Anda di halaman 1dari 74

UJI DISOLUSI TERBANDING KAPLET ASAM MEFENAMAT

GENERIK BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO


DENGAN PATEN PADA MEDIA DAPAR HCl pH 1,2
DAN DAPAR FOSFAT pH 6,8 DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al Ghifari

Oleh :
DEDE NENTI
D1A140984

UNIVERSITAS AL – GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : UJI DISOLUSI TERBANDING KAPLET ASAM


MEFENAMAT GENERIK BERMEREK DAN GENERIK
BERLOGO DENGAN PATEN PADA MEDIA DAPAR HCl
pH 1,2 DAN DAPAR FOSFAT pH 6,8 DENGAN METODE
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
PENYUSUN : DEDE NENTI
NIM : D1A140984

setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami


telah memenuhi persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, September 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Senadi Budiman,Drs.,M.Si Ginayanti Hadisubroto, M.Si.,Apt


ABSTRAK

Asam mefenamat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri dengan
cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik,
anti-inflamasi dan antipiretik. Saat ini di Indonesia beredar sediaan asam
mefenamat kaplet paten (inovator) dan beberapa kaplet generik. Penelitian ini
dilaksanakan untuk mengetahui mutu sediaan asam mefenamat generik yang
beredar di Indonesia melalui uji kualitas fisik berupa uji waktu hancur,
keseragaman bobot, kekerasan dan kerapuhan serta uji disolusi. Uji disolusi
dilakukan dengan menggunakan dua media disolusi yaitu dapar asam klorida pH
1,2 dan dapar fosfat pH 6,8, volume 900 mL pada suhu 37±0,5oC, menggunakan
alat uji tipe 2 dengan kecepatan putar 75 rpm. Penentuan kadar kaplet asam
mefenamat terdisolusi menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis pada panjang
gelombang 298nm untuk media dapar asam klorida pH 1,2 dan 285,2 nm untuk
media dapar fosfat pH 6,8. Parameter yang diamati adalah faktor kemiripan (f2).
Pengujian dilakukan terhadap tiga sampel, yaitu satu sampel kaplet asam
mefenamat paten dan dua sampel kaplet asam mefenamat generik(generik
bermerek dan generik berlogo). Hasil penelitian menunjukan semua sampel kaplet
asam mefenamat memenuhi semua kriteria uji fisik. Sedangkan hasil analisis
faktor kemiripan (f2) menunjukan adanya kemiripan profil disolusi antar kaplet
asam mefenamat paten dengan generik bermerek dan generik berlogo dengan nilai
f2 ada di antara 50-100%.

Kata kunci : asam mefenamat, disolusi terbanding, spektrofotometri UV-Vis,


faktor kemiripan (f2)
ABSTRACT

Mefenamic acid is used to treat various types of pain by inhibiting the


cyclooxygenase enzyme so it has an analgesic effect, anti-inflammatory and
antipyretic. Currently in Indonesia has circulated the preparations of mefenamic
acid caplet patent (innovator) and some generic caplets. This study was
performed to determine the quality of preparation generic mefenamic acid
circulating in Indonesia through physical quality testing includes disintegration
time, uniformity of weight, hardness, friability and dissolution test. The
dissolution test was performed using two dissolution media, hydrochloric acid
buffer pH 1.2 and phosphate buffer ph 6.8, volume 900 mL at 37 ± 0.5° C, using
test equipment type 2 with rotational speed 75 rpm. Determination of dissolved
caplets mefenamic acid using a UV-Vis spectrophotometry at wavelength 298 nm
for media buffer hydrochloric acid pH 1.2 and 285.2 nm for media phosphate
buffer pH 6.8. The parameter measured was the similarity factor (f2). Tests
performed on three samples, one sample caplets mefenamic acid patents and two
samples of generic caplets mefenamic acid (generic branded and generic with
logo). The results showed all samples mefenamic acid caplets meets the criteria of
physical tests. Analytical results similarity factor (f2) showed a dissolution profile
similarity between mefenamic acid caplets patent with branded generic and
generic with logo with f2 value between 50-100%.

Keyword : Mefenamic acid, comparative dissolution, spectrophotometry UV-Vis,


similarity factor (f2)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang masih

memberikan nafas kehidupan dan atas segala karunia yang telah diberikan-Nya

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“UJI DISOLUSI TERBANDING KAPLET ASAM MEFENAMAT

GENERIK BERMEREK DAN GENERIK BERLOGO DENGAN PATEN

PADA MEDIA DAPAR HCl pH 1,2 DAN DAPAR FOSFAT pH 6,8

DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS”.

Skripsi disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan program Sarjana

(S1) Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di

Universitas Al- Ghifari.

Penyusunan Skripsi ini telah melalui suatu proses yang cukup banyak

melibatkan beberapa pihak dalam penyelesaiannya, sehingga dalam kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ungkapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P.,M.Si., selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisubroto selaku Ketua Jurusan Universitas Al-Ghifari,

sekaligus selaku pembimbing II.


4. Bapak Senadi Budiman, Drs., M.Si selaku pembimbing I.

5. Bapak Kusdi Hartono, S.Si., Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmasi

Universitas Al-Ghifari.

6. Dosen dan Staf Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Al-Ghifari.

7. Kepada suami, anak dan orang tua yang selama ini senantiasa memberikan

do’a, semangat, kasih sayang dan dukungan moril dan materil kepada

penulis.

8. Teman-teman seperjuangan (seluruh mahasiswa S1 Farmasi Universitas Al-

Ghifari khususnya kelas konversi) atas kebersamaan dan dukungannya

selama penulis menyelesaikan Skripsi.

9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari kesalahan dan kekurangan, karenanya kritikan dan saran sangat diharapkan,

akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan penulis pada khususnya. Amin

Bandung, September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… viii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................................. 4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6

2.1 Obat Generik dan Obat Paten .......................................................................... 6

2.1.1 Obat Paten .................................................................................. 6

2.1.2 Obat Generik .............................................................................. 6

2.2 Asam Mefenamat ............................................................................................ 7


2.2.1 Farmakokinetik ................................................................................ 8

2.2.2 Farmakodinamik .............................................................................. 8

2.2.3 Dosis dan Kontraindikasi ................................................................. 9

2.2.4 Efek Samping ................................................................................... 9

2.3 Kaplet ........................................................................................................... 9

2.3.1 Komponen Tablet ............................................................................. 9

2.3.2 Syarat-Syarat Tablet ......................................................................... 10

2.4 Disolusi ........................................................................................................... 12

2.4.1 Alat-Alat Disolusi ............................................................................ 13

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Disolusi Zat Aktif .............................. 15

2.5 Spektrofotometer UV-Vis ............................................................................... 16

2.5.1 Instrumen Spektrofotometer UV-Vis……………………………..

17

2.5.2 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Analisis Spektofotometer

UV-Vis ...................................................................................... 17

2.5.3 Istilah .......................................................................................... 19

2.5.4 Penggunaan Spektrofotometer UV-Vis...................................... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 21


3.1 Bahan .............................................................................................................. 21

3.2 Alat .................................................................................................................. 21

3.3 Metode Penelitian............................................................................................ 21

3.3.1 Pembuatan Media Disolusi ........................................................ 21

3.3.2 Pembuatan Larutan Baku ........................................................... 22

3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Baku ... 22

3.3.4 Uji Disolusi ................................................................................ 22

3.3.5 Uji Profil Disolusi ...................................................................... 23

3.3.6 Uji Fisik Kaplet .......................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 26

4.1 Hasil Uji Sifat Fisik Kaplet ............................................................................. 26

4.2 Hasil Uji Disolusi Terbanding ........................................................................ 27

4.2.1 Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum ........................... 28

4.2.2 Hasil Penetapan Kurva Baku ............................................................ 28

4.2.3 Hasil Profil Disolusi ......................................................................... 30

4.3 Hasil Perhitungan Faktor Kemiripan (f2) ........................................................ 31

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35


5.1 Simpulan ......................................................................................................... 35

5.2 Saran ................................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA………….……………………………………………. 36
DAFTAR TABEL

Tabel

4.1 Hasil Uji Fisik Sampel Kaplet Asam Mefenamat…………………………... 26

4.2 Hasil Uji Disolusi Kaplet Asam Mefenamat pada Media Dapar

HCl pH 1,2……………………………………………………………….. 30

4.3 Hasil Uji Disolusi Kaplet Asam Mefenamat Pada Media Dapar

Fosfat pH 6,8…………………………………………………………….. 30

4.4 Faktor Kemiripan (f2) Generik Bermerek dengan Paten………………….... 33

4.5 Faktor Kemiripan (f2) Generik Berlogo dengan Paten……………………... 34


DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Struktur Asam Mefenemat .............................................................................. 7

2.2 Ilustrasi Skema Proses Disolusi Sediaan Padat............................................... 13

4.1 Spektrum pada Media Dapar HCl pH 1,2 ....................................................... 28

4.2 Spektrum pada Media Dapar Fosfat pH 6,8 ................................................... 28

4.3 Kurva Baku pada Media Dapar HCl pH 1,2 .................................................. 29

4.4 Kurva Baku pada Media Dapar Fosfat pH 6,8 ................................................ 29

4.5 Grafik Profil Disolusi Kaplet Asam Mefenamat dalam Media Dapar

HCl pH 1,2 ...................................................................................................... 31

4.5 Grafik Profil Disolusi Kaplet Asam Mefenamat dalam Media Dapar

Fosfat pH 6,8 ................................................................................................... 31


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

I. Diagram Alir Uji Disolusi Terbanding ........................................................ 38


II. Larutan Media Disolusi dan Larutan Baku .................................................. 39
III. Filtrat Hasil Disolusi .................................................................................... 40
IV. Alat ............................................................................................................... 41
V. Bahan............................................................................................................ 42
VI. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum pada Media Dapar
HCL pH 1,2 .................................................................................................. 44
VII. Hasil Pengukuran Absorbansi Standar pada Media Dapar HCl
pH 1,2…………………………………………………………………….. 45
VIII. Hasil Pengukuran Absorbansi Sampel Disolusi pada Media Dapar
HCl pH 1,2 ................................................................................................... 46
IX. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum pada Media Fosfat
pH 6,8….……………………………………………………………….... 48

X. Hasil Pengukuran Absorbansi Standar pada Media Dapar Fosfat


pH 6,8 ........................................................................................................... 49
XI. Hasil Pengukuran Absorbansi Sampel Disolusi pada Media Dapar
HCl pH 1,2 ................................................................................................... 50
XII. Perhitungan % Terdisolusi pada Media Dapar HCl pH 1,2 ......................... 53
XIII. Perhitungan % Terdisolusi pada Media Dapar Fosfat pH 6,8 ...................... 56
XIV. Perhitungan Faktor Kemiripan (f2) Antara Obat Paten dan
Generik Bermerek ........................................................................................ 59
XV. Perhitungan Faktor Kemiripan (f2) Antara Obat Paten dan
Generik Berlogo ........................................................................................... 60
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara internasional obat hanya dibagi menjadi 2 yaitu obat paten dan obat

generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan

memiliki masa paten yang tergantung jenis obatnya. Menurut UU No.14 Tahun

2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu

perusahaan farmasi tersebut memiliki hak ekslusif di Indonesia untuk memasarkan

obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.

Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam

Farmakope Indonesia dan INN (International Non-Proprietary Names) dari WHO

untuk zat kimia yang dikandungnya (Anonim, 2009). Obat generik dibagi menjadi

dua yaitu generik berlogo dan generik bermerek. Tidak ada perbedaan zat

berkhasiat dalam keduanya, perbedaannya generik berlogo menggunakan nama

zat berkhasiatnya sedangkan generik bermerek adalah obat yang diberi merek

dagang oleh perusahaan farmasi yang memproduksinya. Setelah habis masa

patennya, obat yang dulunya paten dengan merek dagangnya pun kemudian

masuk ke dalam kelompok obat generik bermerek atau obat bermerek (Wibowo,

2009).

Orang sering mengira bahwa mutu obat generik kurang dibandingkan obat

paten. Harga yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa

obat generik sama kualitasnya dengan obat paten. Padahal harga obat generik
yang murah karena pembuat obat generik tidak perlu menanggung biaya yang

tinggi untuk riset yang mendalam karena hal tersebut telah dilakukan oleh obat

paten. Harga obat paten bisa sampai sepuluh kali lipat harga obat generik sebab

obat paten memiliki biaya operasional yang tinggi dari biaya kemasan sampai

biaya promosi (Wibowo, 2009).

Untuk mengetahui perbandingan kualitas obat generik dengan obat paten

perlu diketahui bioekuivalensi antara dua sediaan tersebut. Masing-masing

sediaan diukur bioavailabilitasnya. Perbandingan bioavailabilitas ini disebut

bioekivalensi obat. Dasar untuk menentukan bioavailabilitas suatu obat terlebih

dahulu harus diketahui profil disolusinya. Disolusi tablet ialah jumlah atau persen

zat aktif dari sediaan padat yang larut pada waktu tertentu dalam kondisi baku.

Kondisi yang dimaksud misalnya, dalam suhu, kecepatan, pangadukan dan

komposisi media tertentu. Uji disolusi merupakan suatu metode fisika kimia yang

penting sebagai parameter dalam pengembangan produk dan pengendalian mutu

sediaan obat yang didasarkan pada pengukuran kecepatan pelepasan dan melarut

zat aktif dari sediaannya. Uji disolusi yang digunakan untuk uji bioavailabilitas

secara in vitro, karena hasil uji disolusi berkorelasi dengan ketersediaan hayati

obat dalam tubuh (Ardiarini, 2006).

Uji disolusi pada penelitian ini menggunakan dua media yaitu dapar asam

klorida pH 1,2 untuk simulasi pH cairan lambung tanpa enzim dan dapar fosfat

pH 6,8 untuk simulasi pH cairan usus tanpa enzim. Media yang digunakan adalah

media yang disarankan oleh BPOM tahun 2005 untuk uji bioekivalensi.
Penggunaan dua media disolusi ini untuk mengetahui profil pelepasan kaplet asam

mefenamat dalam saluran cerna secara in vitro.

Badan pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2005

mempersyaratkan uji disolusi terbanding (profil disolusi) berdasarkan

perbandingan profil disolusi antara obat inovator dan obat “copy” (generik

berlogo dan generik bermerek) untuk mematikan kualitas dan sifat-sifat produk

obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau pembuatan setelah izin

pemasaran obat.

Salah satu jenis obat yang tersedia dalam bentuk generik dan paten adalah

kaplet asam mefenamat. Asam mefenamat memiliki rumus molekul C15H15NO2

dengan nama kimia asam N-2,3-xililantrannilat [61-68-7]. Memiliki berat molekul

sebesar 241,29 dan kelarutannya larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar

larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut

dalam air (FI V, 2014).

Asam mefenamat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri

dengan cara menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek

analgesik, anti-inflamasi dan antipiretik (Sudjadi, 2012). Asam mefenamat

termasuk obat keras dan harus dengan resep dokter. Masyarakat cenderung

mengenal asam mefenamat bermerek dibandingkan dengan generiknya. Obat ini

sangat popular dimasyarakat, terkenal dengan efek yang bisa meredakan sakit

gigi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan uji disolusi

terbanding kaplet asam mefenamat generik (generik bermerek dan generik


berlogo) dan paten yang beredar di pasaran pada media dapar asam klorida pH

1,2 dan dapar fosfat pH 6,8(BPOM, 2005). Pengukuran kadar disolusi dilakukan

dengan menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis pada rentang panjang

gelombang maksimum.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukaan di atas, maka

permasalahan yang dapat diidentifikasi yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan profil disolusi pada sediaan kaplet asam

mefenamat generik berlogo, generik bermerek dan obat paten sebagai

obat inovator?

2. Bagaimanakah profil pelepasan obat pada media dapar asam klorida

pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk membandingkan profil disolusi sediaan kaplet asam mefenamat

generik berlogo, generik bermerek dan obat paten sebagai inovator.

2. Untuk mengetahui profil pelepasan obat pada media dapar asam

klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru dalam bidang

farmasi khususnya dan masyarakat umumnya tentang profil disolusi dari sediaan

kaplet asam mefenamat generik dan paten.


1.5 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2016 di

Laboratorium Kimia Universitas Al-Ghifari Fakultas Matimatika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Generik dan Obat Paten

2.4.1 Obat Paten

Obat paten adalah obat milik suatu perusahaan dengan nama khas yang

dilindungi hukum. Obat paten hanya diproduksi oleh pabrik yang memiliki hak

paten sehingga umumnya dijual dengan harga yang tinggi karena tidak ada

kompetisi. Hal ini biasanya untuk menutupi biaya penelitian dan pengembangan

obat tersebut serta biaya promosi yang tidak sedikit. Setelah habis masa patennya,

obat tersebut dapat diproduksi oleh semua industri farmasi (Kemenkes RI, 2013).

2.4.2 Obat Generik

Obat Generik adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah

ditetapkan dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Nonpropietary

Names) dari WHO (World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang

dikandungnya (Widodo, 2004).

Obat generik ada dua yaitu generik berlogo dan generik bermerek. Zat yang

berkhasiat antara generik berlogo dan generik bermerk ini sama. Yang

membedakan adalah satu diberi merk dan yang satu diberi logo generik. Obat

generik berlogo ini biasa disebut obat generik saja yaitu obat yang menggunakan

nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang

memproduksinya (Widodo, 2004).


Manfaat Obat Generik menurut Widodo (2004) manfaat obat generik secara

umum adalah :

1. Sebagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat.

2. Dari segi ekonomi obat generik dapat dijangkau masyarakat golongan

ekonomi menengah ke bawah.

3. Dari segi kualitas obat generik memiliki mutu atau khasiat yang sama

dengan obat yang bermerek (obat paten)

2.2 Asam Mefenamat

Gambar 2.1 Struktur Asam Mefenamat

Rumus Molekul : C15H15NO2

Berat Molekul : 241,29

Nama Kimia : asam N-2,3-xililantrannilat [61-68-7]

Pemerian : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur pada

suhu lebih kurang 230o disertai peruraian.

Kelarutan : Larut dalam alkali hisroksida; agak sukar larut dalam

kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol;

praktis tidak larut dalam air.

Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

(FI V, 2014).
2.2.1 Farmakokinetik

Tablet asam mefenamat diberikan secara oral. Diberikan melalui mulut dan

diabsorbsi pertama kali dari lambung dan usus selanjutnya obat akan melalui hati

diserap darah dan dibawa oleh darah sampai ke tempat kerjanya. Konsentrasi

puncak asam mefenamat dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam. Pada

manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat diekskresikan dalam urin sebagai

metabolit 3-hidroksimetil terkonjugasi. Dan 20% obat ini ditemukan dalam feses

sebagai metabolit 3-karboksil yang tidak terkonjugasi (Goodman, 2007).

Asam mefenamat sangat terikat kuat oleh protein plasma (>90%). Dengan

demikian interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan (Brunton et al.,

2008).

2.2.2 Farmakodinamik

Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid dan

merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja

perifer, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh

dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik,

anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS

(Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa

prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-

2) ( Goodman, 2007 ).

2.2.3 Dosis Dan Kontraindikasi

Dosis asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari (Wilmana, 2007).

Karena efek toksiknya, maka ini tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di
bawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberiannya tidak melebihi 7 hari.

Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid mengurangi

kehilangan darah secara bermakna (Wilmana, 2007). Senyawa fenamat

dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki riwayat penyakit saluran cerna.

Jika tampak diare atau ruam kulit, obat ini harus segera dihentikan (Brunton et al.,

2008).

2.2.4 Efek Samping

Efek samping yang paling umum (terjadi pada sekitar 25% dari seluruh

pasien) melibatkan sistem saluran cerna. Biasanya efek samping ini berupa

dispepsia atau rasa tidak nyaman pada saluran cerna bagian atas sampai diare

berdarah dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang usia lanjut

efek samping diare hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang

berdasarkan hipersensitivitas ialah eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia

hemolitik pernah dilaporkan (Wilmana, 2007).

2.3 Kaplet

Kaplet adalah tablet berbentuk kapsul dan sebagian besar tablet dibuat

dengan cara pengempaan, merupakan bentuk sediaan yang paling banyak

digunakan. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau

tanpa bahan pengisi (FI IV, 1995).

2.3.1 Komponen Tablet

Komponen tablet terdiri dari :

a. Zat aktif
b. Eksipien atau bahan tambahan

i. Bahan pengisi (diluen), berfungsi untuk memperbesar volume massa

agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat

aktifnya sedikit atau sulit dikempa.

ii. Bahan pengikat (binder), berfungsi memberikan daya adhesi pada

masa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada

bahan pengisi.

iii. Bahan penghancur (disintergrant), berfungsi mempercepat hancurnya

tablet setelah ditelan

iv. Bahan pelican, berfungsi mengurangi gesekan selama proses

pengempaan tablet dan juga mencegah masa tablet melekat pada

cetakan.

v. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir

sebuk, umumnya digunakan dalam proses kempa langsung tanpa

granulasi

vi. Bahan penyalut (coating agent).

c. Ajuvan

i. bahan pewarna (colouring agent) berfungsi meningkatkan estetika

dan nilai produk

ii. bahan pengaroma (flavor) berfungsi menutupi rasa dan bau zat yang

tidak enak. (Syamsuni, A, 2007)

2.3.2 Syarat –Syarat Tablet

Menurut FI III dan FI IV, syarat tablet yaitu :


1. Keseragaman ukuran (FI III)

Diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang dari satu

sepertiga kali tebal tablet.

2. Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (FI IV)

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan

bagian terbesar dari tablet dan jika uji keseragaman bobot cukup

mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan

merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat

aktif bagian terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.

3. Waktu hancur (FI III)

Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali

tablet yang harus dikunyah sebelum ditelah dan beberapa tablet lepas

lambat dan lepas tunda. Untuk obat yang memiliki kelarutan terbatas

dalam air, uji disolusi akan lebih berarti dari pada uji waktu hancur.

4. Kekerasan tablet (FI III)

Pengukuran kekerasan tablet dilakukan untuk mengetahui kekerasannya,

agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet erat

hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur

tablet. Alat yang digunakan adalah hardness tester.

5. Kerapuhan tablet (friability)

Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang.

Batas kerapuhan yang diperbolehkan kurang dari 1% (Syamsuni, A,

2007).
2.4 Disolusi

Uji disolusi merupakan suatu prosedur pengendalian mutu tetap dalam

praktik Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Uji disolusi merupakan suatu

indikator sederhana dan tidak mahal untuk ketetapan fisik produk. Jika suatu bets

sangat berbeda dari yang lain dalam karakteristik disolusinya, atau jika waktu

disolusi bets produk menunjukkan kecenderungan tetap menaik atau menurun, hal

tersebut diduga suatu peringatan pasti bahwa beberapa faktor dalam bahan baku,

formulasi atau proses berada di luar kendali (Siregar, 2010).

Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keregasan,

keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu

obat memenuhi efek terapi. Karena itu uji disolusi harus dilakukan pada setiap

produksi tablet atau kapsul. Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh,

jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat

pada tubuh (Syukri, 2002).

Karakteristik fisik sediaan, proses pembasahan sediaan, kemampuan

penetrasi media disolusi ke dalam sediaan, proses disintegrasi dan deagregasi

sediaan merupakan sebagian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi

obat dari sediaan. Proses disolusi ini dapat dilihat pada gambar 2.2
Tablet atau Granul atau Partikel
Kapsul agregat Halus

Obat dalam larutan

Obat dalam darah, cairan dan dalam


jarigan lain
Gambar 2.2 Ilustrasi skema proses disolusi sediaan padat (Syukri, 2002)

Kecepatan disolusi obat merupakan tahap pembatas kecepatan sebelum obat

berada dalam darah. Obat yang larut di dalam air akan melarut cepat, obat akan

berdifusi secara pasif. Sebaliknya kecepatan obat yang kelarutannya kecil akan

dibatasi karena kecepatan disolusi dari obat tidak larut atau disintegrasi sediaan

relatif pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif (Syukri, 2002).

2.4.1 Alat-Alat Disolusi

Alat uji disolusi berfungsi melepaskan dan melarutkan zat aktif dari

sediaannya. Pada dasarnya alat ini berfungsi mengekstraksi zat aktif dari

sediaannya dalam satuan waktu di bawah antar permukaan cairan solid, suhu, dan

komposisi media yang dibakukan (Siregar, 2010).

Pada prinsipnya, alat uji disolusi terdiri atas bejana dan tutup, yang

berfungsi sebagai wadah yang mendisolusi zat aktif; pengaduk, motor pemutar
pengaduk; termometer; penangas air yang dilengkapi dengan thermostat (Siregar,

2010).

Menurut Farmakope IV (1995), ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan

yang tertera pada masing-masing monografi, yaitu :

1. Alat 1 (keranjang)

Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau

bahan transparan lain yang inert, suatu motor, suatu batang logam yang

digerakan oleh motor dan keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup

sebagian dalam sebuah tangas air yang berukuran sedemikian sehingga

dapat mempertahankan suhu dalam wadah 37±-0,5o selama pengujian

berlangsung dan menjaga gerakan air dalam tangas halus dan tetap. Bagian

alat termasuk lingkungan tempat alat diletakkan, tidak dapat memberikan

gerakan, goncangan atau gerakan signifikan yang melebihi gerakan akibat

putaran alat aduk. Lebih dianjurkan wadah berbentuk silinder dengan bagian

bawah berbentuk setengah bola, tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter

dalam 98 mm hingga 106 mm, kapasitas nominal 1000 ml, pada bagian atas

ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan penutup

yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbu

tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertikal wadah, berputar

dengan halus dan tanpa goncangan yang berarti. Suatu alat pengukur

kecepatan digunakan memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang

dikehendaki dan mempertahankan kecepatan seperti yang tertera pada

masing-masing monografi dalam batas lebih kurang 4%.


2. Alat 2 (dayung)

Sama seperti alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang

terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi

sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik pada

sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus tanpa ada goncangan yang

berarti. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata.

Dayung berjarak 25mm ± 2 mm antar daun dan bagian dalam dasar wadah

dipertahankan selama pengujian berlangsung.

2.4.2 Faktor Yang Mempengaruhi Disolusi Zat Aktif

Menurut Siregar (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi zat aktif

antara lain:

1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia zat aktif meliputi

karakteristik fase solid, polimorfisa, karakteristik partikel, kelarutan zat

aktif dan pembentukan garam.

2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan meliputi eksipien atau

zat tambahan, zat pengisi, desintegran, pengikat, lubrikan, antiadherent,

glidan, pengaruh surfaktan dan pengaruh zat pewarna larut-air pada laju

disolusi.

3. Faktor yang berkaitan dengan bentuk sediaan meliputi metode granulasi/

prosedur pembuatan, ukuran granul, interaksi zat aktif-eksipien,

pengaruh gaya kempa, dan pengaruh penyimpanan pada laju disolusi.


4. Faktor yang berkaitan dengan alat disolusi meliputi eksentrisitas gerakan

pengaduk, vibrasi/getaran, intensitas pengadukan, dan kesejajaran unsur

pengadukan.

5. Faktor yang berkaitan dengan parameter uji disolusi yaitu pH media

disolusi, suhu media disolusi, viskositas media disolusi dan tegangan

permukaan media disolusi.

2.5 Spektrofotometer UV-Visibel

Spektrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi elektromagnetik

(REM) dengan molekul. REM merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai

sifat gelombang dan partikel foton. Karena bersifat sebagai gelombang maka

beberapa parameter perlu diketahui, misalnya panjang gelomabang (ƛ), frekuensi

(υ), bilangan gelombang (ῡ) dan serapan (A) (Harmita, dkk., 2006).

Pengkuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang

gelombang 190 nm – 380 nm atau pada daerah cahaya tampak (panjang

gelombang 380-780 nm). Daya serap atau serapan jenis zat pada batas-batas kadar

tertentu adalah tetap. Tidak tergantung dari intensitas radiasi, panjang jalan sinar

dan kadar. Penyimpangan dari ketentuan tersebut dapat disebabkan oleh adanya

variasi alat atau adanya perubahan fisika kimia. Penyimpangan oleh alat dapat

disebabkan oleh lebar celah, sinar hambur atau sinar polikromatik. Perubahan sifat

fisika kimia dapat terjadi perubahan kadar yang disebabkan oleh terjadinya

asosiasi antara molekul yang terlarut atau antara molekul zat dan molekul pelarut,

atau terjadinya ionisasi atau disosiasi (FI III, 1979).


2.5.1 Instrumen Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri dari suatu system optik dengan kemampuan

menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-

800nm. Komponen-komponen spketrofotometer UV-Vis meliputi:

i. Sumber-sumber lampu ; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV

pada panjang gelombang dari 190-350nm

ii. Monokromator, digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombang yang selanjutnya dipilih oleh

celah. Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran

panjang gelombang dilewatkan dengan sampel sebagai scan instrument

melewati spektrum

iii. Optik-optik, dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga

sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam

spketrofotometer berkas ganda, suatu larutan blangko dapat digunakan

dalam suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum

sampel. Yang sering digunakan sebagai blangko dalam spektrofotometri

adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau

pereaksi (Gandjar Ibnu G dan Rohman Abdul, 2007).

2.5.2 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Analisis Spektrofotometri UV-Vis

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap

pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah


senyawa tersebut menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi

tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu :

i. Reaksinya selektif dan sensitife

ii. Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel

iii. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama

2. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau

pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu

pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur

hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk

memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat

kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu

larutan baku pada konsentrasi tertentu.

Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang

maksimal, yaitu :

i. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal

karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan

ansorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.


ii. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi

datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-beer akan terpenuhi

iii. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan

oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika

digunakan panjang gelombang maksimal.

4. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi, kemudian diukur dan dibuat kurva baku yang merupakan

hubungan anatara absorbansi (y) dengan konsentrasi (X). Bila hukum

lambert-beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus.

5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan (Gandjar Ibnu G dan

Rohman Abdul, 2007).

2.5.3 Istilah

Kromofor = Gugus fungsi spesifik pada molekul yang bertanggung jawab

pada penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu.

Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap

berkonjugasi (diena (C=C-C=C), dienon (C=C-C=O), benzene

dan lain-lain.

Auksokrom = gugus fungsional seperti –OH, -NH2, NO2, -X, yaitu gugus

fungsi dalam suatu molekul yang dapat mempengaruhi absorpsi

radiasi gugus kromofor sehingga intensitas absorbansi akan

meningkat dan terjadi pergeseran batokromik atau

hipsokromik.
Pergeseran batokromik = pergeseran k earah frekuensi rendah / ƛ lebih

panjang (red shift)

Pergeseran hipsokromik = pergeseran ke ƛ lbih pendek (blue shift) (Gandjar

Ibnu G dan Rohman Abdul, 2007).

2.5.4 Penggunaan Spektrofotometer UV-VIS

Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif,

tetapi dapat juga untuk analisa kualitatif. Untuk analisa kualitatif yang

diperhatikan adalah :

1. Membandingkan ƛ maksimum

2. Membandingkan serapan (A), daya serap (a), E1%1cm

3. Membandingkan spektrum serapan (Gandjar Ibnu G dan Rohman Abdul,

2007)
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel kaplet asam

mefenamat generik bermerek, kaplet asam mefenamat berlogo, kaplet asam

mefenamat paten (inovator), Kalium klorida, Asam klorida pekat, kalium

dihidrogenfosfat, natrium hidroksida dan aquadest.

3.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat uji disolusi tipe 2

(dayung), alat spektrofotometri UV-Vis, alat uji waktu hancur, hardness tester,

friabilitor, labu terukur, pH meter, beaker glass, pipet volume, pipet ukur, gelas

ukur, timbangan analitik, kertas saring dan kertas perkamen.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komperatif.

Metode ini digunakan untuk membandingkan profil disolusi kaplet asam

mefenamat yang beredar di pasaran, terdiri dari kaplet asam mefenamat inovator,

kaplet asam mefenamat generik bermerek dan kaplet asam mefenamat generik

berlogo, dengan menggunakan media disolusi dapar asam klorida pH 1,2 dan

dapar fosfat pH 6,8 (BPOM, 2005). Penetapan kadar disolusi dilakukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.

3.3.1 Pembuatan Media Disolusi

a. Dapar HCl pH 1,2


Dibuat dengan mencampur 50,0 mL kalium klorida 0,2 M dengan 85,0

mL asam klorida 0,2 N dan diencerkan dengan air bebas karbondioksida

hingga 200,0 mL (FI III, 1979).

b. Media Dapar fosfat pH 6,8

Dibuat dengan mencampurkan 50,0 mL kalium dihidrogenfosfat 0,2 M

dengan 22,4 mL natrium hidroksida 0,2 N dan encerkan dengan air bebas

karbondioksida secukupnya hingga 200,0 mL (FI III, 1979).

3.3.2 Pembuatan Larutan Baku

Ditimbang secara teliti 10mg asam mefenamat murni, masukkan labu ukur

100 mL tambahkan 10 mL NaOH 0,2N kocok sampai larut tambahkan medium

disolusi sampai 100 mL (100ppm).

3.3.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dan Kurva Baku

Buat seri konsentrasi 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15ppm dengan cara memipet 0,5;

0,75; 1; 1,25 dan 1,5 mL larutan baku 100ppm, masukan labu 10 mL dan

encerkan dengan medium disolusi sampai 10 mL.

Dicari panjang gelombang maksimum dengan mengukur konsentrasi 100%

yaitu 10ppm dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada rentang

panjang gelombang 200-400nm.

Buat kurva baku dengan cara mengukur semua konsentrasi dengan

spektrofotometri UV-Vis menggunakan panjang gelombang maksimum.

3.3.4 Uji Disolusi

Disolusi kaplet asam mefenamat dilakukan dengan menggunakan alat

disolusi tipe II (dayung) dengan kecepatan 75 rpm, dengan menggunakan dua


media disolusi yaitu dapar asam klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 dengan

volume 900 ml. pengambilan filtrat disolusi dilakukan pada menit ke 5, 15, 25, 35

dan 45. 10 mL filtrat diambil dari daerah antara permukaan dan dayung. Setelah

filtrat diambil segera ditambahkan 10 mL medium disolusi. Filtrat yang didapat

kemudian disaring hingga didapat filtrat sampel yang jernih.

3.3.5 Uji Profil Disolusi

Untuk pengukuran filtrat sampel dengan media dapar asam klorida pH 1,2,

filtrat sampel yang telah jernih diujikan dengan menggunakan spektrofotometri

UV-Vis pada panjang gelombang maksimum pH 1,2.

Untuk pengukuran filtrat sampel dengan media dapar fosfat pH 6,8, filtrat

sampel yang telah jernih dipipet 1 mL masukkan dalam labu ukur 50 mL

kemudian diencerkan dengan dapar fosfat pH 6,8 sampai 50 mL kemudian

diujikan dengan menggunakan spketrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum pH 6,8.

Data kadar yang didapat dari tiap titik pengambilan sampel disolusi

digambarkan ke dalam sebuah grafik untuk melihat profil disolusinya. Penilaian

profil disolusi sampel generik bermerek dan generik berlogo dilakukan dengan

cara membandingkan dengan profil disolusi sediaan inovatornya (paten).

Penilaian ini dilakukan dengan menghitung faktor kemiripan (f2) yang dihitung

dengan rumus:

Keterangan :

n = jumlah titik waktu penarikan filtrat


Rt = adalah persen disolusi dari produk pembanding atau inovator pada

waktu t

Tt = adalah persen disolusi untuk produk uji pada waktu t.

- profil disolusi kedua sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai f2 50

atau lebih besar (50-100)

- Jika produk “copy” dan produk pembanding memiliki disolusi sangat

cepat (>85% melarut dalam waktu ≤ 15 menit dengan metode uji yang

dianjurkan), maka perbandingan profil disolusi tidak diperlukan.

(BPOM RI, 2005)

3.3.6 Uji Fisik Kaplet

a. Uji Keseragaman Bobot

Pengujian dilakukan terhadap 20 kaplet yang diambil secara acak,

dengan cara menimbang masing – masing bobot kaplet, kemudian hitung

bobot rata – rata tablet dan selisih masing – masing bobot kaplet terhadap

bobot rata – rata kaplet. Syarat keseragaman bobot tablet, tidak boleh lebih

dari 2 kaplet yang menyimpang dari bobot rata – rata lebih besar dari harga

yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh ada satupun kaplet yang

bobotnya menyimpang dari bobot rata – rata dari harga yang ditetapkan pada

kolom B (FI III, 1979).

Penyimpana bobot rata - rata dalam %


Bobot rata – rata kaplet
A B
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
b. Uji Kerapuhan (Friabilitas)

Pengujian dilakukan terhadap 20 kaplet yang diambil secara acak,

dengan cara bersihkan kaplet satu persatu menggunakan sikat halus,

kemudian timbang berat awal kaplet (a). Masukkan ke dalam friabilitor lalu

putar sebanyak 100 putaran, kemudian bersihkan kembali kaplet dan

timbang berat akhir kaplet(b). Hitung friabilitasnya. Friabilitas tidak boleh

lebih dari 1 %.

c. Uji Kekerasan

Pengujian dilakukan terhadap 10 kaplet yang diambil secara acak. Uji

kekerasan diukur dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg.

Ditentukan kekerasan rata – rata dan standar deviasinya. Syarat kekerasan

kaplet besar 7 – 10 kg, sedangkan kaplet kecil 4 – 6 kg

d. Uji Waktu Hancur

Pengujian dilakukan terhadap 6 kaplet yang diambil secara acak.

Pengujian dilakukan dengan cara mengisi alat uji waktu hancur dengan 800

ml aquadest, kemudian atur suhu pada pada alat pada 37 oC. Setelah suhu

mencapai 37oC, masukkan tablet masing – masing 1 kaplet ke dalam tabung

kaca basket. Kemudian gantungkan tangkai basket ke penahan, tekan tombol

start. Tunggu hingga semua kaplet hancur. Catat waktu kaplet pertama

hancur dan kaplet terakhir hancur (FI III, 1979).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak tiga jenis sampel

yaitu satu sampel kaplet asam mefenamat generik bermerek, satu kaplet asam

mefenamat generik berlogo dan satu obat paten atau inovator sebagai

pembandingnya. Tiap jenis sampel terdiri dari 42 kaplet dimana 6 kaplet untuk

disolusi, 6 kaplet untuk uji waktu hancur, 10 kaplet untuk uji kekerasan dan 20

kaplet untuk uji keseragaman bobot sekaligus uji kerapuhan.

4.1 Hasil Uji Sifat Fisik Kaplet

Hasil uji fisik dari ketiga sampel ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 4.1. Hasil uji fisik sampel kaplet asam mefenamat


Sampel
Paten G. bermerek G. Berlogo
Uji
Kerapuhan (%) 0,04 0,22 0,22
Kekerasan (kg) 8,2 9,4 7,3
Bobot rata-rata (mg) 723,2 ± 7,3 916,4 ± 6,4 572,1 ± 2,6
Waktu hancur (menit) 7,26 4,05 4,16

Kaplet yang baik harus cukup keras untuk dapat tahan, tidak pecah, dan

tidak rapuh selama proses pengemasan, distribusi, penyimpanan, hingga saat

digunakan. Untuk itu, dilakukan uji kekerasan dan kerapuhan kaplet. Kekerasan

kaplet yang baik ialah 4-10kg (FI III, 1979). Ketiga sampel uji memiliki

kekerasan rata-rata yang berkisar 7, 8 dan 9 kg sehingga kekerasan kaplet yang

dimiliki oleh ketiga sampel uji sudah dikatakan baik. Untuk uji kerapuhan, sampel

dinyatakan memenuhi syarat jika bobot yang hilang tdak lebih dari 1,0% bobot

awal dan tidak ada kaplet yang hacur. Ketiga sampel juga memenuhi kriteria ini.
Hasil uji keseragaman bobot pada penelitian ini ditampilkan dalam bentuk

bobot rata-rata dan persen deviasi dari bobot rata-rata. Berdasarkan hasil

penelitian yang diketahui bahwa kaplet asam mefenamat yang digunakan

memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot sesuai dalam Farmakope Indonesia

III (1979). Dengan kandungan zat aktif dalam jumlah yang sama, sampel generik

bermerek memiliki bobot kaplet yang paling besar. Hal ini menunjukan bahwa

kaplet generik bermerek menggunakan eksipien dalam jumlah yang lebih besar

dibandingkan dengan sampel kaplet paten dan generik berlogo.

Uji waktu hancur dilakukan pada masing-masing sampel. Enam kaplet per

sampel sekali pengujian. Berdasarkan FI V (2014) syarat waktu hancur kaplet

asam mefenamat adalah tidak lebih dari 30 menit. Ketiga sampel memenuhi

persyaratan karena hancur sempurna sebelum waktu 30menit. Waktu hancur

merupakan persyaratan untuk disolusi, kaplet mula-mula akan hancur, kemudian

zat aktif terlepas, terdisolusi, diserap dan didistribusikan ke tempat kerjanya.

Waktu hancur yang lama akan berakibat pada waktu disolusi yang lama pula

sehingga onset obat akan tertunda.

4.2 Hasil Uji Disolusi Terbanding

Dilakukan uji disolusi terbanding untuk membandingkan laju disolusi dari

tiga sampel uji kaplet asam mefenamat. Uji disolusi ini dilakukan di dua media,

yaitu; media dapar asam klorida pH 1,2 (cairan lambung buatan) dan media dapar

fosfat pH 6,8 (cairan usus buatan)(BPOM, 2006).

Sebelum dilakukan uji disolusi dan penetapan profil disolusi dilakukan uji

pendahuluan sebagai dasar dalam penetapan kadar terdisolusi, berupa penetapan


panjang gelombang maksimum dan kurva baku dengan menggunakan

spektrofotometri UV-Vis.

4.2.1 Hasil Penetapan Panjang Gelombang Maksimum

Hasil dari penetapan panjang gelombang maksimum diperoleh pada panjang

gelombang 298nm untuk media dapar HCl pH 1,2 dan panjang gelombang

285,2.nm untuk media dapar fosfat pH 6,8. Spektrum dari masing-masing panjang

gelombang dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1 Spektrum pada media dapar HCl pH 1,2

Gambar 4.2 Spektrum pada media dapar fosfat pH 6,8

4.2.2 Hasil Penetapan Kurva Baku

Hasil penetapan kurva baku untuk percobaan disolusi dengan menggunakan

media dapar HCl pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8 seperti tertera di gambar 4.3 dan

4.4.
0.3
y=0,01755x + 0,00855

absorbansi
0.25
0.2 r2 = 0,99226
0.15
0.1
0.05
0
5 7.5 10 12.5 15
konsentrasi (ppm)
absorbansi standar

Gambar 4.3 Kurva Baku pada Media Dapar HCl pH 1,2

0.7
0.6
absorbansi

0.5 y = 0,04213x - 0,00188


0.4 r2 = 0,99977
0.3
0.2
0.1
0
5 7.5 10 12.5 15
konsentrasi (ppm)
absorbansi standar

Gambar 4.4 Kurva Baku pada Medium Dapar fosfat pH 6,8

Berdasarkan gambar diatas, medium dapar HCl pH 1,2 diperoleh persamaan

y=0,01755x + 0,00855 r=0,99226 dan medium dapar fosfat pH 6,8 diperoleh

persamaan y=0,04213x–0,00188 r=0,99977. Dimana y adalah absorbansi/serapan

dan x sebagai kadar. Nilai r dapat diartikan adanya hubungan antara konsentrasi

dan absorbansi sebagai garis yang linier, yang berarti ada korelasi bermakna

(signifikan) dan besaran yang dicari dapat dihitung dengan persamaan resgresi

yang ada. Untuk mendapatkan suatu garis linier hubungan konsentrasi dan

absorban, maka nilai r korelasi harus mendekati 1 atau 0,999 sehingga persamaan

tersebut dapat digunakan untuk menghitung hasil kadar asam mefenamat yang

terdisolusi di dalam sampel.


4.2.3 Hasil Profil Disolusi

Hasil uji disolusi dari kaplet asam mefenamat generik dan paten seperti

tercantum pada tabel 4.2 dan 4.3 serta gambar 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.2 Hasil uji disolusi kaplet asam mefenamat pada media dapar HCl

pH 1,2

m Media dapar HCl pH 1,2


e Paten Generik bermerek Generik berlogo
n
Absorban % Absorban % Absorban %
i
rata-rata terdisolusi rata-rata terdisolusi rata-rata terdisolusi
t
5 0,075 0,68 0,079 0,72 0,097 0,91

15 0,073 0,66 0,116 1,11 0,066 0,59

25 0,128 1,23 0,119 1,14 0,109 1,03

35 0,101 0,96 0,113 1,08 0,117 1,12

45 0,064 0,57 0,113 1,08 0,077 0,71

Tabel 4.3 Hasil uji disolusi kaplet asam mefenamat pada media dapar
fosfat pH 6,8
m Media dapar fosfat pH 6,8
e Paten Generik bermerek Generik berlogo
n
i Absorban % Absorban % Absorban %
t rata-rata terdisolusi rata-rata terdisolusi rata-rata terdisolusi

5 0,012 2,96 0,014 3,39 0,020 4,67

15 0,016 3,85 0,016 3,86 0,021 4,94

25 0,018 4,29 0,018 4,29 0,022 5,17

35 0,017 4,08 0,019 4,51 0,022 5,16


45 0,017 4,08 0.017 4,08 0,021 4,95
1.4
1.3

% terdisolusi
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
5 15 25 35 45
Paten waktu (menit)
Generik bermerek
generik berlogo

Gambar 4.5. Grafik profil disolusi kaplet asam mefenamat dalam media dapar HCl pH 1,2

5.5
% terdisolusi

5
4.5
4
3.5
3
2.5
5 15 25 35 45
waktu (menit)
Paten
Generik bermerek
Generik berlogo

Gambar 4.6. Grafik profil disolusi kaplet asam mefenamat dalam media dapar fosfat pH 6,8.

Berdasarkan data tabel 4.2, uji disolusi pada medium dapar HCl pH 1,2

menunjukkan bahwa sampel generik berlogo hampir memiliki profil disolusi yang

mirip dengan kaplet paten, dimana pada menit awal kadar naik kemudian terjadi

penurunan dan menit selanjutnya terjadi peningkatan kadar yang kemudian turun

kembali. Hal ini bisa terjadi karena sampel uji yang tidak stabil di medium dapar

HCl pH 1,2. Sedangkan sampel generik bermerek cukup stabil dimana mula-mula

terjadi peningkatan sampai menit ke 25 dan kemudian terjadi penurunan.


Sedangkan data hasil uji disolusi pada medium dapar fosfat pH 6,8

menunjukkan bahwa semua produk yang diujikan memiliki pola yang mirip

sampai menit ke 25. Dimana pada menit awal jumlah obat yang terdisolusi naik

dengan cepat karena obat mengalami disintegrasi yang diikuti dengan disolusi.

Menit selanjutnya profil disolusi asam mefenamat paten dan generik berlogo

mengalami penurunan, sedangkan generik bermerek baru mengalami penurunan

pada menit ke 45.

Penurunan kadar disolusi terjadi ketika kelarutan sampel uji yang sudah

mencapai maksimal tetapi sampling dan refilling terus dilakukan tanpa adanya

penambahan kelarutan zat aktif obat terhadap medium disolusi yang menyebabkan

terjadi penurunan persen terdisolusi obat.

Dari dua media yang digunakan yaitu dapar asam klorida pH 1,2 dan dapar

fosfat pH 6,8, didapatkan hasil bahwa pada media dapar fosfat pH 6,8 persen obat

terdisolusi lebih banyak dibandingkan pada media dapar asam klorida. Hal ini

dikarenakan asam mefenamat termasuk dalam kelas II berdasarkan

biopharmaceutic classification system (BCS). Dimana BCS dari zat aktif kelas 2

memiliki kelarutan dalam air rendah dan permeabilitas dalam usus tinggi. Obat

kelas II memiliki daya serap yang tinggi tetapi laju disolusinya rendah (katdare,

2006).

Kaplet asam mefenamat generik berlogo memiliki jumlah obat yang

terdisolusi yang paling besar dibandingkan dengan sampel yang lain. Hal ini

disebabkan karena kaplet asam mefenamat generik berlogo memiliki kekerasan

yang lebih rendah dibandingkan sampel uji yang lain, sehingga memungkinkan
terjadi penetrasi air yang lebih cepat ke dalam kaplet untuk selanjutnya terjadi

disolusi.

Perbedaan profil disolusi antar sampel uji disebabkan karena adanya

perbedaan bahan tambahan yang digunakan, sumber bahan zat aktif yang berbeda

dan proses produksi juga yang berbeda dari masing-masing pabrik.

4.3 Hasil Perhitungan Faktor Kemiripan (f2)

Profil disolusi dari sampel uji dibandingkan dengan menggunakan nilai f2

yang dihitung dengan persamaan berikut :

Jika nilai f2 = 50 atau lebih besar (50-100) menunjukan kesamaan atau

ekivalensi ke-2 kurva, yang berarti kemiripan profil disolusi kedua produk. Jika

produk “copy” dan produk pembanding memiliki disolusi sangat cepat (>85%

melarut dalam waktu ≤ 15 menit dengan metode uji yang dianjurkan), maka

perbandingan profil disolusi tidak diperlukan. (BPOM RI, 2005)

Tabel 4.4 Faktor kemiripan (f2) generik bermerek dengan paten


Media dapar HCl pH 1,2 Media dapar Fosfat pH 6,8
m %disolusi %disolusi
e
Generik Generik (Rt-
n Paten (Rt-Tt)2 f2 Paten f2
bermere bermere Tt)2
i (Rt) (Rt)
k (Tt) k (Tt)
t
5 0,68 0,72 0,0016 2,96 3,39 0,1849
15 0,66 1,11 0,2025 3,85 3,86 0,0001
25 1,23 1,14 0,0081 4,29 4,29 0,0000
35 0,96 1,08 0,0144 4,08 4,51 0,1849
45 0,57 1,08 0,2601 4,08 4,08 0,0000
Jumlah 0,4867 98,99 Jumlah 0,3699 99,22
Tabel 4.5 Faktor kemiripan (f2) generik berlogo dengan paten
Media dapar HCl pH 1,2 Media dapar Fosfat pH 6,8
m %disolusi %disolusi
e
Generik Generik
n Paten (Rt-Tt)2 f2 Paten (Rt-Tt)2 f2
berlogo berlogo
i (Rt) (Rt)
(Tt) (Tt)
t
5 0,68 0,91 0,0529 2,96 4,67 2,9241
15 0,66 0,59 0,0049 3,85 4,94 1,1881
25 1,23 1,03 0,0400 4,29 5,17 0,7744
35 0,96 1,12 0,0256 4,08 5,16 1,1664
45 0,57 0,71 0,0169 4,08 4,95 0,7569
Jumlah 0,1403 99,69 Jumlah 6,8099 90,67

Berdasarkan data di tabel 4.3 dan4 . 4 memperlihatkan bahwa semua sampel

uji baik yang menggunakan media dapar HCl pH 1,2 maupun dapar fosfat pH 6,8

memiliki nilai f2 yang berada di rentang 50-100, dimana pada media dapar HCl

pH 1,2 kaplet asam mefenamat generik memiliki nilai f2 sebesar 98,99 dan pada

media dapar fosfat pH 6,8 memiliki nilai f2 sebesar 99,22. Dan untuk kaplet asam

mefenamat generik berlogo, pada media dapar HCl pH 1,2 memiliki nilai f2

sebesar 99,69 dan pada media dapar fosfat sebesar 90,67. Dari hasil tersebut

berarti kaplet asam mefenamat memiliki kemiripan dengan kaplet asam

mefenamat generik (berlogo dan bermerek).


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa :

1. Sampel kaplet asam mefenamat paten dan generik memenuhi semua

persyaratan fisik kaplet.

2. Pada media dapar asam klorida pH 1,2 sampel kaplet asam mefenamat

generik bermerek memiliki nilai f2=98,99 dan generik berlogo

memiliki nilai f2=99,69. Sehingga memiliki kemiripan profil disolusi

dengan kaplet asam mefenamat paten (inovator).

3. Pada media dapar fosfat pH 6,8 sampel kaplet asam mefenamat

generik bermerek memiliki nilai f2=99,22 dan generik berlogo

memiliki nilai f2=90,67. Sehingga memiliki kemiripan profil disolusi

dengan kaplet asam mefenamat paten (inovator).

5.2 Saran

Dari penelitian yang dilakukan saran yang dapat diajukan, yaitu :

1. Perlu dilakukan sosialisasi yang lebih luas kepada masyarakat bahwa

mutu kaplet asam mefenamat generik bermerek dan generik berlogo

setara dengan kaplet asam mefenamat paten.

2. Dilakukan pengujian bioavailabilitas secara in vivo.

3. Dilakukan pengujian terhadap sediaan asam mefenamat dari pabrik

yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2009., Kumpulan Kuliah Farmakologi Staf Pengajar Departemen


Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Sriwijaya. Edisi II.,
Kedokteran EGC., Jakarta.,

Anonim., 1979., Farmakope Indonesia Edisi III., Departemen Kesehatan


Repubik Indonesia., Jakarta.,

Anonim., 1995., Farmakope Indonesia Edisi IV., Departemen Kesehatan


Repubik Indonesia., Jakarta.,

Anonim., 2014., Farmakope Indonesia Edisi V., Departemen Kesehatan


Repubik Indonesia., Jakarta.,

Ardiarini AA, Ari., 2006., Perbandingan Bioavailabilitas (Bioekivalensi) Obat


Cimetidine Dalam Sediaan Generik dan Paten secara In Vitro., Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro., Semarang.,

Badan POM RI., 2005., Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan Indonesia No. HK 00.05.3.1818 Tentang Pedoman Uji
Bioekivalensi. BPOM RI., Jakarta.,

Brunton, L.L., dan Parker, K.L., 2008., Goodman and Gilman’s The
Pharmacological Basis of Therapeutics., Mc Graw Hill., New York.,

Gandjar Ibnu G dan Rohman Abdul., 2007., Kimia Farmasi Analisi., Pustaka
Pelajar., Yogyakarta.,

Goodman and Gilman., 2007 ., Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10., Penerbit
Buku Kedokteran EGC., Jakarta.,

Harmita. dkk., 2006., Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi.,
Departemen Farmasi FMIPA., Universitas Indonesia.,
Katdare, Ashok.,Chaubel, Mahash V., 2006., Excipient Development for
Pharmaceutical, Biotechnology, and Drug Delivery System., RC press.,
Farnc.,

Menteri Kesehatan RI., 2013., Riset Kesehatan Dasar., Badan Peneliti dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI., Jakarta.,

Presiden RI., 2001., Undang-undang Republik Indonesia Nomer 14 tahun


2001 tentang Paten., Sekretariat Negara Republik Indonesia., Jakarta.,

Syamsuni, A., 2007., Ilmu Resep., Buku Kedokteran EGC., Jakarta.,

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010., Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar-Dasar Praktis., Penerbit Buku Kedokteran EGC., Jakarta.,

Sudjadi., 2012., Analisis Farmasi., Pustaka Pelajar., Yogyakarta.,

Syukri., 2002., Biofarmasetika., UII Press., Yogyakarta.,

Wibowo, Agus., 2009., Cerdas memilih obat dan mengenali penyakit. Penerbit
PT.Lingkar Pena Kreativa., Jakarta.,

Widodo, Rahayu., 2004., Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan


Obat., Kreasi Wacana., Yogyakarta.,

Wilmana, F.P., 2007., Farmakologi dan Terapi Edisi V., Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia., Jakarta.,
LAMPIRAN I

DIAGRAM ALIR UJI DISOLUSI TERBANDING

Asam mefenamat Sampel Uji


standar Nyalakan alat disolusi tipe 2,
+ 900mL media disolusi
100mg as. Mefenamat standar + 10ml Atur kecepatan 75rpm,
NaOH + Media disolusi samapi 100mL suhu 370C

100ppm
Disolusi sampel uji

Dibuat seri konsentrasi Waktu disolusi selama


45 menit
5 ppm
Dipipet 0,5mL + media
disolusi sampai 10mL
Sampling pada menit
5, 15, 25, 35 dan 45

7,5 ppm
Dipipet 0,75 mL + media
disolusi sampai 10mL
Filtart sampel
λmax
10 ppm Ukur absorbansi dpn Ukur absorbansi
Dipipet 1 mL + media pada λmax dengan
spektrofotometri UV-
disolusi sampai 10mL spektrofotometri
Vis pada rentang λ
200-400nm UV-Vis

12,5ppm
Dipipet 1,25 mL + media
disolusi sampai 10mL
Absorbansi sempling

15ppm
Dipipet 1,5 mL + media Kadar uji disolusi
disolusi sampai 10mL Ukur absorbansi pada
λmax

Perbandingan
Di dapat profil disolusi
Kurva baku

Media disolusi yang digunakan dapar asam klorida


pH 1,2 dan dapar fosfat pH 6,8. HASI
Sampel uji yang digunakan adalam asam mefenamt L
generik berlogo, generik bermerek dan inovatornya.
LAMPIRAN II

LARUTAN MEDIA DISOLUSI DAN LARUTAN BAKU

Larutan dapar HCl pH 1,2 Larutan dapat fosfat pH 6,8

Larutan Baku dan seri konsentrasi

Larutan NaOH 0,2 N


LAMPIRAN III

FILTRAT HASIL DISOLUSI

Sampel uji asam mefenamat Sampel uji asam mefenamat sampel uji generik berlogo

paten pada media dapar generik bermerek pada pada media dapar fosfat ph

fosfat ph 6,8 media dapar fosfat ph 6,8 6,8

Sampel uji asam mefenamat Sampel uji asam mefenamat sampel uji generik berlogo
paten pada media dapar generik bermerek pada pada media dapar HCl pH
HCl pH 1,2 media dapar HCl pH 1,2 1,2
LAMPIRAN IV

ALAT

alat uji disolusi tipe 2 alat spektrofotometri UV- uji waktu hancur
(dayung) Vis

Hardnes tester
Friabilitor

pH Meter Digital

Gelas Ukur
Labu Ukur
beaker glass

Botol Vial 10mL Termometer, pipet ukur,


pipet volume, piller ball

Timbangan analitik
LAMPIRAN V

BAHAN

asam mefenamat paten kaplet asam mefenamat


kaplet asam mefenamat
generik bermerek
berlogo

Kalium klorida Natrium Hidroksida

Asam Mefenamat Standar

kalium dihidrogenfosfat Aquadest

Asam klorida pekat


LAMPIRAN VI

HASIL PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM

PADA MEDIA DAPAR HCl pH 1,2


LAMPIRAN VII

HASIL PENGUKURAN ABSORBANSI STANDAR

PADA MEDIA DAPAR HCl pH 1,2


LAMPIRAN VIII

HASIL PENGUKURAN ABSORBANSI

SAMPEL DISOLUSI PADA MEDIA DAPAR HCL pH 1,2


LAMPIRAN VIII

(LANJUTAN)
LAMPIRAN VIII

(LANJUTAN)
LAMPIRAN IX

HASIL PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM

PADA MEDIA DAPAR FOSFAT pH 6,8


LAMPIRAN X

HASIL PENGUKURAN ABSORBANSI STANDAR

PAFA MEDIA DAPAR FOSFAT pH 6,8


LAMPIRAN XI

HASIL PENGUKURAN SAMPEL DISOLUSI

PADA MEDIA DAPAR HCL pH 6,8


LAMPIRAN XI

(LANJUTAN)
LAMPIRAN XI

(LANJUTAN)
LAMPIRAN XII

PERHITUNGAN % TERDISOLUSI PADA MEDIA DAPAR HCL pH 1,2

1. Obat Inovator (Paten)


 5 menit  A= 0,075  35 menit  A = 0,101
y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,075 = 0,01755 x + 0,00855 0,101 = 0,01755 x + 0,00855
x = 3,786 mg/L x = 5,267 mg/L
C0 = 3,786 mg/L x 0,9 L = 3,407 mg C0 = 5,267 mg/L x 0,9L = 4,741 mg

% kadar = x 100% = 0,68% Ct = C0 + FK3 = 4,741 mg + 0,068 mg = 4,809 mg


% kadar = 100% = 0,96%
Faktor koreksi (FK1) = 3,407 mg

= 0,037 mg FK4 = 4,809 mg = 0,032 mg

 15 menit  A = 0,073  45 menit  A = 0,064


y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,073 = 0,01755 x + 0,00855 0,064 = 0,01755 x + 0,00855
x = 3,672 mg/L x = 3,159 mg/L
C0 = 3,672 mg/L x 0,9L = 3,304 mg C0 = 3,159 mg/L x 0,9L = 2,843 mg
Ct = C0 + FK1 = 3,304 mg + 0,037 mg = 3,341 mg Ct = C0 + FK4 = 2,843 mg + 0,032 mg = 2,875 mg

% kadar = 100% = 0,66% % kadar = 100% = 0,57%

FK2 = 3,341 mg = 0,037 mg FK5 = 2,875 mg = 0,032 mg

 25 menit  A = 0,128
y = 0,01755 x + 0,00855
0,128 = 0,01755 x + 0,00855
x = 6,806 mg/L
C0 = 6,806 mg/L x 0,9L = 6,125 mg
Ct = C0 + FK2 = 6,125 mg + 0,037 mg = 6,162 mg

% kadar = 100% = 1,23%

FK3 = 6,162 mg = 0,068 mg


LAMPIRAN XII

(LANJUTAN)

2. Generik Bermerek
 5 menit  A= 0,079  35 menit  A = 0,113
y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,079 = 0,01755 x + 0,00855 0,113 = 0,01755 x + 0,00855
x = 4,026 mg/L x = 5,952 mg/L
C0 = 4,026 mg/L x 0,9 L = 3,623 mg C0 = 5,952 mg/L x 0,9L = 5,364 mg

% kadar = x 100% = 0,72% Ct = C0 + FK3 = 5,364 mg + 0,060 mg = 5,416 mg

% kadar = 100% = 1,08%


Faktor koreksi (FK1) = 3,623 mg

= 0,040 mg FK4 = 5,416 mg = 0,060 mg

 15 menit  A = 0,116  45 menit  A = 0,113


y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,116 = 0,01755 x + 0,00855 0,113 = 0,01755 x + 0,00855
x = 6,140 mg/L x = 5,952 mg/L
C0 = 6,140 mg/L x 0,9L = 5,526 mg C0 = 5,952 mg/L x 0,9L = 5,364 mg
Ct = C0 + FK1 = 5,526 mg + 0,040 mg = 5,566 mg Ct = C0 + FK4 = 5,364 mg + 0,060 mg = 5,416 mg

% kadar = 100% = 1,11% % kadar = 100% = 1,08%

FK2 = 5,566 mg = 0,061 mg FK5 = 5,416 mg = 0,060 mg

 25 menit  A = 0,119
y = 0,01755 x + 0,00855
0,119 = 0,01755 x + 0,00855
x = 6,311 mg/L
C0 = 6,311 mg/L x 0,9L = 5,68 mg
Ct = C0 + FK2 = 5,68 mg + 0,061 mg = 5,740 mg

% kadar = 100% = 1,14%

FK3 = 5,740 mg = 0,060 mg


LAMPIRAN XII

(LANJUTAN)

3. Generik Berlogo
 5 menit  A= 0,097  35 menit  A = 0,117
y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,097 = 0,01755 x + 0,00855 0,117 = 0,01755 x + 0,00855
x = 5,040 mg/L x = 6,179 mg/L
C0 = 5,040 mg/L x 0,9 L = 4,536 mg C0 = 6,179 mg/L x 0,9L = 5,561 mg

% kadar = x 100% = 0,91% Ct = C0 + FK3 = 5,561 mg + 0,057mg = 5,,618 mg


% kadar = 100% = 1,12%
Faktor koreksi (FK1) = 4,536 mg

= 0,050 mg FK4 = 5,618 mg = 0,062 mg

 15 menit  A = 0,066  45 menit  A = 0,077


y = 0,01755 x + 0,00855 y = 0,01755 x + 0,00855
0,066 = 0,01755 x + 0,00855 0,077 = 0,01755 x + 0,00855
x = 3,273 mg/L x = 3,900 mg/L
C0 = 3,273 mg/L x 0,9L = 2,946 mg C0 = 3,900 mg/L x 0,9L = 5,510 mg
Ct = C0 + FK1 = 2,946 mg + 0,050 mg = 2,996 mg Ct = C0 + FK4 = 5,510 mg + 0,062 mg = 3,572 mg

% kadar = 100% = 0,59% % kadar = 100% = 0,71%

FK2 = 2,996 mg = 0,033 mg FK5 = 3,572 mg = 0,039 mg

 25 menit  A = 0,109
y = 0,01755 x + 0,00855
0,109 = 0,01755 x + 0,00855
x = 5,723 mg/L
C0 = 5,723 mg/L x 0,9L = 5,151 mg
Ct = C0 + FK2 = 5151 mg + 0,033 mg = 5,184 mg

% kadar = 100% = 1,03%

FK3 = 5,184 mg = 0,057mg


LAMPIRAN XIII

PERHITUNGAN % TERDISOLUSI PADA MEDIA DAPAR FOSFAT pH 6,8

1. Obat inovator (paten)


 5 menit  A= 0,012  35 menit  A = 0,017
Pengenceran 50 kali ( 1mL ad 50 mL) Y = 0,04213X – 0,00188
Y = 0,04213X – 0,00188 0,017 = 0,04213X – 0,00188
0,012 = 0,04213X – 0,00188 X = 0,4481 mg/L
X = 0,329 mg/L C0 = 0,4481 mg/L x 50 = 22,405 mg
C0 = 0,329 mgL x 50 = 16,45 mg Dalam 900 mL = 22,405 mg/L x 0,9L = 20,165 mg
Dalam 900 mL = 16,45 mg/L x 0,9 L = 14,805 mg Ct = C0 + FK3 = 20,165 mg + 0,238 mg = 20,403 mg

% kadar = x 100% = 2,96% % kadar = 100% = 4,08%

FK1 = 14,805 mg = 0,164 mg FK4 = 20,403 mg = 0,227 mg

 15 menit  A = 0,016  45 menit  A = 0,017


Y = 0,04213X – 0,00188 Y = 0,04213X – 0,00188
0,016 = 0,04213X – 0,00188 0,017 = 0,04213X – 0,00188
X = 0,4244 mg/L X = 0,4481 mg/L
C0 = 0,4244 mg/L x 50 = 21,22 mg C0 = 0,4481 mg/L x 50 = 22,405 mg
Dalam 900 mL = 21,22 mg/L x 0,9 L = 19,098 mg Dalam 900mL = 22,405 mg/L x 0,9 ml = 20,165 mg
Ct = C0+FK1 = 19,098 mg + 0,164 mg = 19,262 mg Ct = C0 + FK4 = 20,165 mg + 0,227 mg = 20,392 mg

% kadar = 100% = 3,85% % kadar = 100% = 4,08%

FK2 = 19,262 mg = 0,214 mg FK5 = 20,392 mg = 0,226 mg

 25 menit  A = 0,018
 Y = 0,04213X – 0,00188
0,018 = 0,04213X – 0,00188
X = 0,4719 mg/L
 C0 = 0,4719 mg/L x 50 = 23,59 mg
Dalam 900 mL = 23,59 mg/L x 0,9 L = 21,231 mg
 Ct=C0+FK2 = 21,231 mg + 0,214 mg = 21,445 mg

 % kadar = 100% = 4,29%

 FK3 = 21,445 mg = 0,238 mg


LAMPIRAN XIII

(LANJUTAN)

2. Generik Bermerek
 35 menit  A = 0,019
 5 menit  A= 0,014
Y = 0,04213X – 0,00188
Pengenceran 50 kali ( 1mL ad 50 mL)
0,019 = 0,04213X – 0,00188
Y = 0,04213X – 0,00188
X = 0,4956 mg/L
0,014 = 0,04213X – 0,00188
C0 = 0,4956 mg/L x 50 = 24,780 mg/L
X = 0,376 mg/L
Dalam 900 mL = 22,780 mg/L x 0,9L = 22,302 mg
C0 = 0,376 mgL x 50 = 18,846 mg
Ct = C0 + FK3 = 22,302 mg + 0,238 mg = 22,540 mg
Dalam 900 mL = 18,846 mg/L x 0,9 L = 19,961 mg
% kadar = 100% = 4.51%
% kadar = x 100% = 3,39%
FK4 = 22,540 mg =0,250 mg
FK1 = 19,961 mg = 0,221 mg

 45 menit  A = 0,017
 15 menit  A = 0,016
Y = 0,04213X – 0,00188 Y = 0,04213X – 0,00188

0,016 = 0,04213X – 0,00188 0,017 = 0,04213X – 0,00188

X = 0,4244 mg/L X = 0,4481 mg/L

C0 = 0,4244 mg/L x 50 = 21,22 mg/L C0 = 0,4481 mg/L x 50 = 22,405 mg/L

Dalam 900 mL = 21,22 mg/L x 0,9 L = 19,098 mg Dalam 900mL = 22,405 mg/L x 0,9 ml = 20,165 mg

Ct = C0+FK1 = 19,098 mg + 0,221 mg = 19,319 mg Ct = C0 + FK4 = 20,165 mg + 0,250 mg = 20,415 mg

% kadar = 100% = 3,86% % kadar = 100% = 4,08%

FK2 = 19,319 mg = 0,214 mg FK5 = 20,415 mg = 0,226 mg

 25 menit  A = 0,018
 Y = 0,04213X – 0,00188
0,018 = 0,04213X – 0,00188 = 0,4719 mg/L
 C0 = 0,4719 mg/L x 50 = 23,59 mg/L
Dalam 900 mL = 23,59 mg/L x 0,9 L = 21,231 mg
 Ct=C0+FK2 = 21,231 mg + 0,214 mg = 21,445 mg
 % kadar = 100% = 4,29%

 FK3 = 21,445 mg = 0,238 mg


LAMPIRAN XIII

(LANJUTAN)

3. Generik Berlogo
 5 menit  A= 0,020  35 menit  A = 0,022
Pengenceran 50 kali ( 1mL ad 50 mL) Y = 0,04213X – 0,00188
Y = 0,04213X – 0,00188 0,022 = 0,04213X – 0,00188
0,020 = 0,04213X – 0,00188 X = 0,567 mg/L
X = 0,519 mg/L C0 = 0,567 mg/L x 50 = 28,341 mg/L
C0 = 0,519 mgL x 50 = 25,967 mg Dalam 900 mL = 28,341 mg/L x 0,9L = 25,507 mg
Dalam 900 mL = 25,967 mg/L x 0,9 L = 23,730 mg Ct = C0 + FK3 = 25,507 mg + 0,286 mg = 25,793 mg

% kadar = x 100% = 4,67% % kadar = 100% = 5,16%

FK1 = 23,730 mg = 0,263 mg FK4 = 25,793 mg = 0,286 mg

 15 menit  A = 0,021  45 menit  A = 0,021


Y = 0,04213X – 0,00188 Y = 0,04213X – 0,00188
0,021 = 0,04213X – 0,00188 0,021 = 0,04213X – 0,00188
X = 0,543 mg/L X = 0,543 mg/L
C0 = 0,543 mg/L x 50 = 27,154 mg C0 = 0,543 mg/L x 50 = 27,154 mg/L
Dalam 900 mL = 27,154 mg/L x 0,9 L = 24,438 mg Dalam 900mL = 27,154 mg/L x 0,9 ml = 24,438 mg
Ct = C0+FK1 = 24,438 mg + 0,263 mg = 24,701 mg Ct = C0 + FK4 = 24,438 mg + 0,286 mg = 24,724 mg

% kadar = 100% = 4,94% % kadar = 100% = 4,94%

FK2 = 24,701 mg = 0,274 mg FK5 = 24,724 mg = 0,275 mg

 25 menit  A = 0,022
Y = 0,04213X – 0,00188
0,022 = 0,04213X – 0,00188
X = 0,567 mg/L
C0 = 0,567mg/L x 50 = 28,34 mg
Dalam 900 mL = 28,34 mg/L x 0,9 L = 25,506 mg
Ct=C0+FK2 = 25,506 mg + 0,274 mg = 25,781 mg

% kadar = 100% = 5,16%

FK3 = 25,781 mg = 0,286 mg


LAMPIRAN XIV

Perhitungan Faktor Kemiripan (f2)

Antara Obat Paten dan Generik Bermerek

√ ∑
[ ]

Pada Media Dapar HCl pH 1,2


[ ]


[ ]

[ ]

Pada Media Dapar Fosfat pH 6,8


[ ]


[ ]

[ ]
LAMPIRAN XIV

Perhitungan Faktor Kemiripan (f2)

Antara Obat Paten dan Generik Berlogo

√ ∑
[ ]

Pada Media Dapar HCl pH 1,2


[ ]


[ ]

[ ]

Pada Media Dapar Fosfat pH 6,8


[ ]


[ ]

[ ]

Anda mungkin juga menyukai