melakukan pengawasan agar berjalan dengan baik dan
berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan kualitas produksi

DAFTAR PUSTAKA
Ansori, N., & Mustajib, M. I. (2013). Sistem Pewrawatan Terpadu (Integrated
Maintenance System). Yogyakarta: Graha Ilmu.

12 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta


Raya
Ariani, D. W. (2004). Pengendalian kualitas statistik : pendekatan kuantitatif dalam
manajemen kualitas. Yogyakarta: Andi.
Aripin, M. S., Adji, S., & Santoso, E. (2019). Pengendalian Kualitas Dengan Metode
Seventools Sebagai Alat Untuk Mengurangi Produk Cacat Pada Perusahaan
Tanteka Sablon Ponorogo. Jurnal Ekonomi, Manajemen & Akuntansi Volume 3,
Nomor 1, 25-32.
Bayu, Rukmana, A. N., & Bachtiar, I. (2018). Perbaikan Kualitas Produk Tepung Kaolin
Dengan Metode Fault Tree Analysis (Fta) Dan Metode Failure Mode And Effect
Analysis (Fmea) Di Pt.Industri Mineral Indonesia Provinsi Bangka Belitung.
Prosiding Teknik Industri Volume 4 Nomor 2, 301 - 307.
Besterfield, D. H. (1995). Total Quality Management. New Jersey: Prentice-Hall.
Budianto, A. (2018). Upaya Penurunan Produk Cacat Pada Proses Produksi Nutrisari
Dengan Fmea Di Pt. Nutrifood Indonesia. Bekasi: Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya.
Evans, J. R., & Linsay, W. L. (2007). An introduction to six sigma and process
improvement pengantar six sigma. Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, I. (2014). Manajemen Produksi dan Operasi. Bandung: Alfabeta.
Feigenbaum, A. V. (1996). Kendali mutu terpadu. Jakarta: Erlangga.
Ford Motor Company, General Motor Corporation, Chrysler Corporation. (2008).
Potential Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
Gaspersz, V. (1998). Statistical process control penerapan teknik-teknik statistikal dalam
manajemen bisnis total . Jakarta: Gramedia PUstaka Utama.
Gaspersz, V. (2001). Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Gaspersz, V. (2017). Metode Analisis untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Hanif, R. Y., Rukmi, H. S., & Susanty, S. (2015). Perbaikan Kualitas Produk Keraton
Luxury Di Pt. X Dengan Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis
(Fmea) Dan Fault Tree Analysis (FTA). Jurnal Online Teknik Industri Itenas,
Volume 3, Nomor 3, 137 - 147.
Meri, M., Irsan, & Hendri, w. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Pada Produk
Sumber Minuman sehat dengan Metode SPC. Teknologi Volume 7 Nomor 1, 119-
126.
Nasution, M. N. (2001). Management Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nasution, S., & Sodikin, R. D. (2018). Perbaikan Kualitas Proses Produksi Karton Box
Dengan Menggunakan Metode DMAIC Dan Fuzzy FMEA. urnal Sistem Teknik
Industri, Vol. 20 No. 2, 36-46.
Sari, D. P., Marpaung, K. F., Calvin, T., Mellysa, & Handayani, N. U. (2018). Analisis
Penyebab Cacat Menggunakan Metode FMEA Dan FTA Pada Departemen Final
Sanding PT Ebako Nusantara. Prosiding SNST ke-9 Tahun 2018 Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim, 125-130.
Simarmata, J. (2006). Pengenalan Teknologi Komputer dan Informasi. Yogyakarta: Andi.
Suryani, & Hendrayadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenandamedia Group.
13 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta
Raya
Tjahjaningsih , Y. S. (2016). Penentuan Prioritas Perbaikan Kegagalan Proses dalam
Pengendalian Kualitas dengan Mengintegrasikan FMEA dan Grey Theory.
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi, 170-175.

14 | Progam Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta


Raya

Anda mungkin juga menyukai