Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI PG WONOLANGAN
PROBOLINGGO

DISUSUN OLEH :
NAIA NAFISAH ARYA NUGRAHA NIS: 16333/1088.038
NUR HIDAYATI NIS: 16335/1090.038
AMELIA PUTRI ANGGRAENI NIS: 16301/1056.038
DINI WULANSARI NIS: 16310/1065.038
FARIHANUN KUSNIA NIS: 16315/1070.038
WARDATUL JANNAH NIS: 16356/1111.038

KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI I

PASURUAN
2022/2023
Disetujui pada tanggal :

Mengetahui :

PT Perkebunan Nusantara XI Pembimbing Industri Instansi


PG Wonolangan

Moch. Soleh Kusuma, SP Meinar Fithria R., SP., MBA., MP


General Manager Kasi Quality Assurance
PERSETUJUAN OLEH SEKOLAH

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI PG WONOLANGAN

KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

Disetujui pada tanggal :

Ketua Kompetensi Keahlian Pembimbing Sekolah Kimia


Analisis,

Kartika Wahyu Hadiningsih, S. Pd Ridwan Prihatmanto, S. Si, M. Pd


NIP. 19790413 200801 2 021 NIP. 19830426 200904 1 001

Mengetahui :
Kepala SMK Negeri 1 Pasuruan

Drs.Akh.Sigit Suyani,S.ST., M.T.


NIP. 19651216 199403 1 002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
hidayah dan taufik-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PKL (Praktik Kerja
Lapangan) ini dengan baik dan tepat waktu.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi siswa kelas XIII Kimia Analisis di SMK 1 Pasuruan.
Praktik kerja ini merupakan salah satu rangkaian pembelajaran bagi siswa SMKN 1 Pasuruan
Kompetensi Keahlian Kimia Analisis. Dengan adanya program Praktik Kerja Lapangan
diharapkan siswa dapat mengetahui bagaimana proses suatu bahan yang diterapkan di
industri.

Dari hasil yang telah dilakukan kami selama mengikuti kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Probolinggo selama 6 bulan yang
dimulai dari 01 Juli 2022 sampai 31 Desember 2022, kami mendapat banyak ilmu dan
pengalaman yang sangat berharga didalam dunia industri.

Terselesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
telah membantu dan memberikan waktu, tenaga beserta saran. Dengan segala kerendahan
hati, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Akh. Sigit Suyani, S. ST, MT. Selaku kepala sekolah SMKN1 Pasuruan.
2. Bapak Drs. Suprapto, M. Pd selaku Waka Hubungan Masyarakat
3. Ibu Kartika Wahyu H, S. Pd selaku Ka Komli KA
4. Bapak Ridwan Prihatmanto, S. Si M. Pd selaku pembimbing dari sekolah
5. Ibu Meinar Fithria Rahayu, SP., MBA., MP selaku pembimbing dari Instansi PG
Wonolongan
6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungannya baik doa, moral,
maupun material kepada penulis
7. Terimakasih kepada teman teman atas kerja samanya
Laporan ini kami tulis bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan luar kami
atas pembuatan tugas laporan ini. Kami berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Dengan adanya pembuatan laporan ini kami juga menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata
kesempurnaan, oleh karena itu kami mohon maaf apabila terjadi kesalahan atas penulisan dan
peletakan kata yang tidak memadai serta kekurangan yang ada pada laporan ini.

Pasuruan, 2022
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................

Halaman Persetujuan Oleh Industri/Instansi .....................................................

Halaman Persetujuan Oleh Sekolah ...................................................................

Kata Pengantar ....................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................................


1.2 Tujuan Pelaksanaan ..............................................................................
1.2.1 Bagi Sekolah
1.2.2 Bagi Siswa
1.3 Manfaat PKL
1.3.1 Bagi Sekolah
1.3.2 Bagi Siswa

BAB II PROFIL INDUSTRI/INSTANSI ............................................................

2.1 Sejarah Perusahaan


2.2 Visi Misi dan Struktur Organisasi Perusahaan
2.3 Gambaran Umum
2.4 Kondisi PG Wonolongan
2.5 Komponen Utama
2.6 Bentuk Perusahaan
2.7 Bisnis PG Wonolongan

BAB III URAIAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL ............................

3.1 Teori Dasar


3.1.1 Emplasemen
3.1.2 Selektor
3.2 Flowsheet proses pengolahan gula PG Wonolongan
3.2.1 Pengolahan Awal
3.2.2 Stasiun Gilingan
3.2.3 Stasiun Pemurnian
3.2.4 Stasiun Penguapan
3.2.5 Stasiun Masakan/Kristalisasi
3.2.6 Stasiun Puteran dan Penyelesaian
3.3 Analisa di PG Wonolongan
3.3.1 Analisa Ampas
3.3.2 Analisa Blotong
3.3.3 Analisa Nira Perahan Pertama
3.3.4 Analisa Nira 2, 3, dan 4
3.3.5 Analisa Nira Mentah
3.3.6 Analisa Nira Kental
3.3.7 Analisa Nira Kental Tersulfitir
3.3.8 Analisa Stroop dan Klare
3.3.9 Analisa Masakan
3.3.10 Analisa Gula Reduksi
3.3.11 Analisa Kadar Phospat
3.3.12 Analisa Kadar Kapur
3.3.13 Analisa Turbidity/Kekeruhan
3.3.14 Analisa Kadar Saccarosa

BAB IV PENUTUP .............................................................................................

A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................

Lampiran..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik kerja industri (prakerin) adalah sarana penyelenggaraan pendidikan yang
memadukan antara materi di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh
dari kegiatan langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian
profesional tertentu. Apabila tidak diadakan kegiatan prakerin, siswa tidak memiliki banyak
pengalaman di dunia kerja dan seberapa jauh ilmu yang sudah diperoleh, siswa tidak akan
tahu apa-apa saja yang ada di dunia kerja seperti bagaimana cara mempraktikan materi yang
sudah di peroleh di sekolah dan cara mengoperasikan alat yang ada pada indutri
Prakerin merupakan pengalaman kerja bagi siswa siswi sekolah kejuruan sebagai
bagian dari proses pendidikan sehingga harus diadakan prakerin, Siswa akan menjadi tahu
bagaimana kehidupan kerja industri serta dapat melatih siswa mandiri. Prakerin juga dapat
dikatakan sebagai tempat para siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk mempraktikan
hasil teori yang diperoleh dari sekolah di dalam dunia kerja.
Pemilihan PKL di PG Wonolangan karena PG Wonolangan merupakan salah satu
pabrik gula di wilayah Jawa Timur yang mempunyai misi untuk dapat berkontribusi dalam
mencapai swasembada gula nasional dan merupakan salah satu pabrik yang bekerja secara
efesien dengan SDM yang lebih kecil dari pada PG lain di wilayah Problinggo, serta PG
Wonolangan juga memilki laboratorium yang cukup memadai untuk pembelajaran. Maka dari
PG Wonolangan sangat cocok dijadikan sebagai tempat praktik kerja industri

1.2 Tujuan Pelaksanaan


1.2.1 Bagi Sekolah :
1. Menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap
profesionalisme;
2. Memberikan kemampuan kepada siswa untuk memilih karir, berkompetensi dan
mengembangkan diri
3. Menyiapkan siswa sebagai tenaga kerja tingkat menengah untuk kebutuhan dunia
kerja pada saat ini dan masa yang akan datang;
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara ya produktif, adaptif dan kreatif,
inovatif serta mampu mandiri dan peduli lingkungan.
1.2.2 Bagi Siswa :
1. Sebagai prasyarat kenaikan kelas atau kelulusan
2. Sebagai sarana untuk memperoleh wawasan tentang dunia kerja yang relevan
dengan kompetensi keahliannya
3. Sebagai sarana untuk memperoleh kesempatan meningkatkan, memperluas dan
memantapkan kemampuan sesuai dengan kompetensi keahliannya
4. Sebagai sarana untuk memperoleh dorongan dan semangat (motivasi) berwirausaha
sesuai dengan keahliannya
5. Sebagai sarana untuk memperoleh kesempatan untuk mempromosikan dirinya
kepada dunia kerja.
1.3 Manfaat PKL
Manfaat Prakerin di PT PERKEBUNAN NUSANTARA XI PG Wonolangan dapat dirinci
sebagai berikut:
1.3.1 Bagi Sekolah :
a. Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia kerja
(DU/DI/Instansi);
b. Memperoleh umpan balik dan alih teknologi dari dunia kerja (DU/DI/Instansi);
c. Memperoleh pengakuan dari dunia kerja terhadap kompetensi yang dimiliki siswa.
1.3.2 Bagi Perusahaan :
a. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam
meningkatkan kemampuan dan kejujuran;
b. Memperoleh tenaga kerja yang relevan dengan kebutuhannya;
c. Mengembangkan produktivitas usahanya dengan memanfaatkan kemampuan
siswa. 1.3.3 Bagi Siswa :
a. Memperoleh pengalaman nyata di dunia kerja (DU/DI/Instansi)
b. Memperoleh koneksi dengan dunia kerja (DU/DI/Instansi)
c. Memperoleh tambahan kompetensi dari dunia kerja tempat melaksanakan PKL.
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1 Profil Instansi :
PT. Perkebunan Nusantara XI atau PTPN XI merupakan salah satu anak perusahaan holding
badan usaha milik negara (BUMN) dalam bidang perkebunan dengan bisnis utama berupa gula,
dengan PTPN III sebagai induk perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara XI yang berkantor pusat di
Surabaya, saat ini membawahi 14 pabrik gula yang tersebar di Jawa Timur dan 1 pabrik penyulingan
alkohol dan spiritus di Kecamatan Jatiroto Kabupaten Lumajang.
PG Wonolangan merupakan salah satu Pabrik Gula di bawah PTPN XI yang beralamat di
JL Raya Dringu, Km.1, Kedung Dalem, Kranggengan, Kedungdalem, Kecamatan Dringu,
Kabupaten Problinggo, Jawa Timur (67271). Dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku tebu giling, PG Wonolangan melakukan beberapa upaya untuk mendukung
produksi gula melalui progam Imbalan Penggunaan Lahan (IPL). Program IPL merupakan
program penyewaan lahan yang sesuai dengan lingkungan tumbuh tebu dan sesuai untuk
digunakan sebagai lahan budidaya tebu giling PG Pagottan, penyewaan lahan masyarakat
tersebut dilakukan dalam jangka waktu tertentu (1 masa tanam dan dapat diperpanjang untuk
tahun berikutnya). Hasil produksi dari lahan IPL 100% milik PG Pagottan atau disebut tebu
sendiri (TS).
PG Wonolangan memiliki luas area sebesar 3,578 hektar dengan memproduksi gula
sebanyak 23,143 ton dengan capaian rendemen 8,09%. Jumlah karyawan yang ternasuk
Dalam Masa Giling (DMG) terdapat 288 pekerja dan Luar Masa Giling terdapat 144 pekerja.
Pabrik Gula Wonolangan dipimpin oleh seorang General Manager yang bertugas
menyusun strategi, membuat kebijakan, mengarahkan dan mengatur kinerja unit usaha untuk
mencapai sasaran produksi maksimal dan berkontribusi dalam upaya pencapaian swasembada
gula nasional dengan keuntungan semaksimal mungkin. Dalam upaya untuk mencapai tujuan
tersebut, General Manager Pabrik Gula Pagottan dibantu oleh lima orang Manajer, antara lain
Manager Teknik, Manager Pengolahan, Manager Quality Assurance (QA), Manager
Tanaman, Manager Keuangan, dan Umum (A.K.U) yang bertanggung jawab atas masing-
masing bagian yang dibawahinya, sebagaimana tercantum dalam struktur organisasi
perusahaan di bawah ini:
2.2 Bagian Teknik Pabrik Gula Wonolangan
Tugas pokok bagian teknik di PG Wonolangan adalah untuk mendukung proses
produksi gula di PG Wonolangan dengan menjaga dan memastikan penggunaan mesin dan
peralatan produksi bekerja dengan optimal dan seefisien mungkin, sehingga tidak terjadi
hambatan dalam proses produksi gula. Fungsi utama bagian teknik/ instalasi:
- Memastikan tidak ada kerusakan pada mesin produksi yang dapat menghambat produksi
gula
- Mengoptimalkan penggunaan seluruh alat dan mesin produksi agar tercapai efisiensi
pabrik
- Menyediakan dan memastikan ketersediaan elektrifikasi untuk seluruh proses produksi
yang berlangsung di pabrik.
2.3 Bagian Pengolahan

Fungsi bagian pengolahan adalah mengolah atau mengubah tebu menjadi Kristal dengan
menyelamatkan potensi gula di dalam BBT sebanyak-banyaknya. Bagian pengolahan
dipimpin oleh seorang manager yang dibantu seorang asisten manajer dan beberapa kepala
seksi, yaitu kepala seksi pengolahan, kepala seksi sertifikasi produk dan kepala seksi
pengelolaan limbah dan lingkungan hidup yang biasa disebut chemiker. Tiap kasi
bertanggung jawab kepada asisten manager dan manager.
2.4 Bagian Quality Assurance (QA)

Pengendalian mutu (Quality Assurancel) merupakan suatu usaha dari seluruh pimpinan
dan karyawan PG Wonolangan yang berfungsi untuk menjaga, mengendalikan dan
meningkatkan kualitas mulai dari bahan baku tebu (BBT) on farm (input), proses
pengolahan dan gula produk yang dihasilkan (output). Fungsi QC di PG Wonolangan
dilakukan oleh bagian (Quality Assurance) yang bersifat independen, yang berarti QC
melakukan fungsinya sebagai pengawas dan pengontrol seluruh proses yang terjadi di PG
Wonolangan tanpa adanya intervensi dari bagian lain. QA berkewajiban untuk
menyampaikan data-data yang telah diperoleh dari berbagai macam pengawasan, analisis
dan pengamatan secara akurat dan riil. Data-data tersebut akan digunakan sebagai dasar
acuan dalam pengambilan keputusan bagi bagian lain, seperti bagian tanaman, pengolahan,
teknik dan AKU.

2.5 Bagian Tanaman

Bagian Tanaman Pabrik Gula Wonolangan merupakan salah satu bagian yang berfungsi
untuk mengatur dan menyediakan kebutuhan Bahan Baku Tebu (BBT) untuk diolah menjadi
gula. Pemenuhan BBT di PG. Wonolangan dilakukan dengan menyediakan bahan baku tebu
giling dari tebu milik sendiri (TS) dan tebu rakyat (TR). Selain pemenuhan BBT untuk giling,
bagian tanaman juga bertanggung jawab dalam pemenuhan bibit dalam berbagai jenjang
pembibitan, pemenuhan kualitas BBT sesuai dengan kriteria MBS, mengelola manajemen
biaya kebun dan pengadaan, mengelola alat dan mesin pertanian, serta mengelola dan
membina petani TR.

Dalam menjalankan tugasnya Bagian Tanaman PG. Wonolangan dipimpin oleh seorang
manajer yang mempunyai tugas untuk mengelola budidaya tanaman tebu hingga panen
(tebang), menyediakan pasokan BBT dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan kapasitas
pabrik dengan kriteria MBS, melaksanakan fungsi EWS (Early Warning System) bagian
tanaman, serta mengelola dan mengendalikan manajemen biaya kebun. Manajer Tanaman
bertanggung jawab pada semua proses yang sesuai dengan pedoman teknis yang ditetapkan
dengan mengontrol pada tebu lahan sendiri (TS) dan tebu rakyat (TR) dan memiliki fungsi
instruktif kepada Asisten manajer dan jajaran jabatan fungsional di bawahnya.

2.6 Bagian Administrasi, Keuangan, dan Umum (AKU)


Bagian Administrasi, Keuangan, dan Umum (A.K.U) merupakan bagian yang mengatur
tata cara administrasi, anggaran biaya, serta bagian umum (SDM, humas, hokum, dan asset).
Bagian A.K.U dalam unit usaha bertugas untuk menjalankan, mengawal, dan membantu
terlaksananya prosedur dan kebijakan penggunaan dana untuk unit usaha yang telah
ditetapkan di RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang mengarah pada tercapainya
sasaran pendapatan perusahaan yang efektif dan efisien dari segi penanganan biaya. Bagian
A.K.U juga dapat memberikan saran dan masukkan kepada General Manager terkait dengan
pengendalian biaya produksi, penangganan pendapatan dari hasil kredit petani dan
mengarahkan pada peningkatan dan pengembangan usaha di unit usaha.

PROSES PRODUKSI TETAP DIJELASKAN, TIDAK PERLU SANGAT DETAIL,


YANG PENTING GARIS BESARNYA DAPAT. FLOWSHEET DIBUAT
LANDSCAPE
BAB III
ISI

1. Bahan Kimia
KALIMAT PENGANTAR SEBELUM MEMASUKI MATERI INI?

Penanganan
Nama Bahan Nama Produk Sifat Fisika & Kimia Identifikasi Bahaya
& Penyimpanan
- Berbentuk cair - Korosif - Simpan di
HCl Asam Klorida
- Tidak berbau - Beracun tempat yang
- Tidak berwarna - Berbahaya bagi - dingin &
- pH 1,2 lingkungan kering
- Titik didih 53oC - ruang
(127 F) berventilasi
- Titik leleh -74oC dan lantai
- (-101 F) yang resistan
- Densitas 1,8 - terhadap
asam.
- Hindari
cahaya
matahari
- Secara
langsung ,
panas, air
Dan bahan-
bahan lain
yang sifatnya
bertentangan
dengan HCl.
- Berbentuk padat - Simpan di
NaOH Natrium Korosif
- Berwarna putih tempat yang
Hidroksida /
- Tidak berbau sejuk, kering,
Sodium
- ph > 14 berventilasi
Hidroksida
- Titik lebur 319- - Baik,tempat
322oC yang jauh
- Titik didih 1.390oC dari bahan-
pada 1.013 hPa bahan yang
- Densitas 2,13 tidak
g/cm3 pada 20oC, kompatibel
kelarutan dalam air - Tetap
1.390oC pada 1.013 tertutup
hPa rapat,
- Cuci bersih
setelah
memegang
material,
- Simpan
dalam wadah
kedap udara.

- Berbentuk cair - Korosif pada - Memberi


H2SO4 Asam Sulfat
- tidak berbau logam label
- tidak berwarna - Korosif pada tindakan
- ph 0,3 pada 49 g/l kulit pencegahan
- titik lebur -20oC - Wadah yang
- densitas 1,84 g/cm3 tidak
pada 20oC. mengandung
logam
- Wadah
tertutup
rapat
- Suhu
penyimpana
n yang
direkomenda
sikan
- Berbentuk padat - Tertutup
KY Kalium Iodida Berbahaya pada
- Berwarna keputih- sangat rapat
organ tubuh
putihan - Berventilasi
- Tidak berbau baik
- pH 6,9 pada 50 g/l - Simpan di
pada 20oC tempat yang
- Titik lebur 680oC, terkunci dan
- Titik didih 1.330oC kering
- Densitas 3,13
g/cm3.

- Berbentuk cair, - Simpan di


Na2S2O3 Soduim Bahaya Iritasi
- Tidak berwarna, tempat yang
Tiosulfat
- Tidak berbau, sejuk dan
- pH 9-10 pada 20oC kering,
- Titik lebur 483oC, - Simpan
- Titik didih 100oC, dalam wadah
- Densitas 1,01 tertutup
g/cm3 pada 20oC rapat,
- Gunakan
ventilasi
yang
memadai
untuk
menjaga
konsentrasi
udara tetap
rendah
- Berbentuk padat - Simpan di
Na 2 HPO 4 Dinatrium Tidak
- Berwarna putih wadah yang
Hidrogen diklasifikasikan
- Tidak berbau tertutup
Phospat/ sebagai bahan
- pH 8,7-9,3 pada 10 rapat
Sodium berbahaya
g/l 20oC - Simpan di
Phospat
- Titik lebur 250oC tempat yang
- Titik didih 158oC kering
- Densitas 1,68g/cm3
pada 20oC
- Berbentuk padat - Gunakan
K2C2O4 Kalium - Iritasi pada
- Berwarna putih pakaian
Oksalat tubuh
- pH 7,0-8,5 pada pelindung
- Beracun.
50g/l pada 25oC - jangan
- Densitas 2,127 menghirup
g/cm3 zat/campura
- Tidak berbau n
- kondisi
tertutup
sangat rapat
- kering
- suhu
penyimpana
n yang
direkomenda
sikan
- Berbentuk padat - Beracun - Simpan di
NaCN Sodium Cyanide
- Berwarna putih - Berbahaya bagi tempat yang
- Berbau samar lingkungan sejuk dan
seperti almond - Korosif kering
- pH 11-12 - Lindungi
- Titik didih 1.496oC dari
- Titik lebur 563oC kerusakan
fisik
- Pisahkan
dari bahan
yang tidak
boleh
dicampurkan
- Berbentuk cair - Mudah - Simpan pada
HNO Nitric Acid
- Tidak berwarna teroksidasi wadah yang
- Berbau pedih - Korosif tertutup
- pH <1 pada 20oC sangat rapat
- Titik lebur -41oC - Pisahkan
- Titik didih 122oC dari bahan-
- Densitas 1,41 bahan yang
g/cm3 pada 20oC mudah
terbakar
- Simpan pada
suhu ± 2oC
hingga ±
30oC
- Jangan
simpan pada
wadah yang
terbuat dari
logam
- Berbentuk padat Berbahaya bagi - Simpan di
EBT Eriochrome
- Berwarna hitam lingkungan tempat
Black T
- Berbau lemah tertutup
- Ph 3,7 pada 10 g/l yang sangat
20oC rapat dan
kering
- Lindungi
dari cahaya
langsung
- Berbentuk padat Bahaya iritasi - Simpan di
(NH4)6Mo7O24.4 Ammonium
- Tidak berwarna tempat
H2O Molybdate
- Tidak berbau kering dan
Tetrahydrate
- pH 5,3 pada 50 g/l wadah yang
20oC tertutup
- Titik lebur 90oC sangat rapat
- Densitas 2,498 - Simpan pada
g/cm3 pada 20oC suhu 5-30oC
- Berbentuk padat - Beracun - Simpan
C10H7OH 1-Naphthol
- Berwarna biru - Bersifat korosif ditempat
muda - Bahaya bagi yang kering
- Tidak berbau lingkungan dan tertutup
- Titik lebur 95- - Bahaya iritasi sangat rapat
96oC - Lindungi
- Titik didih 278- dari cahaya
280oC pada - Simpan
1.013,25 hPa ditempat
- Densitas 1,28 yang
g/cm3 pada 20oC berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Bahaya bagi - Simpan
Pb(NO3)2 Lead Nitrate
- Tidak berwarna lingkungan ditempat
- Tidak berbau - Bahaya iritasi yang kering
- pH 3-4 pada 50 g/l - Bersifat korosif dan tertutup
20oC - Menyebabkan sangat rapat
- Titik lebur 458- kerusakan pada - Simpan
459oC organ dalam tempat
- Titik didih > yang terkunci
500oC pada 1.013 atau ditempat
hPa yang hanya
- Densitas 4,49 bisa
g/cm3 pada 20oC dimasuki
oleh orang-
orang yang
mempunyai
kualifikasi
atau
berwenang
- Jauhkan dari
bahan-bahan
yang mudah
terbakar
- Berbentuk padat - Bahaya iritasi - Simpan
KI Potassium
ditempat
- Berawarna
Iodine yang kering
keputih-putihan dan tertutup
sangat rapat
- Tidak berbau
- Simpan
- pH 6,9 pada 50 g/l ditempat
yang
20oC
berventilasi
- titik lebur 560oC baik
terurai
- titik didih 1.325oC
pada 1.013 hPa
- densitas 3,23
g/cm3 pada 25oC
- Berbentuk serbuk - Bahaya iritasi - Simpan di
NH4Cl Ammonium
kristalin tempat yang
chloride
- Berwarna putih kering
- Tidak berbau - Simpan di
- 4,7 pada 200 g/l tempat yang
25oC tertutup
- Titik lebur 338oC sangat rapat
- Densitas 1,53 - Simpan pada
g/cm3 pada 25oC suhu 15 -
30oC
- Berbentuk - beracun - Simpan di
K2Cr2O7 Potassium
kristalin - berbahaya bagi tempat yang
dichromate
- Berwarna jingga lingkungan kering dan
- Tidak berbau - mudah tertutup
- pH 3,6 pada 100 teroksidasi sangat rapat
g/l - bahaya iritasi - Simpan di
- titik lebur 398oC - tempat yang
- titik didih > 500oC berventilasi
pada 1.013 hPa baik
- densitas 2,7 g/cm3 - Simpan di
pada 20oC wadah yang
tidak
mengandung
logam

- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di


NaCl Sodium
- Berwarna putih diklasifikasikan tempat yang
chloride
- Tidak berbau sebagai bahan kering
- Ph 4,5-7,0 pada 100 berbahaya - Simpan di
g/l 20oC wadah yang
- Titik lebur 801oC tertutup
- Titik didih 1.461oC sangat rapat
pada 1.013 hPa
- Densitas 2,17 g/cm3
pada 20oC
- Berbentuk cair - Tidak - Simpan
Titriplex III EDTA
- Tidak berwarna diklasifikasikan ditempat
Disodium Salt
- Tidak berbau sebagai bahan yang kering
Solution
- Densitas 1,02 berbahaya - Simpan di
g/cm3 pada 20oC wadah yang
tertutup
sangat rapat
- Simpan pada
suhu +15oC
hingga
+30oC
- Berbentuk padat - Bahaya bagi - Simpan
Copper (II) Tembaga (II)
- Berwarna biru mata ditempat
Sulphate Sulfat
- Tidak berbau - Berbahaya bagi yang kering
Pentahydrate Pentahidrat
- pH 3,5-4,5 pada lingkungan - Simpan di
50 g/l 20oC wadah yang
- Titik lebur 147oC tertutup
- Densitas 2,284 sangat rapat
g/cm3pada 20oC
- Berbentuk padat Tidak - Simpat di
C4H4KNaO6. Potassium
- Berwarna keputih- diklasifikasikan tempat yang
Sodium
4H2O
putihan sebagai bahan kering
Tartrate
- Tidak berbau berbahaya - Simpan di
Tetrahydrate
- pH 7,0-8,5 pada wadah yang
50 g/l 25oC tertutup
- Titik lebur 70- sangat rapat
80oC
- Berbentuk padat Tidak - Simpan
Na2S2O3.5H2O Sodium
- Tidak berwarna diklasifikasikan ditempat
Thiosulphate
- Tidak berbau sebagai bahan yang kering
Pentahydrate
- pH 6,0-7,5 pada berbahaya - Simpan di
100 g/l 20oC wadah yang
- Titik lebur 48oC tertutup
sangat rapat
- Berbentuk serbuk - Bahaya iritasi - Simpan di
Na2CO3 Sodium
- Berwarna putih tempat yang
Carbonate
- Tidak berbau kering dan
Anhydrous
- pH 11,16 pada 4 tertutup
g/l 25oC sangat rapat
- titik lebur 854oC - Simpan
- Titik didih 300oC ditempat
pada 1.013 hPa yang
- Densitas 2,53 berventilasi
g/cm3 pada 20oC baik
- Berbentuk padat Tidak - Simpan di
C21H14Br4O5S Bromocresol
diklasifikasikan tempat yang
- Berwarna cream
Green sebagai bahan kering
sampai kuning berbahaya - Simpan di
Indikator
wadah yang
hingga coklat
tertutup
kuning sangat rapat
- Lindungi
- Berbau khas
dari cahaya
- Titik lebur 217-
218oC

- Berbentuk padat Tidak - Simpan di


C21H16Br2O5S Bromocresol
- Titik lebur 240oC diklasifikasikan tempat yang
Purple
sebagai bahan dingin
berbahaya - Simpan
diwadah
yang
tertutup
rapat dan
kering
- Simpan di
tempat yang
berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
C19H14O5S Phenol red
- Berwarna merah diklasifikasikan tempat yang
indikator ACS
- Berbau lemah sebagai bahan kerig
- Titik lebur > berbahaya - Simpan di
300oC wadah yang
tertutup
rapat
- Berbentuk padat - Bahaya bagi - Simpan di
C20H14O4 Phenolphthalein
- Berwarna putih organ tubuh tempat yang
Indicator
- Tidak berbau kering dan
- Titik lebur tertutup
263,7oC rapat
- Titik didih > - Simpan di
450oC tempat yang
- Densitas 1,296 berventilasi
g/cm3 pada 20oC baik
- Berbentuk bubuk Tidak di - Simpan di
C27H30O5S Thymol Blue
- Berwarna coklat klasifikasikan tempat yang
tua sebagai bahan sejuk
- Titik lebur 221- berbahaya - Simpan di
224oC wadah yang
tertutup
rapat dan
kering
- Simpan di
tempat yang
berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Berbahaya jika - Simpan di
C16H18CIN3S.xH Methylene Blue
- Berwarna biru tua tertelan tempat yang
2O
- Tidak berbau kering
- pH 3 pada 10 g/l - Simpan di
wadah yang
tertutup
sangat rapat

- Berbentuk padat - Beracun - Simpan di


C14H14N3NaO3 Methyl Orange
- Berwarna jingga tempat yang
S
- Berbau khas yang kering dan
lemah tertutup
- pH 6,5 pada 5 g/l sangat rapat
20oC - Simpan di
- Titik lebur > tempat yang
300oC berventilasi
baik
- Berbentuk bubuk - Bahaya iritasi - Simpan di
Diatomaceous Kieselguhr
- Berwarna abu-abu tempat yang
Earth
muda sejuk
- Simpan di
tempat yang
kering dan
tertutup
sangat rapat
- Simpan di
tempat yang
berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
Na2HPO4.7H2O Sodium
- Berwarna putih diklasifikasikan tempat yang
Phosphate
- Tidak berbau sebagai bahan kering
Dibasic
- pH 8,7-9,3 pada berbahaya - Simpan di
Heptahydrate
50 g/l 25oC wadah yang
- Titik lebur 48oC tertutup
peniadaan air sangat rapat
kristalisasi
- Densitas 1,68
g/cm3 pada 20oC
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
Na2SO4 Sodium
- Berwarna putih diklasifikasikan tempat yang
Sulphate
- Tidak berbau sebagai bahan kering
Anhydrous
- pH 5,2-8,0 pada berbahaya - Simpan di
50 g/l 20oC wadah yang
- Titik lebur 888oC tertutup
- Densitas 2,70 sangat rapat
g/cm3 pada 20oC
- Berbentuk serbuk - Bahaya iritasi - Simpan di
C21H18O5S Cresol Red
- Berwarna merah tempat yang
coklat sejuk
- Tidak berbau - Simpan di
wadah yang
tertutup
sangat rapat
dan di
tempat yang
kering
- Simpan di
tempat yang
berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Bahaya iritasi - Simpan
C28H18O4 α-Naphthol
- Berwarna hitam hanya pada
Phthalein
- Berbau khas wadah
- Titik lebur 238- aslinya
240oC - Simpan di
tempat yang
sejuk dan
berventilasi
baik
- Simpan di
wadah yang
tertutup
sangat rapat
- Lindungi
dari cahaya
matahari
langsung
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
(C6H10O5)n Starch Soluble
- Berwarna putih diklasifikasikan tempat yang
- Tidak berbau sebagai bahan kering
- pH 6,0-7,5 oada berbahaya - Simpan di
20 g/l 25oC wadah yang
tertutup
sangat rapat
- Berbentuk cair - Bahaya iritasi - Simpan di
C10H18N2O8 Titriplex II
- Berwarna putih tempat yang
pucat kering
- Tidak berbau - Simpan di
- pH 2.5 pada 10 g/l wadah yang
23oC tertutup
- Titik lebur 220oC sangat rapat
- Berbentuk kristal - Bahaya iritasi - Simpan di
C2K2O4.H2O Potassium
padat tempat yang
Oxalate
- Putih tak berwarna kering
Monohydrate
- Tidak berbau - Simpan pada
- pH 7-8.5 (5%) suhu
lingkungan
- Jauhkan dari
sinar
matahari
langsung
- Simpan di
wadah yang
tidak
mengandung
logam
- Berbentuk cair - Bahaya korosif - Simpan pada
NH3 Solution Ammonia
- Tidak berwarna - Bahaya bagi wadah yang
Solution 20%
- Berbau pedih lingkungan tertutup
- Titik lebur -57,5oC - Bahaya iritasi sangat rapat
- Titik didih 37,7oC - Simpan di
- Densitas 0,903 wadah yang
g/cm3 tidak
mengandung
logam
- Berbentuk padat - Bahaya iritasi - Simpan di
C2Na2O4 Sodium
- Berwarna putih tempat yang
Oxalate
- Tidak berbau kering
- pH 8 pada 30 g/l - Simpan di
20oC wadah yang
- Titik lebur 250- tertutup
270oC sangat rapat
- Densitas 2,27
g/cm3 pada 20oC
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
Na2HPO4 Disodium
- Berwarna putih diklasifikasikan tempat yang
Hydrogen
- Tidak berbau sebagai bahan kering
Phosphate
- pH 9,0-9,4 pada berbahaya - Simpan di
50 g/l 20oC wadah yang
- Titik leleh 92,5oC tertutup
sangat rapat
- Berbentuk padat - Bahaya iritasi - Simpan di
C6H8O7 Citric Acid
- Berwarna putih tempat yang
- Tidak berbau sejuk dan
- pH 1.7 berventilasi
- Titik lebur 153oC baik
- Titik didih 175oC - Jauhkan dari
sinar
matahari
langsung
- Simpan di
wadah yang
tertutup
sangat rapat
- Berbentuk cair - Tidak - Simpan di
Phosphate Buffer Solution
- Tidak berwarna diklasifikasikan tempat yang
Buffer pH 7.0
- Tidak berbau sebagai bahan kering
Solution
- pH 7,0 pada 25oC berbahaya - Simpan di
- Titik lebur -5oC wadah yang
- Titik didih 109oC tertutup
pada 1.013 hPa sangat rapat
- Densitas 1,01 - Simpan di
g/cm3 pada 20oC suhu
penyimpana
n ± 5oC
hingga ±
25oC
- Berbentuk cair - Tidak - Simpan di
C19H12Cl2O5S Chloro Phenol
- Berwarna merah diklasifikasikan tempat yang
Red Indikator
- Titik lebur 0.0oC sebagai bahan sejuk dan
Solution
- Titik didih 100oC berbahaya berventilasi
baik
- Simpan di
tempat yang
kering dan
tertutup
sangat rapat
- Jauhkan dari
sumber api
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
C28H30O4 Thymolphtalein
- Berwarna putih diklasifikasikan wadah yang
- Titik leleh 251- sebagai bahan tertutup
253oC berbahaya sangat rapat
- Jauhkan dari
cahaya
matahari
langsung
- Berbentuk cair - Tidak - Simpan di
IDRANAL EDTA
- Tidak berwarna diklasifikasikan wadah yang
Disodium Salt
- Tidak berbau sebagai bahan tertutup
Concentrate
- pH 8.2 berbahaya sangat rapat
- Simpan di
tempat yang
kering
- Simpan di
tempat yang
sejuk dan
berventilasi
baik
- Berbentuk padat - Tidak - Simpan di
C27H28Br2O5S Bromothymol
- Berwarna ungu diklasivikasikan tempat yang
Blue
- Berbau asam sebagai bahan kering
asetat lemah berbahaya - Simpan di
wadah yang
tertutup
sangat rapat
2. Alat Ukur

Alat Ukur Merk Spesifikasi Keluara Kegunaan


n

Spektronik S pectronik 21 Instrument pertama 2016 S Spectronik digunakan


hanya memiliki 2 mode untuk analisis
pembacaan, yaitu kuantitatif suatu zat
transmitans dan dalam sampel dengan
absorbans, sementara dasar nilai serapannya
pada yang kedua, terhadap radiasi sinar
ditambah dengan mode tampak yang
konsentrasi dan faktor. mengenainya. Di
Keduanya bekerja pada laboratotium PG
kisaran panjang Wonolangan
gelombang, yaitu daerah spectronic digunakan
panjang gelombang untuk analisa icumsa,
tempat turbidity, dan kadar
transmitans/absorbans phospat. Untuk analisa
dapat diukur, 340-950 icumsa menggunakan
nm. panjang gelombang
420 nm, analisa
turbidity
menggunakan panjang
gelombang 975 nm,
dan kadar phospat
menggunakan panjang
gelombang 650 nm.

a. Volume 5 ml
Gelas Ukur Western Germany - Gelas ukur berfungsi
b. Volume 10 ml
(RHG) dan untuk mengukur
c. Volume 25 ml
Herma volume larutan atau
d. Volume 50 ml
zat cair dengan tepat.
e. Volume 100 ml
Standar deviasinya
f. Volume 250 ml
kira-kira 1% diukur
g. Volume 500 ml
sebenarnya.
h. Volume 1000 ml

a. Volume 2 ml
Pipet Volume Western Germany - Fungi pipet volumetric
b. Volume 5 ml
(RHG) adalah untuk
c. Volume 50 ml
mengambilncairan
dengan volume
tertentu dan ketelitian
lebih tinggi.

a. Volume 100 ml
Labu Ukur Western Germany – Labu ukur digunakan
b. Volume 110 ml
(RHG) dan Iwaki untuk mengukur
c. Volume 200 ml
volume suatu alrutan
d. Volume 500 ml
saat proses
pengenceran pada
konsentrasi tertentu.

Polarimeter
– – – Polameter digunakan
untuk mengukur
besaran optic aktif
yang terdapat dalam
larutan. Hal ini juga
digunakan untuk
menentukan kadar pol
dalam sampel. Kadar
pol adalah jumlah
sukrosa (dihitung
dalam gram). Di lab
PG Wonolangan
polarimeter digunakan
untuk analisa pol
hampir seluruh sampel
mulai dari NPP, NPL
2, NPL 3, NGA, NM,
Masakan A, C, D,
Stroop A dan C,
Babonan C dan D,
Klare A dan D, Tetes,
NK, NKS, NE, NT,
Blotong, dan Ampas.

Buret - Blaw Volume 5 ml dan 50 ml 2015 Buret berfungsi untuk


brand meneteskan sejumlah
duran reagen cair dalam
sebuah eksperimen
- Herma
yang tentunya
GX 200
memerlukan presisi,
seperti eksperimen
titrasi. Pengukuran
dari buret sangatlah
akurat. Bahkan jika
dibandingkan dengan
gelas ukur atau pipet
tetes, buret memiliki
akurasi yang paling
tinggi. Di PG
Wonolangan buret
digunakan untuk titrasi
pada gula reduksi dan
kadar kapur.
Brix Wager Deliuce Ukuran 2-13 dan Ukuran – Portable Brix Meter
13-21 merupakan alat yang
dapat digunakan untuk
mengukur besarnya
konsentrasi larutan
yang terkandung di
dalam suatu larutan.
Satuan skala
pembacaan Portable
Brix Meter adalah
%Brix. Di PG
Wonolangan buret
digunakan untuk
melihat nilai brix pada
nira.

3. Alat Gelas

KALIMAT PENGANTARNYA?

Nama Alat Gelas Volume Gelas Kegunaan

Erlenmeyer 50 ml Sebagai tempat menampung bahan kimia untuk


sementara, digunakan untuk menampung titran pada
saat titrasi, tempat menghomogenkan, dan sebagai
tempat/wadah memanaskan larutan. Erlenmeyer ini
digunakan pada analisa gula reduksi, analisa kadar
phospat, dan analisa kadar kapur.

Corong Kaca – Sebagai alat bantu untuk memindah / memasukkan


larutan ke wadah / tempat yeng mempunyai dimensi
pemasukkan sampel bahan kecil. Sebagi alat bantu
untuk melakukan penyaringan, yaitu sebagai tempat
meletakkan kertas saring. Corong digunakan untuk
analisa gula reduksi dan analisa kadar phospat.

Gelas Kimia (Gelas 50 ml, 100 ml, Sebagai tempat penampung sampel/bahan sementara,
Beaker) 500 ml, dan 600 atau bisa digunakan sebagai penyimpanan zat
ml sementara.

Kuvet – Sebagai wadah standar yang akan diuji menggunakan


spektrofotometer. Kuvet digunakan pada analisa
icumsa, turbidity NE, dan kadar phospat NPP dan
NM.

Gelas Tapis – Sebagai wadah tempat hasil penyaringan.

Pengaduk Kaca – Berfungi untuk mengaduk larutan agar tetap


homogeny atau agar zat padat cepat larut.

Piknometer – Berfungsi untuk mengukur nilai massa jenis atau


densitas dari fluida. Piknometer ini bisa digunakan
pada analisa tetes.

Tabung Reaksi – Berfungsi untuk tempat mereaksikan dua


larutan/bahan kimia atau lebih, serta sebagai tempat
mengembang

4. Alat Lab Lainnya


KALIMAT PENGANTAR??
Nama Alat Bahan Dasar Kegunaan

Timbangan Berkel Stainless Steel Digunakan untuk menimbang sampel yang akan di
analisa. Biasanya digunakan untuk analisa Masakan,
Klare, Stroop, Babonan, Leburan, Gula, Tetes,
Icumsa, dan Gula Reduksi.

Timbangan Digital Logam Berfungsi sebagai alat ukur dalam menentukan berat
suatu objek. Biasanya timbangan digital digunakan
untuk analisa Ampas dan Blotong.

Tabung Mohl Pipa Berfungsi sebagai wadah sampel yang akan di brix
dengan brix wager. Alat ini biasa digunakan pada
analisa Nira, Masakan, Klare, Stroop, Babonan,
Leburan, Gula, dan Tetes

Mortar dan Alu Porselin Digunakan untuk menggerus atau menghaluskan


sampel padatan menjadi serbuk. Biasanya digunakan
pada analisa Blotong

Cawan Tembaga Tembaga Digunakan sebagai tempat wadah blotong saat proses
pengovenan.

Cawan Porselen Porselin Digunakan sebagai wadah atau tempat penguapan


bahan dari bahan yang tidah mudah menguap, seperti
garam dapur, gula, dan sejenisnys. Cawan porselen.
Biasanya alat ini digunkan pada kadar kapur.

Spatula Logam Digunakan untuk mengambil zat padat dalam botol.


(Stainlessteel)
Tang Gelas Kimia Logam Digunakan sebagai alat pemegang gelas kimia yang
telah dipanaskan. Biasanya digunakan pada analisa
Gula Reduksi dan Kadar Phospat.

Pol Buis Logam dan Sebagai wadah sampel yang akan dilakukan pada
Kaca polarimeter. Digunakan pada analisa Nira, Masakan,
Klare, Stroop, Babonan, Leburan, Gula, dan Tetes.

Baskom Plastik Plastik Dalam laboratorium PG Wonolangan, baskom plastik


digunakan untuk menimbang sampel pada analisa
Masakan, Stroop, Gula, Babonan, Leburan, Klare, dan
Tetes

Oven Logam, Besi, Digunakan mengoven blotong selama 4 jam.


dan Baja

Corong Plastik Plastik Digunakan untuk menyaring sampel pada analisa Nira,
Masakan, Klare, Stroop, Babonan, Leburan, Gula, dan
Tetes.

Hot Plate Stirrer Keramik dan Digunakan untuk mengaduk suatu larutan pada analisa
Aluminium Icumsa.

Klem dan Statif Logam Digunakan untuk penyangga benda yang dirangkai dan
sebagai pemegang buret pada statif. Alat ini
digunakan pada analisa Gula Reduksi dan Kadar
Kapur.

Bulb Karet Berfungsi sebagai pengisap cairan yang dipasang pada


pipet, biasanya digunakan pada analisa Kadar
Phospat, Gula Reduksi, dan Kadar Kapur.

5. Pembuatan Larutan
KALIMAT PENGANTAR?
(format seperti membuat resep masakan, ada alat, takaran bahan, dan cara
pembuatannya), larutan2 ini digunakan untuk apa? Sifatnya bagaimana?? Cara
penyimpanannya bagaimana??
 Larutan Fehling I

34,64 gram tembaga sulfat (CuSO4.5H2O) dilarutkan dengan aquadest sampai


500 mL.
 Larutan Fehling II

173 gram kaliumnatriumtartrat (NaKC4H4O6.4H2O) dilarutkan dengan 30 mL


aquadest dalam labu ukur 500 mL. 50 gram natrium hidroksida dilarutkan dengan 50
mL aquadest; larutan ini dibubuhkan pada larutan garam tersebut di atas. Sesudah
dingin, tambah aquadest sampai 500 mL
 Larutan kalium jodide.

200 gram kalium jodide dilarutkan sampai 1 liter, dibubuhi beberapa tetes air
rasa untuk mengikat jodium yang timbul apabila kalium jodido itu tidak murni.
Larutan disimpan dalam botol berwarna coklat.
 Asam sulfat 1:5 ( ±26,5%)

100 mL asam sulfat pekat dicampur perlahan-lahan sedikit demi sedikit dan
terus diaduk dengan 500 mL aquadest.
 Larutan natrium tiosulfat 1/10 normal.

25.5 gram natriuntiosulfat (Na2S2O3. 5 H2O) dan 0.200 gram natriumkarbonat


(Na2CO3. H2O) dilarutkan dengan 500 mL aquadest.
 Larutan Amylum

50 gram natrium klorida (NaCl) diencerkan dengan 140 mL aquadest lalu


dipanaskan sampai larut. 1 gram amylum dilarutkan pada labu takar 100 mL dengan
nantrium klorida (NaCl) yang sudah dipanaskan.
 Larutan PB Netral

50 gram kalium natrium tartrat (NaKC4H4O6.4H2O) dilarutkan dengan


aquadest 500 mL.
 Larutan EDTA 0,01

6,64 gram tritriplex III (NaC10H14O8N2.2H2O) dilarutkan dengan aquadest 800


mL .1,43 gram kristal NaOH dilarutkan dengan 200 mL aquadest. Larutan tritriplex
III (NaC10H14O8N2.2H2O) dan kristal NaOH dihomogenkan dalam labu takar 1000
mL.
 Larutan Timbal Asetat Basa

600 gram timbal asetat ( Pb (C 2H3O2) 2 ) dan 200 gram timbal oksida (PbO)
dengan sedikit air dijadikan bubur , dan dipanaskan dengan senantiasa mengaduknya
(apabila perlu tambah kan air mendidih sedikit pada bubur itu) sekian lama sampai
warna merah timbal oksida itu lenyap. Semuanya lalu dilarutkan dengan 2 liter air
panas, dan disimpan dalam botol yang dapat ditutup rapat (dapat menyerap CO₂ dari
udara).
 Larutan Indikator
1. Indikator Broom Cresol Green
2. Indikator Alpha Naphtol

Timbang 5 gram alpha-naphtol murni (C10H70OH), masukkan kedalam labu


takar 100 mL. Larutkan dengan isopropyl alkohol atau ethyl alkohol, kemudian isi
sampai garis tanda batas dengan alkohol tadi. Gojog dan simpan dalam botol gelap.
3. Indikator Methyl Merah

1 gram kristal indikator dilarutkan dengan air suling panas atau 600 mL
alkohol dalam labu takar 1000 mL, kemudian diisi sampai tepat garis tanda batas
dengan air suling dan disimpan dalam botol gelap.
4. Indikator Methyl Orange

0,2 gram kristal methyl orange dilarutkan dengan air suling dalam labu takar
200 mL dan diisi sampai tanda batas dengan air suling.
5. Indikator Thymol Blue)
0,04 gram kristal indikator ditimbang, kemudian dimasukkan kedalam labu
takar 100 mL. Isi labu takar sampai tepat garis tanda batas dengan air suling dan
disimpan ke dalam botol gelap.
6. Indikator Phenolphtalein

1 gram phenolphtalein ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu takar 200


mL. Larutkan dengan 100 mL isopropyl alkohol. Tambah sedikit demi sedikit 0,1
N NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda. Kemudian tambahkan satu
tetes 0,1 N asam belerang. Isi sampai garis tanda dengan air suling.

6. Analisis Laboratorium

Laboratorium pabrik gula merupakan tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk
kegiatan penganalisis bahan baku, bahan-bahan hasil proses, dan bahan-bahan pembantu
proses serta hasil samping, tujuan dari analisis adalah untuk memantau dan mengendalikan
proses agar berlangsung sesuai dengan prosedur dari P3GI – Pasuruan. Pada setiap proses
produksi gula ada bagian yang penting untuk mengetahui kandungan gula yaitu proses
analisis.

Analisis di laboratorium itu dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Manfaat analisis
yaitu untuk mengetahui kualitas kandungan kadar gula pada suatu zat. Pada setiap gilingan
terdapat analisis yang berbeda-beda sebagai berikut :
 Stasiun gilingan meliputi nira perahan pertama (NPP), nira perahan lanjutan
(NPL), nira gilingan 3, nira gilingan 4, nira mentah tertimbang, kadar phospat, dan
ampas.
 Stasiun pemurnian meliputi nira encer, blotong, nira tapis, turbidity, dan kadar
kapur.
 Stasiun penguapan meliputi nira kental, nira kental tersulfitir.
 Stasiun masakan meliputi masakan A, masakan C, dan masakan D.
 Stasiun putaran meliputi stroop A, stroop C, gula D1, gula D2, gula Superior High
Sugar (SHS), babonan C, babonan D, klare D, dan tetes.
 Stasiun ketel meliputi TDS, air ketel A-B, air pengisi, dan scarl boom.

Adapun macam-macam jenis analisis meliputi :


1. Analisis tiap 1 jam
 Nira gilingan I-IV : brix, pol, HK
 Nira mentah : brix, pol, HK
 Tetes : brix, pol, HK
 Stroop A dan C : brix, pol, HK
 Babonan C dan D : brix, pol, HK

2. Analisis tiap 2 jam


 Ampas : zat kering, pol
 Blotong : pol
 Nira encer : brix, pol, HK
 Nira kental : brix, pol, HK
 Nira kental tersulfitir : brix, pol, HK
 Nira tapis : brix, pol, HK
 Air ketel : pH, TDS

3. Analisis tiap 4 jam


 Blotong : zat kering

4. Analisis tiap 24 jam


5. Analisa 15 hari
6. Analisa tiap bahan turun
 Masakan A : brix, pol, HK
 Masakan C : brix, pol, HK
 Masakan D : brix, pol, HK

7. Prosedur Kerja Analisis

Prosedur kerja adalah tahapan dalam tata kerja tentang bagaimana mengelola sebuah
pekerjaan, yang mengandung pengertian tentang apa, untuk apa, dan bagaimana pekerjaan
harus diselesaikan.
1. Analisis Nira Perahan Pertama (NPP), Nira Perahan Lanjutan (NPL), dan Nira
Mentah (NM)
Analisis nira bertujuan mengetahui % brix, % polaritas dan HK untuk menentukan
kualitas gula setiap harinya.
 Alat :

1. Tabung Mohl 5. Gelas Tapis


2. Brix Wager 6. Gelas Ukur100/110 ml
3. Corong 7. Pol Buis
4. Kertas Tapis 8. Polarimeter

 Bahan
1. Sampel (NPP, NPL, dan NM)
2. Aquadest
3. Larutan Pb Asetat (lood)

 Prosedur Percobaan :
1. Mengambil Nira Perahan Pertama (NPP) di gilingan pertama
2. Memasukkan NPP dalam tabung mohl dan memasukkan brix wager untuk
membaca brix dan suhu.
3. Memasukkan NPP kedalam labu ukur 100 mL, kemudian ditambahkan 5 ml Pb
Asetat (lood) dan 5 mL aquadest.
4. Menghomogen dan menyaring.
5. Setelah itu, mengambil filtrat hasil saringan tersebut dan memasukkan kedalam
pol buis hingga penuh dan dipastikan tidak ada gelembung didalamnya serta
dipastikan filtrat tersebut jernih/tembus pandang.
6. Membaca nilai pemutaran pol NPP pada polarimeter dengan cara melihat gelap
atas dan gelap bawah sama rata.
7. Menghitung harga kemurniannya (HK)

 Perhitungan :

pemutaran pol x 2860


% pol =
bjbrix

% pol
% HK =
brix
2. Analisa Nira Kental (NK) dan Nira Kental Tersulfitir (NKS)

Analisa NK dan NKS berfungsi untuk


 Alat :

1. Baskom Plastik 6. Corong


2. Timbangan Berkel 7. Kertas Tapis
3. Tabung Mohl 8. Gelas Tapis
4. Brix Wager 9. Pol Buis 200 mm
5. Labu Ukur 100/110 ml 10. Polarimeter

 Bahan :
1. Sampel (NK dan NKS)
2. Aquades 5 ml
3. Larutan Pb Asetat (lood) 5 ml

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang baskom plastik sebagai tarranya
2. Memberi anak timbang 500 gr dan memasukkan sampel ke dalam baskom
plastik
3. Mengganti anak timbang dengan 1500 gr dan menambahkan air (pengenceran 3
kali, 1:3)
4. Mengaduk sampel sampai homogen
5. Memasukkan ke dalam tabung mohl dan memasukkan brix wager
6. Mencatat nilai brix dan suhunya
7. Memasukkan larutan nira ke dalam labu ukur 100/110 ml hingga tanda batas
100 ml
8. Menambahkan 5 ml aquades dan 5 ml Pb Asetat (lood), menghomogenkan
9. Memasukkan ke dalam corong yang dialasi kertas tapis untuk disaring
10. Memasukkan filtrat ke dalam pol buis 200 mm
11. Meletakkan pol buis pada polarimeter untuk dilihat nilai pemutaran polnya dan
mencari Harga Kemurnian (HK)
 Perhitungan :

pemutaran pol x 2860


% pol =
bjbrix

% pol
% HK =
brix

3. Analisa Kadar Phospat

Analisa phospat berfungsi untuk mengetahui yang terkandung pada nira perahan
pertama dan nira mentah yang sudah ditambahkan larutan phospat. Penambahan
phospat sebagai katalis pada reaksi selanjutnya.
 Alat :

1. Pipet Volume 2 ml 6. Kompor


2. Labu Ukur 100 ml 7. Tang Krus
3. Labu Ukur 50 ml 8. Kuvet
4. Gelas Ukur 50 ml 9. Spektronik
5. Gelas Kimia 100 ml 10. Kawat Kasa

 Bahan
1. NPP dan NM
2. Kieselguhr
3. Ammonium Molibdat
4. Asam Askorbat

 Prosedur Percobaan
1. Memasukkan 20 ml nira ke dalam labu ukur 100 ml dengan menambahkan
aquadest sampai tanda batas lalu menghomogenkan
2. Mengambil 2 ml nira yang dicampur aquades ke dalam gelas kimia 80 ml dan
menambahkan aquades 40 ml
3. Menambahkan 2 gram Ascorbid Acid dan 2 ml Ammonium Molipdat
4. Memanaskan diatas kompor sampai mendidih kemudian mendinginkan larutan
tersebut sampai suhu rendah
5. Memasukkan larutan tersebut ke dalam labu ukur 50 ml kemudian ditambahkan
aquadest hingga tanda batas
6. Dimasukkan larutan ke dalam kuvet untuk di analisa pada alat spektronik

 Perhitungan :

% Kadar Phospat = (7,548 x absorben) + (0,0049 x 125)

4. Analisa Kadar Kapur

Analisa kadar kapur untuk mengetahui kadar kapur dalam nira encer, nira mentah
(sudah disaring), dan nira tapis (sudah disaring).
 Alat :
1. Cawan Porselen
2. Batang Pengaduk
3. Klem Buret
4. Pipet Volume 2 ml dan 5 ml
5. Bulb

 Bahan :
1. Sampel (Nira Encer, Nira Mentah, dan Nira Tapis)
2. EDTA
3. Indikator EBT 0,5
4. Larutan Buffer
5. KCN 10%

 Prosedur Percobaan :
1. Mengambil nira yang dibutuhkan dan dimasukkan ke dalam cawan porselen
- Nira Tapis (disaring) = 2 mL
- Nira Encer = 2 mL
- Nira Mentah (disaring) = 5 mL
2. Menambahkan 2 mL buffer + 50 mL aquades + 3 tetes indicator EBT 0,5% dan
tetes KCN 10%
3. Melakukan titrasi dengan larutan EDTA dari buret tetes demi tetes, sambil
diaduk
4. Menghentikan titrasi jika warna dari merah muda berubah jadi hijau muda
5. Melihat banyaknya titrasi larutan EDTA yang dipakai (volume titrasi)

 Perhitungan :

1000
Kadar Kapur = x faktor EDTA x volume titrasi
pengambilan nira

= . . . . . . . . mgr CaO/liter

5. Analisa Gula Reduksi


 Alat :

1. Timbangan Berkel 8. Labu Takar 100/110 ml


2. Gelas Kimia 100 ml 9. Erlenmeyer 300 cc
3. Labu Takar 200 ml 10. Kompor
4. Gelas Ukur 25 ml dan 50 ml 11. Kawat Kasa
5. Corong 12. Tang Krus
6. Kertas Tapis 13. Buret
7. Gelas Tapis 14. Klem dan Statif

 Bahan

1. Sampel (NPP dan NM) 6. Larutan Ky 20% 25 ml


2. Larutan PB Netral 10% 15 ml 7. Larutan H2SO4 1:5 35 ml
3. Aquades 8. Larutan Na2S203 0,1 N
4. Larutan Na2HPO4 9 ml 9. Larutan Indikator Amylum
5. Larutan Fehling Normal 50 ml

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang nira mentah dan nira perahan pertama 88 gr dengan gelas kimia
2. Memasukkan ke dalam labu takar 200 ml
3. Menambah larutan PB Netral 10% sebanyak 15 ml
4. Menambah air suling sampai tanda batas
5. Menggojok dan menapis (I)
6. Mengambil 100 ml filtrate hasil lapisan I ke dalam labu takar 100/110 ml
7. Menambahkan larutan Na2HPO4 sebanyak 9 ml
8. Menambah aquades sampai garis tanda
9. Menggojok dan menapis (II)
10. Mengambil 50 ml filtrate hasil lapisan II ke dalam Erlenmeyer 300 cc
11. Menambhakna larutan Fehling normal sebanyak 50 ml
12. Mendidihkan di atas kompor sampai mendidih
13. Mendinginkan dengan pancuran air, dengan mulut Erlenmeyer tertutup gelas
kimia
14. Menambahkan 25 ml larutan KY 20% dan 35 ml larutan H 2SO4 1:5 setelah
dingin
15. Mentitrasi dengan larutan Na2S2O3, bila warna sudah sedikit berubah,
menambahkan 1 ml larutan indikator amilum
16. Mentitrasi kembali sampai nampak perubahan warna (kuning susu)
17. Membuat blanko, dengan jalan analog diatas hanya diganti dengan aquades

 Perhitungan

Titrasi Blanko = 59,5 ml

Titrasi Larutan = 45,2 ml

Titrasi Terkoreksi = 21,0 ml

Normalitet Larutan Tio Sulfat = 0,0909

0,0909
Cu2O = 21,0 x x 6,357
0,1

= 121,35

Interpolasi =
120 : 0,56

121,35 : x (tabel VIIIb)

130 : 0,62

121,35−120
= 0,56 + (0,62 – 0,56)
130−120

1,35
= 0,56 + (0,06)
10

= 0,57% (kadar gula invert nira)

6. Analisa Kadar Saccarosa Nira


 Alat :

1. Tabung Mohl 6. Gelas Tapis


2. Brix Wager 7. Pol Buis
3. Labu Ukur 100/110 ml 8. Polarimeter
4. Corong 9. Gelas Ukur 50 ml
5. Kertas Tapis 10. Labu Takar 100 ml

 Bahan
1. Pb Asetat (lood) 5 ml
2. Aquades 5 ml
3. HCl 1:1 30 ml

 Prosedur Percobaan
1. Melakukan penetapan brix
2. Melakukan penetapan pol (sebelum inverse)
3. Memipet 50 ml hasil filtrate nira
4. Memasukkan ke dalam labu ukur 100 ml
5. Menambahkan 30 ml HCl 1:1
6. Mendiamkan selama 2 jam dalam keadaan tertutup
7. Menambahkan aquades sampai garis tanda setelah didiamkan 2 jam
8. Membaca pol setelah inversi dengan pembuluh pol berselubung air
9. Mencatat pembacaan pol, suhu ruang, dan suhu cairan
 Perhitungan
100. (P 1+2 P2)
z=
c−1 /2 t

26.000 110
% Sakarosa = z x x
bj x 100 100

Ket :

P1 = Pol sebelum invers

P2 = Pol setelah invers

c = Faktor menurut STEUWARD, pada pembacaan polarisasi cairan setelah invers


dan suhu polarimeter. (lihat daftar VII bulletin 11)

t = Suhu larutan

7. Analisa Masakan, Stroop, Klare, Babonan, Leburan dan Gula


 Alat :

1. Baskom Plastik 6. Corong


2. Timbangan Berkel 7. Kertas Tapis
3. Tabung Mohl 8. Gelas Tapis
4. Brix Wager 9. Pol Buis 200 mm
5. Labu Ukur 100/110 ml 10. Polarimeter

 Bahan
1. Sampel (Masakan, Stroop, Klare, Babonan, Leburan dan Gula)
2. Pb Asetat (lood) 5 ml
3. Aquades 5 ml
 Prosedur Percobaan
1. Menimbang baskom plastik sebagai tarranya
2. Memberi anak timbang 150 gr dan memasukkan sampel ke dalam baskom
plastik
3. Mengganti anak timbang dengan 1500 gr dan menambahkan air
4. Mengaduk sampel sampai homogen
5. Memasukkan ke dalam tabung mohl dan memasukkan brix wager
6. Mencatat nilai brix dan suhunya
7. Memasukkan larutan nira ke dalam labu ukur 100/110 ml hingga tanda batas
100 ml
8. Menambahkan 5 ml aquades dan 5 ml Pb Asetat (lood), menghomogenkan
9. Memasukkan ke dalam corong yang dialasi kertas tapis untuk disaring
10. Memasukkan filtrat ke dalam pol buis 200 mm
11. Meletakkan pol buis pada polarimeter untuk dilihat nilai pemutaran polnya

 Perhitungan :

pemutaran pol x 2860


% pol =
bjbrix

% pol
% HK =
brix

8. Analisa Tetes
 Alat :

1. Tabung Mohl 6. Corong


2. Brix Wager 7. Kertas Tapis
3. Labu Ukur 100/110 8. Pol Buis
4. Gelas Tapis 9. Polarimeter
5. Timbangan Berkel

 Bahan :
1. Sampel Tetes
2. Pb Asetat (lood) 10 ml

 Prosedur Percobaan
1. Menimbang sampel sebanyak 150 gr kemudian mengencerkan dengan air 1500
gr (10 x pengenceran)
2. Melarutkan sampai homogen
3. Memasukkan kedalam tabung mohl, kemudian memasukkan brix wager
kedalam tabung mohl
4. Mengamati nilai brix dan suhu
5. Memasukkan larutan sampel yang sudah diencerkan kedalam labu ukur 100/110
ml sampai 100 ml
6. Menambahkan 10 ml Pb Asetat (lood)sampai tanda batas 110 ml
7. Menghomogenkan dan menyaring dengan corong dan kertas tapis
8. Memasukkan filtrat ke dalam pol buis 100 mm
9. Meletakkan pol buis kedalam polarimeter dan melihat nilai pemutaran polnya
dan menghitung Harga Kemurnian (HK)

 Perhitungan :

pemutaran pol x 2860


% pol =
bjbrix

% pol
% HK =
brix

9. Analisa Bahan Kering Ampas


 Alat dan Bahan :
1. Timbangan Digital
2. Tahang
3. Ampas 1 kg

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang tahang untuk diambil tarranya
2. Memasukkan ampas ke dalam tahang sebanyak 1 kg
3. Meletakkan tahang diatas lempeng dasar alat pengering ampas. Sebelum tahang
diletakkan, kipas angin dan alat pemanas harus dimatikan terlebih dahulu
4. Menutup tahang teratas dan kawat beserta pemberatnya dipasang melalui tutup
teratas
5. Menjalankan kipas angin dan alat pemanas, mengeringkan ampas selama 1 jam
dengan suhu 100oC
6. Setelah 1 jam, mematikan kipas angin dan alat pemanas
7. Mengambil tahang dan ditimbang

 Perhitungan :

Berat Air = (berat tahang + 1kg ampas) – (berat tahang + ampas kering)

Kadar Air = berat air : 10

Kadar Zat Kering = 100 – kadar air

10. Analisa Polarisasi Ampas


 Alat :

1. Timbangan Digital 5. Corong


2. Tahang 6. Gelas Tapis
3. Labu Ukur 100/110 ml 7. Pol Buis
4. Kertas Saring 8. Polarimeter

 Bahan :
1. Ampas 1 kg
2. Air 10 L
3. Pb Asetat (lood) 5 ml
4. Aquades 5 ml

 Prosedur Percobaan ;
1. Menimbang ampas sebanyak 1kg, memasukkan ke dalam tahang masak ampas
(sebelumnya listrik dalam keadaan mati)
2. Memasukkan air sebanyak 10L ke dalam tahang masak dan ditutup rapat
3. Mengaktifkan listrik dan memasak selama 1 jam
4. Setelah 1 jam, mematikan listrik kembali dan membuka tutup tahang untuk
diambil air ekstraksinya
5. Memasukkan air ekstraksi ke dalam labu ukur 100/110 ml sampai 100 ml lalu
mendinginkan hingga suhu ruang
6. Setelah dingin, menambahkan 5 ml aquades dan 5 ml Pb Asetat (lood) hingga
tanda batas 110 ml
7. Menghomogenkan
8. Menyaring hingga jernih dan memasukkan hasil filtrat ke dalam pol buis 400
mm
9. Memasukkan pol buis ke dalam polarimeter dan membaca nilai pemutaran
polnya
10. Mencari polarisasi dalam daftar 4 hubungannya dengan pembacaan polarimeter
dan kadar air ampas

 Perhitungan :

Kadar Pol = dilihat dari daftar 4

Kadar Brix = kadar pol : (HK nira gilingan 4 x 100)

11. Analisa Zat Kering Pada Blotong


 Alat dan Bahan :
1. Timbangan Digital
2. Cawan Tembaga
3. Oven
4. Blotong 20 gr

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang blotong dalam cawan tembaga sebanyak 20 gr
2. Mengoven cawan tembaga yang berisi blotong selama 4 jam
3. Menimbang cawan tembaga setelah di oven
4. Menghitung zat kering pada blotong
 Perhitungan :

- Selama 4 jam = cawan petri berisi blotong sebelum di oven – cawan petri berisi
blotong setelah di oven

- Kadar Air = (cawan tembaga + blotong) – selama 4 jam

- Air dalam 100 blotong = kadar air x 5

- Bahan Kering = 100 – air dalam 100 blotong

12. Analisa Blotong Basah


 Alat :

1. Timbangan Digital 5. Kertas Tapis


2. Mortar dan Alu 6. Gelas Tapis
3. Labu Takar 200 ml Bermulut Lebar 7. Pol Buis
4. Corong 8. Polarimeter

 Bahan :
1. Sampel Blotong 50 gr
2. Pb Asetat (lood) 5 ml
3. Aquades

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang 50 gr blotong
2. Memasukkan blotong ke dalam mortar kemudian menumbuk blotong dan
menambahkan aquades secukupnya hingga menjadi bubur
3. Memasukkan ke dalam labu ukur 200 ml
4. Menambahkan 5 ml Pb Asetat (lood)
5. Menambahkan aquades sampai tanda batas dan dihomogenkan
6. Menyaring blotong sampai menghasilkan filtrat
7. Memasukkan hasil filtrat ke dalam pol buis 200 mm
8. Meletakkan pol buis pada polarimeter untuk mengetahui nilai pemutaran polnya
 Perhitungan :
- Selama 4 jam = cawan petri berisi blotong sebelum di oven – cawan petri berisi
blotong setelah di oven
- Kadar Air =

13. Analisa TDS


 Alat dan Bahan :
1. Gelas Ukur 1000 ml
2. Brix Wager
3. Air Pengisi Ketel

 Prosedur Percobaan :
 Mengambil air pengisi ketel dan mendinginkan sampai suhu ruang
 Memasukkan air pengisi ketel ke dalam gelas ukur 1000 ml
 Memasukkan brix wager ke dalam gelas ukur yang sudah berisi air ketel
 Mengamati brix air pengisi ketel dan suhunya

 Perhitungan :

Pembacaan Alat =

14. Analisa Scar Bloom


 Alat dan Bahan :
1. Tabung Reaksi
2. Air Konden 2 ml
3. Alfa Naftol ± 4-5 tetes
4. H2SO4 ± 8-10 tetes

 Prosedur Percobaan :
1. Mengambil air konden sebanyak 2 ml dan memasukkan ke dalam tabung reaksi
2. Menambahkan Alfa Naftol ± 4-5 tetes dan H2SO4 ± 8-10 tetes
3. Mengamati perubahan warna pada air konden

15. Analisa ICUMSA


 Alat :

1. Timbangan Digital 6. Gelas Tapis


2. Gelas Kimia 7. Hand Brix
3. Magnetic Stirrer dan Hot Plate 8. Kuvet
4. Corong 9. Spektronik
5. Kertas Saring 10. Gelas Ukur 50 ml

 Bahan :
1. Gula
2. Aquades 50 ml
3. Kieselghur

 Prosedur Percobaan :
1. Menimbang gula dengan gelas kimia pada timbangan digital sebanyak 50 gr
2. Menambahkan 50 ml aquades dan kieselghur kemudian memasukkan magnetic
stirrer
3. Meletakkan gelas kimia diatas hot plate dan menyalakan hot plate dengan
memutar tombol stirring
4. Menunggu sampai gula larut kemudian di saring
5. Melihat brix hasil filtrat menggunakan hand brix
6. Memasukkan hasil filtrate nira ke dalam kuvet
7. Menyalakan spektronik dengan panjang gelombang 420
8. Memasukkan kuvet yang berisi aquades dan dinolkan jarum pada spektronik
9. Memasukkan sampel ke dalam spektronik dan mengamati absorbennya

 Perhitungan :

absorben x 10000
ICUMSA =
brix larutan x bj brix
Keterangan :

- Icumsa =

16. Analisa Turbidity


 Alat dan
1. Kuvet
2. Spektronik
3. Tabung Mohl
4. Brix Wager
5. Nira Encer

 Prosedur Percobaan :
1. Mengambil sampel nira encer dan mendiamkan sampai dingin
2. Melakukan penetapan brix
3. Mengambil sedikit untuk dimasukkan ke dalam kuvet
4. Menyalakan spektronik dengan panjang gelombang 975
5. Memasukkan kuvet yang berisi aquades dan dinolkan jarum pada
spektronik
6. Memasukkan kuvet yang berisi nira encer ke dalam spektronik dan
mengamati absorbennya

 Perhitungan :

absorben 15
Turbidity NE = x 50 x
0,03 brix

Keterangan :

- Turbidity = (kekeruhan) keadaan dimana transparansi suatu zat cair berkurang


akibat kehadiran zat-zat terlarut.

- Absorben = (zat penyerap) cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diserap
pada permukaannya, baik secara fisik ataupun dengan reaksi kimia.

- Brix = satuan yang menyatakan persen zat padat kering terlarut dalam larutan
(gram/100 gram larutan) yang dihitung sebagai gula.
TAMBAHKAN DAFTAR INDEX/ ISTILAH UNTUK MENJELASKAN ISTILAH2
YANG TIDAK DIKETAHUI MASYARAKAT UMUM

Anda mungkin juga menyukai