Anda di halaman 1dari 11

JITMI Vol.

1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PROSES STAMPING


PART 16334SF DENGAN PENERAPAN METODE TAGUCHI
DI PT. SURYA TOTO INDONESIA, Tbk

Ade Irawan11), M. Mualif1), Rahman N2)


1,
Dosen Teknik Industri Universitas Pamulang
2)
Mahasiswa Universitas Pamulang
1)
adherisma@gmail.com

ABSTRAK

PT. Surya Toto Indonesia, Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang
industri manufaktur sanitary, plumbing fitting, dan juga kitchen set. Salah satu produk
PT. Surya Toto Indonesia, Tbk adalah part 16334SF (Double Hook) Dengan banyaknya
permintaan pasar akan produk tersebut banyak pula cacat yang ditimbulkan. Oleh
karena itu untuk mengurangi jumlah cacat perlu adanya pengendalian kualitas.
Penelitian tugas akhir yang berjudul Analisis Pengendalian Kualitas Proses Stamping
Part 16334SF Dengan Penerapan Metode Taguchi ini bertujuan meminimalisasi cacat
yang terjadi pada proses stamping untuk part 16334SF. Agar tujuan tersebut dapat
tercapai dan dapat diaplikasikan oleh perusahaan maka dari hasil pemikiran, analisa
dan juga referensi penulis mencoba menggunakan metode taguchi, dengan menganalisa
faktor penyebab terjadinya cacat, dan melakukan eksperimen, berharap hasil dari
analisa, produk yang dihasilkan konsisten sesuai standar yang ditetapkan oleh
pelanggan. Dari hasil penelitian dan perhitungan yang dilakukan faktor A memberikan
kontribusi terhadap cacat retak sebesar 26% dan Faktor B sebesar 51%. Hasil
perhitungan Confidence Interval apabila menggunakan kombinasi optimum maka rata-
rata cacat retak yang didapatkan sekitar 3 pcs sampai 5 pcs dari 204 pcs, atau sekitar
1,5% sampai dengan 2,5%.

Kata kunci: Pengendalian kualitas, Produk cacat, Metode Taguchi.

I. PENDAHULUAN Indonesia, Tbk. Dari produksi bulan Januari


PT. Surya Toto Indonesia, Tbk adalah 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 dari total
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi 16422 pcs telah terjadi cacat retak
industri manufaktur perlengkapan sanitary, sebanyak 1869 pcs (11.38%) dimana cacat
plumbing fitting, dan juga kitchen set. tertinggi terjadi pada bulan Maret 2016, yaitu
Berdasarkan data hasil produksi seksi Forging dari jumlah produksi 2244 pcs terjadi cacat
dan output hasil produksi seksi Polishing tahun sebanyak 414 pcs (18,44%), bulan April 2016
2016 untuk periode Januari 2016 sampai dari jumlah produksi 5661 pcs terjadi cacat
dengan Juni 2016. Masalah cacat pada sebanyak 592 pcs (10,45%), dan bulan Mei
beberapa part masih cukup tinggi yang 2016 dari jumlah produksi 3213 pcs terjadi
tentunya sangat berdampak kurang efektifnya cacat sebanyak 386 pcs (12,01%). Hal ini
proses kerja baik di seksi Forging, Machining, tentunya sangat merugikan perusahaan dari
juga Polishing. Sehingga berdampak mundur waktu, biaya, tenaga dan juga pemikiran. Oleh
pada rencana Assembling dan mengganggu karena itu perlu adanya perbaikan dalam
terhadap janji ke konsumen. Berdasarkan dari proses produksi proses Stamping khususnya
data yang dimiliki oleh PT. Surya Toto
74
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

untuk Part 16334SF, yaitu dengan Produk cacat merupakan produk yang
meminimumkan cacat tersebut. dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas
yang sudah ditentukan. Standar kualitas yang
II. LANDASAN TEORI baik menurut konsumen adalah produk
tersebut dapat digunakan sesuai dengan
1 Pengertian Kualitas kebutuhan dan keinginan mereka, apabila
Kualitas berasal dari bahasa latin konsumen sudah merasa bahwa produk
qualis yang berarti “Sebagaimana tersebut tidak dapat digunakam sesuai
kenyataanya”. Kualitas merupakan keadaan kebutuhan dan keinginan mereka maka
produk yang berhubungan dengan barang produk tersebut akan dikatakan sebagai
maupun jasa berupa kinerja, keandalan, produk cacat.
keistimewaan, keawetan, dan keindahan yang suatu produk dikatakan cacat apabila
memenuhi bahkan melebihi harapan seseorang. produk tersebut tidak aman dalam
Faktor utama yang menentukan kinerja suatu penggunaanya serta tidak memenuhi syarat-
perusahaan adalah kualitas barang dan jasa syarat keamanan tertentu. Pengertian cacat
yang dihasilkan. Produk dan jasa yang juga diatur dalam KUH perdata, yaitu cacat
berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai yang ”sungguh-sungguh” bersifat sedemikian
dengan apa yang diinginkan konsumen. Jadi rupa yang menyebabkan barang itu ”tidak
dapat disimpulkan kualitas adalah totalitas dapat digunakan” dengan sempurna sesuai
bentuk, karakteristik dan atribut sebagaimana dengan keperluan yang semestinya dihayati
dideskripsikan didalam produk (barang/jasa), oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan
proses dan lingkungan yang memenuhi atau ”berkurangnya manfaat” benda tersebut dari
melebihi harapan/kebutuhan konsumen. tujuan semestinya
2 Pengertian Pengendalian Kualitas Penyebab suatu produk dikatakan
Pengendalian kualitas merupakan cacat ada tiga kategori, yaitu cacat produk,
aktivitas teknik dan manajemen melalui cacat desain, dan cacat peringatan atau
bagaimana kita mengukur karakteristik intruksi. Cacat produk merupakan cacat yang
kualitas dari output kemudian paling tidak diharapkan oleh konsumen karena
membandingkan hasil pengukuran itu dengan cacat jenis ini dapat membahayakan harta
spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, benda, kesehatan atau jiwa konsumen. Cacat
serta mengambil tindakan perbaikan yang desain merupakan salah satu hal merugikan
tepat apabila ditemukan perbedaan antara bagi konsumen apabila desain dari produk
performansi aktual dan standar. Pengendalian yang digunakan oleh konsumen tidak dipenuhi
kualitas adalah suatu sistem yang sebagaimana mestinya. Cacat peringatan-
dikembangkan untuk menjaga standar yang peringatan tertentu atau instruksi penggunaan
uniform dari kualitas hasil produksi, pada tertentu. Tanggung jawab atas cacat
tingkat biaya yang minimum dan merupakan peringatan ini sacara tegas dibebanjan kepada
bantuan untuk mencapai efisiensi perusahaan produsen, tetapi dengan syarat-syarat tertentu
(Irvan Julia Hanum Rukmini 2010:2). Untuk beban tanggung jawab juga dapat dibebankan
menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa kepada pelaku usaha lainnya seperti importir
yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan produk, distributor, atau pedagang
kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengecernya.
pengendalian kualitas atas aktivitas proses 4 Pengertian Proses Stamping
yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang Pada dasarnya proses pengepresan atau
berdasarkan inspeksi dengan penerimaan proses stamping menggunakan teknik
produk yang memenuhi syarat dan penolakan tumbukan yaitu dengan menekan atau
yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak menumbuk suatu material menjadi bentuk
bahan, tenaga, dan waktu yang terbuang yang diinginkan dengan alat pendukung mold
muncul pemikiran untuk menciptakan sistem yang terpasang pada Mesin. Pengertian dari
yang dapat mencegah timbulnya masalah proses stamping adalah proses tempa atau
mengenai kualitas agar kesalahan yang terjadi istilah umum adalah proses penempaan yaitu
tidak terulang lagi. proses pembentukan bahan baku logam yang
3 Produk Cacat (Defect) dipanaskan dengan suhu tinggi lalu dipress
75
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

atau dengan cara memberikan gaya tekan dan berpengaruh untuk statistik industri.
laju pembebanan tertentu, untuk menghasilkan Metode Taguchi adalah sebuah metode
produk setengah jadi. Pada proses tempa ini, dengan melakukan suatu analisa dari hasil
suhu dan volume material harus cukup untuk suatu proses, dan menentukan faktor tentang
dapat mengisi seluruh rongga cetakan dengan suatu proses atau populasi berdasarkan suatu
sempurna. Sulitnya menentukan volume yang analisis informasi yang terkandung didalam
tepat, maka sering digunakan volume benda sampel atau populasi itu. dan membandingkan
kerja yang relatif lebih besar. Kelebihan hasil pengukuran tersebut dengan spesifikasi/
volume ini akan menyebabkan terjadinya karakteristik output yang diinginkan
aliran material secara lateral yang melebar pelanggan, Metode statistik memberikan
keluar dari rongga mould dan membentuk pita peranan penting dalam jaminan kualitas.
logam yang tipis atau disebut bari/sirip untuk Metode Taguchi memberikan cara-cara pokok
mencegah terjadinya bari yang berlebihan atau dalam pengambilan sampel produk, pengujian
sirip yang terlalu lebar, pada mould dibuatkan serta evaluasinya dan informasi didalam data
block atau rongga penampung. itu yang akan digunakan untuk mengendalikan
Proses awal stamping biasanya dan meningkatkan pada saat proses produksi.
dimulai dengan pemotongan bahan baku Untuk menjamin proses produksi dalam
sesuai ukuran yang dikehendaki. Bahan baku kondisi baik dan stabil atau produk yang
yang melaui proses ini adalah batangan dihasilkan selalu dalam daerah standar.
kuningan (brass bar). Setelah pemotongan, Dalam percobaan Taguchi ada 3
batang logam ini dimasukkan kedalam tungku karakter kualitas yaitu sebagai berikut:
dengan suhu rata-rata 750°C, kemudian logam a. Smaller The Better
lunak ini ditekan pada cetakannya melalui Merupakan karakteristik terukur non
proses Stamping dengan menggunkan mesin negatif dengan nilai ideal nol. Pencapaian
Mecolpress, setelah produk dikeluarkan dari nilai yang mendekati nol maka kualitas
cetakan akan dilakukan proses pendinginan, semakin baik. Contoh: produk gagal
lalu proses Triming yaitu memotong bagian- (cacat), pemborosan, kebisingan dan
bagian yang tidak dikehendaki Operasi tempa limbah.
(stamping) pada umumnya dilakukan pada b. Nominal Is The Best
temperatur tinggi (hot working), terutama Merupakan karakteristk kualitas dengan
untuk benda kerja ukuran besar. Untuk nilai yang dapat berupa positif maupun
menjadi produk akhir, biasanya pembentukan negatif. Nilai yang diukur berdasarkan nilai
dengan tempa dilakukan secara bertahap. target yang sudah ditentukan. Nilai yang
setelah tahapan tempa, terakhir bari atau sisa mendekati target maka kualitas semakin
bagian yang tidak dipakai dihilangkan dengan baik. Contoh: ketebalan, berat, temperatur,
menggunakan mesin trimming, atau proses dan tekanan.
finishing. c. Large Is Better
5 Metode Taguchi Merupakan karakteristik terukur dengan
Metode Taguchi pertama kali nilai nol negatif dan nilai ideal tak hingga.
dicetuskan oleh Dr.Genichi Taguchi padatahun Pencapaian nilai tak hingga maka kualitas
1949 saat mendapat tugas untuk memperbaiki yang dihasilkan semakin baik. Contoh:
sistem komunikasi diJepang. Dr. Genichi kekuatan dan ketahanan.
Taguchi memiliki latar belakang engineering, 6 Orthogonal Array (OA)
juga mendalami statistika dan metematika Orthogonal Array diciptakan oleh
tingkat lanjut,sehingga ia dapat Jacques Handmard pada tahun1897, dan mulai
menggabungkan antara teknik statistik dan diterapkan pada perang dunia II oleh Plackett
pengetahuan engineering. Ia mengembangkan dan Burman. Matriks Taguchi secara
metode Taguchi untuk melakukan perbaikan matematis identik dengan matriks Hardmard,
kualitas dengan metode percobaan ‘baru’, hanya kolom dan barisnya dilakukan
artinya melakukan pendekatan lain yang pengaturan lagi. Keuntungan Orthogonal
memberikan tingkat kepercayaan yang sama Arraya dalah kemampuannya untuk
dengan Statistical Process Control (SPC). mengevaluasi beberapa faktor dengan jumlah
Taguchi telah membuat kontribusi yang sangat percobaan yang minimum.Jika pada
76
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

percobaan terdapat 7 faktor dengan level 2, 2. Memilih faktor yang diduga banyak
maka jika menggunakan full factorial akan berpengaruh dengan cara melakukan
7 analisa dan brainstorming
diperlukan 2 buah percobaan.Dengan
3. Memilih desain eksperimen yang akan
Orthogonal Array, jumlah percobaan yang
dilakukan.
perlu dilakukan dapat dikurangi sehingga akan
4. Melalukan eksperimen untuk memperoleh
mengurangi waktu dan biaya percobaan
data.
5. Melakukan analisa data dari eksperimen.
III. METODELOGI
6. Melakukan eksperimen dan analisa kembali
apabila diperlukan.
A. Lokasi Penelitian
7. Melakukan analisa verifikasi guna
Metodologi penelitian merupakan
mengambil kesimpulan akhir.
suatu cara atau prosedur yang berisi tahapan-
8. Melakukan perbaikan dengan hasil analisa
tahapan yang jelas yang disusun secara
menggunakan diagram tulang ikan.
sistematis dalam proses peelitian. Tiap tahapan
C. Teknik Pengumpulan Data
maupun bagian yang menentukan tahapan
Dalam upaya untuk memperoleh data-
selanjutnya sehingga harus dilalui dengan teliti
data pada penelitian ini, maka penulis
tempat dan waktu penelitian adalah:
melakukan berbagai upaya untuk
1. Tempat Penelitian
mengumpulkan data. Teknik pengumpulan
Mengingat besarnya sebuah perusahaan
data dalam penelitian ini menggunakan data
yang berada dibeberapa daerah dan terdiri
primer dan data sekunder.
dari banyak departemen dan divisi, maka
1. Data Primer
Penelitian dilakukan dibagian produksi
Data primer adalah data yang diperoleh
seksi Forging pabrik 3 divisi Fitting di PT.
langsung dari sumbernya, diamati dan
Surya Toto Indonesia, Tbk, yang berlokasi
dicatat untuk pertama kalinya. Data primer
di Jl MH. Thamrin KM7 Serpong
secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
Tangerang-Banten.
untuk kepentingan penelitian. Data primer
2. Waktu Penelitian
dapat diperoleh secara langsung dari objek
Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2016
penelitian dengan cara:
sampai bulan Desember 2016 dengan judul
a. Observasi
“Anilisis Pengendalian Kualitas Proses
Teknik pengumpulan data melalui
Stamping Part 16334SF Dengan Penerapan
pengamatan langsung untuk
Metode Taguchi”
mendapatkan data yang aktual yang
Objek Penelitian
terjadi dilapangan.
Objek penelitian difokuskan pada
b. Interview
kegiatan produksi hanya pada proses Stamping
Teknik pengumpulan data melalui
pada No part 16334SF diseksi Forging yang
ada di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. Unit Jumla Jenis Cacat
Serpong h Kuran Bint Total
B. Metode Penelitian Bulan No Part Produ Retak g ik Cacat
Penelitian harus mempunyai tujuan ksi (pcs) Penuh (pcs
(pcs)
dan arah yang jelas. Dengan adanya tujuan (pcs) )
yang jelas dan terencana dengan baik maka 1734 162 9 2 173
Jan-16 16334SF
kegiatan penelitian akan menjadi jelas. Karena
itu diperlukan sistematika kegiatan yang akan 765 45 6 5 56
Feb-16 16334SF
dilaksanakan dengan metode dan prosedur 2244 414 15 2 431
yang tetap mengarah kepada sasaran yang Mar-16 16334SF
ingin dicapai oleh penulis. Tahapan penelitian April-16 16334SF
5661 592 32 34 658
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3213 386 18 6 410
1. Survey lapangan untuk mendapatkan Mei-16 16334SF
faktor-faktor yang diduga mempengaruhi 2805 270 15 13 298
Juni-16 16334SF
terjadinya cacat pada proses Stamping.
16422 1869 95 62 2026
Jumlah
77
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

wawancara langsung dengan bagian produksi mengalami penurunan menjadi 765


terkait dengan masalah yang sedang pcs dikarenakan pada bulan tersebut
diteliti. permintaan pasar sedikit, namun pada bulan
c. Dokumentasi berikutnya jumlah produksi mengalami
Teknik pengumpulan data dari peningkatan. Dari penjelasan ini dapat kita
dokumen catatan atau arsip perusahaan simpulkan bahwa cacat terbanyak dan paling
yang diambil sesuai kebutuhan sering terjadi dari bulan Januari 2016 sampai
penelitian. dengan Juni 2016 adalah cacat retak, dimana
2. Data Sekunder cacat tertinggi terjadi pada bulan Maret 2016,
Data sekunder adalah data yang diperoleh yaitu dari jumlah produksi 2244 pcs terjadi
atau dikumpulkan penulis dari berbagai cacat sebanyak 414 pcs (18,44%).Cara untuk
sumber yang telah ada, Data sekunder ini mendeteksi atau mengetahui cacat-cacat
diperoleh dari berbagai sumber, buku-buku tersebut adalah dengan melihat hasil setelah
tentang pengendalian kualitas, jurnal-jurnal proses penghalusan (Polishing) dengan cara
yang berisi metode Taguchi. melihat secara visual dibawah cahaya lampu,
maka akan terlihat bagian mana yang tampak
cacat, lalu menandai cacat tersebut dengan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN sebuah pensil warna khusus dan
memisahkannya.
Part 16334SF (Double Hook) merupakan A. Prioritas Cacat Dengan Diagram Pareto
bagian dari produk PT. Surya Toto Indonesia, Untuk mengetahui jenis cacat yang
Tbk Unit Serpong.Namun seiring banyaknya akan diprioritaskan didalam melakukan analisa
permintaan pasar banyak pula cacat yang permasalahan perlu adanya pengolahan data.
ditimbulkan. Ada beberapa jenis cacat untuk Berikut data produk cacat yang diolah kedalam
part 16334SF yang terjadi diseksi Forging diagram pareto seperti pada Tabel 4.2 dibawah
proses Stamping antara lain: ini:
1. Retak Dari Tabel 4.2 dibawah diketahui ada
Retak adalah jenis cacat dimana terdapat 3 jenis cacat yaitu Retak, Kurang Penuh, dan
garis kecil seperti terkelupas pada bagian Bintik. Untuk menentukan frekuensi cacat
produk. Cacat jenis ini sulit terindentifikasi dilihat dari jumlah cacat yang tertinggi, retak
saat proses karena bagian permukaan 1869 pcs, kurang penuh 95 pcs, dan bintik 62
produk yang masih kasar. pcs.
2. Kurang Penuh (KP)
Kurang Penuh (KP) adalah jenis cacat yang Tabel 4.2 Pengolahan Data Produk Cacat Part
terjadi saat proses stamping. Cacat kurang 16334SF
penuh adalah dimana produk tidak Frekue Frekue
terbentuk secara sempurna atau ada bagian Frekue nsi Frekue nsi
Jenis
produk yang hilang. nsi Cacat nsi Cacat
No Caca
3. Bintik (Su) Cacat kumul Cacat kumul
t
(pcs) atif (%) atif
Bintik atau Su adalah jenis cacat dimana
(pcs) (%)
pada bagian body part terdapat bintik kecil
1 Reta 1869 1869 92,25 92,25
berwarna hitam. k
Adapun data dari jenis-jenis cacat 2 Kura 95 1964 4,69 96,94
untuk part 16334SF selama bulan Januari 2016 ng
sampai dengan bulan Juni 2016 dapat dilihat Penu
pada Tabel 4.1 dibawah ini: h
(KP)
Tabel 4.1 Data Produk Cacat Part 16334SF 3 Binti 62 2026 3,06 100
Bulan Januari 2016 Sampai Bulan Juni 2016 k
Sumber: PT. Surya Toto Indonesia,Tbk2016 (Su)
Berdasarkan data Tabel 4.1 Tot 2026 100
al
diatasterlihat bahwa, pada bulan Januari
produksi sebanyak 1734 pcs, bulan Februari Sumber: Diolah Sendiri, 2016
78
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

Untuk menghitung frekuensi cacat


kumulatif adalah dengan menjumlahkan nilai
frekuensi cacat pertama dengan nilai frekuensi
cacat sesudahnya, sebagai contoh untuk
menghitung nilai cacat kurang penuh, sebagai
berikut:
1869 pcs + 95 pcs = 1964 pcs.
Setiap cacat memiliki nilai persentase,
untuk menghitung nilai persentase frekuensi
cacat retak adalah sebagai berikut:
x 100% = x 100%
= 92,25 %
Untuk jenis cacat terendah adalah
cacat bintik (Su), untuk menghitung nilai Sumber: Diolah Sendiri, 2016
persentase frekuensi cacat bintik (Su) adalah Gambar 4.3 Diagram Pareto Jumlah Jenis
sebagai berikut: Cacat part 16334SF
x 100% = x
Dari Gambar 4.3 diatas terlihat bahwa
100% = 3,06 % prioritas untuk jenis cacat adalah cacat retak.
Untuk mendapatkan nilai persentase Cacat tersebut cukup tinggi hal ini tentunya
frekuensi cacat kumulatif adalah dengan sangat merugikan perusahaan dari waktu,
menjumlahkan nilai frekuensi cacat pertama biaya, tenaga dan juga pemikiran dan tentunya
dengan nilai frekuensi cacat sesudahnya, akan mengganggu rencana Assembling dan
sebagai contoh untuk menghitung nilai cacat berpengaruh pada janji ke konsumen yang
kumulatif kurang penuh, sebagai berikut: harus dipenuhi.
92,25 % + 4,69 % = 96,94%. 3 Perencanaan Eksperimen
Berdasarkan Tabel 4.2 pengolahan Sebelum melakukan perencanaan
data produk cacat part 16334SF bulan Januari eksperimen kita perlu melakukan analisa untuk
2016 sampai dengan bulan Juni 2016, maka mengetahui akar penyebab terjadinya cacat
dapat dibuat diagram pareto seperti Gambar retak pada part 16334SF. Analisa adalah suatu
4.3 berikut ini: usaha dalam mengamati secara detail pada
Maka berdasarkan data hasil analisa suatu hal atau benda dengan cara menguraikan
diatas, penulis ingin menentukan dan komponen-komponen pembentuknya atau
mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh menyusun komponen tersebut untuk dikaji
pada terjadinya pada cacat retak tersebut, lebih lanjut. Suatu tindakan dan langkah
untuk itu dilakukan penelitian untuk improvement akan mudah dilakukan jika
mendapatkan faktor yang berpengaruh dan masalah dan akar penyebab sudah ditemukan.
mengetahui besar pengaruh dari masing- Tujuan tahap analisa adalah untuk
masing faktor tersebut, kemudian mengetahui memverifikasi penyebab yang mempengaruhi
level yang tepat bagi tiap faktor sehingga terjadinya cacat (defect). Maka dilakukan
proses produksi mencapai tingkat kecacatan analisa untuk Part 16334SF dengan cara
minimum. pengamatan dilapangan dan melakukan
brainstorming. Dari hasil brainstorming, hal
yang paling dominan yang paling
mempengaruhi terjadinya cacat retak pada Part
16334SF ada 2 faktor yaitu temperatur/suhu
material sebelum proses, dan takaran oli
pelumas pada mold (cetakan) saat proses
produksi. Karena faktor takaran oli pelumas
dan suhu temperature material sangat besar

79
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

pengaruhnya terhadap kualitas yang kombinasi dari semua level dan faktor. Lihat
dihasilkan. Tabel 4.4 dibawah ini.

4 Pemilihan Orthogonal Array dan Data Tabel 4.4 Eksperimen Dengan Full Factorial
Hasil Eksperimen Design
Penentuan faktor dan level untuk Run A B R1
eksperimen dilakukan dengan 1 Low ( - ) Low ( - ) (-)(-)
mempertimbangkan hasil perencanaan
eksperimen. Pertimbangan lain untuk 2 Low ( - ) High ( +) (-)(+)
menentukan faktor dan level adalah masih
dalam batasan yang bisa ditangani oleh 3 High ( + Low ( - ) ( + ) ( - )
perusahaan sehingga eksperimen tidak akan )
memberikan kerugian terhadap perusahaan. 4 High ( + High ( + ( + ) ( +
Karakteristik kualitas yang digunakan dalam ) ) )
penelitian ini adalah Smaller the Better artinya Sumber: Hasil Penelitian, 2016
Pencapaian nilai yang mendekati nol maka
kualitas semakin baik Untuk melihat faktor dan Tabel 4.4 diatas adalah matrik
level faktor dapat dilihat pada Tabel 4.3 orthogonal yang akan digunakan dalam sebuah
dibawah ini. eksperimen, dimana A adalah takaran oli
pelumas dan B adalah temperature material
Tabel 4.3. Faktor Dan Level Penelitian yang masing-masing terdiri dari 2 level yaitu
low (rendah) dilambangkan dengan (-) dan
high (tinggi) dilambangkan dengan (+). kolom
Level
Faktor R1, R2, R3 dan R4 adalah result hasil
Low ( - ) High ( + ) percobaan yang dilakukan atau respon dari
A. Takaran Oli sebuah eksperimen. Dimana Kolom dengan
3mL 8mL tanda (-)(-) artinya eksperimen dilakukan
Pelumas Mold
B. Temperature 500°C - 700°C - dengan kombinasi faktor A level low (-) dan
material 550°C 750°C faktor B level low (-), kolom tanda (-)(+)
artinya eksperimen dilakukan dengan
Level
Faktor kombinasi faktor A level low (-) dan faktor B
Low ( - ) High ( + ) level high (+), kolom tanda (+)(-) artinya
A. Takaran Oli eksperimen dilakukan dengan kombinasi
3mL 8mL faktor A level high (+) dan faktor B level low
Pelumas Mold
B. Temperature 500°C - 700°C - (-), kolom tanda (+)(+) artinya eksperimen
material 550°C 750°C dilakukan dengan kombinasi faktor A level
Sumber: Surya Toto Indonesia, Tbk 2016 high (+) dan faktor B level high (+).
Eksperimen dilakukan 4 kali percobaan dan
Dari Tabel 4.3 Pengamatan yang akan dilakukan sebanyak 4 kali pengulangan
dilakukan pada Eksperimen ini memiliki 2 (replikasi), jadi totalnya ada 16 kali percobaan,
faktor yaitu A,B. Dimana A adalah takaran oli ini akan memberikan lebih banyak data pada
pelumas dan B adalah temperature material. setiap kombinasi sehingga akan meningkatkan
Masing-masing faktor mempunyai 2 level, Low tingkat kepercayaan.
(rendah) dilambangkan dengan (-) dan High Untuk melihat hasil eksperimen part
(tinggi) dilambangkan dengan (+). Setelah 16334SF lihat Tabel 4.5 dibawah ini.
menentukan faktor dan level maka akan
dilakukan pengujian/eksperimendari komposisi
faktor dan tinggi rendahnya level tersebut
terhadap 204pcs tiap satu kali
percobaan/eksperimen. Pengujian dilakukan
dengan Full factorial design, yaitu dimana
sebuah eksperimen dilakukan terhadap

80
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

= 34 pcs.
Untuk menghitung rata-rata cacat dari
kombinasi yang sama sebagai berikut :
Rata-rata
Tabel 4.5 Orthogonal Array dan Data Hasil =
Cacat(-)(-)
Juml Jumlah Cacat Tot = 8,5 = 9 pcs
Level Dari nilai hasil eksperimen yang
ah Retak (pcs) al Rata-
R Part Ca rata didapatkan dapat dihitung rata-rata jumlah
u yang R R R R cat Cacat cacat retak yang terjadi tiap kombinasi. Seperti
A B diuji (pc (pcs) terlihat pada Gambar 4.5 bahwa settingan
n 1 2 3 4
(pcs) s) takaran oli 3 mL (-) rata-rata cacat retak
( ( 204 sebanyak 9 pcs dan 5pcs sedangkan settingan
1 - - 8 9 9 8 34 9 takaran oli 8 mL (+) rata-rata cacat retak
) ) sebanyak 11 pcs dan 8pcs jika dibandingkan
( 204 hasil dengan takaran oli 3mL menghasilkan
(
+ cacat retak lebih sedikit. Dan settingan
2 - 5 6 2 4 17 5
Temperature material 500°C-550°C rata-rata
)
) cacat retak 9 pcs dan 11 pcs sedangkan
( ( 204 1 1 1
settingan Temperature material 700°C-750°C
3 + - 9 42 11 rata-rata cacat retak sebanyak 5 pcs dan 8 pcs
1 2 0
) ) jika dibandingkan hasil dengan settingan
( 204 Temperature material 700°C-750°C
( menghasilkan cacat retak lebih sedikit jadi
+
4 + 8 6 8 8 30 8
didapatkan settingan terbaiknya adalah
)
) kombinasi dari settingan temperature material
Total 33 700°C-750°C dan dengan takaran oli pelumas
Eksperimen 3mL menghasilkan kualitas proses Stamping
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 untuk part 16334SF lebih baik.
Data hasil eksperimen pada Tabel 4.5
diketahui jumlah pengujian sebanyak 4 kali 5 Menghitung Rata-rata Cacat Retak
pengujian dan dilakukan berulang sebanyak 4 Dengan Metode Anova
kali, sehingga diketahui:banyak pengujian n = Untuk mengetahui hipotesis dari hasil
4, dilakukan berulang sebanyak 4 kali N= nxn eksperimen dan menghitung jumlah rata-rata
= 4x4= 16, Banyak level a = 2, Jumlah kolom cacat retak yang terjadi pada part 16334SF,
percobaan k = 4, Tingkat ketelitian ɑ= 0,05. maka digunakan rumus Anova satu arah (one
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat nilai dari jumlah way) dengan tingkat keyakinan 95%. maka
cacat retak yang terjadi dari masing-masing kriteria pengambilan keputusan sebagai
eksperimen, untuk nilai R1 dari 204 pcs bahan berikut:
baku/material yang di proses dengan settingan Ho : Tidak ada pengaruh faktor A dan B
A(-) B(-) jumlah cacat retak yang terjadi terhadap hasil eksperimen.
sebanyak 8 pcs, begitu pula dengan nilai R2 Tolak Ho jika F-hitung > F-tabel.
dari 204 pcs bahan baku/material yang Untuk melihat hasil respon
diproses jumlah cacat retak yang terjadi perhitungan dari eksperimen dapat dilihat pada
sebanyak 9 pcs, R3 dari 204 pcs bahan Tabel 4.6
baku/material yang diproses jumlah cacat retak
yang terjadi sebanyak 9 pcs dan R4 dari 204 Tabel 4.6 Tabel respon dari pengaruh faktor
pcs bahan baku/material yang diproses jumlah Respon (pcs)
Eksperimen
cacat retak yang terjadi sebanyak 8 pcs. Untuk X X² yA yB
menghitung total cacat dari kombinasi yang R1 8 64 ̶8 ̶8
sama sebagai berikut: R1 5 25 ̶5 5
Total Cacat = R1+R2+R3+R4
(-)(-) 81
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

R1 9 81 9 ̶9
JKTA = = = 27,56
R1 8 64 8 8
R2 9 81 ̶9 ̶9
6. Menghitung Jumlah Kuadrat Tengah error
R2 6 36 ̶6 6
(JKTe) dengan rumus:
R2 11 121 11 ̶ 11
R2 6 36 6 6 JKTe = = = 1,61
R3 9 81 ̶ 9 ̶9
R3 2 4 ̶2 2
R3 12 144 12 ̶ 12 7. F hitung A = = =17,11
R3 8 64 8 8
R4 8 64 ̶8 ̶8 8. F hitung B = = = 32,64
R4 4 16 ̶4 4
R4 100 10 9. F tabel A,B ɑ = 0,05.
10 ̶ 10
= db1, db2
R4 8 64 8 8 = 1, 12 = 4,75
Σ 123 1045 21 ̶ 29
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Anova Rata-rata
Selanjutnya dilakukan beberapa Cacat Retak
tahapan perhitungan untuk penyelesaianya,
Sumber Jumlah Kuadrat F F
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Keragaman
db
Kuadrat Tengah hitung Tabel
1. Menghitung derajat bebas db (degrees of
fredom) A 1 27,56 27,56 17,11 4,75
dbA = a dberror = k dbtotal =
B 1 52,56 52,56 32,64 4,75
–1 (n-1) dbA+ dbB
= 2 = 4 (4-1) +dbB
–1 = 12 =1+1+ Error 12 19,32 1,61 - -
=1 12
= Total 14 99,44 - - -
14
2. Menghitung Jumlah Kuadrat total (Jktot) Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016
dengan rumus:
Tabel 4.7 diatas merupakan nilai-nilai
Jktot = Σx² ̶ yang didapat dari hasil uji statistik ANOVA,
dari Tabel 4.7 diatas maka dapat ditarik
= 1045 ̶ = 1045 kesimpulan.
Ho : tidak ada Pengaruh faktor A dan B
– 945,56 = 99,44 terhadap hasil eksperimen.
3. Menghitung Jumlah Kuadrat A (JKA) Tolak Ho jika F-hitung > F-tabel.
dengan rumus: 1. Ho(A) :F hitung =17,11 dan F tabel = 4,75
karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
JKA = = = = 27,56
2. Ho(B) : F hitung = 32,64 dan F tabel = 4,75
karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak.
4. Menghitung Jumlah Kuadrat error (JKe) 6 Interpretasi Hasil Eksperimen
dengan rumus: Interpretasi atau penafsiran hasil
JKe = Jktot – (JKA+ JKB) eksperimen proses stamping terhadap cacat
= 99,44 – (27,56+52,56) retak yang terjadi untuk part 16334SF.
= 99,44 – 80,12 = 19,32 1. Menghitung persentase kontribusi
Persentasi kontribusi dilakukan untuk tiap
5. Menghitung Jumlah Kuadrat Tengah A interaksi faktor yang signifikan, yaitu faktor
(JKTA) dengan rumus: A dan B.
Hasil perhitungan persentase kontribusi
untuk faktor A adalah:
82
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

JK’A = 27,56 – 1 x 1,61 = 25,95 Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016


JK’T = 99,44
A1 = = = 6,37 = 6 pcs
P= x 100
2. Menghitung rata-rata cacat retak faktor B
= x 10 = 26% level 2(+) high
Tabel 4.9. Menghitung Rata-rata Cacat Retak
Dari hasil perhitungan persentase Run B R1 R2 R3 R4 Total
kontribusi diatas itu artinya untuk faktor A
(takaran oli pelumas) memberikan 2 (+) 5 6 2 4
kontribusi terhadap cacat retak untuk part 47
4 (+) 8 6 8 8
16334SF sebesar 26%.
Hasil perhitungan persentase kontribusi Sumber: Hasil Pengolahan Data,
untuk faktor B adalah: 2016
JK’B = 52,56 – 1 x 1,61 = 50,95
JK’T = 99,44 B2 = = = 5,87 = 6 pcs

P= x 10 = x 100 = 51 % 3. Menghitung rata-rata total cacat retak


Run R1 R2 R3 R4 Total
Dari hasil perhitungan persentase kontribusi
diatas itu artinya untuk faktor B 1 8 9 9 8
(temperature material) memberikan 2 5 6 2 4
kontribusi terhadap cacat retak untuk part 123
16334SF sebesar 51%, untuk sisanya 3 9 11 12 10
sebesar 23% dipengaruhi oleh faktor lain. 4 8 6 8 8

7 Interval Kepercayaan (Confidence Tabel 4.10. Menghitung Rata-rata Total Cacat


interval) Retak
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016
Langkah terakhir dari proses
rancangan percobaan adalah eksperimen T= = = 7,68 = 8 pcs
konfirmasi. Eksperimen ini dilaksanakan
dengan melakukan suatu pengujian yang 4. Menghitung estimasi kondisi optimal rata-
menggunakan kombinasi tertentu dan faktor- rata cacat retak.
faktor dan level-level dari hasil evaluasi X = A1 + B2 – T = 6 + 6 – 8 = 4 pcs
sebelumnya. Interval Kepercayaan (Confidence 5. Interval kepercayaan (Confidence Interval)
Diketahui:
interval) adalah sebuah interval antara dua
angka dimana dipercaya nilai parameter Ftabel = db1,error = 1,12 = 4,74
sebuah populasi parameter terletak dalam JKTe = 1,61
interval tersebut. Sebelum menghitung interval Ne = Jumlah data yang efektif dari
kepercayaan, dihitung dulu nilai prediksi percobaan
kombinasi optimal yang signifikan, kombinasi Ne =
optimal yang signifikan adalah faktor A level 1
(low) dan faktor B level 2 (high). Nilai
= = 5,33
pencapaian optimal rata-rata cacat retak part
16334SF adalah sebagai berikut.
1. Rata-rata cacat retak faktor A level 1 (-)
low CI = ± = ± CI = ±
Tabel 4.8. Menghitung Rata-rata Cacat Retak
R R R Tota
Run A R1
2 3 4 l = ± 1.43 = 1
1 (-) 8 9 9 8
51 X ̶ CI ≤ µpredicted ≤ X̄ + CI
2 (-) 5 6 2 4
83
JITMI Vol.1 Nomor 1 Maret 2018 ISSN : 2620 – 5793

4 ̶ 1 ≤ µpredicted ≤ 4 + 1 Pramono, Yohan, ”Optimasi Proses Injeksi


3 ≤ µpredicted ≤ 5 Dengan Metode Taguchi”. Jurnal
Hasil perhitungan confidence Interval Teknik Industri, Universitas Kristen
diatas menunjukan bahwa apabila Petra. Surabaya 2011.
menggunakan kombinasi optimal maka rata- Prof. Dr Sugiyono, ”Statistika untuk
rata cacat retak untuk part 16334SF yang penelitian”, PT. Alfabeta, Bandung
didapatkan sekitar 3 pcs sampai dengan 5 pcs 2015.
setiap sampel 204 pcs part 16334SF, atau Rahtomo, Wahyu, “Pelatihan Design Of
sekitar 1,5% sampai dengan 2,5%. Eksperimen (DOE)”. PQM
Consultan. Jakarta 2015.
Sidartawan, Robertus,. ”Pengendalian Proses
Produksi Snack Menggunakan
V. KESIMPULAN Metode SPC”. Teknik Industri,
Dari hasil pembahasan yang telah Universitas Jember, Jember 2014
dibahas pada bab iv, maka dapat ditarik Sunyoto, Danang, ”Statistika Dekskritif dan
kesimpulan bahwa: Probabilitas”. Center For Akademic
1. Untuk meminimalisasi cacat yang terjadi Publishing Service. Yogyakarta 2016
pada proses stamping bahwa dari hasil Yandra, Arkeman.”Identifikasi dan Evaluasi
perhitungan Confidence interval apabila Resiko pada Rantai Pasok Argo
menggunakan kombinasi optimal maka Industri udang Himpunan Petani”,
rata-rata cacat retak yang didapatkan sekitar Jurnal Teknik, Bogor 2014.
3 pcs sampai dengan 5 pcs setiap sampel Yusuf Yasin, M. ”Analisis Kualitas Produk
204 pcs atau sekitar 1,5 % sampai dengan Menggunakan Metode SPC Untuk
2,5%. Hasil ini membuktikan bahwa hasil Mengurangi Jumlah Cacat Produk
eksperimen sudah menurunkan jumlah Kantong Plastik di PT. HSKU”.
cacat retak lebih baik dari sebelumnya. Jurnal, Teknik Industri, Universitas
2. Cara mengendalikan faktor penyebab Negeri, Surabaya 2016..
terjadinya cacat retak pada proses stamping
untuk produksi part 16334SF yaitu dengan
settingan temperature material 700°C-
750°C (+) dan settingan takaran oli pelumas
3mL (-).dari hasil 4 kali observasi dari 204
pcs/observasi rata-rata cacat retak hanya 5
pcs untuk part 16334SF. Itu berarti hasil
kualitas produksi part 16334SF sudah dapat
dikendalikan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Danang, Sunyoto,. “Statistika Terapan Untuk
Penelitian”, Yogyakarta 2012.
Haming, Murdifin.”Manajemen Produksi
Modern Operasi Manufaktur. Bumi
Aksara, Jakarta 2014.
Ishikawa, Kaoru. dan David, J.”Pengendalian
Mutu Terpadu”. Remaja Rosdakarya,
Bandung 2012.
Kurniawan, Cakra, ”Optimalisasi Jumlah
Batu Bata Yang Pecah
Menggunakan Design Eksperimen
Taguchi”. Jurnal Fakultas teknik
Universitas Diponegoro, Semarang
2014..
84

Anda mungkin juga menyukai