Disusun oleh :
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN INSTANSI
Dengan judul:
Oleh :
Mengetahui:
Mengesahkan,
Manager Operasi
Warhamna
NID. 8006111JA
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan hasil kerja praktek di PT. Pembangkit Jawa-Bali UBJ O&M PLTU Rembang
pada tanggal 23 September 2019 hingga dengan 15 Novenber 2019 telah disetujui dan
disahkan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk Mata Kuliah Praktek Kerja
Lapangan Program Studi Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Menyetujui:
Mengetahui,
NIP. 19650429199103100
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan praktik kerja lapangan sebagai salah satu
mata kuliah wajib di program studi Kimia S1 Universitas Negeri Semarang.
Laporan ini disusun berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan di
Pembangkitan Jawa-Bali UBJ O&M PLTU Rembang pada 23 September s/d 15
November 2019.
1. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan penuh, do’a dan
semangat penulis melaksanakan praktik kerja lapangan di PT Pembangkitan
Jawa Bali Unit Bisnis Jasa Operasi & Maintenance (PT PJB UBJ O&M )
PLTU Rembang.
2. Bapak Dr. Sugianto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Bapak Dr. Sigit Priatmoko, M. Si., selaku Ketua Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Semarang.
4. Bapak Cepi Kurniawan, S.Si, M.Si., selaku Ketua Program Studi Kimia S1
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
6. Bapak Warhamna selaku manager operasi PT. PJB UBJ O&M PLTU
Rembang.
7. Bapak Agustinus selaku Spv. Senior Kimia dan Laboratorium PT. PJB UBJ
O&M PLTU Rembang.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat ditulis lagi satu persatu, tetapi banyak
memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis, semoga amal
kebaikannya mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis berharap semoga laporan praktek kerja lapangan ini bermanfaat bagi
semua pihak. penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penulis
kedepannya.
Penulis
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 5
2.4 Lokasi dan Layout PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang ....................... 14
2.7. Sistem Pengolahan Air-Uap di PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang ... 33
BAB IV ................................................................................................................. 54
4.2 Pengaruh Koagulan dari Fly ash Terhadap pH, TSS dan Warna Air Limbah
di WWTP ................................................................................................ 55
BAB V................................................................................................................... 65
PENUTUP ............................................................................................................. 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 68
Tabel 2.1 Injeksi Bahan Kimia di Waste Water Treatment Plant ......................... 41
Tabel 4.2 Data Hasil Jar Test Air Limbah di WWTP Menggunakan Koagulan Fly
ash ......................................................................................................... 55
Gambar 2.3.5 Struktur Organisasi PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang ........... 13
Gambar 2.3.1 Struktur Organisasi PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang ........... 13
Gambar 2.6.2 Alur Produksi Listrik pada PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang .. 26
PENDAHULUAN
Secara umum, sebagian fly ash batubara dibuang kedalam Landfills, yang
dapat berbahaya pada penggunaan dan pemeliharaan tanah. Fly ash yang tidak
diolah merupakan masalah yang serius bagi lingkungan karena akan menyebabkan
polusi udara, air, tanah, dan pemandangan yang yang terhalang karena debu yang
berterbangan. Akibatnya terjadi peningkatan pemanfaatan fly ash dalam beberapa
tahun terakhir. Salah satunya diantaranya, fly ash didaur ulang menjadi bahan
konstruksi sipil, tetapi secara keseluruhan daur ulang fly ash batubara hanya sekitar
15% di dunia.
Manfaat dari penelitian ini yaitu mendayagunakan fly ash yang merupakan
limbah yang terbuang menjadi bahan yang memiliki nilai ekonomis. Sehingga
dengan adanya penelitian ini kita akan mengetahui seberapa baik koagulan ini
menurunkan nilai Turbidity dan diharapkan dapat mengurangi dampak negatif
yang dihasilkan oleh industri yang menggunakan batubara sebagai sumber
energinya, maka dari itu dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan Limbah Abu
Terbang Batubara (Fly ash) di PLTU Rembang sebagai Bahan Koagulan”.
Proses pembakaran batubara menghasilkan abu layang (fly ash) sekitar 80%
dan sisanya adalah bottom ash sekitar 20%. Menurut peraturan pemerintah
PP101/2014 limbah abu layang (fly ash) maupun bottom ash dapat dikategorikan
sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang perlu dilakukan
penanganan limbah sebelum dibuang ke lingkungan (Retnosari, 2013). Dengan
memperhatikan masalah tersebut, maka perlu dilakukan pencarian teknologi tepat
guna tentang pemanfaatan abu layang batubara coal fy ash) untuk tujuan-tujuan
produktif.
Komponen kimia utama yang terkandung di dalam abu layang adalah Silika
(SiO2), Aluminaoksida (Al2O3), dan besi Oksida (Fe2O3) sisanya adalah Carbon,
Calsium, Magnesium, Sulfur/belerang (S) dan logam lainnya. Selama ini, abu
a. Bagaimana pengaruh koagulan sintesis dari fly ash terhadap limbah di Waste
Water Treatmen Plant (WWTP) ?
b. Bagaimana mekanisme reaksi pada uji jar test ?
c. Apa faktor yang mempengaruhi proses koagulasi ?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengaruh koagulan sintesis fly ash terhdap limbah di Waste Water
Treatment Plant (WWTP)
b. Mengetahui mekanisme reaksi pada uji jar test
c. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi proses koagulasi
DASAR TEORI
Sedangkan di Luar Jawa hanya ada satu UBJOM, yaitu UBJOM Luar Jawa
yang bertugas mengkoordinir pelaksanaan Operation and Maintenance pembangkit
di Luar Jawa. Pelaksanaan di lapangan di percayakan kepada PT PJB Services,
adalah anak perusahaan PT PJB yang bergerak di bidang operation and maintenance
pembangkit.
PT PJB mengelola operation and maintenance PLTU Luar Jawa yang
meliputi:
PT. PJB juga memiliki anak perusahaan pada bidang pembangkitan, yaitu:
a. PT PJB Services
Didirikan tahun 2001 dengan usaha inti pada bidang operasi dan
pemeliharaan pembangkit listrik, serta layanan lain yang terkait dengan
pembangkit listrik. Kegiatan bisnis meliputi supervisi pemeliharaan,
komisioning dan operasi, operasi dan perawatan total, inspeksi dan
overhaul, pemecahan masalah, inspeksi bore-scope, analisa vibrasi,
balancing dan alignment, rekalibrasi alat-alat listrik, dan instrument
kontrol, pembelian dan pembaharuan suku cadang, rehabilitasi
pembangkit, relokasi dan instalasi lengkap, serta teknik, pengadaan dan
konstruksi.
b. PT Rekadaya Elektrika
Visi dari PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang adalah “ Menjadi
perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan
standar kelas dunia”.
PT PJB UBJ O&M PLTU Rembang adalah sebuah Unit Bisnis Jasa
Operasi dan Pemeliharaan milik PT PLN (Persero) yang dikelola oleh PT
Pembangkit Jawa-Bali. Sebuah Perusahaan pembangkitan tenaga listrik
yang berkantor pusat di Desa Trahan dan Leran, Kecamatan Sluke sekitar
22 Km sebelah timur kota Rembang, Kabupaten Rembang.
Operasi unit 1 dilaksanakan pada akhir tahun 2010 dan untuk unit 2
mulai beroperasi awal tahun 2011.
1. Komitmen Perusahaan
2. Target Perusahaan
a. Zero Accident
1. Safety Induction
Semua orang (pekerja) yg akan dipekerjakan di lapangan harus
mendapatkan Pelatihan Perkenalan.
2. Sistem Manajemen Pengamanan (SMP)
a. Tamu yg masuk dan keluar lokasi PLTU Rembang harus tercatat.
b. Tamu hanya boleh masuk lokasi PLTU Rembang selama jam kerja.
c. Semua Tamu dan Pekerja harus memakai Tanda pengenal (ID
Card) sebelum memasuki lokasi PLTU Rembang.
d. Kendaraan karyawan atau pekerja harus dilengkapi dengan stiker
Pass Area.
e. Pemeriksaan apakah barang yg dibawa dan dikeluarkan sesuai dg
surat jalan yg dibawa.
f. Pencatatan masuk dan keluar kendaraan tersebut dan diyakinkan
kondisi kendaraan tidak akan menyebabkan adanya tumpahan.
g. Dalam kegiatan bongkar muat pastikan mesin kendaraan dalam
keadaan mati, dan pastikan kegiatan loading unloading tidak
menimbulkan potensi bahaya baru di tempat kerja (penempatan
material tidak menghalangi akses jalan).
PLTU Rembang terletak di Desa Leran dan Desa Trahan, Kec.Sluke, Kab.
Rembang pada koordinat 110°-111°30’ BT dan 6°30’-7° LS. Lokasi PT PJB UBJ
O&M PLTU berjarak sekitar 137 km dari Semarang ke arah timur dan menghadap
ke utara Laut Jawa serta berjarak sekitar 600 meter dari jalan utama pantai utara
Jawa Tengah bagian timur.
1. Gedung Administrasi
Masjid di UBJ O&M Rembang ada satu, berada di sebelah utara gedung
administrasi. Masjid ini berfungsi dengan baik ditandai dengan adanya sholat
berjamaah minimal di waktu dzuhur, ashar dan maghrib. Hari jum’at pun
diadakan sholat jum’at di masjid ini.
7. Perpustakaan
Perpustakaan di UBJOM Rembang ada satu buah,tempatnya di dalam
gedung adminitrasi UBJOM Rembang lantai dua. Perpustakaan tersebut
mempunyai berbagai buku sumber referensi.
Gambar 2.6.1 Alur Produksi Listrik pada PT PJB UBJ O&M PLTU
Rembang
Agar proses terus berjalan, pasokan batu bara harus selalu tersedia,
sedangkan batubara tersebut didatangkan dari Kalimantan melalui jalur laut.
Sehingga dibutuhkan sistem yang dapat menampung batubara agar
pasokannya tetap tersedia untuk pembangkitan. Didalam siklus batubara
terdapat dua proses yang masing – masing memiliki opsi lajur yang dilalui,
yaitu :
Setiap batu bara yang ada di PLTU Rembang dipasok oleh supplyer
melalui jalur laut menggunakan tongkang. Proses pembongkaran tongkang
dilakukan di Jetty menggunakan Ship Unloader. Ship Unloader yang ada di
PLTU Rembang dilengkapi 4 drum wire – rope trolley. Prinsip kerjanya
yaitu mengangkut batu bara dari kapal tongkang atau kapal pengangkut batu
bara menggunakan grab kemudian di unload material batu bara ke Hopper
Ship Unloader yang kemudian di umpankan ke belt conveyor. Belt conveyor
Siklus air pengisi merupakan siklus air pengisi Steam Drum yang
berasal dari sirkulasi tertutup air dan uap. Siklus bermula dari condensate
pump yang mengalirkan air Condensate menuju Dearator dengan melewati
beberapa komponen lain. Diantaranya adalah Condensate Polishing yang
berisi resin anion dan kation dengan desain tekanan 3.5 Mpa dengan
temperatur 60oC untuk menangkap kotoran yang terkandung didalam air
kondensat yang berasal dari korosi jalur air dan kebocoran kondensor.
Selanjutnya melaui Gland Steam Condenser dengan luasan 110 m3
digunakan untuk melapisi atau menghalangi uap yang keluar dari celah –
celah sudut Turbin dengan cara menyemprotkan uap bertekanan 0.0915 MPa
yang berasal dari steam header kemudian dikondensasikan kondensor dan
digunakan untuk memanaskan air kondensat bertekanan 4.3 MPa sebelum
masuk ke Deaerator. Selanjutnya air kondensat akan memasuki pemanasan
awal didalam Low Preasure Heater (LPH) yang berbentuk shell and tube
dengan memanfaatkan panas dari bypass uap low pressure turbine. PLTU
Rembang memiliki 4 LPH setiap unitnya, yaitu LPH#8 dengan heating
surface 950 mm, LPH#7 dengan heating surface 650 mm, LPH#6, dan
LPH#5 dengan heating surface 600 mm. Selanjutnya air kondensat masuk
kedalam deaerator untuk menghilangkan Oksigen (O2) didalamnya dengan
cara menyemprotkan uap dari intermediate pressure turbine. Deaerator
PLTU Rembang memiliki volume 160 m3 dengan kapasitas output 1080 t/h
pressure 1 MPa dengan temperatur 350oC. Selanjutnya air pengisi tersebut
masuk Boiler Feed Pump (BFP) untuk dipompakan kedalam boiler. BFP
PLTU Rembang memiliki 3 buah setiap unitnya.2 berjenis BFPT yang di
gerakkan oleh uap boiler dan 1 MBFP yang di gerakkan oleh motor. Semua
memiliki kapasitas 410 m3/h kecepatan 1480 r/min. Sebelum masuk boiler
air mengalami pemanasan awal lanjut di dalam High Preassure Heater(HPH)
dengan memanfaatkan bypass uap panas dari high preassure turbine. HPH
PLTU rembang berjenis shell and tube berjumlah 3 buah dengan HPH#3
2.7. Sistem Pengolahan Air-Uap di PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang
Hasil dari pengolahan air ini adalah air distillate dengan conductivity
≤10µS/cm dan temperature distillate ±36º. Karena MED ini beroperasi pada
suhu rendah (dibandingkan sistem MSF) maka salah satu kelebihan MED
adalah tidak akan terjadi kerak CuSO₄karena kerak ini hanya terjadi pada
suhu ≥112º yang terjadi hanyalah kerak lunak dari CaCO₃yang mudah
dibersihkan.
Fly ash (FA) adalah limbah padat sisa hasil pembakaran batubara
dari pembangkit listrik batubara. Diperkirakan bahwa produksi fly ash
pertahun adalah lebih dari 500 juta ton di seluruh dunia. Fly ash batu bara
merupakan limbah buangan yang biasanya dilepaskan begitu saja di udara
tanpa adanya pengendalian khusus untuk melepaskan fly ash ke udara. Fly
ash batu bara merupakan salah satu jenis limbah B3, sehingga sangat
berbahaya jika mencemari udara sekitar. Fly ash umumnya disimpan
sementara pada pembangkit listrik tenaga batubara, dan akhirnya dibuang di
landfill (tempat pembuangan). Penumpukan fly ash batu bara ini
menimbulkan masalah bagi lingkungan, yaitu mencemari lingkungan udara
maupun lingkungan tanah (Jumaeri, dkk, 2007). Fly ash mempunyai titik
lebur sekitar 1300o C dan berdasarkan uji komposisi kimia fly ash
mengandung CAS (CO-Al2O3-SiO2) dalam jumlah besar yang merupakan
pembentuk utama network glass . Fly ash mempunyai kerapatan massa
(densitas), antara 2,0 – 2,5 g/cm3 (Bienias, 2003).
Sifat kimia dari fly ash batu bara dipengaruhi oleh jenis batu bara
yang dibakar dan teknik penyimpanan serta penanganannya. Pembakaran
batu bara lignite dan sub bituminous menghasilkan fly ash dengan kalsium
dan magnesium oksida lebih banyak daripada bituminous. Namun memiliki
kandungan Silika, Alumina, dan karbon yang lebih sedikit daripada
bitominous.
2.8.3. Aluminium
Menurut Fan dkk. (2005) dan Li, Wu, Liu, dan Zhai (2011)
merumuskan reaksi aktivasi abu layang untuk mengubah besi(III) oksida
dan alumina menjadi Fe3+ dan Al3+ dalam bentuk besi(III) sulfat dan
aluminium sulfat dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4). Pada proses
leaching asam, reaksi berikut akan terjadi.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak
lebih besar) pada umumnya menguntungkan kecepatan ekstraksi
(Lucas, 1949).
Sesuai dengan sifat dan bahan, maka air limbah dapat diketahui
parameter-parameter dalam pengolahan air limbah, antara lain (Prayogo,
2006):
(1) Suhu
Suhu air limbah sangat berpengaruh terhadap adanya Oksigen
yang terlarut di dalam air limbah. Suhu yang tinggi dalam air limbah
dapat menurunkan Oksigen terlarut. Suhu optimum untuk aktifitas
mikroorganisme adalah 25oC 35oC (Metcalf dan Eddy, 1991).
(2) pH (derajat keasaman)
pH adalah kandungan atau konsentrasi ion Hidrogen dalam air.
Konsentrasi ion Hidrogen ini sangat berpengaruh terhadap reaksi
kimia juga pada proses 34 biologis. pH yang baik untuk air limbah
antara 6,5-8,5. Proses biologis air limbah akan sangat sulit jika pH air
limbah tidak netral, sedangkan pH air limbah di rumah sakit bervariasi
tergantung dari sumber air limbah yang ada di rumah sakit.
(3) TSS (Total Suspended Solid)
Menurut Salvato (1972), total suspended solid merupakan sisa
padatan yang tertinggal pada penyaringan atau dengan kata lain berat
zat padat tersuspensi atau tak terlarut dalam volume tertentu dari
limbah cair, masing-masing berupa bahan organik dan mineral.
METODE PENELITIAN
1. Fly ash (abu layang) sebagai indikator utama penelitan. Fly ash yang
digunakan dalam penelitian ini adalah fly ash yang berasal dari PLTU
Rembang, Jawa Tengah.
2. Air limbah dari WWTP PLTU Rembang
(1) Asam Sulfat 97% p.a., digunakan peneliti sebagai pelarut dalam
ekstraksi padat-cair
(2) Larutan NaOH, digunakan peneliti untuk pengondisian air limbah
(3) PolyAluminium Chloride 10%, digunakan peneliti sebagai pembanding
terhadap koagulan dari flu ash
(4) Demin water, digunakan peneliti untuk mengencerkan asam sulfat.
Start
Fly Ash
Pemanasan dan
Pengadukan (95°C, Terjadi pengendapan
250 rpm, 5 jam) flok
Filtrat
(Koagulan) Finish
3.4.2. Preparasi
Tahap preparasi dimulai dengan pengovenan fly ash pada suhu 45̊C,
selama 24 jam. Selanjutnya diayak dengan ayakan 200 mesh untuk dan
sebagai variasi digunakan juga yang tidak melalui proses pengayakan.
Kemudian dikalsinasi menggunakan ash furnace pada suhu 820 ̊C, selama 2
jam.
Pada proses ini digunakan 10 gram fly ash yang telah dikalsinasi
dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu dilarutkan dalam 100 mL Asam
Sulfat 4%. Selanjutnya proses pemanasan pada suhu 95 ̊C dengan hot plate
dan pengadukan dengan magnetic stirrer pada kecepatan 250 rpm, selama 5
jam. Untuk memisahkan antara larutan dan endapan digunakan kertas saring
Whatman 42, akan diperoleh filtrat yang akan digunakan untuk uji jar test.
Produk hasil pemanfaatan fly ash batubara pada penelitian ini diperoleh
memiliki bentuk cair, berwarna kuning bening, dan bersifat asam apabila bereaksi
dengan air. Produk ini yang akan dimanfaatkan sebagai koagulan untuk proses
koagulasi air limbah di WWTP (Waste Water Treatment Plant) PLTU Rembang.
Fly ash batubara yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PLTU Rembang.
Kandungan Al2O3 dan Fe2O3 dalam fly ash yang cukup besar
memungkinkan fly ash digunakan sebagai koagulan. Kedua senyawa tersebut yang
akan dimanfaatkan untuk diaktifkan menggunakan asam sulfat menjadi koagulan.
Menurut Fan, et al (2005), proses aktivasi yang dilakukan mampu mengubah
Aluminium Oksida dan besi oksida dalam fly ash batubara menjadi bentuk Al3+ dan
Fe3+ yang lebih bebas berikatan dengan partikel tidak larut dalam limbah.
Pada tahap preparasi, fly ash yang digunakan di oven terlebih dahulu pada
temperature 45°C selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kandugan
air dalam fly ash. Selanjutnya diayak menggunakan ayakan 200 mesh untuk
mendapatkan partikel yang lebih kecil dan homogen. Ukuran partikel yang lebih
kecil dapat memperbesar luas permukaan fly ash, sehingga semakin banyak fly ash
yang dapat bereaksi dengan pelarut asam sulfat (H2SO4). Untuk mengetahui
efektivitas dari fly ash yang tidak diayak, maka dilakukan juga ekstraksi padat-cair
ini pada fly ash yang tidak diayak. Setelah itu, fly ash dikalsinasi menggunakan ash
furnace dengan temperature 820°C selama 2 jam yang bertujuan untuk
menghilangkan pengotor organic yang terdapat pada fly ash batubara.
Menurut Fan dkk. (2005) dan Li, Wu, Liu, dan Zhai (2011) merumuskan
reaksi aktivasi abu layang untuk mengubah besi(III) oksida dan alumina menjadi
Fe3+ dan Al3+ dalam bentuk besi(III) sulfat dan aluminium sulfat dengan
menggunakan asam sulfat (H2SO4). Pada proses leaching asam, reaksi berikut akan
terjadi :
4.2 Pengaruh Koagulan dari Fly ash Terhadap pH, TSS dan Warna Air Limbah
di WWTP
Tabel 4.1 Data Hasil Jar Test Air Limbah di WWTP Menggunakan Koagulan
Fly ash
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai pH pada sampel yaitu 9. Baku mutu
pH yang aman pada rentang 6.5 s.d 8.5. Oleh karena itu, pH akhir dari proses
koagulasi ini diharapkan mendekati pH netral. Nilai TSS (Total Suspended Solid)
pH 9 7 7 8
TSS (ppm) 36 1 1 2
Pada proses koagulasi ini, digunakan koagulan dari fly ash yang
diayak, tidak diayak dan PAC 10% sebagai pembanding. Sebelum
melakukan uji jar test, dilakukan pengondisian terhadap pH air limbah yaitu
dengan menambahkan NaOH agar nilai pH menjadi 10-11. Hal ini
dikarenakan pada poses koagulasi akan optimum pada pH 10-11 untuk
koagulan asam. Hal ini terjadi karena dalam suasana basa, Al3+ di dalam air
terhidrolisis membentuk ion kompleks bermuatan positif, ion ini memiliki
kemampuan untuk menyerap permukaan partikel-partikel tersuspensi yang
bermuatan negatif. (Rusydi et al, 2016).
Reaksi:
Al3+ + 3OH- → Al(OH)3 mengendap
6Al3+ + 15OH- → Al6(OH)153+ larut
7Al3+ + 17OH- → Al7(OH)174+ larut
8Al3+ + 20OH- → Al8(OH)204+ larut
Kemudian pada penambahan koagulan, pH sampel turun menjadi 7
untuk koagulan fly ash yang diayak maupun tidak diayak sedangkan pada
PAC pH menjadi 8. Hal ini terjadi karena ion H+ yang terbentuk dari reaksi
berikut dapat menurunkan nilai pH air limbah
Al3+(aq) + H2O → Al(OH)2+ + H+
pH akhir yang diperoleh telah memenuhi baku pH yang telah
ditetapkan. Sehingga air limbah aman untuk dibuang ke laut dari segi nilai
pH.
Koloid memiliki ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik antara partikel
lebih kecil daripada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil
ini, penggumpalan partikel tidak terjadi. Melalui proses koagulasi terjadi
destabilisasi sehingga partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar. Koagulan
dari fly ash ini memiliki muatan yang berlawanan dengan sistem koloid yaitu
muatannya positif terhadap sistem koloid pada air limbah yang mempunyai muatan
negatif. Dengan penambahan koagulan ini maka ion-ion yang mengelilingi
permukaan tersebut akan menarik ion-ion yang berlawanan muatannya dari dalam
larutan sehingga sebagian partikel akan terimbangi dan terbentuk ion-ion polimer
yang dapat terserap oleh partikel-partikel, yang berarti bahwa koloid akan
terselubungi oleh koagulan. Muatan partikel koloid dan hasil hidrolisa akan saling
menetralkan sehingga muatan dari partikel-partikel koloid akan terjaring ke dalam
gumpalan membentuk molekul yang lebih besar. Dengan adanya ion Al3+ di dalam
larutan, maka akan bereaksi dengan ion OH- yang berasal dari ionisasi air atau
alkalinitas air sehingga sehingga akan mengendap membentuk flok aluminium
hidroksida dan juga akibat adanya gaya gravitasi.
Mekanisme proses destabilisasi ini terdiri dari beberapa langkah antara lain :
PENUTUP
5.1 Simpulan
1. Fly ash dapat digunakan sebagai koagulan karena memiliki kemampuan untuk
menjadikan partikel koloid tidak stabil sehingga partikel siap membentuk flok
(gabungan partikel-partikel kecil), yang dibuktikan dengan turunnya nilai
turbidity air sampel dalam uji jar test.
2. Koagulan sintesis fly ash berpengaruh terhadap limbah di WWTP yaitu
ditunjukkan dengan turunnya nilai pH dan TSS pada air limbah
3. Komposisi yang tepat dari koagulan fly ash dapat menjernihkan air yaitu
diinjeksikan sebanyak 0,5 mL koagulan fly ash dengan konsentrasi 4%,
komposisi didapatkan dari uji jar test yang dilakukan pada laboratorium.
4. Mekanisme reaksi uji jar test yaitu muatan ion negatif dari koloid pada air
limbah berikatan dengan ion positif dari koagulan sintesis fly ash yang
membentuk flok.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasi adalah pH, kecepatan
pengadukan, jenis koagulan, temperatur, dan karakteristik limbah.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan peninjauan terkait penggunaan dalam skala besar, baik aspek
lingkungan maupun biayanya.
2. Dibutuhkan alat Jar Test untuk mempermudah pengujian sampel.
3. Perlu dilakukan analisis presentase kandungan Al3+ dan Fe3+ dalam fly ash
maupun koagulan sintesis dari fly ash.
Acosta, Dafi. 2009. Pemanfaatan Fly Ash (Abu Terbang) Dari Pembakaran
Batubara Pada PLTU Suralaya Sebagai Bahan Baku Pembuatan Refraktori
Cor (http://dafi017.blogspot.com/2009/03/pemanfaatan-fly-ash-abu-
terbang- dari.html, diakses tanggal 13 November 2019).
Aida, E. k., Lisha, S. R., dan Pury Y. 2018. PEMANFAATAN LIMBAH ABU
TERBANG BATUBARA (FLY ASH) DI PLTU OMBILIN SEBAGAI
BAHAN KOAGULAN. Jurnal PTK Vol. 1, No. 3
Fan, M., Brown, R. C., Wheelock, T. D., & Cooper, A. T. 2005. Production Of A
Complex Coagulant from Fly Ash, Chemical Engineering Journal, Vol.
106, Page : 269–277
Hammer, M.J. 2007. Water and Wastewater Technology (Prentice-Hall Int. Inc.,
New Jersey.
Jumaeri, dkk, 2007. Preparasi dan Karakterisasi Zeolit dari Abu Layang Batubara
secara Alkali Hidrotermal. FMIPA UGM : Yogyakarta.
Li L.S., Wu Y.S., Liu Y.Y ., Zhai Y.C. 2011. Extraction of Alumina from Coal Fly
Ash with Sulfuric Acid Leaching Method, The Chinese Journal of Process
Engineering, Vol. 11 (2), Page : 254-258.
Notodarmojo, Suprihanto & Deniva, Anne. (2004). Penurunan Zat Organik dan
Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi denganS istem
Aliran Dead-End(Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang PROC. ITB
Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 63-82.
PT. PJB UBJ O&M PLTU Rembang. 2015. Training Material Of Operation
Maintenance. NW Power Rembang
PT. PJB Unit Bisnis Jasa O&M PLTU Rembang. 2015. Materi In Class Training.
Rembang Jawa Tengah
Retnosari, Agustin. 2013. Ekstraksi Dan Penentuan Kadar Silika (SiO2) Hasil
Ekstraksi Dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara. Malang: Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Yan. S., Chen. X., Wu. J., dan Wang. P. 2012. Ethanol production from
concentrated food waste hydrolysates with yeast cells immobilized on corn
stalk. Appl Microbiol Biotechnol 94 (3):829-38