Anda di halaman 1dari 74

PENENTUAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT SEBAGAI BAHAN

PENGAWET DALAM PANADOL® SYRUP DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR

KINERJA TINGGI

DI PT. GLAXOSMITHKLINE INDONESIA

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Ditulis untuk Memenuhi Persyaratan dalam Meyelesaikan

Program Studi D-3 Kimia Terapan

Departemen Kimia FMIPA UI

INDRI KUSUMAWATI

0606109915

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2009
LEMBAR PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR ASAM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT


SEBAGAI BAHAN PENGAWET DALAM PANADOL® SYRUP DENGAN
METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun Oleh :

Indri Kusumawati

0606109915

Disetujui Oleh :

Budy Susanto, S.Si., Apt Dra. Susilowati Hadisusilo, M.Sc

Pembimbing I Pembimbing II

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan

Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Laboratorium Quality Assurance (QA) di PT.

GlaxoSmithKline Indonesia yang telah dilaksanakan mulai tanggal 02 Maret sampai tanggal 02

Mei 2009.

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini berjudul “ Penentuan Kadar Asam Benzoat

dan Kalium Sorbat sebagai Bahan Pengawet dalam Panadol® Syrup dengan Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi di PT. GlaxoSmithKline Indonesia” adalah satu persyaratan

untuk menyelesaikan kuliah program D-3 Kimia Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Laporan ini disusun berdasarkan studi kepustakaan

dan hasil analisa laboratorium di PT. GlaxoSmithKline Indonesia.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan laporan ini tepat waktu, selain itu pula pada kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua, adik, serta saudara-saudaraku yang telah memberikan dorongan dan

motivasi baik materil, spiritual, serta doa selama penulis melaksanakan PKL.

2. Bapak Drs. Riswiyanto, MS. selaku kepala program studi D-3 Kimia Terapan

Departemen Kimia FMIPA UI.

3. Ibu Dra. Susilowati Hadisusilo, M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan saran dengan penuh kesabaran hingga laporan ini selesai.

ii

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


4. Bapak Burhanuddin Mahdis selaku Manager QA yang telah memberikan kesempatan dan

fasilitas bagi penulis untuk melaksanakan PKL di laboratorium QA PT. GlaxoSmithKline

Indonesia.

5. Bapak Budy Susanto, S. Far selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu serta

pemikirannya untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan PKL.

6. Ibu Pupu, Bapak Fajar, Mba Ari, Bapak Iwan, Ka Ihsan, Ka Hepy, Ka Maul, Ka Uchit,

Ka Gopur, Bapak Iman, Bapak Marsudi, Mas Berri, Mas Dawung, dan Mas Yan serta

seluruh karyawan PT. GlaxoSmithKline Indonesia atas bantuan, nasihat dan informasi

yang telah diberikan selama penulis dalam melaksanakan PKL.

7. Tante Ika yang telah membantu penulis dalam melaksanakan PKL.

8. Bapak Antonius Herry Cahya selaku pembimbing akademis yang telah membimbing

dalam hal akademis selama penulis belajar di D-3 Kimia Terapan FMIPA Universitas

Indonesia.

9. Mas Hadi yang selalu membuatkan surat-surat dan memberikan informasi yang sangat

berguna bagi penulis dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL.

10. Dosen, Staf TU dan karyawan Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia.

11. Shufi Ramadiani Swari dan Paramita Vidya selaku rekan seperjuangan yang selalu

memberikan motivasi penulis dalam melaksanakan PKL dan dalam penyusunan laporan

PKL.

12. My Angels ( Anggi, Aya, Ayu, Dini, Esza, Nadia, Najma, Shufi, Riri, dan Vines) yang

selalu mendukung dan menemani dalam setiap hal.

13. Rekan-rekan seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

memberikan dukungan moril selama penulis melaksanakan PKL

iii

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


14. Senior-senior yang telah membagi pengalaman dan memberikan saran dalam penyusunan

laporan PKL.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan PKL ini.

Semoga Allah SWT jualah yang akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa

mendatang.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan rekan-rekan yang sebidang ilmu pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Depok, Mei 2009

Penulis

iv

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


ABSTRAK

PROGRAM D-3 KIMIA TERAPAN

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2009

Indri Kusumawati (0606109915)

Penetapan Kadar Asam Benzoat dan Kalium Sorbat sebagai Bahan Pengawet dalam

Panadol® Syrup dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Panadol® Syrup merupakan sediaan obat berbentuk sirup yang diberikan secara oral

kepada anak-anak yang berumur 1-12 tahun dan diberikan sesuai dengan dosisnya. Panadol®

Syrup untuk anak-anak yang diperuntukan menyembuhkan demam, sakit kepala, sakit tumbuh

gigi, sakit gigi, dan gejala flu dan cold. Panadol® Syrup merupakan obat analgesik-antipiretik

yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktifnya, asam benzoat dan kalium sorbat sebagai

bahan pengawetnya. Pengontrolan mutu Panadol® Syrup dilakukan analisis rutin penetapan

kadar bahan pengawet yaitu asam benzoat dan kalium sorbat sehingga produk tersebut dapat

diketahui kualitas berdasarkan kesesuaiannya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan oleh

GlaxoSmithKline. Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap Panadol® Syrup dengan

menganalisis empat batch produk Panadol® Syrup diperoleh kadar asam benzoat masing-masing

sebesar 3,003 mg/mL, 2,995 mg/mL, 2,998 mg/mL, 3,005 mg/mL dan kadar kalium sorbat

masing-masing sebesar 0.995 mg/mL, 1,008 mg/mL, 0,998 mg/mL, 1,001 mg/mL. Hasil yang

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


diperoleh tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, yaitu 2.40 -

3.30 mg/mL untuk asam benzoat dan 0.80 - 1.10 mg/mL untuk kalium sorbat.

Kata Kunci ;

Asam benzoat, Kalium Sorbat, Panadol Syrup, dan KCKT.

vi

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

ABSTRAK ................................................................................................... v

DAFTAR ISI................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan ........................................... 1

1.2 Waktu dan Institusi Pelaksanaan PKL .............................................. 3

1.3 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ................................... 3

BAB II. INSTITUSI TEMPAT PKL

2.1 Nama dan Lokasi Tempat PK ................................................................. 5

2.2 PT. GlaxoSmithKline Indonesia ............................................................. 5

2.2.1 Sejarah Singkat ................................................................................. 5

2.2.2 Visi dan Misi ..................................................................................... 8

2.2.2.1 Visi .............................................................................................. 8

2.2.2.2 Misi ............................................................................................. 10

2.2.3 Struktur Organisasi ........................................................................... 10

2.2.4 Lokasi dan Sarana Produksi .............................................................. 11

2.2.5 Kebijaksanaan Mutu ......................................................................... 13

vii

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


2.2.6 Kepegawaian ..................................................................................... 13

2.2.7 Jenis Produk ...................................................................................... 15

BAB III. PELAKSANAAN PKL

3.1 Jadwal Kegiatan ...................................................................................... 16

3.2 Deskripsi kegiatan ................................................................................... 16

3.3 Latar Belakang Teori .............................................................................. 17

3.3.1 Pengertian Obat ................................................................................. 17

3.3.1.1 Sediaan Obat Berupa Larutan ..................................................... 17

3.3.1.2 Sirup ............................................................................................ 18

3.3.1.3 Panadol® Syrup ........................................................................... 19

3.3.2 Zat Pengawet ..................................................................................... 20

3.3.2.2 Pengelompokkan Pengawet ........................................................ 22

3.3.2.3 Cara Kerja Pengawet ................................................................... 24

3.3.2.4 Asam Benzoat ............................................................................. 25

3.3.2.5 Kalium Sorbat ............................................................................. 30

3.3.3 Analisis Asam Benzoat dan Kalium Sorbat ...................................... 32

3.3.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ...................................... 33

3.3.4.1 Pendahuluan ................................................................................ 33

3.3.4.2 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ....................... 35

3.4 Metode Percobaan ................................................................................... 40

3.4.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 40

3.4.1.1 Alat .............................................................................................. 40

3.4.1.2 Bahan .......................................................................................... 40

viii

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


3.4.2 Prosedur Kerja .................................................................................. 41

3.4.2.1 Pembuatan larutan buffer asetat pH 6.0 ...................................... 41

3.4.2.2 Pembuatan fase gerak.................................................................. 41

3.4.2.3 Preparasi standar ......................................................................... 41

3.4.2.4 Preparasi Sampel ......................................................................... 42

3.4.2.5 Analisis kadar asam benzoat dan kalium sorbat dengan menggunakan

KCKT Waters Breeze (Pump1525,UV Det 2487) ...................... 43

3.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan ........................................................ 44

3.6 Kesimpulan ............................................................................................. 49

BAB IV. PENUTUP

4.1 Hasil ........................................................................................................ 50

4.2 Manfaat PKL ........................................................................................... 50

4.3 Saran ....................................................................................................... 51

4.3.1 Saran untuk PT. GlaxoSmithKline ................................................... 51

4.3.2 Saran untuk program D-III Kimia Terapan Universitas Indonesia ... 51

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iix

ix

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur 2 dimensi dan 3 dimensi Asam Benzoat ...................... 25

Gambar 2. Struktur Kalium Sorbat ............................................................. 30

Gambar 3. Diagram Instrumentasi KCKT ................................................... 35

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dosis Panadol® Syrup untuk anak-anak umur 1-12 tahun ............. 19

Tabel 2. Beberapa pengawet dan kisaran konsentrasi yang dipakai dalam preparat

farmasi .......................................................................................................... 23

Tabel 3. Cara Kerja Beberapa Pengawet ...................................................... 25

Tabel 4. Sifat Asam Benzoat ........................................................................ 26

Tabel 5. Sifat – Sifat Kalium Sorbat ............................................................ 31

Tabel 6. Macam- Macam Kolom KCKT ..................................................... 38

Tabel 7. Hasil Pengukuran Kadar Asam Benzoat dan Kalium Sorbat ......... 44

Tabel 8. Rata-rata Area Standar Asam Benzoat ........................................... 46

Tabel 9. Rata-rata Area Standar Kalium Sorbat ........................................... 47

xi

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. GlaxoSmithKline .............................. 52

Lampiran 2. KCKT bermerk “ Water Brezee” ............................................. 53

Lampiran 3. Kromatogram Standar dan Sampel Panadol Syrup ............... 54

Lampiran 4. Perhitungan .............................................................................. 73

Lampiran 5. Kegiatan PKL .......................................................................... 80

xii

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Program studi D-3 Kimia Terapan merupakan salah satu program studi

yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang industri

maupun penelitian. Untuk memenuhi permintaan dunia kerja akan sumber

daya manusia yang tidak hanya berpotensi secara keilmuan tetapi juga

terampil dan handal dalam melakukan pekerjaannya.

Dasar pemikiran diadakannya Praktik Kerja Lapangan yaitu mencapai

salah satu tujuan program pendidikan D-3 Kimia Terapan Universitas

Indonesia, antara lain menghasilkan lulusan yang terampil dan dapat

melaksanakan berbagai tugas dalam bidang kimia, terutama di laboratorium.

Praktik Kerja Lapangan juga dimaksudkan untuk menambah pengetahuan

serta pengalaman yang dapat mendukung keahlian sebagai seorang lulusan

yang terampil dalam kerja laboratorium.

Dalam bidang industri, khususnya industri kimia, mahasiswa diharapkan

menjadi analis yang terdidik, terlatih dan terampil serta mampu meningkatkan

keterampilan kerjanya sehingga memiliki akurasi dan presisi yang tinggi

dalam menggunakan prosedur, metode, maupun pengoperasian alat. Hal

tersebut dapat dijadikan modal bagi para lulusannya untuk memasuki dunia

kerja. Hasil yang diperoleh selama Praktik Kerja Lapangan dituangkan dalam

bentuk Laporan Praktik Kerja Lapangan. Dalam menyusun laporan diperlukan

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


2

pengamatan, penelitian, serta aplikasi langsung terhadap sampel yang diambil

secara representatif. Selain itu juga diperlukan literatur, referensi, dan

berbagai sumber dasar teori yang berhubungan dengan laporan tersebut dan

dapat dipertanggungjawabkan.

Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT. GlaxoSmithKline

Indonesia Cimanggis-Depok. PT. GlaxoSmithKline Indonesia merupakan

perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan untuk menyembuhkan

enam penyakit utama yaitu asma, pengendalian virus, infeksi, kesehatan

mental, diabetes dan kondisi pencernaan. Selain itu perusahaan ini sedang

mengkembangkan vaksin baru untuk perawatan kanker. Produk-produk yang

dihasilkan oleh PT. GlaxoSmithKline Indonesia ini banyak dikenal oleh

masyarakat diantaranya adalah Panadol® Caplet, Panadol® Extra, Panadol®

Cold & Flu, Panadol® Cold & Flu Night, Insto Moist, Insto Mo Red, Scott’s

Emulsion, Sensodyne, dan beberapa jenis antibiotik seperti amoxylin. Praktik

Kerja Lapangan ditempatkan pada bagian Quality Assurance laboratorium CX

yang menganalisa produk non antibotik dari raw material hingga produk jadi

baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


3

1.2 Waktu dan Institusi Pelaksanaan PKL

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini berlangsung di PT.

GlaxoSmithKline Indonesia pada :

Periode : 02 Maret – 02 Mei 2009

Tempat : Laboratorium Quality Assurance CX

Alamat : Jln. Raya Bogor km. 35, Cimanggis - Depok

1.3 Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan dan memantapkan keterampilan sebagai bekal

kerja yang sesuai dengan program studi kimia analisis.

2. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional dalam rangka

memasuki lapangan kerja.

3. Meningkatkan wawasan pada aspek-aspek yang potensial dalam dunia

kerja, antara lain : Struktur organisasi, disiplin, lingkungan, dan sistem

kerja.

4. Meningkatkan pengetahuan dalam hal penggunaan instrumen kimia

analisis yang lebih modern, dibandingkan dengan fasilitas yang tersedia di

kampus.

5. Memperoleh masukkan dan umpan balik guna memperbaiki dan

mengembangkan pendidikan di D-3 Kimia Terapan Universitas Indonesia.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


4

6. Memperkenalkan fungsi dan tugas seorang analis kimia pada lembaga-

lembaga penelitian dan perusahaan industri di tempat pelaksanaan PKL

(sebagai konsumen tenaga analis kimia).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


5

BAB II

INSTITUSI TEMPAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN

2.1 Nama dan Lokasi Tempat PKL

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. GlaxoSmithKline

Indonesia yaitu di Laboratorium QA-CX. Institusi ini berlokasi di jalan Raya

Bogor KM 35, Cimanggis-Depok.

2.2 PT. GlaxoSmithKline Indonesia

2.2.1 Sejarah Singkat

GlaxoSmithKline adalah perusahaan multinasional berbasis riset

yang mempunyai target menjadi pelopor industri farmasi dalam 5 tahun

mendatang dan bagi seluruh industri dalam 10 tahun kedepan dengan

menggunakan keunggulan di bidang penelitian, pengembangan, kekuatan

pemasaran, dan keuangan. Perusahaan multinasional ini terus tumbuh dan

berkembang dengan pesat pada bidang perawatan kesehatan (healthcare)

yang terus menerus berubah sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

GlaxoSmithKline sebagai perusahaan farmasi terbesar kedua di

dunia lahir melalui perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pabrik

GlaxoSmithKline di Indonesia dibangun pada awal tahun 1990 di

Pulogadung, selesai pada tahun 1992, dan diresmikan pada tahun 1994 oleh

Menteri Kesehatan Prof. Dr. Sujudi. GlaxoSmithKline merupakan

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


6

perusahaan yang berdiri dari hasil merger antara Glaxo Wellcome dan

SmithKline Beecham. Merger antara Glaxo Wellcome dan SmithKline

Beecham terjadi pada tanggal 27 Desember 2000 menjadi GlaxoSmithKline

yang mempunyai kantor pusat di London, Inggris dan cabang-cabangnya

telah tersebar di berbagai negara. Cabang-cabang GlaxoSmithKline ini

dikoordinasikan dalam beberapa kawasan yaitu kawasan Asia Pasifik, Eropa

Utara, Eropa Tengah, Eropa Selatan, Amerika Utara dan Amerika Latin.

Penyediaan atau supply produk GlaxoSmithKline ke pasar

dikoordinasikan oleh sebuah unit bisnis yang bernama Global Supply

Network (GSN). Merger kedua perusahaan tersebut dilakukan untuk

melakukan sinergi operasi dan sekaligus efisiensi biaya riset dan

pengembangan sehingga GlaxoSmithKline mempunyai kemampuan yang

lebih kuat untuk berkompetisi dengan perusahaan-perusahaan farmasi lain.

Walaupun demikian baik SmithKline Beechem maupun Glaxo Welcome

sendiri memiliki sejarah panjang sehingga menjadi perusahaan multinasional

seperti sekarang ini.

SmithKline Beecham berawal dari rumah grosir obat terbesar di

Philadelphia pada tahun 1890 yaitu Smith Kline & Company. Perusahaan ini

kemudian melakukan merger dengan beberapa perusahaan lain dan dengan

ditemukannya obat syaraf “Eskay’s Neurophosphates”, kapsul lepas lambat,

obat cold dan flu, dan obat tukak lambung (Tagamet) menjadikan Smith

Kline & Company semakin berkembang. Pada tanggal 26 Juli 1989,

SmithKline & Co. kemudian bergabung dengan Beecham yang menjadi

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


7

besar karena akuisisi. Pendirian laboratorium riset (Beecham Research

Laboratories) menghasilkan penemuan antibiotik Amoxicilin dan Augmentin

untuk mengatasi resistensinya. Hasil merger SmithKline & Co. dengan

Beecham Group menghasilkan perusahaan dengan nama SmithKline

Beecham, kemudian pada tahun 1994 SmithKline Beecham mengakuisisi

Sterling Health.

Sementara Glaxo Wellcome sendiri terbentuk dari merger dua

perusahaan besar yaitu Glaxo dan Burroughs Wellcome. Glaxo berawal dari

usaha produksi susu dan mentega yang berkembang dengan ditemukannya

Streptomycin dan Vitamin B12. Sementara pada tahun 1880 terbentuk

Burroughs Wellcome yang kemudian terkenal dengan produk Digoxin dan

Polymixin. Tahun 1995 Glaxo dan Burroughs Wellcome merger menjadi

Glaxo Wellcome. Di Indonesia, GlaxoSmithKline terdiri dari tiga badan

hukum, yaitu PT. Glaxo Wellcome Indonesia yang bertempat di

Pulogadung, PT. Sterling Products Indonesia, dan PT. SmithKline Beecham

Pharmaceuticals yang bertempat di Cimanggis. Keberhasilan program

pemasaran GlaxoSmithKline ditunjang oleh empat produk-produk unggulan

dari lima kelas terapeutik utama di dunia, yaitu saluran nafas (respiratory),

anti viral, anti infeksi, susunan saraf pusat/SSP (central nervous

system/CNS), dan saluran cerna/metabolik (gastrointestinal). Perusahaan ini

juga memiliki produk di bidang perawatan kesehatan konsumen yang terdiri

dari obat-obat tanpa resep (OTC), produk perawatan oral (gigi dan mulut)

dan minuman kesehatan bernutrisi.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


8

Di seluruh dunia, GlaxoSmithKline memiliki lebih dari 100.000

karyawan dengan lebih dari 40.000 karyawan bekerja di bidang sales &

marketing, sekitar 35.000 karyawan bekerja di 82 pabrik yang tersebar di 37

negara dan lebih dari 15.000 karyawan bekerja pada bagian Research &

Development yang ada pada 24 lokasi di 11 negara. Berdasarkan laporan

tahun 2004, anggaran untuk Research & Development adalah sekitar 2,8

milyar poundsterling atau 5 milyar dollar per tahun. GSK menempati urutan

teratas pada teknologi penemuan obat baru dan teknologi genom/genetik.

2,2,2 Visi dan Misi

2.2.2.1 Visi

Sasaran bisnis utama GlaxoSmithkline yaitu menjadi pemimpin

yang tidak terbantahkan (indisputable leader) dalam industri farmasi.

Target GlaxoSmithKline yaitu menjadi pelopor (benchmarking) industri

farmasi dalam 5 tahun mendatang dan bagi seluruh industri dalam 10

tahun mendatang. Guna mencapai sasaran bisnis tersebut, semua karyawan

harus memiliki GlaxoSmithKline spirit. Implementasi dari

GlaxoSmithKline spirit adalah :

”Mengejar tujuan dengan semangat kewirausahaan, selalu berinovasi,dan

menghargai kinerja yang dicapai dengan integritas”

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


9

Seluruh SDM GlaxoSmithKline harus memiliki GlaxoSmithKline

spirit yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Performance with Integrity

Memenuhi semua janji melalui organisasi dan individu yang dapat

dipercaya.

2) People with Passion

Memberdayakan dan memotivasi orang untuk melakukan yang

terbaik.

3) Innovation and Enterpreneurship

Menciptakan dan memperkuat keunggulan bersaing melalui keaslian

ide dan pelaksanaan yang sempurna.

4) Sense of Urgency

Menciptakan organisasi yang fokus, aktif, dan tangguh serta cepat

belajar.

5) Everyone Commited, Everyone Contributing

Memberikan kesempatan kepada semua karyawan untuk memberikan

kontribusi yang berarti dan untuk berhasil berdasarkan kelayakan

mendapatkan penghargaan.

6) Accountability for Achievement

Menetapkan, mengkomunikasikan, dan sepakat pada beberapa sasaran

yang jelas dan penting, kinerja yang superior akan mendapatkan

penghargaan.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


10

7) Alignment with GlaxoSmithKline Interest

Bekerja sebagai ”satu tim, satu pemikiran dalam mencapai misi

bersama” merefleksikan semangat dan strategi yang dimiliki bersama.

8) Develop Self and Others

Belajar secara berkesinambungan dan mengembangkan potensi serta

kemampuan profesional. Pemimpin bertindak sebagai guru, pelatih,

penggerak pengembangan, menciptakan belajar secara aktif selama

bekerja di seluruh fungsi perusahaan.

2.2.2.2 Misi

Misi GlaxoSmithKline yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia

sehingga memungkinkan untuk dapat berbuat lebih banyak, merasa lebih

baik dan hidup lebih lama.

”To improve the quality of human live by enabling people to do more,

feel better and live longer”

Misi ini merupakan landasan utama bagi GlaxoSmithKline dalam

pelaksanaan semua kegiatan bisnisnya di industri farmasi.

2.2.3 Struktur Organisasi

GlaxoSmithKline adalah perusahaan farmasi berbasis research yang

terkemuka di dunia, dan didukung oleh keahlian serta sumber daya yang

tangguh. GlaxoSmithKline berpusat di Inggris, dengan pusat operasionalnya

berada di Amerika. Tujuh persen pangsa pasar di dunia dikuasai oleh

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


11

GlaxoSmithKline, sehingga menjadikan GlaxoSmithKline perusahaan kedua

terbesar yang menguasai pangsa pasar obat-obatan dunia setelah Pfizer yang

menguasai 11 % pangsa pasar dunia.

GlaxoSmithKline diatur oleh dewan pengurus direktur (Board of

Directors) dan Corporate Executive Team. Dewan pengurus ini terdiri dari 5

direktur eksekutif dan 11 direktur non eksekutif yang bertanggung jawab

terhadap kepemimpinan perusahaan, aktivitas, strategi dan performance

perusahaan. Chief Executive Officer (CEO) bertanggung jawab dalam

mengelola bisnis yang dibantu oleh Corporate Executive Team yang

mengelola aktivitas GlaxoSmithKline. Tiap anggota bertanggung jawab

dalam bidangnya masing-masing untuk memberikan laporan kepada CEO.

CEO GlaxoSmithKline saat ini dijabat oleh Andrew Witty.

GlaxoSmithKline Indonesia mempunyai tiga unit bisnis, yaitu:

a. Commercial Pharma Product untuk produk Ethical.

b. Commercial Consumer Product untuk produk OTC.

c. GMS (Global Manufacturing and Supply) Indonesia.

GMS Indonesia berada di regional GMS Consumer Health Care

APAC (Asia Pacific). Lampiran 1 memperlihatkan struktur organisasi GMS

Indonesia.

2.2.4 Lokasi dan Sarana Produksi

GlaxoSmithKline Indonesia didukung oleh tidak kurang dari 610

tenaga profesional yang berpengalaman dibidangnya, dan fasilitas yang

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


12

terdapat di dua pabrik, yaitu di kawasan Pulogadung dan Cimanggis dengan

luas total mendekati 39.000 m2. Jaringan pemasaran meliputi hampir seluruh

wilayah Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta,

Surabaya, Malang, Denpasar, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang,

Ujung Pandang, Manado, Balikpapan, Samarinda. Pabrik GlaxoSmithKline

Indonesia berlokasi di dua tempat, yaitu:

a. Cimanggis (Bogor Site) untuk produk-produk Consumer Healthcare (PT.

Sterling Products Indonesia) dan Antibiotics (PT. SmithKline Beecham

Pharmaceuticals). Keduanya berada di gedung yang terpisah sesuai

persyaratan CPOB.

b. Pulogadung Site untuk produk-produk Pharmaceuticals (PT. Glaxo

Wellcome Indonesia).

PT. Glaxo Wellcome Indonesia (Pulogadung Site) dengan luas tanah

19.250 m2 dan luas bangunan 10.200 m2 digunakan untuk pabrik (factory)

8.658,3 m2 sedangkan yang lain untuk kantor (office) 1.563,7 m2. Kegiatan

disini didukung oleh 80 orang karyawan, memproduksi lima bentuk sediaan

yang meliputi 34 brand family dan terdiri dari 101 SKU (Stock Keeping

Unit) dengan hasil produksi 3,6 juta pak per tahun. PT. Glaxo Wellcome

Indonesia juga melakukan toll manufacturing, yaitu dengan Pfizer dan

Janssen. Bogor Site mempunyai luas tanah 19.460 m2 dengan luas bangunan

6.407,5 m2. Bangunan tersebut juga dibagi menjadi 2 macam yaitu untuk

factory seluas 6.283,5 m2 dan untuk office 124 m2. Jumlah karyawan di

Bogor adalah 124 orang.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


13

2.2.5 Kebijaksanaan Mutu

Kualitas adalah inti dari semua aktivitas yang dilakukan pada

penemuan sampai perkembangan produk, persediaan, penjualan, dan yang

terpenting adalah semua pelayanan yang memberikan dukungan terhadap

penampilan terbaik produk.

2.2.6 Kepegawaian

Karyawan di pabrik GlaxoSmithKline terdiri dari pegawai tetap dan

pegawai kontrak. Perusahaan ini beroperasi dari senin hingga jumat yang

terbagi menjadi dua shift, yaitu ;

Shift I : pukul 07.30 – 16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 11.30 –

12.00 WIB.

Shift II : pukul 15.30 – 23.00 WIB dengan waktu istirahat pukul 18.00 –

18.30 WIB.

GlaxoSmithKline memperhatikan kesejahteraan karyawan dalam

bentuk fasilitas dan jaminan sosial yang diberikan. Kesejahteraan tersebut

didasari atas perjanjian kerja antara pekerja dengan perusahaan yang diatur

dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB). KKB berisi pengakuan serta

jaminan bagi serikat pekerja, aturan kerja, aturan penggajian, jaminan sosial,

cuti, keselamatan kerja, perawatan kesehatan, jaminan hari tua, penyelesaian

keluhan, dan pengaduan karyawan.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


14

Adapun fasilitas yang diberikan kepada karyawan adalah :

a) Pengobatan

Fasilitas ini diberikan kepada karyawan dan keluarga yang

ditanggung dalam bentuk penggantian biaya perawatan serta pengobatan

oleh perusahaan. Keluarga yang ditanggung meliputi istri dan anak

(maksimal 3 orang) yang terdaftar. Poliklinik terletak di kawasan

perusahaan sendiri dan dilengkapi dengan seorang dokter yang juga

merupakan bagian dari Environmental Health safety (EHS) Team. Selain

itu memberikan pengobatan pada jadwal tertentu juga memberikan

penilaian terhadap resiko kerja di perusahaan.

b) Makanan

Fasilitas ini diberikan kepada karyawan shift I pada setiap jam

istirahat di kantin perusahaan dan karyawan shift II diberikan uang

makan.

c) Sarana olahraga dan rekreasi

Sarana olahraga yang diberikan perusahaan berupa lapangan sepak

bola yang berada di kawasan pabrik. Program rekreasi diberikan kepada

setiap karyawan beserta keluarganya masing – masing yang diadakan

setiap tahun yang dikenal dengan Family Day.

Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)

dilakukan berupa pencegahan, penjagaan, dan pengawasan terhadap

timbulnya bahaya akibat kebakaran, ledakan, kecelakaan kerja, serta

kebocoran gas/cairan (liquid) yang berbahaya. Aktivitas ini dilakukan

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


15

menyeluruh oleh komisi kesehatan dan lingkungan (Environmental

Health Safety), yaitu berupa simulasi penanggulangan kebakaran melalui

latihan, penyediaan sarana penaggulangan kecelakaan, serta pemeriksaan

periodik terhadap alat dan ruang kerja. Penanggulangan kecelakaan yang

disebabkan oleh perilaku dan lingkungan kerja yang tidak aman akan

diberikan melalui penjelasan prosedur khusus mengenai keselamatan

kerja dan alat pelindung diri.

2.2.7 Jenis Produk

Banyak produk unggulan yang diproduksi GlaxoSmithKline diminati

konsumen Indonesia dan negara lain. Produk GlaxoSmithKline selalu

berhasil memenuhi kebutuhan pelanggannya. Produk yang dihasilkan yaitu

berupa obat – obatan. Berdasarkan dosis formulanya dibagi menjadi tiga

macam sediaan yaitu obat tetes mata, sirup cair dan tablet. Semua produk

dipasarkan di Indonesia dan juga negara – negara tetangga seperti Srilangka,

Thailand, Singapura, Malaysia, dan Hongkong.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


16

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

3.1 Jadwal Kegiatan

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Quality Assurance

PT. GlaxoSmithKline Indonesia di Jalan Raya Bogor KM. 35, Cimanggis-Depok.

Praktik Kerja Lapangan yang berlangsung mulai tanggal 02 Maret 2009 – 01 Mei

2009, dimulai dari pukul 07.30 – 16.00, setiap hari senin – jumat.

3.2 Deskripsi kegiatan

Laporan PKL ini berjudul “ Penentuan Kadar Asam Benzoat dan Kalium

Sorbat sebagai Bahan Pengawet dalam Panadol® Syrup dengan metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi “. Adapun kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini

meliputi :

a. Persiapan untuk analisis kimia terhadap obat Panadol® Syrup yang telah

disampling, hal tersebut terdiri atas :

1. Pembuatan reagen yang diperlukan untuk analisis seperti larutan buffer

natrium asetat pH 6.0 dan larutan eluen (fase gerak).

2. Penimbangan dan pembuatan standar asam benzoat dan kalium sorbat.

3. Penimbangan dan preparasi sampel untuk analisis kimia.

b. Melakukan analisis kimia obat Panadol® Syrup dengan kromatografi cair

kinerja tinggi (KCKT).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


17

c. Pelaporan

Setelah dilakukan pengujian secara kimia, kemudian melaporkan hasil yang

didapat kepada analis laboratorium QA-CX yaitu dengan membandingkan

hasilnya dengan standar yang telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline. Hasil

analisis harus memenuhi syarat yaitu tidak memiliki perbedaan yang

signifikan, sehingga obat Panadol® Syrup tersebut dapat di release dan

dipasarkan untuk para konsumen.

3.3 Latar Belakang Teori

3.3.1 Pengertian Obat

Obat adalah suatu zat atau campuran beberapa zat yang dibuat, ditawarkan

atau dianjurkan untuk disajikan dan atau dijual dengan kegunaan sebagai berikut :

1. Dalam pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit,

kelainan fisik atau gejalanya pada manusia atau hewan.

2. Dalam pemulihan, perbaikan dan perubahan fungsi organik pada manusia

dan hewan (Ekawati, 2005).

3.3.1.1 Sediaan Obat Berupa Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang dibuat mengandung satu atau lebih zat

kimia yang terlarut, misal: terdispersi dalam pelarut yang sesuai atau campuran

pelarut yang tidak saling bercampur. Molekul-molekul dalam larutan terdispersi

secara merata, sehingga penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


18

memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang jika larutan

diencerkan atau dicampur (Depkes, 1995).

Larutan obat oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian secara

oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,

pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran cosolven-air. Larutan

obat oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi, dinyatakan

sebagai sirup. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair

lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral (Zairina,

2001).

Di samping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol

atau gliserin dapat digunakan dalam larutan oral untuk menghambat penghabluran

dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan sifat lain dari zat pembawa.

3.3.1.2 Sirup

Sirup (dari Bahasa Arab ‫ شراب‬sharab, minuman) adalah cairan yang

kental dan memiliki kadar gula yang tinggi. Penambahan bahan obat atau sari

tumbuhan dapat merupakan komponen lainnya dari sirup.

Dalam larutan gula yang jenuh (kira-kira 66%) tidak memungkinkan

tumbuhnya jamur. Atas dasar daya tahan itulah maka sediaan berkonsentrasi

tinggi dinilai paling baik, meskipun harus diperhatikan pula, bahwa tingginya

kandungan gula dari sirup juga dapat menyebabkan berkurangnya kelarutan bahan

obat tertentu (Zairina, 2001).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


19

3.3.1.3 Panadol® Syrup

Panadol® Syrup merupakan sediaan obat berbentuk sirup yang umumnya

diberikan secara oral kepada anak-anak yang berumur 1-12 tahun dan diberikan

sesuai dengan dosisnya. Panadol® Syrup merupakan obat analgesik-antipiretik

yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktifnya, asam benzoat dan kalium

sorbat sebagai bahan pengawetnya. Dalam setiap takarannya (5mL) Panadol®

Syrup mengandung 160mg parasetamol dan tidak mengandung alkohol sehingga

tidak menimbulkan efek samping untuk anak-anak. Panadol® Syrup untuk anak-

anak yang diperuntukkan menyembuhkan demam, sakit kepala, sakit tumbuh gigi,

sakit gigi, dan gejala flu dan cold. Adapun dosis yang harus diberikan terpapar

pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis Panadol® Syrup untuk anak-anak umur 1-12 tahun

Usia Berat rata-rata Dosis

1 – 2 tahun 9,5 – 12 kg 4 – 5 mL

3 – 4 tahun 14 – 16 kg 6 – 7 mL

5 – 6 tahun 17,5 - 19.5 kg 7 – 8 mL

7 – 8 tahun 21,5-22.5 kg 8 – 9 mL

9 – 10 tahun 25 - 28.7 kg 10 – 12 mL

11 – 12 tahun 33 - 37.5 kg 13 – 15 mL

Pemberian obat Panadol® Syrup ini maksimal 4 kali sehari dan tidak

diperbolehkan untuk melebihi dosis tersebut.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


20

3.3.2 Zat Pengawet

Bentuk sediaan cair mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme, sehingga

umumnya juga perlu ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan

bakteri, jamur, dan ragi. Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup

terhadap pertumbuhan mikroba yang berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air

yang tersedia untuk pertumbuhan, sifat, dan aktivitas sebagai pengawet yang

dipunyai oleh beberapa bahan formulasi (beberapa minyak pemberi rasa dan

mempunyai aktivitas antimikroba), dengan kemampuan pengawet itu sendiri.

Beberapa dari mikroorganisme tersebut bisa saja berasal dari sediaan obat

cair itu sendiri atau mikroorganisme lainnya yang mungkin melalui kontak udara

atau pada saat proses. Secara umum ada empat metode yang diterima untuk

mengawetkan makanan, dalam hal ini untuk sediaan obat cair, yaitu :

1. Sterilisasi melalui pemanasan atau radiasi untuk membunuh

mikroorganisme.

2. Pendinginan, untuk mengurangi atau menghentikan aktivasi

mikroorganisme.

3. Pengeringan, untuk mengurangi atau menghentikan aktivasi

mikroorganisme dengan mengeluarkan kebutuhan dasarnya yaitu air.

4. Penambahan zat pengawet kimia untuk mengurangi atau menghambat

aktivasi mikroorganisme.

Penambahan zat pengawet kimia digunakan dalam sediaan obat cair selain

pengawetan dengan larutan gula yang terkandung di dalamnya. Hal ini digunakan

karena dapat menghambat aktivitas mikroorganisme dan memperlambat

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


21

pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini bekerja dalam satu atau dua

mekanisme umum berikut ini :

1. Secara fisik, menambah densitas lingkungan mikroorganisme itu sendiri.

2. Secara kimiawi, melalui aksi penghambatan langsung terhadap

mikroorganisme itu sendiri (Melyana, 2001).

Pengawet adalah bahan tambahan makanan atau suatu produk tertentu yang

mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain

terhadap makanan atau produk tersebut yang disebabkan mikroorganismme. Zat

pengawet ini untuk melindungi produk terhadap pengaruh yang merugikan,

terutama terhadap kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Dalam industri

farmasi digunakan pengawet untuk melindungi senyawa obat terhadap penguraian

yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh sediaan obat yang dapat

terkontaminasi oleh mikroba, yaitu sirup dan salep.

Ada banyak sumber kontaminasi, diantaranya adalah raw material, wadah dan

peralatan untuk memproses, lingkungan, dan bahan pengemas.

Pemilihan bahan pengawet berdasarkan atas banyak pertimbangan termasuk

beberapa hal berikut :

1. Pengawet efektif dalam mencegah pertumbuhan dari tipe mikroorganisme

yang dianggap kontaminan paling banyak pada preparat yang diformulasi.

2. Pengawet yang cukup larut dalam air untuk mencapai konsentrasi yang

memadai dalam fase air dari dua sistem atau lebih.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


22

3. Perbandingan (proporsi) dari pengawet yang tetap tidak terdisosiasi pada

pH pembuatan sedemikian rupa sehingga mampu menetrasi

mikroorganisme dan merusak integritasnya.

4. Konsentrasi dari pengawet yang dibutuhkan tidak mempengaruhi

keamanan atau rasa bila preparat tersebut diberikan dengan cara yang

lazim.

5. Pengawet mempunyai kestabilan memadai dan tidak akan berkurang

dalam konsentrasi karena penguraian kimia atau adanya penguapan selama

shelf-life dari preparat tersebut.

6. Pengawet dapat bercampur secara sempurna dengan bahan-bahan

formulasi lain dan bahan tersebut tidak mengganggu keefektifan dari zat

pengawet.

7. Pengawet tidak dipengaruhi oleh komposisi bahan dari wadah atau tutup

preparat.

Tidak ada pengawet tunggal yang memenuhi semua persyaratan ini untuk

semua formulasi. Seringkali diperlukan kombinasi dari dua atau lebih pengawet

untuk mencapai efek antimikroba yang dikehendaki (Pratiwi, 2007).

3.3.2.2 Pengelompokkan Pengawet

Zat pengawet terdiri dari senyawa organik dan anorganik dalam bentuk

asam atau garamnya. Aktivitas bahan pengawet tidak sama, misalnya ada yang

efektif terhadap bakteri, khamir, ataupun jamur (kapang).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


23

Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat dan

nitrit. Zat pengawet organik lebih banyak dipakai daripada zat pengawet

anorganik. Bahan organik digunakan dalam bentuk asam maupun dalam bentuk

garamnya. Zat pengawet yang sering dipakai sebagai bahan pengawet ialah asam

sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat, dan epoksida (Suwafita,

2002).

Zat antimikroba yang banyak digunakan sebagai pengawet dapat

dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yaitu kelompok senyawa asam,

kelompok netral, kelompok merkuri, dan kelompok senyawa ammonium

kuarterner. Beberapa anggota wakil dari pengelompokkan ini dan kisaran

konsentrasi di mana pengawet-pengawet tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Beberapa pengawet dan kisaran konsentrasi yang dipakai dalam

preparat farmasi

Kelompok Konsentrasi (%)


Asam
Fenol 0,2 – 0,5
Klorokresol 0,05 – 0,1
Ester-ester alkil dari asam parahidroksibenzoat 0,001 – 0,2
Asam benzoat dan garam-garamnya 0,1 – 0,3
Asam borat dan garam-garamnya 0,5 – 1,0
Asam sorbat dan garam-garamnya 0,05 – 0,2
Netral
Klorobutanol 0,5
Benzil alkohol 1,0
β-feniletil alcohol 0,2 – 1,0
Senyawa Ammonium Kuartener
Bezalkonium klorida 0,004 – 0,02
(Pratiwi, 2007)

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


24

Senyawaan fenol kemungkinan besar merupakan pengawet farmasi tertua

yang paling terkenal, tetapi hanya sedikit digunakan dalam sediaan farmasi oral,

karena karakteristik bau dan ketidakstabilannya bila dipaparkan dengan oksigen.

Jenis zat pengawet lain dari kelompok asam ini yaitu ester-ester asam

parahidroksibenzoat serta garam-garam dari asam benzoat dan asam sorbat. Bahan

pengawet tersebut mudah larut dalam sistem air, dan mempunyai sifat antibakteri

dan antifungi.

Seringkali kombinasi dari dua atau lebih pengawet golongan asam ini

digunakan untuk mencapai efek antimikroba yang dikehendaki. Penggunaan lebih

dari satu zat pengawet jenis ini menyebabkan efek sinergis dan bertindak sebagai

penguat efek antimikroba.

Pengawet netral adalah semua alkohol yang menguap sehingga dapat

menimbulkan masalah baru dengan hilangnya pengawet pada saat penyimpanan.

Senyawa ammonium kuartener merupakan pengawet yang sangat baik, tetapi

pengawet tersebut tidak tercampurkan dengan banyak zat (Pratiwi, 2007).

3.3.2.3 Cara Kerja Pengawet

Pengawet diperkirakan mengganggu pertumbuhan, pelipatgandaan, dan

metabolisme bakteri dengan satu atau lebih mekanisme, yaitu modifikasi

permeabilitas membran, denaturasi enzim atau protein-protein sel lain, oksidasi

dari konstituen, dan hidrolisis. Beberapa pengawet farmasi yang dapat digunakan

dan kemungkinan cara kerjanya dapat dilihat dalam Tabel 3.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


25

Tabel 3. Cara Kerja Beberapa Pengawet

Pengawet Cara kerja

Asam benzoat, asam borat, asam sorbat mendenaturasi protein pada dinding sel

dan para-hidroksibenzoat bakteri

Fenol dan senyawa fenol terklorinasi melisis dan mendenaturasi protein pada

membran dan pengawet terklorinasi

akan mengoksidasi enzim

Alkohol melisis dan mendenaturasi membrane

Senyawa-senyawa kuartener melisis membrane sel

(Pratiwi, 2007)

3.3.2.4 Asam Benzoat

Sifat Kimia dan Kegunaannya

Asam benzoat, C7H6O2 (C6H5COOH), adalah padatan kristal yang tidak

berwarna dan secara sederhana merupakan asam aromatik karbosiklik. Asam

benzoat secara alami terdapat dalam buah kranberri, kayu manis dan cengkeh.

Gambar 1. Struktur 2 dimensi dan 3 dimensi Asam Benzoat

Asam benzoat dan garamnya digunakan sebagai senyawa antimikroba

pada makanan karena tujuan penggunaan zat pengawet ini untuk mencegah

pertumbuhan ragi dan bakteri.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


26

Asam benzoat dan garam beserta derivatnya adalah suatu kelompok zat

pengawet kimia yang sudah digunakan secara luas. Garam asam benzoat seperti

garam natrium lebih disukai pemakaiannya karena lebih mudah larut di dalam air.

Produk makanan yang diawetkan dengan asam benzoat seperti produk

buah – buahan, minuman dan mentega. Tetapi pengawet ini juga digunakan untuk

mengawetkan suatu sediaan obat berbentuk cair (sirup) agar obat tidak ditumbuhi

oleh mikroorganisme (Desrosier, 1988).

Tabel 4. Sifat Asam Benzoat

Asam benzoat
Asam Benzenkarbosiklik,
Nama lain
Karboksibenzen
Sifat Kimia
Rumus Molekul C 6H 5COOH
Massa Molekul 122,12 g / mol

Densitas 1,32 g / cm 3, padat

Titik Leleh 122,4 ° C (395 K)


Titik didih 249 ° C (522 K)
Larut dalam air panas
Kelarutan dalam air
3,4 g / l (25 ° C)
Kelarutan dalam THF, etanol,
THF 3,6 M, etanol 2,4 M, Metanol 2,9 M
dan methanol
Keasaman (p K a) 4.21

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


27

Aktivitas Antimikroba

Sebagai zat antimikroba, asam benzoat efektif menghambat pertumbuhan

jamur, ragi dan bakteri. Asam benzoat akan efektif sebagai antimikroba dalam

bentuk asam yang tidak berdisosiasi.

Bakteri patogen dapat dihambat dengan konsentrasi 0,01 – 0,02 % oleh

asam benzoat yang tidak terdisosiasi. Sebagai zat antimikroba, asam benzoat

bereaksi secara sinergis dengan natrium klorida, sukrosa, asam borat,

karbondioksida, dan sulfur oksida.

Keasaman substrat mempengaruhi keefektifan asam benzoat. pH

maksimum untuk aktivitas antimikroba terjadi pada pH sekitar 2,5 – 4,0. Pada pH

6,0 aktivitas antimikroba hanya 1 %, oleh karena itu senyawa ini lebih efektif

pada substrat yang bersifat asam. Asam benzoat yang digunakan sebagai

pengawet akan kurang efektif pada suatu bahan pangan yang mempunyai pH 7,0

dibandingkan dengan bahan pangan yang mempunyai pH mendekati 3.0. Pada

umumnya aktivitas germisida dari asam benzoat meningkat menjadi sepuluh kali

lipat dalam substrat yang mempunyai pH rendah (Pratiwi, 2007).

Hal ini disebabkan karena mekanisme penghambatannya dimulai dengan

penyerapan asam benzoat ke dalam sel. Aktivitas asam benzoat terjadi secara

langsung baik terhadap dinding sel dan menginhibisi enzim-enzim pada siklus

sitrat (α-asam ketoglutarat dehidrogenase dan asam suksinat dehidrogenase) serta

terhadap enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi fosforilasi.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


28

Toksisitas

Asam benzoat mempunyai peran toksisitas yang rendah untuk manusia dan

hewan. Pengaturan pemasukan benzoat sekitar 5 – 10 gram untuk beberapa hari

tidak memberikan efek yang merugikan bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena

manusia dan hewan mempunyai mekanisme detoksifikasi terhadap benzoat.

Dalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam benzoat karena dalam tubuh

terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat. Asam benzoat diserap

oleh usus dan bereaksi dengan koenzim A membentuk benzoil CoA reaksi ini

dikatalisis oleh suatu enzim hasil sintesis tubuh. Selanjutnya benzoil CoA bereaksi

dengan glisin membentuk asam hipurat. Asam hipurat disintesis di dalam hati,

reaksi ini dikatalisis oleh enzim asiltransferase dan kemudian asam hipurat

dikeluarkan oleh tubuh melalui urine. Mekanisme ini dapat menghilangkan 60 –

90 % asam benzoat yang diubah menjadi asam hipurat. Mekanisme asam benzoat

tergantung pada kemampuan hewan atau manusia, melakukan mekanisme

penetralan benzoat dalam tubuhnya. Tidak terdapat akibat karsinogenik, pada

pengujian secara klinis benzoat terhadap tubuh manusia atau hewan, pada kadar

yang ditetapkan (Suwafita, 2002).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


29

Mekanisme reaksinya adalah sebagai berikut :

O O

- C – OH + ATP + CoA - C – CoA + AMP + PPI

Asam Benzoat Benzoil CoA

Benzoil CoA + Glisin - C – NH – CH2COOH + CoA

Asam Hipurat

Batas Maksimum

Jumlah maksimum asam benzoat yang boleh digunakan adalah 1000 ppm

atau 1 gram per kg bahan (permenkes No 722/Menkes/per/1X/1988). Pembatasan

penggunaan asam benzoat ini bertujuan agar tidak terjadi keracunan. Konsumsi

yang berlebihan dari asam benzoat dalam suatu bahan makanan tidak dianjurkan

karena jumlah zat pengawet yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah dengan

semakin banyak dan seringnya mengkonsumsi. Asam benzoat mempunyai ADI

(Accaptable Daily Intake) 5 mg per kg berat badan. Asam benzoat berdasarkan

bukti-bukti penelitian menunjukkan mempunyai toksisitas yang sangat rendah

terhadap manusia dan hewan. Pada manusia, dosis racun adalah 6 mg/kg berat

badan melalui injeksi kulit tetapi pemasukan melalui mulut sebanyak 5 sampai 10

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


30

mg/hari selama beberapa hari tidak mempunyai efek negatif terhadap kesehatan

(Suwafita, 2002).

3.3.2.5 Kalium Sorbat

Sifat Kimia dan Kegunaannya

Kalium sorbat merupakan garam dari asam sorbat, yang berfungsi sebagai

bahan pengawet dalam makanan. Kalium sorbat efektif dalam berbagai aplikasi

termasuk makanan, anggur, farmasi (obat-obatan), pakan ternak dan kosmetik.

Gambar 2. Struktur Kalium Sorbat

Kalium sorbat diperoleh dari reaksi antara asam sorbat dengan kalium

hidroksida. Reaksinya adalah sebagai berikut :

O O

C5H7 – C – OH + KOH C5H7 – C – OK + H2O

Asam Sorbat Kalium Sorbat

Rumus molekul dari kalium sorbat adalah C6H7O2K dengan nama IUPAC

kalium-2,4-heksadienoat. Kalium sorbat mempunyai berat molekul 150.22 g/mol.

Tingkat kelarutannya dalam air adalah 58.2% pada 20 oC. Kelarutan kalium sorbat

lebih tinggi dibandingkan dengan kelarutan asam sorbat (0.15% pada 20 oC), oleh

sebab itu kalium sorbat lebih banyak digunakan sebagai senyawa antimikroba.

Kelarutannya akan meningkat dengan naiknya temperatur dan pH.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


31

Tabel 5. Sifat – Sifat Kalium Sorbat

Kalium Sorbat

IUPAC Kalium-2,4-heksadienoat

Other names K-Sorbitat

Sifat – Sifat

Rumus Molekul C6H7KO2

Massa Molekul 150.22 g/mol

Densitas 1.363 g/cm3

Titik Leleh 270 °C (dekomposisi)

Kelarutan dalam air 58.2% pada 20 °C

Kelarutan dalam alkohol 6.5 % pada 20 °C

Aktivitas Antimikroba

Kalium sorbat merupakan zat pengawet yang dapat menghambat

pertumbuhan jamur dan khamir. Beberapa jamur (terutama beberapa Trichoderma

dan Penicillium sp) dan khamir dapat mendetoksi sorbat berdasarkan reaksi

dekarboksilasi dan akan memproduksi 1,3-pentadiena. Pentadiena yang terbentuk

terdeteksi sebagai bau khas dari minyak tanah.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


32

Toksisitas

Kalium sorbat dianggap aman karena dengan penggunaan dalam jangka

panjang tidak berbahaya bagi kesehatan. Kalium sorbat juga tidak menyebabkan

iritasi yang mengkonsumsi produk yang mengandung pengawet kalium sorbat.

Batas Maksimum

Kalium sorbat merupakan salah satu dari garam sorbat. Zat pengawet K-

sorbat mempunyai fungsi dan batasan maksimum penggunaan yang sama dengan

asam benzoat. Oleh karena itu penggunaan K-sorbat sebagai pengawet dalam

bahan makanan juga tidak boleh berlebihan agar tidak terjadi keracunan. ADI

(Accaptable Daily Intake) K-sorbat adalah 25 mg/kg berat badan. Penggunaan

maksimum K-sorbat dalam makanan berkisar antara 0,05 - 0,3 % untuk yang

digunakan secara langsung dan antara 10 - 20 % untuk yang disemprotkan pada

permukaan makanan. Garam sorbat itu lebih sering digunakan karena mempunyai

kelarutan yang lebih baik dalam air dan bekerja dalam keadaan tidak terdisosiasi,

dengan keaktifan 10 - 600 kali bentuk asamnya (Suwafita, 2002).

3.3.3 Analisis Asam Benzoat dan Kalium Sorbat

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisis asam

benzoat dan kalium sorbat, diantaranya dengan menggunakan Kromatografi Lapis

Tipis (KLT), kromatografi Gas (GC), Spektrofotometri UV-Vis dan Kromatografi

Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Namun metode yang sering digunakan untuk

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


33

menganalisis asam benzoat dan kalium sorbat adalah dengan menggunakan

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

3.3.4 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

3.3.4.1 Pendahuluan

Kromatografi adalah suatu teknik penentuan kadar suatu zat kimia dengan

cara pemisahan komponen-komponen dari campurannya, berdasarkan adanya

perbedaan kecepatan migrasi. Perbedaan migrasi ini disebabkan karena adanya

perbedaan sifat komponen-komponen tersebut terhadap fase diam dan fase gerak

yang ada dalam sistem kromatografi. Komponen sampel secara selektif ditahan

oleh suatu fase diam, pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan keseimbangan

distribusi dari komponen sampel diantara dua fase yang tidak saling bercampur,

yaitu fase diam dan fase gerak. Sampel harus larut dalam fase gerak untuk

bermigrasi melalui sistem kromatografi, maka komponen-komponen yang

berinteraksi kuat dengan fase diam akan bermigrasi lebih lambat dibandingkan

denganyang berinteraksi dengan fase gerak (Suwafita, 2002).

Kromatografi cair merupakan proses kromatografi di mana fasa geraknya

adalah cairan yang melalui fase diam. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

adalah kromatografi cair yang dilakukan dengan menggunakan fase diam yang

terikat secara kimia pada penyangga halus yang sebaran ukurannya sempit dan

fase gerak yang dipaksa mengalir dengan laju terkendali menggunakan tekanan

tinggi. KCKT secara mendasar merupakan bentuk perkembangan tingkat tinggi

dari kromatografi kolom yang sering digunakan dalam biokimia dan analisis

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


34

kimia untuk memisahkan, mengidentifikasi dan mengukur kadar suatu sampel.

KCKT menggunakan suatu kolom sebagai fase diam, pompa yang dapat

membawa larutan fase gerak menuju fase diam, dan sebuah detektor yang dapat

menunjukkan waktu retensi dari suatu molekul tertentu. Berdasarkan proses

pemisahannya, KCKT dapat digolongkan sebagai kromatografi adsorpsi atau

kromatografi partisi. Tergantung pada butiran-butiran absorban yang ada di dalam

kolom, apakah sebagai fase padat yang murni atau dilapisi dengan cairan.

Sistem pompa KCKT sudah diprogram untuk dapat melakukan elusi

dengan satu atau lebih macam pelarut. Dikenal dua sistem pompa pada KCKT,

yaitu sistem elusi isokratik dan sistem elusi gradien.

Sistem elusi isokratik dilakukan dengan satu macam larutan pengembang

atau lebih dari satu macam larutan pengembang (pelarut pengembang campur)

dengan perbandingan yang tetap. Komposisi fase gerak yang digunakan tidak

berubah selama analisis berlangsung.

Sistem elusi gradien dilakukan dengan pelarut pengembang campur yang

perbandingannya berubah sesuai waktu tertentu. Sistem ini digunakan untuk

pemisahan contoh yang mengandung komponen-komponen dengan polaritas yang

beragam sehingga menghasilkan pemisahan yang baik (Pratiwi, 2007).

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


35

3.3.4.2 Instrumentasi Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Pada dasarnya alat kromatografi cair terdiri dari sistem pompa, tempat

penyuntikan analit, kolom kromatografi, detektor, penguat sinyal, dan perekam

(Pratiwi, 2007). Instrumentasi KCKT dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram Instrumentasi KCKT

Pompa

Pompa berfungsi untuk mengalirkan fase gerak ke dalam kolom. Ada dua

jenis pompa, yaitu pompa tekanan tetap dan pompa kecepatan tetap. Beberapa

persyaratan pompa KCKT antara lain :

a) Memberi tekanan 6000 – 8000 psi.

b) Memiliki kecepatan aliran 0.1 – 10 mL per menit.

c) Harus dibuat dari baja anti karat atau teflon.

d) Dapat membuat aliran sistem isokratik maupun gradien.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


36

Injektor

Pemasukkan atau penginjeksian contoh untuk analisis dengan metode KCKT

merupakan tindakan yang terpenting. Walupun kolom telah memadai, hasil

kromatogram yang ditampilkan tidak akan memadai jika injeksi contoh yang

dilakukan tidak benar.

Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu:

a) Aliran henti

Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atsmosfer, sistem

ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya sistem aliran utama tetap

berada pada tekanan kerja). Cara ini dapat dipakai karena difusi di dalam

zat cair kecil, jadi umumnya daya pisah tidak dipengaruhi.

b) Septum

Septum adalah injektor langsung pada aliran, yang sama dengan injector

yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai

pada tekanan samapai sekitar 60 – 70 atmosfer. Septum tidak dapat

dipakai untuk semua pelarut kromatografi cair. Selain itu, partikel kecil

terlepas dari septum dan cenderung menyumbat.

c) Katup jalan kitar

Jenis injektor ini biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum yang lebih

besar dari 10µL dan sekarang dipakai dalam sistem yang diotomatiskan

(volum yang lebih kecil dapat disuntikan secara manual memakai adaptor

khusus). Pada kedudukan mengisi, jalan-kitar cuplikan diisi pada tekanan

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


37

atmosfer. Jika katup dijalankan (dibuka), cuplikan di dalam jalan kitar

teralirkan ke dalam kolom (Stevenson, 1991).

Kolom

Kolom berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen. Kolom

dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kolom analitik dan kolom preparatif.

Ada tiga kualitas yang perlu diperhatikan dalam memilih kolom KCKT, yaitu

daya pisah, faktor kapasitas, dan faktor kecepatan yang digambarkan sebagai

selektivitas dan efesiensi kolom. Daya pisah atau sering disebut resolusi

menunjukan adanya dua komponen terpisah dengan baik, sedangkan efesiensi

kolom menunjukkan kemampuan kolom untuk menghasilkan puncak yang sempit

dan perbaikan pemisahan.

Seperti lazimnya kromatografi cair, fase diam berupa permukaan zat padat

yang berfungsi sebagai medium yang menyerap, atau permukaaan zat cair yang

terdapat pada sejenis zat padat. Banyak sistem fase diam baru yang telah

dikembangkan untuk KCKT, dan pemakaian bahan tersebut sangat meningkatkan

koefisien metode KCKT.

Kolom KCKT yang merupakan kunci keberhasilan pemisahan komponen

– komponen sampel serta hasil akhir analisis dibuat dalam bentuk lurus (tidak

dibuat melingkar sebagaimana kolom pada kromatografi gas). Hal ini

dimaksudkan untuk efesiensi kolom.

Dilihat dari jenis fase diam dan fase gerak maka KCKT (kolomnya)

dibedakan atas kromatografi fase normal dan kromatografi fase terbalik.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


38

Kromatografi fase normal merupakan kromatografi dengan kolom

konvensional dimana fase diamnya “normal” bersifat polar, misalnya silika gel,

sedangkan fase geraknya bersifat non polar. Kromatografi fase terbalik

merupakan kromatografi dimana fase diamnya bersifat non polar, sedangkan fase

geraknya bersifat polar. Untuk mendapatkan fase yang non polar silika gel

direaksikan dengan klorosilan Cl-Si-(R)n. fase diam non polar yang banyak

dipakai adalah jenis C18, C8, dan C2. Keuntungan kromatografi fase terbalik, yaitu

senyawa polar akan lebih baik pemisahannya pada kromatografi fase terbalik,

senyawa yang mudah terionkan (ionik) yang tidak terpisahkan pada kromatografi

cair kinerja tinggi “normal” akan dapat terpisahkan pada kromatografi fase

terbalik, dan dengan kromatografi fase terbalik dapat digunakan sebagai salah satu

komponen pada pelarut pengembang campur (Pratiwi, 2007).

Tabel 6. Macam- Macam Kolom KCKT

Jenis Kolom Panjang (cm) Diameter (mm) Dp (µm)

Konvensional 10 – 20 4.5 10

Mikrobore 10 2.4 5

High Speed 6 4.6 3

Keterangan : Dp = diameter rata – rata fase diam

Detektor

Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi komponen

yang ada di dalam sampel dan mengukur jumlanya. Idealnya, suatu detektor yang

baik harus mempunyai sensitifitas yang baik terhadap semua komponen yang

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


39

terdapat dalam sampel. Selain itu detektor juga dapat memberikan suatu

persamaan garis lurus yang baik sehingga dapat digunakan untuk analisa

kuantitatif dan akhirnya suatu detektor harus dapat dipercaya dan mudah

dioperasikan.

Detektor pada KCKT dapat digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :

a. Detektor tipe G (general)

Detektor tipe G yaitu detektor yang dapat mendeteksi analit secara

umum, tidak bersifat spesifik dan tidak selktif.

b. Detektor tipe S (selektif)

Detektor tipe S yaitu detektor yang dapat mendeteksi analit dengan

selektif dan spesifik.

Penguat Sinyal dan Perekam

Pada umumnya, sinyal yang berasal dari detektor diperkuat terlebih dahulu

sebelum disampaikan pada alat perekam yang sesuai, biasanya berupa suatu

perekam potensiometrik; dalam hal ini sinyal merupakan fungsi dari waktu. Dapat

pula sinyal dikirimkan kepada suatu integrator digital elektronik untuk mengukur

luas puncak kromatogram secara otomatik.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


40

3.4 Metode Percobaan

3.4.1 Alat dan Bahan

3.4.1.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain :

- Beaker glass - pH meter

- Stirer dan magnetik stirer - Neraca Analitik

- Gelas Ukur - Kertas timbang

- Labu ukur 50 mL, 100 mL dan 200 mL - Pipet Volumetri 5 mL

- Vial KCKT - Ultrasonic bath

- Kertas saring selulosa asetat - Penyaring vakum

- Autosampler - Syringe

- KCKT bermerk “ Water Breeze”

3.4.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain :

- Asam asetat glasial

- NaOH padat

- Asetonitril

- Asam benzoat standar GSK

- Kalium sorbat standar GSK

- Sampel Panadol Syrup

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


41

3.4.2 Prosedur Kerja

3.4.2.1 Pembuatan larutan buffer asetat pH 6.0

• Diambil ± 57 mL asam asetat glasial menggunakan gelas ukur dan

dimasukkan ke dalam gelas kimia 1000 mL.

• Ditambahkan 200 mL aquades dan diaduk hingga bercampur.

• Ditambahkan sedikit-sedikit NaOH padat sambil diaduk dengan stirer

hingga larutannya mencapai pH 6.0

• Kemudian ditambahkan aquades hingga 1000 mL dan diaduk hingga

bercampur.

3.4.2.2 Pembuatan fase gerak

• Fase gerak yang digunakan untuk analisis kadar asam benzoat dan

kalium sorbat dalam Panadol Syrup adalah campuran senyawa air :

asetonitril : buffer Na-asetat pH 6.0 dengan perbadingan 870 : 70 : 60.

• Setelah dicampurkan semua sesuai dengan komposisi

perbandingannya, fase gerak disaring dengan penyaring vakum dengan

menggunakan kertas saring selulosa dan dimasukkan kedalam botol.

3.4.2.3 Preparasi standar

• Ditimbang dengan tepat standar GSK yaitu 50 mg garam kalium sorbat

dan 150 mg asam benzoat.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


42

• Dimasukkan kedalam labu ukur 200 mL dan dilarutkan dengan fase

gerak yang telah dibuat, ditambahkan hingga setengah volume dari

labu ukur.

• Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 15 menit

• Kemudian dihimpitkan dengan fase gerak hingga tandabatas labu ukur

tersebut.

3.4.2.4 Preparasi Sampel

• Sampel Panadol® Syrup yang mengandung asam benzoat dan kalium

sorbat, dipipet sebanyak 5.0 mL dan dimasukkan kedalam labu ukur

100 mL.

• Dibilas pipet tersebut dengan larutan fase gerak dan dilarutkan sampel

tersebut dengan larutan fase gerak, dan di masukkan ke dalam

ultrasonic bath.

• Dihimpitkan hingga tanda batas dan dikocok hingga bercampur.

• Lalu dipipet kembali 5.0 mL larutan dalam labu ukur 100 mL tersebut

dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL.

• Dilarutkan kembali dengan larutan fasa gerak, dimasukkan kembali ke

dalam ultrasonic bath dan dihimpitkan hingga tanda batas.

• Campuran dikocok hingga bercampur.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


43

3.4.2.5 Analisis kadar asam benzoat dan kalium sorbat dengan menggunakan

KCKT Waters Breeze (Pump1525,UV Det 2487)

• Untuk mencapai suatu kesetimbangan KCKT dalam menganalisis

kadar asam benzoat dan kalium sorbat maka diatur kondisinya sebagai

berikut :

- Kolom : Waters C18 µBondapack , 30 cm x 3.9 mm ID

- Fase gerak : campuran air : asetonitril : buffer Na-asetat pH 6.0

(870:60:70)

- Detektor : UV dengan λ=254 nm dan 0.05 AUFS

- Laju alir : 1.5 mL per menit

- Temperatur : Ambien

- Waktu retensi : Asam benzoat : ± 2 – 3 menit

Kalium sorbat : ± 3 – 4 menit

• Untuk kesetimbangan sistem pada KCKT ini maka di injeksikan 20 µL

standar yang telah disiapkan sebanyak 6 kali secara berurutan pada

kondisi yang sama. Hingga didapatkan simpangan baku relatif tidak

lebih dari 1.5%.

• Secara berurutan di injeksi standar dan sampel ke kolom, digunakan

volume dan kondisi yang sama dengan yang digunakan untuk

kesetimbangan sistem. Diukur peak yang dihasilkan dari asam benzoat

dan kalium sorbat dalam 2 kali injeksi dibandingkan dengan sampel

dan dirata-ratakan, hasil dari setiap rata-rata ini disebut Ps. Diukur

peak yang dihasilkan komponen dari sampel berdasarkan waktu retensi

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


44

dari asam benzoat dan kalium sorbat yang terkandung dalam standar,

yang dihasilkan ini disebut Pu.

3.5 Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Hasil pengukuran kadar asam benzoat dan kalium sorbat dilakukan

terhadap empat batch dari sampel Panadol Syrup dengan menggunakan

kromatografi cair kinerja tinggi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7. Hasil Pengukuran Kadar Asam Benzoat dan Kalium Sorbat

Sampel Bahan Rerata SBR


Ulangan Kadar (mg/mL)
PS Pengawet (mg/mL) (%)
1 2.998
Asam Benzoat 3.003 0.2
2 3.008
Sampel 1
1 0.997
Kalium Sorbat 0.995 0.3
2 0.993
1 2.990
Asam Benzoat 2.995 0.3
2 3.001
Sampel 2
1 1.008
Kalium Sorbat 1.008 0.0
2 1.008
1 2.993
Asam Benzoat 2.998 0.2
2 3.004
Sampel 3
1 1.000
Kalium Sorbat 0.998 0.3
2 0.996
1 3.002
Asam Benzoat 3.005 0.2
2 3.008
Sampel 4
1 0.999
Kalium Sorbat 1.000 0.1
2 1.001

Asam Benzoat 2.40 - 3.30


Batas yang diijinkan 1.5%
Kalium Sorbat 0.80 - 1.10

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


45

Dari tabel 6. dapat dilihat bahwa kadar asam benzoat di dalam sampel

Panadol Syirup berkisar antara 2.995 sampai 3.005 mg/mL dan kadar kalium

sorbat berkisar antara 0.995 sampai 1.008 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa kadar asam benzoat dan kalium sorbat di dalam sampel Panadol Syrup

telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, yaitu

2.40 sampai 3.30 mg/mL untuk asam benzoat dan 0.80 sampai 1.10 mg/mL untuk

kalium sorbat. Persen SBR yang diperoleh pada masing-masing sampel juga

memenuhi standar, yaitu ≤ 1.5 %. Nilai persen SBR yang cukup kecil pada

masing – masing sampel menunjukkan bahwa kadar bahan pengawet yang

terkandung dalam sampel Panadol syrup tersebut adalah homogen.

Sebagai contoh perhitungannya adalah sebagai berikut :

• Kadar Asam Benzoat (AB)

Kadar AB Luas Area Contoh AB


= x Konsentrasi Standar AB
di dalam contoh Luas Area Standar AB

• Kadar Kalium Sorbat (KS)

Kadar KS Luas Area Contoh KS


= x Konsentrasi Standar KS
di dalam contoh Luas Area Standar KS

Keterangan :

Luas area sampel AB dan KS diperoleh dari kromatogram contoh tiap-tiap batch.

Luas area standar AB dan KS beserta konsentrasinya menggunakan luas area dan

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


46

konsentrasi standar menggunakan injeksi check standar sebagai acuan yang

diperoleh dari kromatogram standar.

Perhitungan kadar asam benzoat dan kalium sorbat dari empat batch yang

dihitung dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut :

1) Kadar Asam Benzoat

Bobot Standar = 150.00 mg Konsentrasi Standar = 3.000 mg/ml

Tabel 8. Rata-rata Area Standar Asam Benzoat

Area Standar Rata-rata SBR ( ≤ 1,5%)

72146
72157 0.0
72169

Kadar AB dalam contoh1 = 71874 x 3.000 mg/ml

72157

= 2.990 mg/ml

Kadar AB dalam contoh2 = 72132 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.000 mg/ml

Rata-rata Kadar AB adalah (2.990 + 3.000) mg/ml = 2.995 mg/ml

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


47

2) Kadar Kalium Sorbat

Bobot Standar = 50.00 mg Konsentrasi Standar = 1.000 mg/ml

Tabel 9. Rata-rata Area Standar Kalium Sorbat

Area Standar Rata-rata SBR ( ≤ 1,5%)

664273
664333 0.0
664394

Kadar KS dalam contoh1 = 669431 x 1.000 mg/ml

664333

= 1.008 mg/ml

Kadar KS dalam contoh2 = 669296 x 1.000 mg/ml

664333

= 1.008 mg/ml

Rata-rata kadar KS adalah (1.008+1.008) mg/ml = 1.008 mg/ml

Panadol Syrup yang mengandung kira – kira 85 % gula menahan

pertumbuhan bakteri karena efek ekso osmotisnya terhadap mikroorganisme.

Sirup yang mengandung sukrosa kurang dari 85 % tetapi memiliki konsentrasi

secukupnya dari poliol (seperti sorbitol, gliserin, propilen glikol, atau polietilen

glikol) mempunyai suatu efek ekso osmotik terhadap mikroorganisme, dan pula

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


48

menahan pertumbuhan bakteri (Pratiwi, 2007). Asam benzoat dan kalium sorbat

lebih efektif melawan jamur dan khamir, oleh karena itu keduanya ditambahkan

kedalam Panadol Syrup untuk mencegah pertumbuhan jamur dan khamir,

sedangkan untuk pertumbuhan bakterinya dicegah dengan adanya kandungan gula

dan senyawa poliol yang terdapat dalam sampel tersebut.

Dari kromatogram yang dihasilkan dapat dilihat bahwa asam benzoat dan

kalium sorbat yang terkandung di dalam sampel dapat dipisahkan dengan baik.

Jenis KCKT yang digunakan dalam penetapan kadar ini adalah KCKT fase

terbalik, sedangkan sistem elusinya adalah dengan sistem elusi isokratik, karena

komposisi fase geraknya tidak berubah dan sampel yang dianalisis tidak

mempunyai kepolaran yang beragam. KCKT jenis ini digunakan karena sampel

yang dianalisis, yaitu asam benzoat dan kalium sorbat merupakan senyawa

organik yang bersifat polar. Fase gerak yag digunakan bersifat polar karena

senyawa organik yang polar cenderung dapat larut dalam pelarut yang polar dan

sebaliknya, sedangkan fase diamnya merupakan C18 µBondapack , 30 cm x 3.9

mm ID yang bersifat non polar.

Dari kromatogram yang dihasilkan juga dapat dilihat peak dari asam

benzoat memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan dengan peak

kalium sorbat. Hal ini menunjukkan bahwa asam benzoat mengalami interaksi

yang lebih kuat dengan fase geraknya dan interaksi yang lemah dengan fase

diamnya sehingga keluar terlebih dahulu dari kolom. Sedangkan kalium sorbat

merupakan suatu garam yang akan berubah menjadi asam sorbat setelah

dilarutkan dengan fase gerak dan akan mengalami interaksi yang lebih kuat

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


49

dengan fase diamnya dibanding dengan fase geraknya sehingga akan keluar dari

kolom belakangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa asam benzoat lebih bersifat

polar dibandingkan dengan kalium sorbat.

3.6 Kesimpulan

Dari hasil analisis terhadap empat sampel Panadol Syrup dengan

menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Asam benzoat dan kalium sorbat dapat dianalisis dengan metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dan menghasilkan pemisahan

yang baik.

2. Kalium sorbat akan berubah menjadi asam sorbat setelah dilarutkan

dengan fase gerak ( air : asetonitril : buffer asetat pH 6.0 dengan

perbandingan 870 : 70 : 60 ) sehingga waktu retensinya lebih lama

dibandingkan asam benzoat. Jadi asam benzoat lebih bersifat polar

dibandingkan asam sorbat.

3. Dari keempat sampel yang dianalisis kadar asam benzoat dan kalium

sorbat dengan hasil sebagai berikut, bahwa kadar asam benzoat di dalam

sampel Panadol Syrup berkisar antara 2.995 sampai 3.005 mg/mL dan

kadar kalium sorbat berkisar antara 0.995 sampai 1.008 mg/mL. Hasil ini

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, sehingga

produknya dapat dipasarkan.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


50

BAB IV

PENUTUP

4.1 Hasil

Dari penentuan kadar asam benzoat dan kalim sorbat sebagai pengawet dalam

Panadol Syrup dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi didapatkan hasil

sebagai berikut, bahwa kadar asam benzoat di dalam sampel Panadol Syrup berkisar

antara 2.995 sampai 3.005 mg/mL dan kadar kalium sorbat berkisar antara 0.995

sampai 1.008 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar asam benzoat dan

kalium sorbat di dalam sampel Panadol Syrup telah memenuhi spesifikasi yang

telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, yaitu 2.40 sampai 3.30 mg/mL untuk asam

benzoat dan 0.80 sampai 1.10 mg/mL untuk kalium sorbat.

4.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Banyak sekali manfaat yang bisa penulis dapatkan selama berlangsungnya

Paktek Kerja Lapangan, atara lain:

1. Pengenalan alat baru yang tidak terdapat di perkuliahan seperti HPLC dengan

autosampler.

2. Melatih keahlian penulis dalam laboratorium khususnya kimia

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


51

3. Sebagai batu lonacatan sebelum terjun ke dunia kerja

4. Dapat melihat dengan jelas bagaimana suatu industri, khususnya industri

farmasi yang dijalankan.

5. Mendapatkan kawan-kawan baru yang sangat membantu selama proses

praktek kerja lapangan.

4.3 Saran

4.3.1 Saran untuk PT. GlaxoSmithKline Indonesia

Dapat terbina terus semangat kekeluargaan yang telah terbentuk

selama ini. Semoga tidak pernah lelah dalam membimbing kami, mahasiswa

yang sedang PKL di sana.

4.3.2 Saran untuk program D-3 Kimia Terapan Universitas Indonesia

Penulis berharap dengan berakhirnya PKL para mahasiswa D-3 Kimia

Terapan, dapat menghasilkan hubungan kerja yang sangat baik dengan pihak

PT. GlaxoSmithKline Indonesia sehingga terbuka kesempatan bagi

mahasiswa lain yang ingin melakukan PKL di PT. GlaxoSmithKline

Indonesia.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (1995). In Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Desrosier, W. N. (1988). Teknologi Pengawetan Pangan. Depok: Penerjemah

Muchji Muljohardjo, Universitas Indonesia.

Ekawati. (2005). Penetapan Kadar Disolusi Sediaan Tablet Theophylline dengan

Metode Paddle secara Spektrofotometer UV-Vis. Depok: Program D-3 Kimia

Terapan FMIPA UI.

Melyana. (2001). Analisa Pengawet Natrium Benzoat pada Bahan Makanan dan

Minuman. Depok: Program D-3 Kimia Terapan FMIPA UI.

Pratiwi, E. (2007). Penentuan Kadar Metil Paraben dan Propil Paraben sebagai

Bahan Pengawet dalam Panadol(R) Syrup secara Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi. Bogor: Akademi Kimia Analis.

Stevenson, E. L. (1991). diterjemahankan oleh Padmawinata, Dasar Kromatografi

Cair. Bandung: Penerbit ITB.

Suwafita, T. (2002). Analisis Kuantitatif Kadar Asam Benzoat dan Asam Sorbat

dalam Makanan dan Minuman. Depok: Program D-3 Kimia Terapan FMIPA UI.

Zairina, F. (2001). Evaluasi Mutu Sediaan Syrup Parasetamol. Depok: Program

D-3 Kimia Terapan.

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


STRUKTUR ORGANISASI GLAXOSMITHKILNE
Technical Manager

Secretary

EHS Engineerin Logistic EHS EHS


Manager g Manager Manager Manager

QA
Administration
EHS EHS Eng. Officer Logistic Mfg.
Manager Manager Officer Mgmt
Technical
Officer
EHS Supervisor Factor Factor
Services 2 Services 1 Warehouse Manufacturing
Superviso Supervisor Supervisor Supervisor QA Pharmacist
Janitor r

Utilities Mechanics Tablet Coordinator/


Packaging St.Microbiologist
Gardene Superviso • Analist
r Utilities Electrican r • Microbiologis
t
Lampiran. 1
Mfg. • Inspector
Stream Leader

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


Lampiran 2.

HPLC “Breeze”

59

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


Lampiran. 4

Perhitungan kadar asam benzoat dan kalium sorbat

• Kadar Asam Benzoat (AB)

Kadar AB Luas Area Contoh AB


= x Konsentrasi Standar AB
di dalam contoh Luas Area Standar AB

• Kadar Kalium Sorbat (KS)

Kadar KS Luas Area Contoh KS


= x Konsentrasi Standar KS
di dalam contoh Luas Area Standar KS

Keterangan :

Luas area contoh AB dan KS diperoleh dari kromatogram contoh tiap-tiap batch. Luas

area standar AB dan KS beserta konsentrasinya menggunakan luas area dan konsentrasi

standar injeksi 1 sebagai acuan yang diperoleh dari kromatogram standar.

Perhitungan kadar asam benzoat dan kalium sorbat dari empat batch yang dihitung

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut :

1) Kadar Asam Benzoat

Bobot Standar = 150.00 mg Konsentrasi Standar = 3.000 mg/ml

Area Standar Rata-rata SBR ( ≤ 1,5%)

72146
72157 0.0
72169

 Sampel 1

Kadar AB1 = 72061 x 3.000 mg/ml

72157

= 2.996 mg/ml

Kadar AB2 = 72309 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.006 mg/ml

Rata-rata Kadar AB adalah (2.996 + 3.006) mg/ml = 3.001 mg/ml

 Sampel 2

Kadar AB1 = 71874 x 3.000 mg/ml

72157

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


= 2.990 mg/ml

Kadar AB2 = 72132 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.000 mg/ml

Rata-rata Kadar AB adalah (2.990 + 3.000) mg/ml = 2.995 mg/ml

 Sampel 3

Kadar AB1 = 71952 x 3.000 mg/ml

72157

= 2.991 mg/ml

Kadar AB2 = 72206 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.002 mg/ml

Rata-rata Kadar AB adalah (2.991 + 3.002) mg/ml = 2.997 mg/ml

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


2

 Sampel 4

Kadar AB1 = 72159 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.000 mg/ml

Kadar AB2 = 72318 x 3.000 mg/ml

72157

= 3.007 mg/ml

Rata-rata Kadar AB adalah (3.000 + 3.007) mg/ml = 3.004 mg/ml

2) Kadar Kalium Sorbat

Bobot Standar = 50.00 mg Konsentrasi Standar = 1.000 mg/ml

Area Standar Rata-rata SBR ( ≤ 1,5%)

664273
664333 0.0
664394

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


 Sampel 1

Kadar KS1 = 662086 x 1.000 mg/ml

664333

= 0.997 mg/ml

Kadar KS2 = 659584 x 1.000 mg/ml

664333

= 0.993 mg/ml

Rata-rata kadar KS adalah (0.997+0.993) mg/ml = 0.995 mg/ml

 Sampel 2

Kadar KS1 = 669431 x 1.000 mg/ml

664333

= 1.008 mg/ml

Kadar KS2 = 669296 x 1.000 mg/ml

664333

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


= 1.008 mg/ml

Rata-rata kadar KS adalah (1.008+1.008) mg/ml = 1.008 mg/ml

 Sampel 3

Kadar KS1 = 664528 x 1.000 mg/ml

664333

= 1.000 mg/ml

Kadar KS2 = 661833 x 1.000 mg/ml

664333

= 0.996 mg/ml

Rata-rata kadar KS adalah (1.000+0.996) mg/ml = 0.998 mg/ml

 Sampel 4

Kadar KS1 = 663671 x 1.000 mg/ml

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.


664333

= 0.999 mg/ml

Kadar KS2 = 664731 x 1.000 mg/ml

664333

= 1.001 mg/ml

Rata-rata kadar KS adalah (0.999+1.001) mg/ml = 1.000 mg/ml

Penentuan kadar..., Indri Kusumawati, FMIPA UI, 2009.

Anda mungkin juga menyukai