TESIS
KUSWARDANI
0906495192
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister sains
KUSWARDANI
0906496192
Terucapkan syukur atas segala limpahan karunia dan nikmat yang Allah
Subhanahu Wa Ta ‘Ala telah berikan sehingga tugas akhir ini dapat kami
selesaikan, demikian pula terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada :
1. Bapak Dr. Harmita, Apt, selaku pembimbing pertama dan Ibu Prof. Dr.
Yahdiana Harahap, M.S, Apt, selaku pembimbing kedua yang telah sabar
membimbing dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini.
2. Bapak Gories Mere selaku Kepala Badan Narkotika Nasional yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk studi serta memberikan fasilitas
selama penelitian di UPT Laboratorium Uji Narkoba.
3. Dr. Yukiko Makino yang telah menyediakan beberapa standar dari hasil
sintesis di Graduate School of Pharmaceutical Universitas Tokyo.
4. Bapak Dr. Herman S, MS, Bapak Dr. Arry Yanuar, MS, dan Ibu Dr. Silvia
Surini, M.Pharm.Sc selaku penguji dan moderator yang telah membantu
penyempurnaan materi penelitian tugas akhir ini.
5. Ketua Program Studi Magister Ilmu Kefararmasian Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan serta rekan-rekan mahasiwa Program
Studi Magister Ilmu Kefarmasian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia dan semua pihak yang telah membantu selama
penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini.
Kepada ayahanda Sabar Soedigdo (alm) dan ibunda Rudjifah yang telah
memelihara dan mendidik kami, semoga segala jerih payah keduanya mendapat
keridloan disisi-Nya, dan seluruh keluarga yang turut mendorong dan memotivasi
kami untuk menyelesaikan studi, terutama kepada istriku Yayuk Ernawati, SSi,
Apt, serta ananda Dhani R. Pratama dan Donny K. Ramadhan.
Semoga tugas akhir ini berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan aplikasinya.
Penulis
2012
v
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
vi
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Kuswardani
Program Studi : Magister Ilmu Kefarmasian
Judul : Analisis Pengotor dan Karakterisasi Metamfetamin Yang
Beredar Ilegal Secara Kromatografi Gas dan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi
Name : Kuswardani
Program Study : Magister of Pharmacy
Title : Analysis of Impurities and Characterization/profiling of illegal
methamphetamine by Gas Chromatography and High
Performance Liquid Chromatography
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
xv Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.5 Hipotesis
Universitas Indonesia
2.1 Metamfetamin
2.1.1 Sejarah metamfetamin (Mehling, 2007)
Metamfetamin disintesis pertama kali pada 1919 oleh seorang kimiawan
dari Jepang. Metamfetamin merupakan suatu stimulan, dengan efek stimulan
yang lebih kuat dibandingkan kokain atau stimulan alam lainnya. Penggunaan
dalam jumlah besar dapat menyebabkan “violence”, halusinasi, dan psikosis.
Umumnya metamfetamin diproduksi sebagai kristal menyerupai serbuk,
gumpalan besar kristal, atau dalam bentuk tablet. Penggunaannya dapat dihisap
dengan hidung, diminum, dihisap seperti rokok, atau diinjeksikan.
Pada 1950-an dan 1960-an, metamfetamin diproduksi secara legal dan
dijual sebagai obat OTC (over the counter) dengan nama Methedrine dan
dipasarkan secara rumahan sebagai antidot depresi dan untuk penurun berat
badan di Amerika. Saat ini, metamfetamin masih diproduksi secara legal,
meskipun jarang diresepkan, untuk terapi gangguan konsentrasi dengan
hiperaktifitas (ADHD-attention deficit hyperactivity disorder), kegemukan, dan
narkolepsi.
Adanya penyalahgunaan yang meluas dan menyebabkan paranoid serta
psikotik pada para penyalahguna metamfetamin tersebut, menyebabkan
keberadaan metamfetamin sangat dibatasi oleh suatu badan “Federal Controlled
Substances Act” di Amerika pada 1970. Pembatasan tersebut ternyata
menimbulkan permasalahan berupa tidak terpenuhinya kebutuhan para
penyalahguna sehingga timbul produksi metamfetamin secara ilegal, dan disebut
sebagai clandestine industry, atau clandestine laboratory.
Efek metamfetamin dalam jangka pendek antara lain meningkatkan
konsentrasi, meningkatkan aktifitas, menurunkan kelelahan, menahan rasa lapar,
rasa gembira berlebihan (euphoria), peningkatan respirasi, dan peningkatan suhu
badan (hipertermia). Sedangkan efek dalam jangka panjang adalah terjadinya
ketergantungan, paranoid, halusinasi dan psikosis, gangguan mood, gangguan
aktifitas motorik, stroke, dan penurunan berat badan.
5 Universitas Indonesia
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
6
NH
CH3
CH3
Universitas Indonesia
O H
O N
Leuckart
OH H H
Birch
N N
Nagai
Efedrin Metamfetamin
Hidrogenasi Rosenmend
Emde Emde
Cl H
Kloro ephedrin
Universitas Indonesia
Salah satu senyawa kimia yang sangat popular digunakan pada sintesis
metamfetamin adalah fenil-2-propanon (benzil metil keton atau fenilaseton). Rute
sintesis metamfetamin dengan senyawa ini sangat mudah yang disebabkan oleh
struktur senyawa yang relatif sederhana dan juga sudah popular penggunaannya.
Senyawa fenil-2-propanon ini sangat mudah disintesis dari benzil sianida, asam
fenil asetat, kloroaseton ataupun benzil klorida dan asetonitril (United Nations on
Drugs and Crime, Characterization/Impurity Profiling of Methamfetamine
Tablets In South-East Asia).
Senyawa/bahan kimia lain yang digunakan sebagai bahan awal sintesis
metamfetamin adalah efedrin serta pseudoefedrin. Senyawa ini secara ilegal telah
lama digunakan dalam produksi metamfetamin. Namun larutan efedrin tidak
stabil terhadap sinar matahari langsung dan oksigen. Oksidasi efedrin atau
pseudoefedrin menghasilkan 2-metilamino-1-fenil-1-propanon, benzaldehida atau
asam benzoat (United Nations Office on Drugs and Crime,
Characterization/Impurity Profiling of Methamfetamine Tablets In South-East
Asia).
Hanya ada sedikit studi investigasi yang memodifikasi sintesis
metamfetamin yang mungkin mempengaruhi pengotor kunci/spesifik (specific
impurities), dan memberikan pengaruh perubahan kecil pada kondisi eksperimen
terhadap pola pengotornya (impurity). Pengalaman menunjukkan bahwa
perubahan kecil dalam sintesis dapat berpengaruh pada formasi yang dihasilkan,
dan tentunya mempengaruhi kompleksitas pengotornya. Hal-hal yang
mempengaruhi profil pengotor dalam metamfetamin hasil akhir dari sintesis
antara lain : (a) temperature reaksi, (b) waktu reaksi, (c) skala reaksi dan proporsi
bahan kimia awal yang digunakan, dan (d) tingkatan dan cara pemurnian produk
intermediet dan produk akhir (Remberg & Stead, 1999).
Sintesis metamfetamin pada rute Leuckart menggunakan bahan awal
fenil-2-propanon, dilakukan dengan cara mereaksikannya pada pemanasan
dengan N-metilformamid dan asam format dalam labu bulat menggunakan refluks
sebagai pendingin yang akan membentuk intermediet N-formil metamfetamin.
Reaksi selanjutnya ditambahkan asam klorida. Hasil reaksi dialkalinasi dengan
natrium hidroksida dan didestilasi. Destilat diekstraksi dengan eter dan
Universitas Indonesia
2.2 Pengotor/impurities
Dalam penelitian ini, yang disebut sebagai pengotor atau impurities adalah
zat aktif atau material lain yang ditemukan dari hasil analisis sampel (kristal)
metamfetamin. Material lain yang mungkin ditemukan dalam analisis akan terkait
dengan bahan-bahan yang digunakan dan produk intermediet dalam proses
sintesis metamfetamin secara gelap.
Disebutkan bahwa apabila dalam analisis karakterisasi/profiling (kristal)
metamfetamin diperoleh pengotor tertentu maka akan dapat dijadikan petunjuk
pada rute sintesisnya. Diagram pada Gambar 2.3 di bawah ini menunjukkan
kemungkinan untuk membedakan beberapa pengotor karakteristik dalam rute
sintesis metamfetamin (Makino, Urano, Nagano, 2005).
Universitas Indonesia
Sample
Ya Tidak
Naftalen?
Aziridin? Aziridin?
atau atau
efedrin/oksazolidin? efedrin/oksazolidin?
Ya Tidak Ya Tidak
Nagai Leuckart Emde Reduksi
aminasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.3.1 UNDCP
United Nation Drug Controll Programme (UNDCP), melakukan
pengujian karakteristik metamfetamin dengan GC-FID HP 5890, autoinjektor HP
7673 dilengkapi perangkat lunak ChemStation, Rev. A05.03, menggunakan
kolom HP Ultra-2 25m x 0,20mm x 0,33µm, dengan gas nitrogen pada aliran
1,2ml/menit (head pressure 150kPa), program temperatur 50ºC (1 menit) dengan
kenaikan 10ºC/menit hingga 300ºC (4 menit); temperatur injektor 250ºC,
temperatur detektor 300ºC.
Prosedur penyiapan metamfetamin sebelum pengujian adalah 30 mg
metamfetamin ditambah 1 ml dapar fosfat (pH 7) ditambahkan 10% Na2CO3
hingga diperoleh pH 10,5, dikocok 5 menit, ditambahkan 200 µl etilasetat yang
mengandung 35mg/l difenilamin, kocok 5 menit, kemudian disentrifus.
2.3.2 Korea
National Institute of Scientific Investigation, Korea, melakukan pengujian
karakteristik metamfetamin dengan peralatan Donam System 6200 GC-FID,
dengan kolom J&W 15m x 0,53mm x 1,5 µm (DB-1), pembawa gas helium,
program temperatur : 100ºC (1 menit), 8ºC/menit hingga 300ºC (10 menit).
Sedangkan prosedur ekstraksi metamfetamin yang dilakukan adalah 100
mg metamfetamin ditambah 1 ml 0,1M dapar fosfat (pH 7,0), ditambah 0,25 ml
10% Na2CO3 dan ditambah etilasetat yang mengandung dioktilsebakat sebagai
standar internal; divorteks 10 menit, dan kemudian dicentrifus.
2.3.3 Jepang
Kementerian Kesehatan Jepang, melakukan pengujian karakterisasi
metamfetamin dengan GC-FID/NPD HP 6890 seri II, autoinjektor HP7673, HP
ChemStation Rev A 05.05. Kolom yang digunakan HP Ultra-2 25m x 0,20mm x
0,33µm, gas pembawa helium (head pressure 17,3 psi), program temperatur 50ºC
(1 menit) dengan kenaikan 10ºC/menit hingga 300ºC (4 menit); temperatur
injektor 250ºC, temperatur detektor 300ºC.
Prosedur ektraksi/penyiapan metamfetamin yang dilakukan sama dengan
UNDCP.
Universitas Indonesia
2.3.4 Australia
Victoria Forensic Science Center, melakukan karakterisasi dengan GC-
FID HP 5890 seri II, autoinjektor HP 7673, HP 3365 ChemStation, kolom Ultra-2
25m x 0,20mm x 0,33µm, pembawa gas helium dengan aliran 1 ml/menit (head
pressure 150kPa). Program temperatur dimulai pada 50ºC (1 menit), kenaikan
15ºC/menit hingga 200ºC, 1ºC/menit hingga 205ºC, 10ºC/menit hingga 300ºC (3
menit), temperatur injektor 250ºC dan detektor 300ºC.
Penyiapan metamfetamin uji dengan melarutkan 200 mg dalam 2 ml dapar
pH 6 (50 ml 0,1M potassium dihidrogen ortofosfat dan 5,6 ml 0,1M NaOH),
dikocok 5 menit, ditambahkan 2 ml larutan internal standar (2µl n-dekana dan
2,5mg n-eikosan dalam 250 ml n-heptana), dikocok 5 menit.
Universitas Indonesia
Fase gerak gas (pembawa) yang biasa digunakan dalam kromatografi gas
yaitu helium, nitrogen, hidrogen atau argon. Pemilihan gas tersebut tergantung
pada faktor-faktor antara lain kemudahan diperoleh, kemurnian yang diinginkan,
kebutuhan/konsumsi dan tipe detektor yang digunakan. Namun secara umum gas
helium lebih disukai pada penggunaan detektor panas (thermal conductivity
detetctors) disebabkan konduktifitas suhu relatif yang tinggi pada penguapan
banyak senyawa-senyawa organik (Vogel, 1989).
Injeksi sampel yang dianalisis menggunakan kromatografi gas umumnya
menggunakan suatu mycrosyringe yang dilengkapi jarum hipodermik melalui
septum dan sampel masuk ke dalam suatu heated metal block pada ujung kolom.
Berbagai pengembangan prosedur injeksi sampel dibuat untuk meningkatkan
keterulangan (reproducibility). Hal ini diperlukan karena sangatlah sulit
menginjeksikan sejumlah kecil cairan sampel (ukuran 1-10 µl) dan akan
mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil kuantitatif analisis dengan
kromatografi gas. Salah satu pengembangan prosedur adalah menggunakan
internal standar pada berbagai ukuran sampel (Vogel, 1989).
Faktor lain yang mempengaruhi hasil analisis kromatografi gas adalah
kolom. Pemisahan komponen-komponen sampel dipengaruhi oleh sifat-sifat
kolom, diantaranya padatan penyangga, tipe dan jumlah fase cair, metode
pengemasan, panjang dan temperature kolom, akan mempengaruhi resolusi yang
diinginkan. Kolom berada dalam suatu oven yang suhunya terkontrol dan konstan
pada suhu 0,5ºC sampai lebih dari 400ºC. Secara umum, kolom dibagi 2 (dua)
jenis yaitu (a) kolom kemas (packed columns) dan (b) kolom tubular terbuka
(open tubular columns) (Vogel, 1989).
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, selain faktor injeksi sampel
dan kolom, hasil analisis kromatografi gas juga dipengaruhi oleh jenis detektor.
Fungsi detektor yang dipasang pada ujung kolom pemisah adalah untuk
“menangkap” dan mengukur sejumlah kecil keberadaan komponen-komponen
yang dipisahkan yang mengalir bersama gas menuju ujung kolom. Keluaran dari
detektor adalah suatu pencatatan yang disebut kromatogram. Pemilihan detektor
tergantung beberapa faktor, antara lain konsentrasi yang diukur dan sifat-sifat
komponen yang dipisahkan. Jenis detektor yang banyak digunakan adalah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.5.1 Akurasi
Akurasi akan menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar
analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
dari analit yang ditambahkan, dan dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang
diperoleh dengan hasil yang sebenarnya dengan perhitungan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Cf
% perolehan kembali = _________ x 100 (2.1)
Ca
Dimana :
Cf = konsentrasi yang diperoleh dari pengukuran (hasil analisis)
Ca = konsentrasi sesungguhnya
2.5.1 Presisi
Presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual yang diukur melalui penyebaran hasil individual rata-rata jika
prosedur yang digunakan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku (SD) atau
simpangan baku relative (koefisien variasi/RSD). Presisi dapat dinyatakan
sebagai keterulangan (repeatability) yang merupakan keseksamaan metode jika
dilakukan secara berulang oleh analis yang sama pada kondisi yang sama dalam
interval waktu yang pendek, atau ketertiruan (reproducibility) yang merupakan
keseksamaan metode jika dikerjakan oleh analis yang berbeda pada kondisi yang
berbeda seperti dilakukan pada laboratorium yang berbeda menggunakan
peralatan, pereaksi, dan pelarut yang berbeda pula. Presisi dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4………xn dan ditentukan rata-ratanya,
sehingga simpangan bakunya adalah :
(Σ (x-ẍ) 2 )
SD = √ ________ (2.2)
n-1
Universitas Indonesia
2.5.2 Linearitas
Linearitas merupakan kemampuan metode analisis yang memberikan
respon yang secara langsung atau dengan bantuan persamaan matematika yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Sedangkan rentang
metode merupakan pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan sebagai akurasi (kecermatan), presisi
(keseksamaan), dan linearitas yang dapat diterima. Linearitas umumnya
dinyatakan dalam istilah variasi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam
sampel dengan berbagai konsentrasi analit.
Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien korelasi r
pada anlisis regresi linier Y = bx + a. Hubungan linear yang ideal dicapai jika
nilai b = 0 dan r = +1 atau -1 bergantung pada arah garis. Sedangkan nilai a
menunjukkan kepekaan analisis terutama instrument yang digunakan.
2.5.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan
blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi
merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil
analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.
Pada analisis instrument batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur
respon blangko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko
dengan formula sebagai berikut :
k x Sb
Q = ______________ (2.4)
Sl
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ (batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi
Sb = simpangan baku respon analitik dari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap
konsentrasi = slope (b pada persamaan garis y = a + bx)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2 Bahan
3.3 Peralatan
20 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada kecepatan 3000 rpm selama ± 5 menit, kemudian larutan organik (atas)
diambil dan ditempatkan dalam vial. Diambil dengan micro syringe 1 µl dan
diinjeksikan ke instrumen kromatografi gas spektroskopi massa untuk
dianalisis.
c. Ekstraksi sampel langsung dengan etil asetat
100 mg kristal metamfetamina ditambah dengan 2 ml etil asetat, dicampur
dengan cara digoyang dengan alat vortex mixer selama ± 5 menit, kemudian
disentrifus pada kecepatan 3000 rpm selama ± 5 menit. Diambil bagian atas
dan ditempatkan dalam vial. Diambil dengan micro syringe 1 µl dan
diinjeksikan ke instrumen kromatografi gas spektroskopi massa untuk
dianalisis.
d. Pembuatan dapar fosfat pH 10,5
Dapar fosfat pH 10,5 dibuat dengan cara mencampurkan 0,1 M dapar fosfat
pH 7 dan larutan natrium karbonat 10% dengan perbandingan 4 dibanding 1,
yang disiapkan dengan cara :
1) Membuat dapar fosfat 0,1 M pH 7,0 dengan cara mencampurkan 195 ml
larutan A dicampur dengan 305 ml larutan B
a) Larutan A : 7,8 gram natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4.2H2O)
kemudian dilarutkan dalam 500 mL aquades
b) Larutan B : 17.9 gram natrium hidrogen fosfat (Na2HPO4. 12H2O)
kemudian dilarutkan dalam 500 mL aquades
2) Membuat larutan natrium karbonat (Na2CO3) 10%
10 gram Na2CO3 dilarutkan dengan 100 ml aquades
Universitas Indonesia
15 oC/menit, injektor mode split (250 oC), temperatur detektor 300 oC, laju
aliran gas pembawa 1 ml/menit (tekanan konstan), waktu selesai analisa (end
time) : 20 menit, dan volume injeksi 1 μl (injeksi menggunakan autosampler).
b. Persiapan dan preparasi sampel untuk uji kromatografi gas ionisasi nyala (uji
kemurnian/kadar sampel metamfetamin)
1) Pembuatan larutan standar metamfetamin dan kurva regresi
Larutan metamfetamin (cerilliant) 1000 ppm 1 ml dimasukkan dalam labu
ukur 5 ml (dibilas 3 kali dengan metanol) dan ditambahkan metanol
hingga tanda garis, sehingga diperoleh konsentrasi 200 ppm. Selanjutnya
dari larutan ini dilakukan pengenceran-pengenceran untuk memperoleh
konsentrasi 100 ppm, 90 ppm, 81 ppm, 69,66 ppm, dan 59,91 ppm yang
ditempatkan dalam vial. Masing-masing konsentrasi ditempatkan dalam
rak autosampler dan diinjeksikan 1 µl (pengulangan 3 kali) ke dalam
instrumen sehingga diperoleh area masing-masing konsentrasi untuk
dibuat kurva kadar versus area (kurva regresi Y = bx + a).
2) Penyiapan larutan sampel metamfetamin
Ditimbang masing-masing 10 mg sampel, dan masing-masing dilarutkan
dengan metanol dalam labu ukur 10 ml. Selanjutnya dilakukan
pengenceran sehingga diperoleh area yang masuk dalam kurva regresi Y =
bx + a untuk menentukan konsentrasi sampel.
Perhitungan kemurnian metamfetamin (base) dihitung dengan rumus :
3.4.2.3 Analisis dengan kromatografi cair kinerja tinggi (uji kiralitas sampel)
Untuk uji kiralitas sampel metamfetamin dengan kromatografi cair kinerja
tinggi, disiapkan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kondisi kromatografi cair kinerja tinggi
Peralatan kromatografi cair kinerja tinggi (Shimadzu Nexera, DAD series)
dengan kolom Shiseido Chiral Drugs (150mm x I.D 4,6mm x 5µm) untuk
menguji kiralitas sampel metamfetamin disiapkan sebagai berikut : fase gerak
dapar kalium dihidrogen fosfat 20 mM : asetonitril = 8 dibanding 2, detektor
Universitas Indonesia
Photo Diode Array (210 nm), temperatur kolom 32 oC, laju aliran 1 ml/menit,
waktu analisa 20 menit, dan volume injeksi : 2 µl (injeksi menggunakan
autosampler).
b. Rekristalisasi kristal sampel
100 mg kristal sampel metamfetamina dilarutkan dalam 6 ml kloroform,
kemudian ditambahkan 6 ml dietil eter. Kristal yang terbentuk disaring dengan
kertas whatmann no. 42 dan dikeringkan.
c. Penyiapan larutan sampel untuk pengujian
10 mg kristal sampel metamfetamina hasil rekristalisasi dilarutkan dalam 100
ml aquades (dalam labu ukur 100 ml), kemudian disaring dan diambil 100 µl
untuk ditempatkan dalam vial. Vial ditempatkan pada rak autosampler untuk
dianalisis.
d. Pembuatan fase gerak
Dibuat larutan dapar kalium dihidrogen fosfat 20 mM, dengan cara
menimbang 2,72 gram padatan kalium dihidrogen fosfat dan dilarutkan dalam
1 liter aquades, kemudian disaring dengan penyaring vakum.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1 SS5A Dit. TP Narkoba Polri, Jkt Kebon Jeruk, Jakbar Jan 2012
2 42Ab Dit Narkoba Polda JaBar Sukabumi Jan 2012
3 57A1-2 Polres Lampung Selatan Bakauheni Jan 2012
4 178B1-2 Polresta Bandar Lampung Hotel “N” Sukabumi Peb2012
5 195B BNN, Jakarta Banjar Barat, Kalsel Peb 2012
6 345B Dit Narkoba Polda Lampg Bandar Lampung Peb 2012
7 21C Dit Narkoba Polda Lampg Lampung Selatan Mar 2012
8 SS11C BNN, Jakarta Mc Senayan, Jakarta Mar 2012
9 19C Dit Narkoba Polda Lampg Pagar alam B. Lampung Mar 2012
10 264C Polres Metro Jakarta Barat Kemayoran, Jakpus Peb 2012
11 294C Polsek Cengkareng, Jakbar D Mogot,Cengkareng Mar 2012
12 271A Dit narkoba Polda Lampg Bandar Lampung Mar 2012
13 273C Dit narkoba Polda Lampg Bandar Lampung Mar 2012
14 269A Dit Narkoba Polri, Jakarta Pantai, Cilacap, Jabar Jan 2012
15 127H Polsek Cilandak, Jaksel Sawah Besar, Jakpus Agu 2011
16 55H Dit narkoba Polda Lampg Rajabasa, Lampung Sel Sep 2011
17 10I Polres Lampung Selatan Bakauheni Sep 2011
18 68I Polres Bandar Lampung Kedaton, B. Lampung Sep 2011
19 221J Polres Metro Tangerang - Okt 2011
20 329J Polresta Tangerang Tiga Raksa, Tangerang Okt 2011
27 Universitas Indonesia
Identifikasi fisik sampel berupa bentuk, warna, derajat keasaman (pH) dan
uji kelarutan masing-masing sampel metamfetamin dengan pelarut aquades,
metanol, dan kloroform, disajikan dalam Tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2. Bentuk, warna, derajat keasaman (pH), dan kelarutan sampel metam-
fetamin
Universitas Indonesia
menunjukkan sangat mudah larut dalam air, namun terdapat variasi kelarutan
dalam metanol dan kloroform. Variasi kelarutan ini kemungkinan disebabkan oleh
zat-zat pengotor yang tercampur dan kemurnian sampel yang variatif.
1 175-185 11 111-156
2 125-162 12 110-124
3 171-185 13 106-116
4 103-112 14 176-180
5 173-182 15 174-185
6 173-180 16 120-132
7 135-175 17 174-182
8 119-153 18 108-118
9 137-158 19 176-191
10 135-157 20 173-181
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
spektroskopi massa, dari standar dan dari tinjauan pustaka pada beberapa senyawa
pengotor kunci dalam metamfetamin yang tertuang dalam Tabel 4.5 (Kram &
Krugel, 1977, Allen & Kiser, 1987, Ko, Suh, S.,I., Suh, Y.J., Kyo In, Kim, 2007,
Moffat, Osselton, & Widdop, 2004).
Tabel 4.5 Massa fragmen ion (m/z) senyawa pengotor dalam karakterisasi
metamfetamin
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Hasil analisis jejak pengotor sampel metamfetamin yang diekstraksi
dengan dapar fosfat pH 10,5-etil asetat dan ekstraksi langsung dengan
etil asetat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kondisi keasaman yang ekstrem dalam campuran reaksi ini, hanya rute C dan D
yang mungkin terjadi. Nitrogen terprotonasi dari senyawa aziridin mengontrol
pembukaan cincin (retro ring-opening) untuk memproduksi intermediet
zwitterion 8 dan 9. Pilihan rasional rute D didasarkan pada tingginya intermediet
zwitterion 9 yang beresonansi overlap pada cincin aromatis. Produk dari “retro
ring-opening”, diikuti hidrolisis dari 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (4 atau 5) adalah
fenil-2-propanon (13).
HI
N N
3
OH 1 I
reduksi
li
ba
m
ke
n
aat
na
Pe
aziridin
4 5
N NH D
B C
A ring opening
6 7 8 9
N N HN
HN
N O O
12 13
10 11
P-1-P P-2-P O
Universitas Indonesia
H
O O
14
13
ol O
ald
O
O
dehidrasi
16
15
H
OH
H
O O
18
17
ol
al d
asi
idr
deh
20
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.10 Tabulasi analisis jejak pengotor, kiralitas, perkiraan rute sintesis dan
kemurnian sampel metamfetamin
No. Jejak pengotor Kiralitas Rute %
sintesis Kemurnian
Fenil-2-propanon, N-asetilmetamfetmain, d/l- Reduksi
1. N-formilmetamfetamin, 1-fenil-2-propanol 64,31
metamfetamin aminasi
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenilazi-
ridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin, (pseu
2. l-metamfetamin Nagai 33,22
do)efedrin, 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen, 1-
benzil-3-metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenilaziri-
3. din, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin, d-metamfetamin Nagai 64,29
(pseudo) efedrin, 1-benzil-3-metilnaftalen
4. Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenilaziridin d-metamfetamin Emde 40,13
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin,
5. d-metamfetamin Nagai 69,30
(pseudo)efedrin, 1,3-dimetil-2-fenil
naftalen, 1-benzil-3-metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenilaziri
6. d-metamfetamin Emde 57,68
din, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenilaziri
din, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin, 1,3-di
7. d-metamfetamin Nagai 60,79
metil-2-fenilnaftalen, 1-benzil-3-metil
naftalen
8. Fenil-2-propanon, 3,4-dimetil-5-fenil oksazolidin d-metamfetamin Emde 68,94
Fenil-2-propanon, 3,4-dimetil-5-fenil
9. oksazolidin, 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen, 1- d-metamfetamin Nagai 61,43
benzil-3-metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
10. d-metamfetamin Emde 64,32
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 3,4-dimetil-5-fenil
11. oksazolidin, 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen, 1- d-metamfetamin Nagai 62,98
benzil-3-metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
12. d-metamfetamin Emde 21,71
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
13. d-metamfetamin Emde 10,04
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
14. d-metamfetamin Emde 66,18
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazoli din
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin,
15. d-metamfetamin Nagai 71,04
1,3-dimetil-2-fenilnaftalen, 1-benzil-3-
metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
16. d-metamfetamin Emde 17,16
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
17. d-metamfetamin Emde 66,58
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
18. d-metamfetamin Emde 66,79
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
19. aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin, 1- d-metamfetamin Nagai 67,82
benzil-3-metilnaftalen
Fenil-2-propanon, 1,2-dimetil-3-fenil
20. d-metamfetamin Emde 65,51
aziridin, 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
diperoleh nilai terendah yang masih berada pada batas presisi yang dapat diterima
(%RSD < 15%) yaitu 0,75 ppm.
Sedangkan batas kuantitasi yang diperoleh adalah 1,86 ppm dalam batas
presisi (%RSD < 5%). Tabulasi batas deteksi dan batas kuantitasi terdapat dalam
Lampiran 4.
a b c a b c d e
1 6 10 12 13 14 16 17 18 20 8 4 2 5 3 7 15 9 11 19
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis pengotor dan karaketrisasi sampel metametamin yang
dilakukan berdasarkan data kromatografi maka dapat disimpulkan :
1. Perbedaan jejak pengotor, kemurnian, karakter fisik serta profil kromatogram
dari masing-masing sampel metamfetamin menunjukkan keragaman yang
kompleks sampel pada kasus peredaran dan produksi ilegal metamfetamin.
2. Ditemukan adanya 3 indikasi rute sintesis metamfetamin yang digunakan,
yaitu reduksi aminasi (sampel 1), Nagai (sampel 2, 3, 5, 7, 9, 11, 15 dan 19),
dan Emde (sampel 4, 6, 8, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18 dan 20).
5.2 Saran
Rute sintesis kasus metamfetamin ilegal dapat diperkirakan dari analisis
kromatografi. Untuk melengkapi analisis ini disarankan dilakukan analisis
kiralitas jejak pengotor pseudoefedrin dan efedrin sebagai bahan baku
metamfetamin ilegal serta analisis berdasarkan ratio isotop stabil dari atom
karbon, nitrogen, dan hidrogen untuk mengelompokkan wilayah (negara-negara)
yang memproduksi bahan tersebut.
45 Universitas Indonesia
Cantrell, T.S., John, B., Johnson, L., Allen, A.C. (1988). A Study of Impurities
Found in Methamphetamine Synthesized From Ephedrine, Forensic Sci.
Int., 39, 39-53, Science Direct, Elsevier.
Ko, B.J, Suh, S.,I., Suh, Y.J., Kyo In, M., Kim, S.H., (2007). The Impurity
Characteristics of Methamphetamine Synthesized by Emde and Nagai
Method, Forensic Sci Int., 170, 142-147, Science Direct, Elsevier.
Kunalan, V., Daéid, N.N., Kerr, J.W., Buchanan, H.A.S., McPherson, A.R.,
(2009). Characterization of Route Specific Impurities Found in
46 Universitas Indonesia
Mehling, R., (2007). Methamphetamine, The Straight Facts, Chelsea House, New
York, NY 10001.
Moffat, A.C., Oselton, M.D., and Widdop, B. (2004). Clark’s Analysis of Drugs
and Poison, 3rd Ed., Pharmaceutical Press, London.
Qing Yi, Evans, I., McCluskey, A., (2007). New impurity profiles of recent
Australian imported ‘ice’ : Methamphetamine impurity profiling and
identification od (pseudo)ephedrine and Leucart specific marker
compounds, Forensic Sci. Int,. 169 (2007) 173-180, Science Direct,
Elsevier.
Universitas Indonesia
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
48
United Nations Office On Drugs and Crime. (1994). Rapid Testing Methods of
Drugs of Abuse, Manual for use by National Law Enforcement and
Narcotics Laboratory Personnel, New York.
United Nations Office On Drugs and Crime. (1995). Recommended Methods for
Detection and Assay of Heroin, Cannabinoids, Cocaine, Amphetamine,
Methamphetamine and Ring-Substitute Amphetamine Derivates in
Biological Specimens, Manual for use by National Laboratories, New
York.
United Nations Office On Drugs and Crime. (2006). Recommended Methods for
The Identification and Analysis of Amphetamine, Methamphetamine and
Their Ring_Substituted Analogues in Seized Materials, revised and
updated, Manual for use by National Drug Testing Laboratory, New
York.
United Nations Office On Drugs and Crime. (2009). Guidance for the Validation
of analytical Methodology and Calibration of Equipment used for
Testing of Illicit Drugs in Seized Materials and Biological Specimens,
New York.
Vogel, A., (1989). Textbook of Quantitative Chemical Analysis, 5th ed., revised by
Jeffery, G.H., et al., Longmann Group, UK, England.
Y. Makino, (2011). Simple HPLC method for detection od trace ephedrine and
pseudoephedrine in highpurity metahamphetamine, Biomed.
Chromatogr., John Wiley & Sons, Ltd.
Universitas Indonesia
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
49
Ying Qi, Evans, I.D., McCluskey, A. (2006). Australian Federal Police seizures of
illicit crystaline methamphetamine (‘ice’) 1998-2002 : Impurity analysis,
Forensic Sci. Int., 164, 201-210, Science Direct, Elsevier.
Universitas Indonesia
Analisis pengotor..., Kuswardani, FMIPA UI, 2012
46
Lampiran 2. Tabel area standar metamfetamin, rerata, SD dan % RSD pada validasi metode
1. 192826,239
2. 192983,115
3. 186598,737
Rerata 190802,697
SD 3641,581
%RSD 1,909
1. 1727.6 4,242
2. 2376.0 4,241
3. 2337.6 4,242
1. 0,75
4. 1759.8 4,241
5. 1843.0 4,240
6. 1953.0 4,239
Rerata 1999.5
SD 287.786
%RSD 14.393
1. 1104.6 4,240
2. 1119.7 4,243
3. 1449.1 4,244
2. 0,37
4. 1463.5 4,242
5. 1237.3 4,242
6. 926.8 4,239
Rerata 1216.833
SD 210.410
%RSD 17.292
(lanjutan)
Batas kuantitasi sampel metamfetamin
1. 5069.4 4,239
2. 4811.3 4,238
3. 5304.3 4,232
1. 1,86
4. 4803.5 4,239
5. 5226.0 4,240
6. 4995.0 4,240
Mean 5034.9
SD 207.567
%RSD 4.122
1. 1727.6 4,242
2. 2376.0 4,241
3. 2337.6 4,242
2. 0,75
4. 1759.8 4,241
5. 1843.0 4,240
6. 1953.0 4,239
Mean 1999.5
SD 287.786
%RSD 14.393
*) UNODC, 2009
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
N-Formil Metamfetamin
N-Asetill Metamfetamin
(a)
%
tR 12,225 100.0 71
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
75.0
50.0
56
25.0
43 91 117
(b) 0.0 210 253 292 315 355 393
100 200 300 400
%
tR 15,033 100.0 58
N-Asetil
Metamfetamin 75.0
50.0 100
25.0
42
77 117 134 191 224 274289 313 333348 373 392
0.0
(c) 50 100 150 200 250 300 350 400
tR 14,650 100.0 86
N-Formil
Metamfetamin 75.0
50.0 58
25.0 118
91
42
147 177 204
0.0 251 295 312 335350 372 389
50 100 150 200 250 300 350 400
(d)
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
Efedrin/Pseudoefedrine
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen
1-benzil-3-
metilnaftalen
(a)
tR 12,267
%
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
100.0 71
75.0
50.0
56
25.0
(b) 43
91 117 175 230 257 326 395
0.0
% 100 200 300 400
100.0 58
tR 12,292
Efedrin/ 75.0
Pseudoefedrin
50.0
(c) 25.0
42 77 91
117 148
0.0 176 207 253 306 341 399
% 100 200 300 400
50.0
55 202
25.0
44 107
74 141 249 303 325 356377397
(d) 0.0
100 200 300 400
%
tR 19,942
1,3-dimetil-2- 100.0 232
fenilnaftalen
75.0 217
256
50.0 58 192
128
149
25.0 76 91108 395
178 330
(e) 45 288 313 351
0.0
100 200 300 400
1,2-dimetil-3-fenil aziridin
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(a) %
tR 8,550
1,2-dimetil-3-fenil aziridin 100.0 146
75.0
50.0 105
207
110 285
231 395
6679 162 267 326
25.0 41 181 345 381
303
(b)
0.0
100 200 300 400
%
tR 12,267
100.0 71
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
e 75.0
50.0
56
25.0
43 91 117
0.0 176 231 256 296 320341 373 395
(c) 100 200 300 400
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
Fenil-2-propanon
(a)
%
50.0 105
25.0
42 117
(b) 51 77
162 189 221 260 284 310 336 369 398
0.0
100 200 300 400
%
100.0 43
tR 8,633
Fenil-2-propanon
75.0
91
50.0
25.0 65 134
81 119 158 189 219 241 273 317 344 371 395
0.0
(c) 100 200 300 400
%
(a) 100.0 146
tR 8,500
1,2-dimetil-3- 75.0
fenilaziridin
50.0 105
25.0 42
77 117
(b) 0.0 148 171 207 253 282 305325 354 390
% 100 200 300 400
100.0 71
tR 12,258 75.0
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 50.0
56
e
e 25.0
(c) 43 91 117
148 176 229 270 311332 358 381
0.0
% 100 200 300 400
100.0 58
tR 12,333
Efedrin/Pseudoefedrin 75.0
50.0
25.0
(d) 44
77
105 132 158 189210 238 270 298 350 388
0.0
100 200 300 400
%
tR 19,933 100.0 232
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen
75.0
50.0 217
50.0
25.0 202
116
(f) 101 129 153
252 311334 370 397
54 73 169
0.0
100 200 300 400
Lampiran 10. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 6 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,525 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,258 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3- Fenil-2-propanon
fenilaziridin
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(a)
%
tR 8,525 100.0 146
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
75.0
50.0 105
25.0
42
65 77 117
(b) 0.0
156 173 207 227 255 291 331 353 383
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2-propanon
75.0
91
50.0
134
25.0 65
(c)
77 119 154178 207 271 298 355
0.0
100 200 300 400
%
100.0 71
tR 12,258
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
50.0
56
25.0
(d) 43
91 117
148 182 210 234 279 297 320 351 370 395
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 11. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 7 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,550 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,267 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d); tR 19,942 1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen (e); tR 20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (f) dan masing-masing
spektrum massanya
Fenil-2-propanon
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 1-benzil-3-
1,3-dimetil-2- metilnaftalen
fenilnaftalen
(a) %
tR 8,550 100.0 146
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 75.0
50.0 44
79
105
111
161
25.0 203 342
312 353
55 219 288
(b) 172 243 261 390
0.0
% 50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2- 75.0
91
propanon
50.0
25.0 134
65
77 119 152 186201 221 250 272 294 324 341 366 394
0.0
(c) %
50 100 150 200 250 300 350 400
tR 12,267 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
50.0
56
25.0
43
91 117132
156 176 208 226 255 281 297 330 376 392
(d) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 232
tR 19,942
1,3-dimetil-2- 75.0
fenilnaftalen
217
50.0 42 102
64 78 187202 255
160 290
271 380
115 326
(e) 25.0 146 334 400
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
metilnaftalen 75.0
50.0
44
(f) 25.0 115 202
63 82 95 134 152 171 305
267 286 321
344 363 379
393
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 12. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 8 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,667 fenil-2-propanon (b); tR 12,242 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin (c) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-propanon
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(a)
%
tR 8,667 100.0 43
Fenil-2-
propanon 75.0 91
50.0
25.0 134
65
(b) 0.0
85 126 151 176 197 228 260 283 298 335 357 374 396
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,242
75.0
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
50.0
P2P 56
25.0
43 91 117
132148 176 209 237 279 317 344 377 394
0.0
(c) 50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 13. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 9 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,633 fenil-2-propanon (b); tR 12,258 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin (c); tR 19,933 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen (d); tR 20,192 1-benzil-3-
metilnaftalen (e) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
3,4-dimetil-5-
propanon
feniloksazolidin
1,3-dimetil-2- 1-benzil-3-
P2P fenilnaftalen metilnaftalen
P2P
P2P P2P
(a)
%
100.0 43
tR 8,633
Fenil-2- 75.0
propanon 91
50.0
P2P
134
25.0 65
(b) 77 118 151 191 237 265 283 302317 341 361 391
0.0
%
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,258
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
P2P 50.0
56
25.0
(c) 43 91
117 148 179 208 253 279 327 353 371 399
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen 75.0
217
P2P 50.0
202
25.0
65 115
82 128
(d) 41 158 181 258 295 326 343 367382
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 232
tR 20,192
1-benzil-3- 217
metilnaftalen 75.0
P2P 50.0
202
25.0 115
101
155
44 75 141 174
263 281 302 327 355 389
(e) 0.0 50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 14. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 10 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,550 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,658 fenil-2-
propanon (c); tR 12,233 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
Fenil-2-
1,2-dimetil-3- propanon
fenilaziridin
P2P
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
P2P
(a)
%
100.0 146
tR 8,550
1,2-dimetil-3- 75.0
fenilaziridin
P2P 105
50.0
25.0 42
89 160 380
(b) 55 129 174 196 227 248 265 299
322 352
340 395
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
tR 8,658 100.0 43
Fenil-2-
propanon 75.0
91
P2P 50.0
134
25.0
65
(c) 74 113 168 191 220 244 260 277 293 313 334 358 378 395
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,233
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
50.0
P2P
56
25.0
43 91 117132148
178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
(d) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 15. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 11 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,650 fenil-2-propanon (b); tR 12,267 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin (c); tR 19,942 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen (d); tR 20,200 1-benzil-3-
metilnaftalen (e) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2- 3,4-dimetil-5-
propanon feniloksazolidin 1-benzil-3-
metilnaftalen
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen
(a)
%
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2- 75.0
91
propanon
50.0
P2P
25.0 65 134
(b) 0.0
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
% 50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,267
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
P2P
50.0
56
25.0
(c) 43 91 117132
148 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
tR 19,942 100.0 232
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen
75.0
P2P 217
50.0 44
25.0 108
251 312
281
53 81 202 344 365 396
135151 380
(d) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
P2P
50.0
202
Lampiran 16. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 12 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,550 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,233 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
Fenil-2- 3,4-dimetil-5-
P2P propanon feniloksazolidin
P2P
P2P
(a)
%
100.0 146
tR 8,550
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
75.0
P2P
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
(b) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2- 75.0
91
propanon
50.0
P2P
25.0 65 134
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
(c) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,233
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
P2P
50.0
56
25.0
(d) 43 91 117132
148 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 17. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 13 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,550 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,633 fenil-2-
propanon (c); tR 12,233 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
Fenil-2-propanon
1,2-dimetil-3- P2P
fenilaziridin
P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a) %
100.0 146
tR 8,550
1,2-dimetil-3- 75.0
fenilaziridin
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
100.0 43
tR 8,633
Fenil-2-propanon
75.0
91
P2P
50.0
25.0 65 134
(c)
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,233
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
75.0
e
P2P 50.0
56
25.0
(d) 43 91 117132
148 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 18. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 14 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,567 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,217 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
Fenil-2-propanon
P2P P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a) %
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
75.0
P2P 105
50.0
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
(b)0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
tR 8,650 100.0 43
Fenil-2-propanon
75.0
P2P 91
50.0
25.0 65 134
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
(c)0.0 50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 71
tR 12,217
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
75.0
P2P
50.0
56
25.0
43 91 117132
148 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
(d) 0.0 50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 19. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 15 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,517 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,217 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
P2P
Fenil-2-propanon
P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a)
%
100.0 146
tR 8,517
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
75.0
P2P
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299 395
(b) 340
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
43
tR 8,650 100.0
Fenil-2-
propanon 75.0
91
P2P 50.0
25.0 65 134
100.0 71
tR 12,217
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
50.0
56
P2P 25.0
43 91 117132148
0.0 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
(d) 50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 20. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 16 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,517 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,625 fenil-2-
propanon (c); tR 12,2178 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
P2P
Fenil-2-propanon
P2P 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a)
%
tR 8,517 146
100.0
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
75.0
P2P
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
(b) 0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 43
tR 8,625
Fenil-2-propanon
75.0
91
P2P
50.0
25.0 65 134
(c)
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,217
3,4-dimetil-5-
75.0
feniloksazolidin
P2P 50.0
56
25.0
(d) 43 91 117132148
178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 21. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 17 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,533 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,225 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin Fenil-2-propanon
P2P P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a) %
100.0 146
tR 8,533
1,2-dimetil-3- 75.0
fenilaziridin
50.0 105
P2P
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
0.0
(b) 50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2- 75.0
91
propanon
P2P 50.0
25.0 65 134
(c) 74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
100.0 71
tR 12,225
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
50.0
P2P
56
25.0
(d) 43 91 117132148
0.0 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 22. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 18 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,525 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,250 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing
spektrum massanya
1,2-dimetil-3- Fenil-2-propanon
fenilaziridin P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P
(a) %
100.0 146
tR 8,525
1,2-dimetil-3-fenilaziridin 75.0
P2P
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
174 196 227 248 265 299
340 395
0.0
(b) 50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 43
tR 8,650
Fenil-2-propanon
75.0
91
P2P
50.0
25.0 65 134
(c)
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,250
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin 75.0
P2P
50.0
56
25.0
(d) 43 91 117132
148
0.0 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 23. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 19 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,550 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,650 fenil-2-
propanon (c); tR 12,283 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d); tR 20,185 1-benzil-3-
metilnaftalen (e) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin Fenil-2-
P2P propanon
P2P
3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
P2P 1-benzil-3-
metilnaftalen
P2P
(a)
%
tR 8,550 100.0 146
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 75.0
P2P 105
50.0
25.0 42
89 160 380
322
(b) 55 129 174 196 227 248 265 299 352
340 395
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
%
tR 8,650 100.0 43
Fenil-2-
propanon 75.0
91
P2P 50.0
25.0 65 134
(c)
74 120 150 179 207 227 253 279 300 341 371 396
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
100.0 71
tR 12,283
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
50.0
P2P
56
25.0
43 91 117132148
(d) 0.0 178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
50 100 150 200 250 300 350 400
P2P
50.0
108 202
45 136
87 250 366
25.0 52 124 151 346
(e) 173
296
299 336
394
261
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 24. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 20 ekstraksi dapar fosfat
pH 10,5 – etil asetat (a); tR 8,533 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 12,167 3,4-
dimetil-5-feniloksazolidin (c) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
P2P
(a)
%
100.0 146
tR 8,533
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 75.0
50.0 105
25.0 42
89 160 380
55 129 322 352
(b) 174 196 227 248 265 299
340 395
0.0
50 100 150 200 250 300 350 400
tR 12,167 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
P2P
50.0
56
25.0
43
(c) 0.0
91 117132148
178 202 220 255 272 299 318 335 351 382
50 100 150 200 250 300 350 400
Lampiran 25. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 1 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 8,683 fenil-2-propanol (c); dan masing-
masing spektrum massanya
Fenil-2-propnon
fenil-2-propanol
(a)
%
tR 8,617: 100.0 43
fenil-2-
75.0
propanon 91
50.0
25.0 65 134
(b) 74 111 157 219239 272 301 325 357 394
0.0
100 200 300 400
tR 8,683 : 100.0 92
fenil-2-propanol
75.0
50.0
45
25.0
(c) 65
77 115136 207 233 269 323 374
0.0
100 200 300 400
Lampiran 26. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 2 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,508 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,617 fenil-2-propanon (c); tR
12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d); tR 12,908 efedrin/pseudoefedrin (e); tR
19,933 1,2-dimetil-2-fenilnaftalen (f); tR 20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (g) dan
masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin 1,3-dimetil-2-
Fenil-2-propanon fenilnaftalen
P2P Efedrin/pseudo
P2P 3,4-dimetil-5- efedrin
feniloksazolidin 1-benzil-3-
P2P
P2P metilnaftalen
P2P
P2P
(a)
%
100.0 146
tR 8,508
1,2-dimetil-3-
75.0 42
fenilaziridin
105
P2P 50.0
25.0 65 79
(b) 117
153 179199218 243
278 335 368
394
0.0
100 200 300 400
%
tR 8,617 43
100.0
fenil-2-propanon
75.0
P2P
91
50.0
25.0 65 134
%
tR 12,208 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
75.0
P2P
50.0
56
25.0
43 91 117
(d) 0.0 169 207 269 306 336 383
100 200 300 400
(lanjutan)
%
tR 12,908: 100.0 58
Efedrine/
Pseudoefedrin 75.0
P2P
50.0
25.0
42 77
105
146 178 207
0.0 229 269 329 362 383
(e) 100 200 300 400
%
tR 19,933:
100.0 217
1,3-dimetil-2-fenilnaftalen
75.0
40 232 258
58
P2P 50.0 68 136 276
312 343
205 370
89 163 394
295 358
25.0 187
(f)
0.0
100 200 300 400
50.0
P2P
25.0 202
42 115
151
76 108 141 187 279 315 341 372 399
(g) 0.0
265
Lampiran 27. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 3 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,507 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,617 fenil-2-propanon (c); tR
12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d); tR 12,677 efedrin/pseudoefedrin (e);; tR
20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (f) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
1,2-dimetil-3- propanol
fenilaziridin
P2P 3,4-dimetil-5-
P2P feniloksazolidin
1-benzil-3-
Efedrin/pseudo
metilnaftalen
efedrin
P2P P2P
(a) %
100.0 146
tR 8,507
1,2-dimetil-3- 75.0
fenilaziridin 105
50.0
25.0 42
77 117
51
162 191 232 265 288 332 353 380
(b) 0.0
% 100 200 300 400
tR 8,617: 100.0 43
Fenil-2-
propanol 75.0 91
P2P 50.0
65
(c) 25.0 134
74 127 170 225 256 281 328 365 390
188
0.0
% 100 200 300 400
tR 12,208
100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
75.0
P2P
50.0
56
25.0
(d) 43
91 117
0.0 159 183 225 255 284 305 335 380
% 100 200 300 400
tR 12,667: 100.0 58
efedrin/pseu
doefedrin 75.0
P2P 50.0
(e) 25.0
77
42 105
146 201 223 254 309 341362 398
0.0
100 200 300 400
tR 20,200 : %
1-benzil-3- 100.0 232
metilnaftalen
75.0
202
P2P 50.0
52
121 150 273
(f) 45 99
176
252
323 394
137 358
25.0 71 369
0.0
100 200 300 400
Lampiran 28. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 4 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b) dan spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
P2P
(a)
%
tR 8,617: 100.0 43
Fenil-2-
propanol
75.0
P2P
91
50.0
65 134
25.0
Lampiran 29. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 5 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(c); tR 19,933 1,3-dimetil-2-fenilnaftalen (d); tR 20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (e)
dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
propanol 1,3-dimetil-2- 1-benzil-3-
fenilnaftalen metilnaftalen
P2P
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
%
100.0 43
tR 8,617 :
Fenil-2-
propanol 75.0
91
P2P 50.0
25.0 65 134
100.0 71
tR 12,208 :
3,4-dimetil-5- 75.0
feniloksazolidin
50.0
P2P
25.0
41 56
91 132 169 200 231 253 275 305 347 391
(c) 0.0
100 200 300 400
%
100.0 217
tR 19,933 :
1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen 75.0
40 232 258
58
P2P 50.0 68 136 276
312 343
205 370
89 163 394
295 358
25.0 187
(d) 0.0
100 200 300 400
%
tR 20,200 : 100.0 232
1-benzil-3-
metilnaftalen 75.0
P2P 50.0
202
25.0 115
40
51 87 107 152 176 250 295 323 350 371
(e) 0.0
391
100 200 300 400
Lampiran 30. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 6 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(c) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
propanol 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
P2P
P2P
(a)
%
100.0 43
tR 8,617 :
75.0
Fenil-2-
91
propanol
50.0
P2P
25.0 65 134
(b) 77 119 170 191 215 239 270 293 317 354 393
0.0
100 200 300 400
%
tR 12,208: 71
100.0
3,4-dimetil-5-
feniloksazolid
in 75.0
P2P 50.0
56
25.0
43 91
115 168 216 239 260 293 320340 394
0.0
100 200 300 400
(c)
Lampiran 31. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 7 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,508 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,617 fenil-2-propanon (c); tR
20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
Fenil-2-
fenilaziridin
propanon
P2P
P2P
1-benzil-3-metilnaftalen
(a)
%
1,2-dimetil-3-
75.0
fenilaziridin
105
P2P 50.0
77
173 351
25.0 63 117 155 200 230 262 295315
46 385
0.0
(b) 100 200 300 400
%
tR 8,617:
100.0 43
fenil-2-
propanon
75.0
91
P2P
50.0
25.0 65 134
%
tR 20,208 :
100.0 232
1-benzil-3-
217
metil naftalen
P2P 75.0
58
50.0 343 367
377
96 143
81 202 283 322
25.0 124
43 250 396
0.0
100 200 300 400
(d)
Lampiran 32. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 8 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(c) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
propanon
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
tR 8,617 : %
fenil-2- 100.0 43
propanol
P2P
75.0
91
50.0
25.0 134
65 117 208
73 149 321
196 223 277 333 354 390
0.0
100 200 300 400
(b)
%
tR 12,208: 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidi
75.0
n
P2P
50.0
56
25.0
43
91 117 327
(c) 132 199 239 284 363 398
0.0
100 200 300 400
Lampiran 33. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 9 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b) dan spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
P2P
(a)
%
tR 8,617 :
100.0 43
fenil-2-
propanol
P2P 75.0 91
50.0
25.0 65 134
Lampiran 34. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 10 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 12,242 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(c) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
P2P
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
%
tR 8,617 : 100.0 43
Fenil-2-
propanol
75.0
P2P 91
50.0
25.0 65 134
(b) 83 110 156 179 202 226 255 295 322 377
0.0
100 200 300 400
%
tR 12,242 : 3,4-
100.0 71
dimetil-5-
feniloksazolidin
P2P 75.0
50.0
56
25.0
43 91 117
160 191 218 270 314333 373 394
(c) 0.0
100 200 300 400
Lampiran 35. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 11 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b) dan spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
(a)
%
100.0 43
tR 8,617 :
Fenil-2-
propanol 75.0 91
P2P
50.0
25.0 134
65 160
72 111 186 214 246 282 334 358
400
(b) 0.0
100 200 300 400
Lampiran 36. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 12 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,618 fenil-2-propanon (b) dan spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
(a)
%
tR 8,618 : 100.0 43
Fenil-2-
propanol
P2P 75.0
91
50.0
25.0 65 134
85 111 195 221 250 284 358
346 368388
(b) 0.0
100 200 300 400
Lampiran 37. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 13 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b) dan spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
(a)
%
tR 8,617 :
100.0 43
Fenil-2-
propanol
P2P 75.0
50.0 91
25.0
65 134
Lampiran 38. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 14 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,617 fenil-2-propanon (b); tR 12,208 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin
(c) dan masing-masing spektrum massanya
Fenil-2-
propanol
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
%
tR 8,617 :
Fenil-2- 100.0 43
propanol
P2P 75.0 91
50.0
25.0 65 134
%
tR 12,208 : 3,4-
100.0 71
dimetil-5-
feniloksazolidin
P2P 75.0
50.0
56
25.0
43 91 117
0.0 187207 231 258 300 331 368 389
(c) 100 200 300 400
Lampiran 39. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 15 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,492 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,633 fenil-2-propanon (c); tR
19,942 1,3-dimetill-2-fenilnaftalen (d); tR 20,200 1-benzil-3-metilnaftalen (e) dan
masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-fenilaziridin
Fenil-2-
propanon 1,3-dimetil-2-
fenilnaftalen
1-benzil-3-metilnaftalen
(a)
%
tR 8,492 : 1,2- 100.0 146
dimetil-3-
fenilaziridin
75.0
P2P
105
50.0
25.0 42
117 337
(b) 54 87 169 207 230 257 283 304 379
162
0.0
% 100 200 300 400
100.0 43
tR 8,633 :
Fenil-2- 75.0
propanol 91
P2P 50.0
25.0 65 134
50.0
202
25.0
41 128 160
66 89 304 343 371
(d) 169 268
0.0
100 200 300 400
%
tR 20,200:
100.0 232
1-benzil-3-
metilnaftalen 217
P2P 75.0
Lampiran 40. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 16 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,483 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,600 fenil-2-propanon (c); tR
12,192 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
Fenil-2-
propanon
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a) %
63 82 119 170
25.0 43
156 201 223 259 299 349368 399
279
(b) 0.0
% 100 200 300 400
tR 8,600 : 100.0 43
fenil-2-
propanon 75.0
P2P
91
50.0
25.0 134
65
78 125 173 209 232 336356
255 284 393
(c)
0.0
% 100 200 300 400
tR 12,192 : 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
75.0
P2P
50.0
56
25.0 91
43 117
173 346 372 396
128 193 248 274 308
(d) 0.0
100 200 300 400
Lampiran 41. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 17 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,483 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,600 fenil-2-propanon (c); tR
12,192 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
Fenil-2-
propanon
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
%
50.0
25.0
42 117
6579
160 197 227 258 374 395
(b) 0.0 296 321
tR 8,608 : 100.0 43
Fenil-2-
propanon 75.0
91
50.0
25.0 65 134
100.0 71
tR 12,192:
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
50.0
56
25.0
43
91 117
0.0 176 199220 243 288 311 339 366 395
100 200 300 400
(d)
Lampiran 42. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 18 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,492 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,617 fenil-2-propanon (c); tR
12,233 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
Fenil-2-
propanon
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
%
105
50.0
42
25.0
(b) 77 117
51
151 176 221 245 274 322 346 383
0.0
100 200 300 400
%
tR 8,617 : 100.0 43
Fenil-2-
propanon 75.0
91
50.0
25.0 65 134
(c)
77 119 164 189 219 294 318 356 378
0.0
100 200 300 400
%
tR 12,233: 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
75.0
50.0
56
25.0
(d) 43
91 116 159 190 249 285 325 398
0.0
100 200 300 400
Lampiran 43. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 19 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,492 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,617 fenil-2-propanon (c); tR
12,233 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
Fenil-2-
propanol 3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a)
tR 8,492 : %
1,2-dimetil-3- 100.0 146
fenilaziridin
75.0
50.0 105
25.0 42 77 117
150 177 288
224
251 276 320 346 373 396
0.0
(b) 100 200 300 400
%
tR 8,608 : 100.0 43
Fenil-2-
propanon
75.0
91
50.0
25.0 65 134
(c)
77 119 151 185 227 290 327 366 400
0.0
100 200 300 400
%
tR 12,242 : 100.0 71
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
75.0
50.0
56
25.0
43
(d) 91 117
0.0 173 235 262 296 318337 366 396
100 200 300 400
Lampiran 44. Kromatogram jejak pengotor pada sampel 20 ekstraksi langsung etil
asetat (a); tR 8,492 1,2-dimetil-3-fenilaziridin (b); tR 8,608 fenil-2-propanon (c); tR
12,200 3,4-dimetil-5-feniloksazolidin (d) dan masing-masing spektrum massanya
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
Fenil-2-
propanon
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin
(a) %
tR 8,492 :
100.0 146
1,2-dimetil-3-
fenilaziridin
75.0
105
50.0
25.0 60 359
117 151 181 207 337 390
51 77 193
237 267 298 398
350
0.0
100 200 300 400
tR 8,608 : %
fenil-2- 43
100.0
propanon
75.0
91
50.0
25.0 65 134
100.0 71
tR 12,200 :
3,4-dimetil-5-
feniloksazolidin 75.0
50.0
56
25.0
43
91 117
0.0 154 183 232252 297 345 371 395
100 200 300 400
tR 8,492 tR 13,258
Aziridin
kloro(pseudo)efedrin
2-fenillalanin
tR 19,933
1,3-dimetil-2-fenilnaftalen
1,3-dimetil-2-fenillnaftalen
tR 20,208
1-benzil-3-metilnaftalen
1-benzil-3-metilnaftalen
*) standar diperoleh dari hasil sintesis Dr. Yukiko Makino, Graduate School of Pharmaceutical,
Universtitas Tokyo
(lanjutan)
tR 20,650
3-benzil-1-metilnaftalene
3-benzil-1-metilnaftalen
tR 20,650
tR 20,208 3-benzil-1-metilnaftalen
tR 19,933 1-benzil-3-metilnaftalen
1,3-dimetil-2-fenillnaftalen
100.0 232
75.0
217
50.0
1,3-dimetil-2-fenilnaftalen 202
25.0
108
63 89 152 178
0.0 253 311 348 381
100 200 300 400
100.0 217
75.0
50.0
1-benzil-3-metilnaftalen 202
25.0 44 115
101 155
57 71 128
178 253 281 310 341 371 396
0.0
100 200 300 400
%
100.0 217
75.0
3-benzil-1-metilnaftalen
50.0
202
25.0 115
101 141
65 178
0.0 40 274 295 352 397
100 200 300 400
L-Methamphetamina/11.419/111413
D-Methamphetamina/8.625/119468
Ch1-210nm,4nm (1.00)
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU mAU
30 8.583/ 1.00 11.380/ 1.00
20.0
25 17.5
UV Spektrum UV Spektrum
15.0 l-metamfetamina
20 d-metamfetamina
12.5
15 10.0
7.5
10
5.0
207
208
200
200
5
2.5
655
655
485
277
485
592
278
556
556
495
447
701
629
327
387
0 0.0
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
d- Metamfetamina/8.782/172786
Ch1-210nm,4nm (1.00)
5.5
5.0
l-metamfetamina/11.564/77113
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU mAU
8.772/ 1.00 12.5 11.475/ 1.00
40
35
10.0
30
UV Spektrum UV Spektrum
7.5
25
d-metamfetamina l-metamfetamina
20
5.0
15
10 2.5 207
206
201
201
658
5
486
398
631
407
255
658
486
0.0
621
709
292
698
457
564
668
223
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
35
UV Spektrum
30
l-metamfetamina
25
20
15
10
207
201
5
487
626
687
545
580
271
223
292
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
d-metamfetamina/8.751/249827
Ch1-210nm ,4nm (1.00)
9
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.725/ 1.00
60
50
UV Spektrum
40
d-metamfetamina
30
20
206
201
10
485
427
257
620
469
583
694
231
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 3 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 4_9.lcd
Sample Name:Sampel 4
Sample ID:178B1-2
mAU
4.0 Ch1-210nm ,4nm (1.00)
3.5
d-metamfetamina/8.874/21464
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
6 8.915/ 1.00
4
UV Spektrum
3
d-metamfetamina
2
207
1
202
658
696
552
460
668
712
463
507
-1
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 4 : d-metamfetamin
d-metamfetamina/8.722/362744
14 Ch1-210nm,4nm (1.00)
13
12
11
10
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
90 8.772/ 1.00
80
70
UV Spektrum
60
d-metamfetamina
50
40
30
20
206
201
10
638
750
258
529
476
624
584
484
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 5 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 6_8.lcd
Sample Name:Sampel 6
Sample ID:345B1-2
mAU
d-metamfetamina/8.790/249872
Ch1-210nm,4nm (1.00)
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.725/ 1.00
55
50
UV Spektrum
45
40
d-metamfetamina
35
30
25
20
15
206
201
10
5
657
791
706
466
725
768
471
367
-5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 6 : d-metamfetamin
d-metamfetamina/8.896/83676
Ch1-210nm,4nm (1.00)
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.915/ 1.00
22.5
20.0 UV Spektrum
17.5
d-metamfetamina
15.0
12.5
10.0
7.5
206
5.0
200
2.5
484
761
714
496
493
384
642
228
0.0
-2.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 7 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 8_11.lcd
Sample Name:Sampel 8
Sample ID:SS11C
mAU
d-metamfetamina/8.887/112523
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.910/ 1.00
30
25
UV Spektrum
d-metamfetamina
20
15
10
206
201
5
658
483
507
360
258
647
363
336
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 8 : d-metamfetamin
(lanjutan)
Datafile Name:Sampel 9_1.lcd
Sample Name:Sampel 9
Sample ID:19Ca
mAU
d-metamfetamina/8.727/201458
5.5 Ch1-210nm ,4nm (1.00)
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.720/ 1.00
40
35 UV Spektrum
30 d-metamfetamina
25
20
15
10
207
201
658
486
582
638
568
614
650
274
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 9 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 10_14.lcd
Sample Name:Sampel 10
Sample ID:264C
mAU
d-metamfetamina/8.581/327486
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.626/ 1.00
60
50
UV Spektrum
d-metamfetamina
40
30
20
206
201
10
658
398
486
515
751
630
462
551
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 10 : d-metamfetamin
d-metamfetamina/8.831/167678
Ch1-210nm ,4nm (1.00)
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
8.848/ 1.00
35
30 UV Spektrum
25 d-metamfetamina
20
15
10
206
201
657
487
697
418
457
425
513
241
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 11 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 12_13.lcd
Sample Name:Sampel 12
Sample ID:271C
mAU
Ch1-210nm4nm (1.00)
15.0
d-metamfetamina/10.335/318083
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
50 10.290/ 1.00
45
40
UV Spektrum
35
30
d-metamfetamina
25
20
15
206
200
10
5
637
704
785
531
733
509
580
394
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 12 : d-metamfetamin
(lanjutan)
Datafile Name:Sampel 13_15.lcd
Sample Name:Sampel 13
Sample ID:273C
mAU
Ch1-210nm 4nm (1.00)
d-metamfetamina/10.297/221265
11
10
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
40 10.290/ 1.00
35
30 UV Spektrum
25 d-metamfetamina
20
15
10
206
201
690
473
687
258
520
731
655
0
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 13 : d-metamfetamin
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
100 8.772/ 1.00
90
UV Spektrum
80
70
d-metamfetamina
60
50
40
30
206
201
20
10
255
638
694
769
706
527
485
375
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 14 : d-metamfetamin
(lanjutan)
Datafile Name:Sampel 15_2.lcd
Sample Name:Sampel 15
Sample ID:127Ha
mAU
/0.199/162302
Ch1-210nm4nm (1.00)
10
d-metamfetamina/10.183/128380
9
-1
-2
-3
-4
-5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
10.148/ 1.00
22.5
20.0 UV Spektrum
17.5
d-metamfetamina
15.0
12.5
10.0
7.5
5.0
206
201
2.5
655
415
485
432
721
332
335
226
0.0
-2.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 15 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 16_9.lcd
Sample Name:Sampel 16
Sample ID:55 Hb1-6
mAU
Ch1-210nm4nm (1.00)
25.0
22.5
d-metamfetamina/10.291/157880
20.0
17.5
15.0
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
-2.5
-5.0
-7.5
-10.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
10.379/ 1.00
25.0
22.5
20.0
UV Spektrum
17.5 d-metamfetamina
15.0
12.5
10.0
7.5
206
200
5.0
2.5
655
499
761
511
772
228
644
0.0
-2.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 16 : d-metamfetamin
mAU
Sample Name:Sampel 17
Sample ID:10I1-10 (lanjutan)
Ch1-210nm 4nm (1.00)
15.0
d-metamfetamina/10.095/237421
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
-2.5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
10.047/ 1.00
40
35
30
UV Spektrum
25 d-metamfetamina
20
15
10
207
200
5
393
426
513
355
470
402
655
358
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 17 : d-metamfetamin
7
d-metamfetamina/10.143/67173
-1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 min
mAU
10 10.095/ 1.00
8 UV Spektrum
7
d-metamfetamina
6
3
205
201
1
393
629
485
703
521
489
469
292
-1
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 18 : d-metamfetamin
30.0
27.5
25.0
d-metamfetamina/10.255/283168
22.5
20.0
17.5
15.0
12.5
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0
-2.5
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 m in
mAU
55 10.195/ 1.00
50
45
40
UV Spektrum
35 d-metamfetamina
30
25
20
15
205
202
10
659
243
399
453
336
269
688
643
0
-5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 19 : d-metamfetamin
Datafile Name:Sampel 20_14.lcd
Sample Name:Sampel 20
m AU
Ch1-210nm4nm (1.00)
4.5
4.0
3.5
3.0
/19.842/12646
d-metamfetamina/10.315/14882
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5
-1.0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 17.0 18.0 19.0 m in
mAU
10.290/ 1.00
3.0
2.5
UV Spektrum
2.0
d-metamfetamina
1.5
1.0
0.5
396
645
763
505
474
541
623
407
658
0.0
228
-0.5
200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750 nm
Sampel 20 : d-metamfetamin