2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
ABSTRAK
ABSTRACT
105
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
106
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana Standar kualitas barang setengah jadi.
didiskripsikan di dalam produk dan jasa yang Standar kualitas barang jadi.
bersangkutan. Dengan demikian yang Standar administrasi, pengepakan dan
dimaksudkan dengan kualitas ini akan sangat pengiriman produk akhir tersebut sampai
erat berhubungan dengan produk dan jasa ke tangan konsumen.
tersebut, karena menunjuk langsung terhadap Tahapan pengendalian/ pengawasan kualitas
atribut atau sifat-sifat dari produk dan jasa [3]. terdiri dari 2 tingkatan antara lain [7]:
Suatu produk dikatakan cacat apabila produk 1. Pengawasan selama pengolahan (proses)
tersebut tidak aman dalam penggunaannya serta yaitu dengan mengambil contoh atau
tidak memenuhi syarat-syarat keamanan tertentu sampel produk pada jarak waktu yang
Produk dengan standar kualitas yang baik sama, dan dilanjutkan dengan
nantinya akan menjadi senjata utama saat pengecekan statistik untuk melihat
bersaing dengan produk dari perusahaan lainnya. apakahproses dimulai dengan baik
Kualitas merupakan kunci keberhasilan bagi atau tidak. Apabila mulainya salah,
sebuah industri agar mampu bersaing dan maka keterangan kesalahan ini dapat
memimpin pasar [4]. Produk cacat dapat diteruskan kepada pelaksana semula
dikendalikan dengan melalui pengendalian untuk penyesuaian kembali. Pengawasan
kualitas. Pengendalian kualitas bukan berarti yang dilakukan hanya terhadap sebagian
bahwa kualitas produk yang dikendalikan dari proses, mungkin tidak ada artinya
melainkan mengendalikan proses produksi agar bila tidak diikuti dengan pengawasan
kecacatan produk yang dihasilkan tidak pada bagian lain. Pengawasan terhadap
mengalami peningkatan kembali. Pengendalian proses ini termasuk pengawasan atas
kualitas itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk
kualitas produk yang dihasilkan sebuah proses.
perusahaan dengan cara mengurangi faktor 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah
kesalahan, cacat produk, kegagalan, dan diselesaikan walaupun telah diadakan
ketidaksesuaian spesifikasi [5]. pengawasan kualitas dalam tingkat-
Quality Control adalah suatu kegiatan untuk tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat
memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu menjamin bahwa tidak ada hasil yang
atau ukuran seberapa dekat sebuah barang atau rusak atau kurang baik ataupun tercampur
jasa memiliki kesesuaian dengan standar-standar dengan hasil yang baik. Untuk menjaga
yang dicantumkan yang dapat tercermin dalam supaya hasil barang yang cukup baik
hasil akhir atau pengendalian kualitas dapat atau paling sedikit rusaknya, tidak
dikatakan juga sebagai usaha untuk keluar atau lolos dari pabrik sampai ke
mempertahankan mutu dan kualitas dari barang konsumen/ pembeli, maka diperlukan
yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi adanya pengawasan atas produk akhir.
produk yang telah ditetapkan berdasarkan Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan-kebijakan perusahaan. Untuk pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan
memperoleh hasil pengendalian kualitas adalah [8]:
yang efektif, maka pengendalian terhadap a. Kemampuan Proses, batas-batas yang
kualitas suatu produk dapat dilaksanakan ingin dicapai haruslah disesuaikan dengan
dengan menggunakan teknik-teknik kemampuan proyek yang ada. Tidak ada
pengendalian kualitas, karena tidak semua gunanya mengendalikan suatu proses
hasil produksi sesuai dengan standar yang dalam batas-batas yang melebihi
telah ditetapkan. Terdapat beberapa standar kemampuan atau kesanggupan proses yang
kualitas yang bias ditentukan oleh perusahaan ada.
dalam upaya menjaga output barang hasil b. Spesifikasi yang berlaku, spesifikasi hasil
produksi diantaranya [6] : produksi yang ingin dicapai harus dapat
Standar kualitas bahan baku yang akan berlaku, bila ditinjau dari segi kemampuan
digunakan. proses dan keinginan atau kebutuhan
Standar kualitas proses produksi konsumen yang ingin dicapai dari hasil
(mesin dan tenaga kerja yang produksi tersebut. Dalam hal ini haruslah
melaksanakannya). dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi
107
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
tersebut dapat berlaku dari kedua segi yang menerus dengan mengizinkan aliran produk
telah disebutkan diatas sebelum dengan sistem tarik (pull system) dari sudut
pengendalian kualitas pada poses dapat pelanggan dengan tujuan kesempurnaan
dimulai. kepuasaan pelanggan [11].
108
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
kemudian dikenal sebagai Just – In – Time c. Necessary non value adding activity adalah
Manufacturing. Konsep Lean Manufacturing aktivitas yang tidak memberikan nilai
bertujuan untuk mengubah suatu organisasi di tambah pada produk atau jasa dimata
perusahaan menjadi lebih efisien dan kompetitif. customer, tetapi dibutuhkan pada prosedur
Aplikasi dari konsep Lean Manufacturing yaitu atau sistem operasi yang ada. Aktivitas ini
mengurangi lead time dan meningkatkan output tidak dapatdihilangkan dalam jangka
dengan menghilangkan pemborosan yang terjadi pendek tetapi dapat dibuat lebih efisien.
di sebuah perusahaan. Dari permasalahan diatas, Untuk menghilangkan aktivitas ini
penelitian ini menggunakan value stream dibutuhkan perubahan yang cukup besar
mapping (VSM) yang merupakan salah satu tools pada sistem operasi yang memerlukan
dari Lean Manufacturing untuk menyelesaikan jangka waktu yang cukup lama.
permasalahan yang ada. Dari penggunaan VSM Contohnya, melakukan aktivitas inspeksi
diharapkan dapat mengoptimalkan performansi pada setiap produk di setiap mesin
dan meminimasi atau mengeliminasi pemborosan dikarenakan produksi menggunakan mesin
(waste) pada lantai produksi serta memberikan yang sudah tua. Sedangkan necessary non
usulan tindakan perbaikan agar proses lebih value adding activity kemungkinan dapat
efisien. Value Stream Mapping adalah alat proses menjadi pemborosan, akan tetapi dilihat
pemetaan yang berfungsi untuk mengidentifikasi dari prosedur operasinya terlebih dahulu.
aliran material dan informasi pada proses Contoh : memindahkan tool dari tangan
produksi dari bahan menjadi produk jadi. Value satu ke tangan yang lain.
Stream Mapping adalah sebuah metode visual Lean Six Sigma menyatakan terdapat lima
untuk memetakan dan informasi dari masing- prinsip dasar dari lean, yaitu [15]:
masing stasiun kerja. Value Stream Mapping ini a. Mengidentifikasi nilai produk (barang
dapat dijadikan titik awal bagi perusahaan untuk dan/atau jasa) berdasarkan perspektif
mengenali pemborosan dan mengidentifikasi pelanggan, dimana pelangggan
penyebabnya. Dengan menggunakan value menginginkan produk (barang dan/atau
stream mapping berarti memulai dengan jasa) berkualitas superior, dengan harga
gambaran besar dalam menyelesaikan yang kompetitif pada penyerahan yang
permasalahan bukan hanya pada proses-proses tepat waktu.
tunggal dan melakukan peningkatan secara b. Mengidentifikasi value stream process
menyeluruh dan bukan hanya pada proses-proses mapping (pemetaan proses pada value
tertentu saja. Value Stream Mapping stream) untuk setiap produk (barang
digambarkan dengan simbol-simbol yang dan/atau jasa).
mewakili aktivitas. Dimana terdapat dua aktivitas c. Menghilangkan pemborosan yang tidak
yaitu value added dan non value added [14]. bernilai tambah dari semua aktivitas
Aktivitas yang sering terjadi dalam proses sepanjang proses value stream itu.
produksi [14] : d. Mengorganisasikan agar material,
a. Value adding activity, yaitu aktivitas yang informasi, dan produk itu mengalir secara
menurut customer mampu memberikan lancar dan efisien sepanjang proses value
nilai tambah pada suatu produk/jasa stream menggunakan sistem tarik (pull
sehingga customer rela membayar untuk system).
aktivitas tersebut. Contohnya memperbaiki e. Mencari terus-menerus berbagai teknik dan
mobil yang rusak pada jalan tol. alat-alat peningkatan (improvement tools
b. Non value adding activity, yaitu and techniques) untuk mencapai
merupakan aktivitas yang tidak keunggulan (excellence) dan peningkatan
memberikan nilai tambah pada suatu terusmenerus (continous improvement).
produk atau jasa di mata customer.
Aktivitas ini merupakan waste yang harus 2.4 Poka Yoke
segera dihilangkan dalam suatu sistem
produksi. Contohnya melakukan Poka Yoke berasal dari bahasa Jepang yang
pemindahan material dari suatu rak ke rak artinya adalah mencegah kesalahan yang
lainnya sehingga akan membuat operator dikarenakan oleh kecerobohan oleh tenaga
bergerak mengelilingi lini produksi. manusia. Menurut konsep Poka Yoke pada
109
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
dasarnya sifat manusia adalah pelupa dan kemampuan yang lebih besar
cenderung untuk berbuat salah. Apalagi yang melaksanakan pekerjaan, kemampuan
sering terjadi ditempat kerja. Pekerjalah yang lebih besar untuk tetap meningkatkan dan
sering disalahkan [16]. Sederhananya Poka Yoke memperbaiki segala sesuatu, pekerja
adalah menghindari kesalahan dalam produksi merupakan bagain dari pelayanan.
atau kerja. Konsep Poka Yoke ditemukan oleh c. Memenuhi kebutuhan dan tujuan
Shigeo Shingo, seorang insinyur di Matsushita organisasi, yang dapat meliputi
manufacturing dan merupakan bagian dari keuntungan, pertumbuhan, nilai, dan
Toyota Production System. Poka Yoke awalnya pengaruh.
disebut sebagai Baka Yoke, namun karena artinya Metodologi Poka Yoke terdiri dari Identify
kurang pantas, yaitu “menghindari ketololan”, Problem, yang merupakan langkah awal dalam
maka kemudian diubah menjadi Poka Yoke. mengidentifikasi permasalahan dengan
Secara umum, Poka Yoke didefinisikan sebagai melakukan identifikasi proses yang berpotensi
suatu konsep manajemen mutu guna menghindari dalam menimbulkan permasalahan. Observation
kesalahan akibat kelalaian dengan cara at Workstation, merupakan langkah setelah
memberikan batasan-batasan dalam mengetahui sumber masalah dan masalah apa
pengoperasian suatu alat atau produk dan pada saja yang terjadi menggunakan diagram tulang
umumnya berkaitan dengan isu produk cacat atau ikan. Brainstorming for Idea, dilakukan dengan
defects. Shigeo Shingo memperkenalkan 3 jenis cara mengajukan masalah yang diteliti kepada
Poka Yoke [17]: pihak internal perusahaan yang terkait, kemudian
1. Metode Kontak, mengidentifikasi apakah mempelajari masalah tersebut dan setelahnya
ada kontak antara alat dan produk. akan dicari rencana dan solusi perbaikan
2. Metode Nilai-Tetap, memastikan apakah menggunakan kreatifitas pemikiran yang ada oleh
sejumlah tertentu gerakan telah dilakukan. beberapa pihak internal perusahaan yang
3. Metode Tahap-Gerak, memastikan apakah berkaitan tersebut. Select Best Idea, setelah
sejumlah langkah proses tertentu telah mendapatkan beberapa alternatif solusi oleh
dilakukan. beberapa pihak internal perusahaan yang terkait,
Ada 2 model pendekatan dari Poka Yoke yaitu langkah selanjutnya adalah dengan memilih
[18] : solusi terbaik dari semua solusi yang terkumpul.
4. Pendekatan Warning System. Istilah lain Implementation Plan and Implementation, pada
dari pendekatan ini adalah warning Poka tahap ini perusahaan mulai
Yoke. Pendekatan warning system adalah mengimplementasikan solusi terbaik yang
pendekatan yang memberikan sebuah didapat melalui perundingan yang telah
peringatan dapat berupa lampu ataupun dilakukan sebelumnya. Monitoring and Sign Off,
bunyi tertentu saat sistem mendeteksi merupakan langkah terakhir, langkah dimana
terjadinya kesalahan. saatnya perusahaan memonitor setiap proses
5. Pendekatan Pencegahan. Istilah lain dari produksi menggunakan perbaikan yang telah
pendekatan ini adalah control Poka Yoke. ditetapkan [19].
Pendekatan pencegahan adalah mencegah Poka yoke ini didasarkan pada filosofi bahwa
kesalahan terjadi dan tidak memungkinkan orang tidak secara sengaja membuat kesalahan
terjadinya kesalahan, karena telah dicegah atau melakukan pekerjaan dengan tidak benar,
dari sistem. tetapi kesalahan terjadi karena berbagai alasan.
Dari penerapan Lean, terdapat tiga hasil yang Prinsip dari poka yoke adalah mencegah
diharapkan yaitu sebagai berikut: terjadinya kesalahan karena sifat manusiawi yaitu
a. Proses yang lebih baik Yaitu memberikan lupa, tidak tahu, dan tidak sengaja, sehingga tidak
nilai yang lebih banyak kepada pelanggan hanya menghabiskan energi untuk mengigatkan
dan melakukannya dengan lebih efisien. dan menyalahkan orang untuk mencegah
Efisien yang dimaksud adalah mampu terjadinya kesalahan [20].
mengurangi biaya, pemborosan, dan Poka Yoke berfungsi optimal saat ia
tindakan yang paling sedikit. mencegah terjadinya kesalahan, bukan pada
b. Kondisi Kerja yang lebih baik Yaitu penemuan adanya kesalahan. Karena kelalaian
meliputi aliran kerja yang lebih jelas, operator atau pekerja biasanya terjadi akibat letih,
pembagian nilai dan tujuan kerja, ragu-ragu atau bosan/jenuh. Jadi Poka Yoke
110
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
mencegah terjadinya kesalahan atau kerusakan a. Data Primer, berupa penjelasan secara
atau defect yang bisa terjadi akibat human error. langsung dari pihak internal perusahaan
Keberadaan Poka Yoke menjadi sangat berarti secara lisan melalui proses wawancara
karena solusi mencegah terjadinya kelalaian b. Data Sekunder, berupa data pelengkap
tersebut sama sekali tidak memerlukan perhatian berupa tulisan seperti data analisa
penuh dari operator bahkan saat si operator produk.
sedang tidak fokus dengan apa yang
dikerjakannya. Penerapan konsep Poka Yoke
dalam kehidupan sehari-hari pun ternyata sangat 3.3 Teknik Analisis Data
banyak ditemukan.
Teknik analisis data menggunakan beberapa
3. METODE PENELITIAN teknik sebagai berikut:
a. Penggunaan diagram pareto untuk
Metode yag digunakan dalam permasalahan mengetahui analisa parameter yang tidak
ini yaitu menerapkan konsep poka yoke. Model memenuhi syarat perusahaan berdasarkan
pendekatan yang digunakan adalah control Poka data monitoring hasil analisa produk di
Yoke. Metode Poka Yoke, merupakan alat untuk departemen Quality Control pada bulan
menghilangkan cacat (zero defect), dimana dalam Januari-Oktober 2020.
metode poka yoke akan dianalisis mengenai b. Penggunaan diagram tulang ikan untuk
permasalahan prioritas yang dapat menyebabkan mengetahui akar penyebab hasil Analisa
hasil analisa yang tidak memenuhi syarat yang tidak masuk syarat sekaligus usulan
perusahaan dan menarik akar permasalahan perbaikannya berdasarkan wawancara dan
tersebut menggunakan diagram tulang ikan, serta observasi yang telah dilakukan.
untuk solusinya akan menggunakan teknik c. Teknik brainstorming dengan beberapa
brainstorming bersama beberapa pihak yang informan internal perusahaan yang terkait
terkait. dengan permasalahan yang diteliti. Teknik
ini dilakukan guna mencari akar penyebab
3.1 Teknik Pengumpulan Data hasil analisa produk tidak masuk syarat
dan memunculkan ide-ide kreatif dari
Pengumpulan data dalam penelitian ini informan terkait untuk penyelesaian atau
dilakukan dengan beberapa teknik sebagai perbaikan dari permasalahannya.
berikut:
Observasi, pengamatan langsung 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap permasalahan yang akan diteliti.
Observasi dilakukan untuk mengetahui 4.1 Analisis Identifikasi Masalah
proses yang terjadi pada perusahaan
(proses analisis di laboratorium Quality Pada tahap analisis identifikasi masalah di
Control). lapangan, digunakan diagram pareto yang
Wawancara, melakukan tanya jawab bertujuan untuk mengetahui prioritas
secara langsung dengan pihak internal permasalahan yang terjadi. Berdasarkan data
perusahaan yang terkait dengan perusahaan, terjadi kelonjakan persentase hasil
permasalahan untuk memperoleh data- analisa yang tidak memenuhi syarat pada
data yang dibutuhkan dalam penelitian. parameter metode titimetri di tahun 2020. Berikut
Dokumentasi, didapat dari beberapa terlampir data hasil analisa produk yang tidak
laporan analisa dan data internal memenuhi syarat berdasarkan parameter metode
perusahaan yang digunakan untuk kerja dari bulan Januari-Oktober 2020 di
menganalisis permasalahan. laboratorium QC :
111
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
Tabel 1 Pareto parameter analisa tidak memenuhi tidak masuk syarat di lab QC menggunakan
syarat di laboratorium QC. diagram tulang ikan (fishbone) pada
Metode Frekuensi % % Kumulatif permasalahan tertinggi. Dalam penelitian ini
permasalahan tertinggi terdapat pada parameter
Titimetri 32 47.06% 47.06% titimetri. Berikut diagram tulang ikan dan
penjelasan dari penyebab permasalahan pada
HPLC 20 29.41% 76.47% parameter analisa tidak masuk syarat di
laboratorium QC.
Spectrofotometri 9 13.24% 89.71%
GC 4 5.88% 95.59%
112
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
bahwa hasil dari analisa produk tersebut tidak Gambar 4. Rak botol larutan pereaksi.
memasuki syarat yang berlaku. Larutan pereaksi tersebut disimpan dalam sebuah
rak seperti yang ditunjukkan pada gambar 4,
4.3 Brainstorming for ideas dimana seluruh larutan pereaksi disimpan pada
rak tersebut. Hal tersebut memungkinkan
Brainstorming for idea merupakan cara untuk terjadinya human error berupa kesalahan
mengetahui usulan perbaikan yang berasal dari penggunaan larutan pereaksi yang sudah
ide-ide informan terkait. Dari data yang kadaluarsa. Menurut hasil wawancara,
didapatkan dalam penelitian berupa gambar botol seharusnya larutan pereaksi yang kadaluarsa
larutan pereaksi yang telah dilabeli dan gambar dimusnakan segera ketika memasuki masa
rak botol larutan pereaksi. kadaluarsanya. Hal tersebut dilakukan untuk
menghindari terpakainya larutan yang sudah
kadaluarsa, sehingga diperlukan sortir setiap
minggunya untuk memisahkan larutan yang
sudah kadaluarsa.
Kegiatan pemusnahan larutan pereaksi
tersebut akan berjalan sempurna jika pemusnahan
terjadi secara menyeluruh sehingga tidak
menyisakan larutan pereaksi yang kadaluarsa di
rak tersebut. Namun terlalu banyak faktor
kesalahan dari manusia sehingga bisa saja ada
larutan pereaksi yang terlewat. Sehingga larutan
pereaksi yang kadaluarsa digunakan untuk
pengujian, dan kualitas pengujian yang
dihasilkan diragukan. Poka Yoke dibutuhkan
untuk menghindari kesalahan tersebut.
Gambar 3. Botol larutan pereaksi berlabel.
Pendekatan yang dilakukan untuk penelitian ini
Pada gambar 3 terlihat pelabelan botol adalah pendekatan pencegahan. Pendekatan
pereaksi terdapat label merah dan label biru pencegahan disini maksudnya mencegah
dimana label merah untuk larutan pereaksi kesalahan terjadi dan tidak memungkinkan
volumetric dan label biru untuk larutan pereaksi terjadinya kesalahan, karena telah dicegah dari
tambahan. Kedua label tersebut memuat poin- sistem.
poin berikut: Pencegahan dilakukan dengan
Nama larutan pereaksi menstandarisasikan pelabelan larutan pereaksi
Nomor batch larutan pereaksi dengan menambahkan stiker dot dengan warna
Konsentrasi larutan pereaksi yang berbeda-beda di setiap bulannya. Pelabelan
Tanggal pembuatan dan penambahan stiker dot dilakukan saat awal
Tanggal kadaluarsa pembuatan larutan pereaksi tersebut.
Pembuat larutan pereaksi Penambahan stiker dot mengacu pada tabel 1
berdasarkan tanggal kadaluarsa larutan yang
dibuat. Sehingga larutan pereaksi yang akan
kadaluarsa dapat disortir hanya dengan melihat
stiker dot tersebut. Misalnya saat akan mensortir
larutan pereaksi yang kadaluarsa di bulan
November, dapat langsung mensortir berdasarkan
stiker dot yang dikhususkan untuk bulan
November. Contoh penambahan stiker dot dapat
dilihat pada gambar 5.
113
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
10 Oktober ●●
11 November ●●
12 Desember ●●
114
Profisiensi, Vol.8 No.2; 105-115
Desember 2020
P-ISSN 2301-7244
E-ISSN 2598-9987
publikasi, apapun hasil (penerimaan atau [12] Naibaho, H. H. 2014. Minimasi Waiting Time
penolakan). Dengan Pendekatan Lean Manufacturing Di
Pabrik Kelapa Sawit Studi Kasus PKS Sei Pagar
DAFTAR PUSTAKA PTPN V.(Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
[13] Karyono, A. 2014. Pendekatan Lean
[1] Budiani, B. (2020). Tinjauan Tentang Limbah Manufacturing Untuk Menurunkan
Sisa Analisa Sediaan Sirup di PT Glaxo Wastewaitingtime Dan Transportasi Studi Kasus
Wellcome Indonesia. Bandung: Universitas CV Riau Pallet. (Doctoral dissertation,
Widyatama. Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau)
[2] Putri, D. R., & Handayani, W. (2019). ZERO [14] Majori, A. R. 2017. Upaya Meminimasi Waste
DEFECT PADA PRODUKSI KANTONG Pada Lini Produksi Body Saxophone As23
KRAFT MELALUI METODE POKA YOKE DI Dengan Menggunakan Pendekatan Lean
PT. INDUSTRI KEMASAN SEMEN GRESIK. Production. Studi Kasus: PT. XYZ. (Doctoral
Journal MEBIS, Journal Manajemen dan Bisnis dissertation, University of Muhammadiyah
Volume 4, Nomor 1. Juli 2019, pp. 44-58. Malang)
[3] Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi
[15] Gasperz, Vincent., 2007, Lean Six Sigma For
Pengendalian Produksi. Yogyakarta,BPFE-
Manufacturing and Service Industries. Jakarta:
Anggota IKAPI.
PT. Gramedia Pustaka Utamas
[4] Kholik, Heri M. 2008. Aplikasi DMAIC Dalam
Metode Six Sigma dan Eksperimen Shainin
[16] Dave, Y. (2015). Implementation of Poka
YokeTechnique in a gear industry. Study
Bhote sebagai Penurunan Persentase Cacat.
International Journal of Latest Research in
Jurnal Teknik. Industri, Vol. 9, No. 2, Agustus
Science and Technology ISSN (Online): 2278-
2008: 117-127,
[5] S.P., R. Phenter dan Safa, Faisal. 2004, 5299. Volume 4, Issue 3, 32-33.
Identifikasi dan Simulasi Faktor Penyebab Cacat [17] Aishwarya. (2015). poka-yoke: technique to
Produk Botol Kontainer dengan Metode Six prevent defects. International Journal Of
Sigma Pada PT Indovasi Plastik Lestari. Engineering Sciences & Research Technology,
Industrial and Systems Engineering Assessment Volume: 04 Issue: 02 Feb 2015,
Journal (INASEA), Volume 5: 98-115. [18] Shingo, S. (1986). Zero quality control: Source
ISSN:1411-9129. Binus University, Alam inspection and the. USA: CRC Press.
Sutera, Tangerang, Jawa Barat [19] Kumar, R. (2016). Poka-Yoke Technique,
[6] Prawirosentono, S. 2007.Filosofi Baru Tentang Methodology, & Design. Indian Journal of
Manajemen MutuTerpaduAbad 21 “Kiat Engineering, 13(33), 362-370.
Membangun Bisnis Kompetitif”.Jakarta : [20] Liker, J. K. & Meier, D. (2007). The Toyota
BumiAksara Way Fieldbook Panduan Untuk
[7] Assauri, Sofjan. 1998.Manajemen Operasi Dan Mengimplementasikan Model 4P Toyota.
Produksi. Jakarta : LP FE UI Jakarta: Erlangga.
[8] Douglas C. Montgomery . 2001.Introduction
to Statistical Quality Control.4thEdition.
New York : John Wiley & Sons, Inc.
[9] Fauziah, A. (2015, May 25). Jenis jenis larutan
pereaksi berdasarkan sifat larutan pereaksi yang
di buat. Retrieved from slideshare:
https://www.slideshare.net/atikahfauziah31/jenis-
jenis-larutan-pereaksi-berdasarkan-sifat-larutan-
pereaksi-yang-di-
buat#:~:text=2.%20Larutan%20pereaksi%20adal
ah%20larutan,hidroksida%20(%20NaOH%201%
20M%20).
[10] Darlina. (1998). PEMBUATAN LARUTAN
STANDAR DAN PEREAKSI PEMISAH KIT
RIA T3. Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka,
Vol. I, No.2, 1998.
[11] Fontana, A. (2011). Lean Six Sigma For
Manufacturing and Service Industries. Bogor:
Vinchristo Publication.
115