2,6-BIS(4-SULFONAMIDOBENZILIDENA)SIKLOHEKSANON DIANALISIS
SRI NURASIH
0606041125
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN FARMASI
PROGRAM EKSTENSI
DEPOK
2009
2,6-BIS(4-SULFONAMIDOBENZILIDENA)SIKLOHEKSANON DIANALISIS
Oleh :
SRI NURASIH
0606041125
DEPOK
2009
dan salam tak lupa tercurah kepada nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa
sallam.
Skripsi yang berjudul “Efek pH 7,0 dan pH 10,0 Pada Stabilitas Larutan
1. Bapak Drs. Hayun, MSi. selaku pembimbing I dan Bapak Drs. Umar
Departemen Farmasi.
FMIPA-UI.
UI.
6. Ibu, bapak, kakak dan adik di rumah yang selalu mendoakan saya.
selama ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang juga banyak
masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
2009
yang harus diketahui dari senyawa calon obat adalah data stabilitas. Pada
penelitian kali ini dilakukan uji pengaruh pH terhadap stabilitas larutan 2,6-
Dapar yang digunakan adalah pH 7,0 dan pH 10,0 dengan suhu 500, 600,
dan 700 C. Kondisi analisis menggunakan lempeng silica gel F254 sebagai
fase diam, campuran pelarut diklormetan : metanol (9:1) sebagai fase gerak
dan dianalisis pada panjang gelombang 334 nm. Hasil penelitian ini
deteksi 11.8086 ppm dan batas kuantitasi 39.33619 ppm. Hasil dari
memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90)
= 0,80 jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu
250C memiliki k1 = 7,01 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life
(t90) = 0,02 jam dan waktu paro (t ½) = 0,10 jam. Dari data diatas dapat
Bibiliografi : 22 ( 1976-2009).
from new drug standard is the stability data. In this research has done the
Densitometry. Buffers that have been used were pH 7,0 and pH 10,0 with
temperature of 500C, 600C, 700C. Analysis condition used silica gel F254
coefficent of variation was less than 2%. Calibration curve done in range of
60-200 ppm resulting liniearity 0,9975 with limit of detection 11.8086 ppm
hours-1, activation energy (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 hour
and half time (t ½) = 5,30 hours, whereas in pH 10,0 at 25°C had k1 = 7,01
hours-1, activation energy (Ea) = 1,14 kkal mol-1 shelf life (t90) = 0,02 hour and
half time (t ½) = 0,10 hour. So from the data above, it can be taken
Bibiliography: 22 (1976-2009)
Halaman
ABSTRACT …………………………...……………............................................. v
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan Penelitian………………………………............................. 3
A. Kestabilan…………………………………………........................ 4
D. 2,6-Bis(4-Sulfonamidobenzilidena)Sikloheksanon........... 11
1. Kromatografi………………………………………….............. 12
2. Penggunaan KLT……………………………………............... 13
3. Sistem KLT…………………………….……………................ 15
6. Densitometri…………………………………………………... 19
1. Kecermatan………………………………………………….... 21
2. Keseksamaan……………………………………………….... 22
3. Selektivitas……………………………………………………. 23
A. Alat………………………………….....……………...................... 26
B. Bahan…………………………………………….…….................. 26
C. Cara Kerja…………………………….....................…………...... 27
A. Hasil …………….................…………………………………....... 34
B. Pembahasan…………….……....…………………….................. 36
A. Kesimpulan ……….………………....................……………....... 42
B. Saran....………………………....……………………................... 43
DAFTAR ACUAN...……………………………………………………................. 44
Gambar Halaman
suhu kamar…………............................................................................. 47
3. Struktur 2,6-bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon….............. 11
4. Faktor retardasi..................................................................................... 18
wincats.................................................................................................. 48
Tabel Halaman
7a. Data hasil analisis regresi linier dari data uji stabilitas pada suhu
7b. Data hasil analisis regresi linier dari data uji stabilitas pada suhu
Lampiran Halaman
A. LATAR BELAKANG
Senyawa 2,6-bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon
metoksi-4-hidroksibenzilidena)sikloheksanon; 2,6-bis(4-
2,6-bis(3,5-dimetil-4-hidroksibenzilidena)sikloheksanon mempunyai
Salah satu sifat yang harus diketahui dari bahan baku obat
Stabilitas obat perlu mendapat perhatian yang lebih besar, hal ini
masa edarnya. Bila khasiat obat dan kualitasnya tidak berubah selama
dikatakan stabil. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
dipercepat” yaitu dengan mengamati kadar suatu zat pada suhu tinggi
(5).
terhadap laju degradasi diantaranya adalah suhu dan pH. Penelitian ini
B. TUJUAN PENELITIAN
kamar), energi aktivasi (Ea), shelf life (t90), dan waktu paro (t ½).
TINJAUAN PUSTAKA
A. KESTABILAN
dapat mempengaruhi kestabilan suatu obat atau bahan obat antara lain :
suhu, kelembaban dan cahaya; pada sisi lain adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan produk, seperti sifat kimia dan fisika dari bahan
kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga
distribusi dan eliminasi. Jumlah zat padat yang melarut kedalam larutan
per satuan waktu disebut waktu disolusi. Jumlah zat yang diabsorbsi dari
tempat pemberian per satuan waktu adalah laju absorbsi. Dan jumlah
a. Reaksi Hidrolisis
(5,7).
b. Reaksi Oksidasi-Reduksi
c. Reaksi Fotokimia
berwarna (5).
2. Orde Reaksi
a. Orde reaksi 0
-dc/dt = ko
dC = - k0 dt
Ct – C0 = -k0 t
atau Ct = C0 – k0 t (1)
b. Orde reaksi 1
-dC/dt = k C
dC/C = -k dt
ln C – ln C0 = - k t (2)
C = C0 e-kt (3)
c. Orde dua
A + B = produk
1/Ct – 1/C0 = k t
persamaan orde reaksi, bila didapat harga k yang relatif konstan berarti
terhadap waktu. Jika hubungan yang diperoleh sesuai dengan salah satu
grafik, maka reaksi berjalan pada orde tersebut. Grafik nol adalah hubungan
konsentrasi pada waktu t terhadap waktu, orde satu adalah hubungan log
konsentrasi terhadap waktu dan orde dua adalah hubungan antara 1/C (satu
c. Dengan cara waktu paro. Waktu paro adalah waktu yang dibutuhkan
n-1
Secara umum waktu paro (t ½) adalah 1/C . Jika dilakukan dua
(t ) (C )
=
(t ) (C )
dielektrik dan katalisator lainnya. Pada penelitian ini faktor yang dipilih
Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap
Keterangan :
k = tetapan kecepatan degradasi
A = tetapan yang disebut faktor Arrhenius atau faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
R = tetapan gas yaitu 1,987 kal/o K mol
T = suhu mutlak
Dengan menentukan harga k pada berbagai suhu dan
dan A dari perpotongan. Ketentuan ini hanya berlaku untuk reaksi yang
Pada metode ini nilai laju degradasi (nilai k) untuk penguraian obat pada
400C
Konsentrasi 500C
700C 600C
waktu (jam)
Gambar 1. Penguraian obat yang dipercepat pada suhu yang dinaikkan (5).
Gambar 2.
Senyawa 2,6-Bis(4-sulfonamidobenzilidena)sikloheksanon
hidroksibenzilidena)sikloheksanon; 2,6-bis(4-
menunjukkan bahwa gugus SO2NH2 atau SO2Me pada posisi para dari
1. Kromatografi
antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya
bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut lainnya, yang
melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau
gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penjerap
seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silica gel dan resin
penukar ion atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
komponen dalam campuran dan untuk analisis kuantitatif dari satu atau
Bila fase diam berupa zat padat aktif, maka dikenal istilah
2. Penggunaan KLT
kualitatif skala besar dan dapat juga digunakan untuk analisis kuantitatif.
a. Merupakan metode yang sederhana dan alat yang digunakan relatif lebih
murah.
dipindahkan oleh fase gerak atau tertinggal pada bercak awal sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk jumlah sampel yang banyak dapat lebih
singkat.
tidak bersifat volatile, sehingga tidak menguap selama proses elusi dan
a. Fase Diam
silika gel (SiO2) dan alumina (Al2O3). Silika gel merupakan penjerap yang
untuk senyawa yang bersifat basa. Hal ini dilakukan untuk mencegah
ikatan ion diantara keduanya. Selain silika dan alumina juga digunakan
(HPTLC), merupakan lempeng KLT yang dilapisi dengan silika gel dengan
yang lebih baik, waktu pemisahan lebih singkat dan membutuhkan jumlah
b. Fase Gerak
Polaritas dari pelarut yang digunakan sebagai fase gerak dalam KLT
komponen. Fase gerak yang polar akan bersaing dengan molekul yang
yang bersifat polar pula. Semakin polar fase gerak yang digunakan,
melewati fase diam. Jika fase gerak yang digunakan terlalu polar, lajunya
akan semakin cepat dan menghasilkan sedikit atau bahkan tidak terjadi
a. Pengembangan menaik
gerak. Fase gerak akan bergerak naik pada lempeng karena gaya
kapilaritas.
b. Pengembangan melingkar
lingkaran. Zat yang akan dielusi ditotolkan beberapa sentimeter dari pusat
c. Pengembangan mendatar
dimasukkan ke dalam bejana yang berisi fase gerak yang berbeda dengan
Faktor retardasi (Rf) adalah ratio antara jarak yang ditempuh oleh
zat dengan jarak yang ditempuh oleh eluen dari titik totolan. Nilai Rf
adalah spesifik untuk suatu zat, tetapi sering berbeda dengan yang
waktu perambatan.
Keterangan:
c = jarak yang
ang ditempuh eluen dari titik totolan
a
Gambar 4. Faktor retardasi (Rf)
absorbsifitas atau fluoresensi dari zat yang akan dianalisis (analit). Jika
terutama efektif jika analit berfluoresensi dan fluoresensi itu dapat diukur.
berbeda pula. Lampu deuterium (D2) dan lampu tungsten (W) adalah
lampu yang sering digunakan sebagai sumber cahaya pada daerah UV.
merkuri (Hg) atau xenon (Xe). Lampu D2 digunakan untuk analisis pada
800 nm dan lampu Hg pada rentang 220-650 nm. Lampu D2 dan W dapat
190-800 nm (20).
dilakukan jika ada perbaikan dari metode yang sudah ada untuk
yang berbeda pula. Seiring waktu, proses validasi metode juga perlu
dipercaya (12).
1. Kecermatan (accuracy)
2. Keseksamaan (precision)
Rumus simpangan
pangan baku adalah :
3. Selektivitas (specificity
specificity)
yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dengan adanya
penyimpangan (degree
( of bias)) dari analisis sampel yang mengandung
cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, atau senyawa asing lainnya dan
keseksamaan
samaan dan linearitas yang dapat diterima. Linearitas biasanya
dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung
dimana :
pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam
sampel yang
ng masih memenuhi kriteria cermat dan seksama. Batas
garis regresi linier dari kurva kalibrasi yang didapat dari percobaan (12).
Dimana :
Sy / x = Simpangan Baku/Deviasi
A. ALAT
B. BAHAN
p.a., heksan p.a., etil asetat p.a. (Merck). kalium dihidrogen fosfat,
natrium hidroksida.
Spektrofotometri UV-Vis
konsentrasi lebih kurang 100 ppm dalam pelarut metanol ditotolkan pada
menit. Volume penotolan 2 μL, dengan titik totolan 1 cm dari tepi bawah,
selanjutnya.
konsentrasi lebih kurang 100 ppm, ditotolkan pada lempeng KLT yang
volume penotolan 2 μL, dengan titik totolan 1 cm dari tepi bawah, jarak
pelarut metanol dibuat dengan konsentrasi 30; 40; 50; 60; 80; dan 90
gerak terpilih.
8. Uji Keterulangan
keterulangan yang baik jika koefisien variasi kurang dari atau sama
dengan 2%.
9. Uji Selektivitas
a. Larutan uji
b. Larutan basa
Setelah itu dimasukkan ke dalam labu ukur 5,0 ml, dan ditambahkan
analisis terpilih.
maksimum.
batas, sehingga diperoleh konsentrasi 600 ppm. Larutan ini dipipet 1,0
ml, dimasukkan ke dalam vial percobaan yang telah dikalibrasi (72 vial, 1
Lalu setiap kelompok pH, dibagi menjadi tiga kondisi yaitu untuk
percobaan pada suhu 500 + 20C, 600 + 20C, dan 700 + 20C. Pemanasan
t0. Waktu pengambilan dapat dilihat pada Tabel 1. Sampel yang lain
Tabel. 1
0
4
8
12
24
48
A. HASIL
UV-Vis.
delapan macam fase gerak lainnya. Data mengenai fase gerak dan Rf
dapat dilihat pada Tabel 2 dan gambar kurva densitas fase gerak dapat
heksanon.
Kurva densitas kurva kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 10a-10f dan
ppm dan 39.3619 ppm. Data perhitungan batas deteksi dan batas
6. Uji Keterulangan
8. Uji Stabilitas
mengikuti orde 1. Pada pH 7,0 suhu 250C memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi
aktivasi (Ea) = 17,6 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 jam dan waktu paro
(t½) = 5,3 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu 250C memiliki k1 = 7,01
jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,02 jam dan
6b.
B. PEMBAHASAN
323,5 nm.
delapan macam fase gerak yang dilakukan. Setelah dilakukan uji fase
gerak, dipilih fase gerak yang memberikan pemisahan yang baik dan
nilai Rf yang baik untuk analisis kuantitatif yaitu 0,11 Rf. Sehingga
kurang baik.
gerak yang dicoba ternyata hanya fase gerak diklormetan: metanol yang
berturut-turut 0,56 dan 0,30. Fase gerak yang dipilih untuk analisis
fase gerak yang bersifat non polar, maka metode yang dilakukan adalah
30 menit. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan uap air yang mungkin
kromatografi.
akan membuat hasil analisis menjadi tidak akurat. Oleh karena itu
D2 (190-450 nm).
serapan maksimum.
Setelah itu, dilakukan penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi dari
dibawah 2 %. Hasil uji selektivitas dapat dilihat pada Gambar 11. Kurva
Data hasil uji stabilitas dapat dilihat pada Tabel 6a-6b. Untuk
menentukan orde reaksi dari degradasi zat uji dilakukan regresi linier
Hasil analisis regresi linier tersebut dapat dilihat pada Tabel 7a-7b. Dari
Tetapan kecepatan degradasi (k) orde 1 pada tiap suhu adalah slope
dapat dilihat pada Tabel 7a-7b. Untuk mendapatkan k1 pada suhu 250C
dengan 1/T, hasil analisis hubungan log k1 dengan 1/T dapat dilihat pada
1,6828 untuk pH 10,0. Kurva regresi linier log k1 terhadap 1/T dapat
= 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80
jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam. Sedangkan pada pH 10,0 suhu
250C memiliki k1 = 7,01 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf
A. KESIMPULAN
menggunakan fase diam yaitu lempeng silica gel F254 dan fase gerak
11.8086 ppm dan batas kuantitasi adalah 39.3619 ppm. Nilai dari
suhu 250C pH 7,0 memiliki k1 = 0,13 jam-1, energi aktivasi (Ea) = 17,67
kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,80 jam dan waktu paro (t½) = 5,30 jam.
aktivasi (Ea) = 1,14 kkal mol-1, shelf life (t90) = 0,02 jam dan waktu paro (t
½) = 0,10 jam. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pH 7,0
8. Connors, K.A., Amidon, G.L., dan Stella, V.J., Stabilitas Kimia Sediaan
Farmasi. ed. 1 diterjemahkan dari Chemical Stability of
Pharmaceuticals oleh Didik G. IKIP Semarang Press. 1992.
13. Gruenwede, D.W; John, R.W. Food Analysis, principles and Techniques
Volume 4 Separation Techniques. USA : marcel Dekker, inc.
1987.
15. Gritter, RJ, Bobbit JM & Swarting AE. Pengantar Kromatografi edisi 2.
Terj. dari Introduction to chromatography oleh Padmawinata K.
Bandung: Penerbit ITB, hlm. 90. 1991.
600C
500C
400C
Log k
300C
250C
200C
1/T x 106
2
Serapan
-2
200 250 300 350 400
Panjang gelombang (nm)
Rf
Rf
Rf
Rf
4000
Area
3000
2000
1000
0
0 50 100 150 200 250
Konsentrasi (ng)
Rf
Rf
Rf
6.00
y = -1,4662x + 5,0753
5.00 R² = 0,9913
4.00
ln C (ng)
3.00
2.00
1.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
4.00
ln C (ng)
3.00
2.00
1.00
0.00
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
4.70
4.60
ln C (ng)
4.50
4.40
4.30
4.20
4.10
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
4.80
ln C (ng)
4.70
4.60
4.50
4.40
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
5.10
5.00 y = -8,3329x + 4,9855
R² = 0,9888
4.90
4.80
ln C (ng)
4.70
4.60
4.50
4.40
4.30
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
4.50
4.45
4.40
4.35
4.30
4.25
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Jam)
1
0.9 y = -3853,6986x + 12,0483
0.8 R² = 0,9412
0.7
0.6
log k1
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315
(1/T)
0.95
0.94
log k1
0.93
0.92
0.91
0.9
0.0029 0.00295 0.003 0.00305 0.0031 0.00315
(1/T)
No Fase Gerak Rf
1 kloroform : metanol (9,5:0,5) 0,11
2 kloroform : metanol (8,5:1,5) 0,72
3 diklormetan :etil asetat (5,0:5,0) 0,51
4 diklormetan : metanol (9,0:1,0) 0,56
5 diklormetan : metanol (95:5) 0,31
6 toluen : etilasetat (9,0:1,0) 0,10
7 etil asetat : heksan (50:50) 0,81
8 etil asetat : heksan (70:30) 0,40
Konsentrasi Area
(ppm) (µv/s)
64.87 2335.25
86.49 849.21
108.11 3355.66
129.74 3678.36
172.98 4561.19
194.61 4867.44
y = 19,4282x + 1157,3121
r = 0,9975
Kandungan
perbercak (ng) Area (µv/s) Yi (y-yi)2
64.87 2335.25 2417.62 6784.72
86.49 2849.21 2837.69 133.47
108.11 3355.66 3257.69 9597.18
129.74 3678.36 3677.99 0.19
172.98 4561.19 4518.00 1865.19
194.61 4867.44 4938.23 5011.80
Jumlah 23392.56
S(y/x) = 76.4731
Koefisien
kandungan konsentrasi Simpangan Variasi
perberca Area pengukuran Konsentrasi Deviasi (%)
k (ng) (µv/s) (ppm) rata-rata (SD) (KV)
64.87 2457.2 66.91 65,26 1.15 1.76
2420.4 65.01
2414.5 64.71
2442.0 66.12
2430.8 65.55
2386.3 63.26
129.74 3698.3 130.79 129.17 1.11 0.86
3685.7 130.14
3634.3 127.49
3669.6 129.31
3647.9 128.19
3664.9 129.07
194.61 4878.8 191.55 193.48 2.73 1.41
4819.6 188.50
4931.7 194.27
4948.5 195.64
4982.8 196.90
4936.5 194.52
Kondisi analisis :
fase gerak diklormetan - metanol (9:1); volume penotolan 2 µl; panjang
gelombang 334 nm.
Suhu0C 50 60 70
area
Waktu (µv/s
(Jam) area (µv/s) C (ng) ln C ) C (ng) ln C area (µv/s) C (ng) ln C
0 4077.9 150.34 5.01 3890.5 140.72 4.95 3652.3 128.41 4.86
4 4035.6 148.23 5.00 3850.8 138.61 4.93 3475.1 119.33 4.78
8 3832.3 137.72 4.93 3715.0 131.63 4.88 3359.7 113.42 4.73
12 3622.0 126.91 4.84 3584.6 124.90 4.83 3280.8 109.31 4.69
24 2972.8 93.42 4.54 2968.6 93.22 4.53 2947.9 92.23 4.52
48 2203.1 53.83 3.99 2348.5 61.31 4.12 2434.7 65.72 4.19
Keterangan :
Suhu0C 50 60 70
area
(µv/s
Waktu (Jam) area (µv/s) C (ng) ln C ) C (ng) ln C area (µv/s) C (ng) ln C
0 4158.5 154.49 5.04 4012.3 146.90 4.99 3288.0 109.72 4.70
4 4050.1 148.86 5.00 3760.7 134.03 4.93 3256.8 108.13 4.68
8 3829.1 137.46 4.92 3646.4 128.14 4.85 3153.4 102.71 4.63
12 3771.3 134.52 4.90 3667.5 129.22 4.86 3157.2 102.91 4.63
24 3483.9 119.81 4.79 3237.7 107.12 4.67 2946.6 92.14 4.52
48 2834.4 86.34 4.46 2677.9 78.31 4.36 2550.0 71.72 4.27
Keterangan :
Data hasil analisis regresi linier dari data uji stabilitas pada suhu 500, 600
dan 700C pH 7,0.
Tabel 7 b
Data hasil analisis regresi linier dari data uji stabilitas pada suhu 500,
600 dan 700C pH 10,0.
Tabel 8 b
X = berat (µg)
A = intersep
b = slope
r = koefisien korelasi
N xi xi
a 2 2
N xi. yi xi yi
b
N xi xi
2 2
N xy x y
r
N x x .N y y
2 2 2 2
Rumus :
S y / x
y yi
2
n2
Batas deteksi : 3S y / x
LOD
b
Batas kuantitasi : 10 S y / x
LOQ
b
Keterangan =
n = Jumlah data
x
Rata-rata : x n
n 2
xi x
i 1
Simpangan Baku : SD
n 1
SD
Koefisien Variasi : KV
100%
x
Keterangan =
X = berat / µl (µg)
n = Jumlah data
Rumus :
Keterangan :
k = tetapan kecepatan degradasi
A = tetapan yang disebut faktor Arrhenius atau faktor frekuensi
Ea = energi aktivasi
R = tetapan gas yaitu 1,987 kal/oK mol
T = suhu mutlak
0.693
t / =
k
0.105
t =
k
Ea
b=
2.303xR
Keterangan :
b = slope
Ea = energi aktivasi